Вы находитесь на странице: 1из 3

Anton A.

Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

MENYELAMATKAN IKM LOGAM CEPER KLATEN

Anton A. Setyawan
Dosen Fak. Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57102
Hp 08156718444
e-mail: agussetyawan-a@mailcity.com dan rmb_anton@yahoo.com

Masalah kekurangan bahan baku yang dialami oleh industri kecil-


menengah (IKM) logam di Ceper Klaten ternyata berdampak serius bagi
kelangsungan hidup industri tersebut. Sebanyak 340 perusahaan pengecoran
logam di wilayah itu saat ini nyaris bangkrut. Hanya sekitar 17 perusahaan
yang masih mampu beroperasi. Perusahaan yang bertahan itu pun dalam
kondisi yang terus mengalami kerugian. Harian Kompas edisi Jateng
beberapa waktu lalu menggambarkan dengan dramatis perubahan seorang
mantan pengusaha logam Ceper yang mengalami kebangkrutan dan saat ini
bertahan hidup dengan menjadi pedagang kelontong.

Harga bahan baku yang melonjak tinggi merupakan akar masalah


IKM logam di Ceper Klaten. Bahan baku yang mengalami kenaikan adalah
besi scrap yang menjadi bahan baku utama pengecoran logam dan bahan
bakar kokas (batu bara olahan) yang menjadi bahan bakar tungku-tungku
pengecoran logam.

Pada masa lalu IKM logam di Ceper Klaten merupakan sebuah sentra
industri pengecoran logam terkemuka. Produknya merupakan salah satu
produk unggulan bagi kabupaten Klaten. Daerah pemasaran produknya
meliputi seluruh wilayah Indonesia bahkan beberapa perusahaan pengecoran
logam juga melayani pasar ekspor. Namun kenaikan harga bahan baku scrap
dan kokas itu hampir mematikan seluruh industri. Langkanya kedua bahan
baku utama pengecoran logam itu karena ditutupnya keran impor dari
penghasil utama kedua bahan baku tersebut yaitu RRC. Negari Tirai Bambu
itu melakukan keputusan tersebut karena mereka membutuhkan scrap dan
kokas untuk kepentingan dalam negeri mereka. Kebangkitan industri di
negara itu menyebabkan semua sumber daya yang ada digunakan secara
optimal untuk kepentingan mereka.

Campur tangan pemerintah dalam menangani masalah ini tidak


mencapai hasil yang memuaskan. Selama ini kebijakan pemerintah dalam

1
Fak. Ekonomi UMS-April 2004
Anton A. Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

menangani masalah-masalah yang terjadi di dalam sektor riil memang


berkesan tidak serius. Padahal sektor ini sebenaranya berperan strategis
dalam pemulihan ekonomi nasional. Dampak utama dari kebangkrutan IKM
logam di Ceper Klaten adalah semakin bertambahnya jumlah pengangguran.
Apabila pemerintah menganggap dirinya berhasil dalam melaksanakan
kebijakan ekonominya, maka yang terjadi adalah stabilisasi makro ekonomi.
Namun, faktor lain yaitu penambahan jumlah lapangan kerja sama sekali
tidak terjadi. Padahal faktor ini erat kaitannya dengan pemberantasan
kemiskinan. Artikel ini akan membahas tentang masalah-masalah yang
dihadapi IKM pada umumnya dan beberapa kemungkinan solusi untuk
mengatasinya.

Potret Buram IKM Indonesia

Ancaman kebangkrutan IKM logam Ceper Klaten adalah bukti


ketidakjelasan prioritas pemerintah dalam membangun kekuatan di sektor
riil. Selama ini prioritas kebijakan ekonomi pemerintah yang mengutamakan
stabilitas makro ekonomi tidak banyak membantu sektor riil. Pada masa lalu,
industri baja, sebagai bagian dari strategi industri nasional mendapatkan
proteksi dari pemerintah. Namun karena tekanan dari WTO maka proteksi
itu berangsur di kurangi. Kebijakan proteksi dalam sebuah industri
dilakukan manakala industri yang bersangkutan adalah infant industry dan
proteksi yang dilakukan diarahkan pada efisiensi industri itu (Swasono,
1974). Industri kecil-menengah logam di Klaten bukan termasuk industri
besar sehingga mereka tidak pernah merasakan proteksi tersebut. IKM ini
cukup efisien pula karena selama puluhan tahun beroperasi mampu menjaga
eksistensinya. Saat ini mereka memerlukan bantuan semua pihak karena
masalah kekurangan bahan baku ini adalah kelemahan utama industri ini.
Ketergantungan impor yang besar dalam jangka panjang bisa diatasi dengan
melakukan penelitian dan pengembangan untuk mencari sumber-sumber lain
dari bahan baku tersebut (atau bila mungkin membuat sendiri). Penelitian
dan pengembangan dalam sebuah industri juga mempunyai kontribusi
terhadap pembangunan daya saing industri bersangkutan (Moitra, 2004).

Sebuah negara harus menentukan industri mana yang akan dibangun


dalam rangka meningkatkan daya saing ekonominya. Penelitian yang
dilakukan Klimenko (2004) mengemukakan perlunya disusun sebuah desain
industri yang komprehensif dalam membangun industri sebuah negara. Hal
ini juga terkait dengan keunggulan kompetitif negara yang bersangkutan.
Pertanyaannya apakah selama ini pemerintah mempunyai desain yang jelas
2
Fak. Ekonomi UMS-April 2004
Anton A. Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

tentang industri apa yang akan mendukung keunggulan kompetitif negara?


Melihat ketidakjelasan kebijakan pemerintah dalam menangani sektor riil,
kita sudah memahami jawabannya.

Dampak paling serius dari kebangkrutan IKM logam di Ceper Klaten


adalah bertambahnya jumlah pengangguran di wilayah itu. Hal ini tentu
menambah jumlah pengangguran terbuka di Indonesia. Pemulihan ekonomi
secara makro tanpa adanya penambahan jumlah lapangan kerja merupakan
kondisi faktual perekonomian Indonesia saat ini.

Beberapa Alternatif Solusi

Ada beberapa solusi yang bisa ditempuh oleh para pengambil


keputusan (pemerintah dan pengusaha) dalam menangani krisis bahan baku
di dalam IKM Logam Ceper ini. Kemungkinan penyelesaian ini terbagi
menjadi dua kategori jangka pendek dan jangka panjang. Solusi jangka
pendek adalah dengan mengoptimalkan sumber bahan baku dari dalam
negeri. Pengusaha bisa meminta bantuan pemerintah atau Kadin agar
industri logam besar bersedia memberikan suplai bahan baku pada IKM
logam. Solusi jangka panjang adalah dengan mengoptimalkan penelitian dan
pengembangan untuk mengeksploitasi kemungkinan-kemungkinan sumber
bahan baku baru. Hal ini dapat dilakukan dengan kemitraan dengan
perguruan tinggi setempat.

Solusi jangka panjang yang lain adalah dengan menganalisis


keterkaitan antar industri yang kemungkinan mempunyai bahan baku yang
sama, sehingga bisa menjadi mitra strategis. Pengelolaan keterkaitan antar
industri juga akan menyebabkan perusahaan mempunyai keunggulan baik
dari sumber daya yang tangible maupun sumber daya yang intangible.
Permasalahan yang terjadi di dalam IKM logam Ceper Klaten harus segera
diatasi karena hal ini menyangkut nasib ribuan pekerja industri itu dan juga
kelangsungan hidup industri bersangkutan.

3
Fak. Ekonomi UMS-April 2004

Вам также может понравиться