Вы находитесь на странице: 1из 32

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN STOKE NON HEMORAGIK

OLEH : KELOMPOK 6 1. DESTY TITASARI SAGITARIA 2. DYAH SWARNITI 3. NI KOMANG ADY TRI HAPSARI 4. NI LUH PUTU JANA WATI (08.321.0073) (08.321.0076) (08.321.0100) (08.321.0105)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI 2011

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN STOKE NON HEMORAGIK
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak. Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008) Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular, Berdasarkan etiologinya, stroke dibedakan menjadi : 1. Stroke perdarahan atau strok hemoragik 2. Strok iskemik atau stroke non hemoragik Stroke non hemoragik atau yang disebut juga strok iskemik didefinisikan, secara patologis, sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat. Dengan demikian stroke dapat didefinisikan adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejalagejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis. Patologis ini menyebabkan perdarahan dari sebuah robekan yang terjadi pada dinding pembuluh atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi parsial atau seluruh lumen pembuluh darah dengan pengaruh yang bersifat sementara atau permanen.

2. empat kejadian yaitu: a.

Etiologi Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari Trombosis serebral Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari haemorrhagi intracerebral atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.

b.

Embolisme serebral Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.

c.

Iskemia serebral Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

d.

Haemorhagi serebral 1) Haemorhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup. 2) Haemorhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidu ral, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau gejala.

3) Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada otak. 4) Haemorrhagi intracerebral adalah perdarahan di substansi dalam otak paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan rupture pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila haemorrhagi membesar, makin jelas deficit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital. 3. Faktor resiko pada stroke: (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131) a. Hipertensi Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang potensial. Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel sel otak akan mengalami kematian. b. Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut kemudian akan mengganggu kelancaran aliran ke otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan infark sel sel otak. c. Penyakit Jantung Berbagai penyakit jantung berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor risiko ini akan menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepas gumpalan darah atau sel sel/jaringan yang telah mati ke dalam aliran darah. d. Hiperkolesterolemi Meningginya angka kolesterol dalam darah, terutama low density lipoprotein (LDL), merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya arteriosklerosis (menebalnya dinding pembuluh darah yang kemudian diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah). Peningkatan kad ar LDL dan penurunan kadar

HDL (High Density Lipoprotein) merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner. e. Infeksi Penyakit infeksi yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan in feksi cacing. f. g. h. Obesitas Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung. Merokok Merokok merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya infark jantung. Kelainan pembuluh darah otak Pembuluh darah otak yang tidak normal suatu saat akan pecah dan menimbulkan perdarahan. i. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral) Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi) j. k. l. Penyalahgunaan obat ( kokain) Konsumsi alcohol Lain lain, Lanjut usia, penyakit paru paru menahun, penyakit darah, asam urat yang berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara teori. 4. Klasifikasi Stroke Menurut Satyanegara (1998), gangguan peredaran darah otak atau stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: a. Non Haemorrhagi/Iskemik/Infark 1) Transient Ischemic Attack (TIA)/Serangan Iskemi Sepintas TIA merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode serangan sesaat dari suatu disfungsi serebral fokal akibat gangguan vaskuler, dengan lama serangan sekitar 2 -15 menit sampai paling lama 24 jam. 2) Defisit Neurologis Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurologi Defisit(RIND) Gejala dan tanda gangguan neurologis yang berlangsung lebih lama dari 24 jam dan kemudian pulih kembali (dalam jangka waktu kurang dari tiga minggu). 3) In Evolutional atau Progressing Stroke merupakan Gejala gangguan neurologis yang progresif dalam waktu enam jam atau lebih.

4) Stroke Komplit (Completed Stroke / Permanent Stroke ) merupakan Gejala gangguan neurologis dengan lesi -lesi yang stabil selama periode waktu 18-24 jam, tanpa adanya progesifitas lanjut. b. Stroke Haemorrhagi Perdarahan intrakranial dibedakan berdasarkan tempat perdarahannya, yakni di rongga subararakhnoid atau di dalam parenkhim otak (intraserebral). Ada juga perdarahan yang terjadi bersamaan pada kedua tempat di atas seperti: perdarahan subarakhnoid yang bocor ke dalam otak atau sebaliknya. Selanjutnya gangguangangguan arteri yang menimbulkan perdarahan otak spontan dibedakan lagi berdasarkan ukuran dan lokasi regional otak. 5. Epidemiologi Stroke dahulu dianggap sebagai penyakit yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi pada siapa saja, dan sekali terjadi tidak ada lagi tindakan efektif yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Namun, data-data ilmiah terakhir secara meyakinkan telah membuktikan hal yang sebaliknya. Selama dekade terakhir telah terjadi kemajuan besar dalam pemahaman mengenai faktor risiko, pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi stroke. Kita sekarang mengetahui bahwa stroke dapat diperkirakan dan dapat dicegah pada hampir 85% orang. Juga terdapat terapi efektif yang dapat secara substansial memperbaiki hasil akhir stroke. Pada kenyatannya, sekitar sepertiga pasien stroke sekarang dapat pulih sempurna, dan proporsi ini dapat meningkat jika pasien selalu mendapat terapi darurat dan rehabilitasi yang memadai (Feigin, 2006). Kata stroke sebenarnya merupakan istilah Inggris yang berarti pukulan, tapi makna kedokterannya ternyata dikenal secara luas di kalangan kedokteran Internasional. Stroke digunakan untuk menamakan sindrom hemiparesis atau hemiparalisis akibat lesi vaskuler yang bisa bangkit dalam beberapa detik sampai hari, tergantung pada jenis penyakit yang menjadi penyebabnya. Di mana daerah otak yang tidak berfungsi lagi, bisa disebabkan karena secara tiba-tiba tidak menerima jatah darah lagi karena pembuluh darah yang memperdarahi daerah itu putus atau tersumbat. Penyumbatan itu bisa terjadi secara mendadak, secara berangsur-angsur ataupun tiba-tiba namun berlangsung hanya sementara (Mardjono, 1989). Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf/defisit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai

darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas/lumpuh sesaat, atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian. Stroke bisa berupa iskemik maupun perdarahan (hemoragik)(Junaidi,2004).Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerotik atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah melalui proses aterosklerosis. Sedang pada stroke perdarahan (hemoragik) pembuluh darah pecah menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya (Junaidi, 2006). Menurut WHO, stroke adalah tanda-tanda klinis mengenai gangguan fungsi serebral secara fokal ataupun global, yang berkembang dengan cepat, dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau mengarah ke kematian tanpa penyebab yang kelihatan, selain tanda-tanda yang berkenaan dengan aliran darah di otak.Menurut Junaidi, stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak akut, fokal maupun global, akibat gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau berakibat kematian 6. Patofisiologi Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari cabangcabang lentikulostriata, cabang tembus arteriotalamus dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilar mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang sama . Kenaikan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari. Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai dengan 6 jam dan jika volumenya besar akan merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merasuk dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorbsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi

perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan menebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Jusuf Misbach, 1999). 7. Manifestasi Klinis Stroke Menurut Smeltzer (2001) manifestasi klinis stroke terdiri atas: a. Defisit Lapang Penglihatan 1. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan), Tidak menyadari orang atau objek ditempat kehilangan, penglihatan, engabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan menilai jarak. 2. 3. Kehilangan penglihatan perifer, Kesulitan melihat pada malam hari, Diplopia (Penglihatan ganda). tidak menyadari objek atau batas objek.

b. Defisit Motorik 1. Hemiparesis Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan). 2. Ataksia Berjalan tidak mantap atau tegak, Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas. 3. Disartria Kesulitan dalam membentuk kata.

4. Disfagia Kesulitan dalam menelan. c. Defisit Verbal 1. Afasia Ekspresif Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu bicara dalam respon kata tunggal. 2. Afasia Reseptif Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mam pu bicara tetapi tidak masuk akal. 3. Afasia Global Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif. 4. Defisit Kognitif Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang, penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi , alasan abstrak buruk, perubahan penilaian. 5. Defisit Emosional Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional, penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi 8. Komplikasi Komplikasi stroke menurut Smeltzer (2002,hal 2131): a. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama) 1) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian. 2) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal. b. Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama)

Pneumonia: Akibat immobilisasi lama Infark miokard Emboli paru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada saat penderita mulai mobilisasi. Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat. c. Komplikasi Jangka panjang Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain: penyakit vaskular perifer. 9. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan radiologi CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. MRI untuk menunjukkan area yang mengalami infark, hemoragik. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri. Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke. b. Pemeriksaan laboratorium Fungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak mengandung darah atau jernih. Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. (Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri. 10. Pencegahan Pencegahan stroke yang efektif dengan cara menghindari faktor resikonya, banyak faktor resiko stroke yang bisa di modifikasi. Sebagian dari pencegahan stroke caranya:

Kontrol tekanan darah. hipertensi merupakan penyebab serangan stroke. Kurangi atau hentikan merokok. Karena nikotin dapat menempel di pembuluh darah dan menjadi plak, jika plaknya menumpuk bisa menyumbat pembuluh darah. Olahraga teratur. Olahraga teratur bisa meningkatkan ketahanan jantung dan menurunkan berat badan Perbanyak makan sayur dan buah. Sayur dan buah mengandung banyak antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas, selain itu sayur dan buah rendah kolesterol. Suplai Vitamin E yang cukup. Para peneliti dari Columbia Presbyterian Medical Center melaporkan bahwa konsumsi vitamin E tiap hari menurunkan resiko stroke sampai 50% vitamin E juga menghaluskan kulit. 11. Penatalaksanaan Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut: 1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan: a. b. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi. 2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung. 3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter. 4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif. Pengobatan Konservatif 1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan. 2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial. 3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma. Pengobatan Pembedahan

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral: 1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher. 2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA. 3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut. 4. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma. B KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a Pengumpulan data 1) Identitas klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, 2) Keluhan utama Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999) 3) Riwayat penyakit sekarang Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000) 4) Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995) 5) Riwayat penyakit keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus (Hendro Susilo, 2000) 6) Riwayat psikososial Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga diagnose medis.

faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga. 7) Pola-pola fungsi kesehatan a. Pola nutrisi dan metabolisme Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. b. Pola eliminasi Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. c. Pola aktivitas dan latihan Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah d. Pola tidur dan istirahat Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot e. Pola hubungan dan peran Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. f. Pola persepsi dan konsep diri Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif. g. Pola sensori dan kognitif Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir. h. Pola reproduksi seksual Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin. i. Pola penanggulangan stress Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. j. Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh 8) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.

Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi b) Pemeriksaan integumen Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tandatanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis . Rambut : umumnya tidak ada kelainan c) Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : bentuk normocephalik Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998) d) Pemeriksaan dada Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan. e) Pemeriksaan abdomen Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Kadang terdapat incontinensia atau retensi urine

g) Pemeriksaan ekstremitas Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. h) Pemeriksaan neurologi - Pemeriksaan nervus cranialis Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central. - Pemeriksaan motorik Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh. - Pemeriksaan sensorik Dapat terjadi hemihipestesi. - Pemeriksaan refleks Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999) 2. Diagnosa keperawatan a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai darah dan O2 ke otak. b. Nyeri akut b/dagen cedera biologi,penurunan suplai darah dan O2 ke otak, infark serebri c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuscular: paralisis hemiplegia dan hemiparesis, parastesia,flaksid/paralisis hipotonik (awal). d. e. f. g. h. otot spicnter i. Gangguan eliminasi urin (incontinensia urin) yang berhubungan dengan kelemahan otot spicnter . Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan Disartria , Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan Disfungsi persepsi Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik umum Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kelemahan disfasia/ afasia, apraksia visual spasial dan kehilangan sensorik

dengan intake nutrisi kurang adekuat, kelemahan otot mengunyah dan menelan

j. k.

Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan

menurunnya refleks batuk. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penekanan jaringan setempat

3. Perencanaan Diagnosa keperawatan 1.Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai dan O2 ke otak. Tujuan dan kriteria hasil Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ...x... jam diharapkan perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal/adekuat dgn en tidak gelisah kepala, mual, kejang. S E4V5M6 pil isokor, reflek cahaya (+) nda-tanda vital normal(nadi: 60-100 kali permenit, suhu:36-36,7 C pernafasan 16-20 kali permenit) f) iptakan pengunjung g) dokter K olaborasi dengan tim dalam Ta e) Pu GC d) lebih tinggi Tid ak ada keluhan nyeri Kli c) bservasi kelainan jam B erikan posisi kepala 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis) A njurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan C lingkungan yang tenang dan batasi dan b) untuk bed rest total O catat tekanan tanda-tanda vital dan intrakranial tiap dua darah kriteria hasil : a) erikan tentang akibatnya A njurkan kepada klien Intervensi B penjelasan sebab-sebab kepada keluarga klien peningkatan TIK dan a) lebih dalam penyembuhan b) ulang c) yang untuk penetapan tindakan yang tepat d) dengan meningkatkan drainage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral e) meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang f) meningkat meningkatkan Rangs dapat angan aktivitas yang Batuk dan mengejan dapat Mengu rangi tekanan arteri Mengetah terjadi pada ui setiap perubahan klien secara dini dan Untuk mencegah perdarahan Rasional Keluarga berpartisipasi proses

pemberian neuroprotektor

obat

kenaikan Istirahat diperlukan perdarahan kasus hemoragik total

TIK. dan untuk dalam stroke

ketenangan mingkin pencegahan terhadap

/perdarahan lainnya g) Memperba iki sel yang masih 2.Nyeri akut Setelah diberikan selama x 24jam, a) Kaji keluhhan nyeri, intensitas (skala 010), karakteristik, lokasi,lama,faktor yang memperburuk dan faktor yang meredakan b) Kaji atau hubungkan faktor fisik atau emosi dari keadaan klien. c) Observasi adanya tanda nyeri non verbal, misal: ekspresi wajah, posisi tubuh. Gelisah, menangis atau meringis, menarik diri. d) Instruksikan klien untuk melaporkan nyeri dengan segera viabel a) Mengidentifikasi karakteristik nyeri untuk memilih tindakan yang sesuai dan mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan. b) Faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan atau persepsi nyeri tersebut. c) Merupakn indikator derajat nyeri tidak langsung yang dialami. d) Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan beratnya serangan. e) Menurunkan

b/dagen cedera asuhan keperawatan biologi,penuru nan suplai diharapkan nyeri pasien

darah dan O2 berkurang / hilang ke otak, infark dengan kriteria hasil : serebri - Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol - Menunjukkan/men ggunakan perilaku untuk mengurangi kekambuhan

jika nyeri tersebut muncul. e) Anjurkan beristirahat dalam ruangan yang tenang Kolaborasi f) Berikan obat sesuai indikasi, seperti analgetik, misal : asetaminofen, 3.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan paralisis hemiparesis, parastesia,flaks id/paralisis hipotonik (awal), otot Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas d) Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ...x...jam diharapkan klien mampu melaksanakan dengan kemampuannya b) Tid ak terjadi kontraktur sendi Ber tambahnya kekuatan c) 2 jam Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas Evaluasi penggunaan dari / kebutuhan alat Bantu untuk pengaturan posisi dan atau pembalut selama periode paralysis spastic e) tinggikan d) c) ponstan. Mandiri : a) kaji kemampuan secara fungsional atau luasnya kerusakan awal dengan cara teratur. Ubah posisi minimal setiap b)

stimulasi berlebihan yang dapat mengurangi sakit kepala. f) Penanganan sakit kepala secara umum kadang bermanfaat yang disebabkan karena gangguan vaskular. Mandiri : a) ifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan. menurunk an risiko trauma/iskemia jaringan. meminima lkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi, dan membantu mencegah kontraktur. kontraktur fleksi dapat terjadi akibat dari otot fleksor lebih kuat dibandingkan dengan mengident

neuromuscular: aktivitas fisik sesuai hemiplegia dan dgn kriteria hasil :

tangan dan kepala. f) ekstensi. g) pertahank an kaki pada posisi netral dengan gulungan atau bantalan trokanter. h) Bantu untuk keseimbangan duduk. (meninggikan kepala tempat tidur, bantu duduk ditepi tempat tidur). i) observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema atau tanda lain dari gangguan sirkulasi j) susun tujuan dengan pasien/orang terdekat untuk berpartisipasi dalam aktivitas/latihan dan mengubah posisi. Kolaborasi : k) konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif dan ambulasi klien. l) Berikan obat relaksan k) j) i) h) g) f) posisikan lutut pada posisi e)

otot ekstensor. meningkat kan aliran balik vena dan membantu mencegah edema. memperta hankan posisi fungsional mencegah rotasi eksternal pada pinggul. membantu dalam melatih kembali jalan saraf, meningkatkan respons proprioseptik dan motorik. jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami trauma dan penyembuhannya lambat. meningkat kan harapan terhadap perkembangan dan memberikan perasaan control/kemandirian kolaborasi : program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan

otot, antispasmodic sesuai dengan indikasi. (baklofen,dantrolen) l)

dalam keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan. Menghilang kan spastisitas pada ekstremitas terganggu. yang

4.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan Disartria , apraksia

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ...x... jam diharapkan proses komunikasi klien dapat berfungsi secara

Mandiri : a) b) disatria c) pasien Ter mengikuti sederhana, dengan d) objek pasien menyebutkan benda tersebut. e) metode alternative f) dan g) bicaralah dengan nada normal hindari anjurkan pengunjung/orang percakapan yang cepat berikan komunikasi yang sederhana tunjukkan dan minta untuk nama mintalah untuk perintah ulangi kata/kalimat kaji tipe dan derajat disfungsi. bedakan antara afasia dengan

Mandiri : a) daerah dan m derajat serebral embantu menentukan kerusakan

yang kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi. b) i ntervesi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakannya. c) elakukan terhadap kerusakan d) elakukan terhadap kerusakan e) emberikan komunikasi tentang m penilaian adanya sensorik m penilaian adanya motorik m

disfasia/ afasia, optimal dgn kriteria hasil : ciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi en mampu merespon setiap berkomunikasi secaraverbal maupun isyarat Kli

(afisia sensorik)

(afisia motorik)

terdekatmempertahank an usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien. h) sebelum penyakit, pembicaraan merendahkan hal-hal menentang kebanggaan pasien. hargai kemampuan pasien terjadi hindari yang pada yang

kebutuhab berdasarkan keadaan / deficit yang mendasarinya f) asien tidak p perlu

merusak pendengaran , dan meninggikan suara dapat menimbulkan marah pasien/menyebabkan kepedihan g) engurangi social pasien m isolasi dan

pasien atau membuat

meningkatkanpencipt Kolaborasi: konsultasikan dengan rujuk ke ahli wicara aan komuniksi yang efektif h) emampuan untuk harga diri, k pasien merasakan sebab pasien

kemampuan intelektual kolaborasi : pengkajian individual bicara motorik berfungsi mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan dan dan secara kemampuan sensori, kognitif untuk sering kali tetap baik

5. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan Disfungsi persepsi visual spasial.

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ...x... jam diharapkan meningkatnya persepsi sensorik secara optimal dgn kriteria hasil : anya perubahan kemampuan yang nyata ak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang Tid Ad

Mandiri : a) kembali patologis individual. b) adanya c) pasien norma. d) lingkugan perabotan membahayakan. e) kesadaran seperti panas/dingin, tajam/tumpul persendian. f) stimulasi berikan terhadap posisi bagian tubuh/otot rasa kaji sensorik, membedakan ciptakan yang yang evaluasi gangguan dekati dari daerah yang lihat proses kondisi

terapi Mandiri : a) kesadaran tipe/daerah terkena dalam spesifik perawatan. b) munculnya gangguan pengllihatan berdampak pasien dan kembali keterampilan motorik dan risiko cedera. c) pemberian pengenalan terhadap adanya dapat masalah terkejut. d) menurunkan/mem batasi jumlah stimulasi penglihatan yang mungkin dapat menimbulkan orang/benda membantu persepsi, meningkatkan terjadinya dapat negatif untuk mempelajari akan yang membantu mengkaji/ dan

mengantisipasi deficit

pengelihatan.

penglihatan

terhadap kemampuan menerima lingkungan

sederhana, pindahkan

rasa sentuhan, seperti berikan pasien suatu benda g) untuk lindungi kaji menyentuh, meraba. pasien dari suhu yng berlebihan,

mencegah pasien dari

adanya h) dengan perlahan,

lingkungan bicara tenang, dengan

kebingungan terhadap interpretasi lingkungan. e) penurunan kesadaran sensorik kerusakan kinetic buruk terhadap dan perasaan terhadap dan dan tubuh berpengaruh

yang membahayakan.

menggunakan, kalimat yang pendek. Pertahankan mata. i) validasi persepsi. lakukan terdapat kontak

keseimbangan posisi

keseimbangan / posisi tubuh dan kesesuaian dari gerakan yang mengganggu ambulasi, meningkatkan risiko terjadinya trauma. f) membantu melatih kembali jaras sensorik persepsi g) meningkatkan keamanan yang risiko trauma. h) pasien mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian mungkin pasien terjadinya menurunkan untuk dan mengintegrasikan intepretasi stimulasi.

atau pemahaman.

masalah

i) membantu pasien untuk mengidentifikasi ketidak konsistenan dari persepsi dan dan stimulus mungkin pada Membantu integrasi integritas dan persepsi 6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, hemiparese / hemiplegi Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x .. jam diharapkan kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi dgn Kriteria hasil : kebutuhan perawatan diri. Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas Klien Klien dapat memenuhi a) Kaji realitas a) dalam mengantisipasi/meren canakan pemenuhan kebutuhan secara individual b) Meningkat kan harga diri dan semangat untuk berusaha terusmenerus Berikan c) Meningkat kan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu. d) an Memberik bantuan terapi untuk dan

menurunkan distorsi

kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri b) Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan dengan sikap sungguh c) umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau keberhasilannya d) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi

mengembangkan rencana

untuk kebutuhan 7. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan atau penurunan otot mengunyah dan menelan Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x ... diharapkan Tidak terjadi gangguan pemenuhan nutrisi dgn Kriteria hasil: Berat badan dapat dipertahankan/diti ngkatkan Hb dan albumin dalam batas normal a) dalam menelan batuk b) posisi tinggi makan c) Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah jika dibutuhkan d) mulut e) makan perlahan lingkungan tenang f) untuk makan Mulailah memberikan peroral Letakkan yang tidak makanan pada daerah terganggu Berikan dengan pada yang gagu Letakkan kepala pada lebih waktu, Tentukan klien reflek mengunyah, dan memberi kan bantuan sesuai

mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus

a)

Untuk jenis

kemampuan

menetapkan

makanan yang akan diberikan pada klien b) klien Agar lebih mudah

untuk menelan karena gaya gravitasi c) dalam Membantu melatih

selama dan sesudah

kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler d) Memberik an stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang mencetuskan meningkatkan masukan e) pada Klien mekanisme dapat berkonsentrasi makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar f) Makan kental lunak/cairan dapat usaha

untuk menelan dan

setengah cair, makan lunak g) klien sedotan meminum cairan h) klien berpartisipasi program latihan/kegiatan i) dengan untuk makanan selang Kolaborasi tim dokter memberikan melalui Anjurkan untuk dalam ketika klien dapat menelan air Anjurkan menggunakan untuk

mudah mulut, g) otot

untuk menurunkan Menguatk menelan dan resiko Dapat endorfin yang nafsu

dikendalikan didalam terjadinya aspirasi an otot fasial dan dan merunkan h) pelepasan dalam Makan i) diperlukan memberikan Mungkin untuk cairan

terjadinya tersedak meningkatkan otak

meningkatkan

ciran melalui iv atau

pengganti dan juga makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut 8. Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan kelemahan otot spicnter Setelah diberikan tindakan keperawatan selama ... x ... jam diharapkan Klien tidak mengalami konstipasi dgn Kriteria hasil : - Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat a) Berikan a) keluarga mengerti b) usus sifat peristaltik c) seimbang Diet tinggi untuk Klien dan akan tentang Bising menandakan aktivitas

penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi b) c) pada makan yang Auskultasi Anjurkan klien maknanan mengandung bising usus

penyebab konstipasi

- Konsistensi feses lunak - Tidak teraba masa pada kolon - Bising usus normal ( 15-30 kali per menit )

serat d) intake Berikan cairan yang

kandungan merangsang peristaltik eliminasi reguler d) cairan Lakukan sesuai Kolaborasi tim dokter pemberian membantu mempertahankan konsistensi dan e) fisik

serat dan Masukan adekuat

cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontra indikasi e) mobilisasi f) dengan dalam

dengan keadaan klien

feses membantu Aktivitas reguler

yang sesuai pada usus eliminasi reguler

pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)

membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus otot abdomen dan nafsu f) feses air peristaltik Pelunak meningkatkan usus, yang merangsang makan dan

efisiensi pembasahan melunakkanmassa feses dan membantu 9. Gangguan eliminasi urin (incontinensia urin) yang berhubungan dengan Setelah diberikan tindakan keperawatan selama .. x .. jam diharapkan Klien mampu mengontrol eliminasi urinnya dgn a) pola Identifikasi berkemih dan yang Ajarkan membatasi jadwal eliminasi a) Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari distensi kandung kemih yang berlebih b) Pembatasa n cairan pada malam

kembangkan berkemih teratur . b) untuk

kelemahan otot Kriteria hasil :

spincter

Klien

masukan c) teknik mencetuskan kutaneus penepukan suprapubik, d)

cairan Ajarkan untuk refleks dengan manuver

hari dapat membantu mencegah enuresis c) melatih membantu pengosongan kandung kemih d) kandung untuk volume untuk e) optimal untuk infeksi ginjal. lebih Kapasitas kemih menampung urine sering Untuk dan

akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia bladder Tidak ada distensi

selama malam hari

berkemih (rangsangan

regangan anal) Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada jadwal yang direncanakan e) penjelasan pentingnya optimal tidak kontraindikasi) 10. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya refleks batuk Setelah diberikan tindakan keperawatan selam ... x ... jam diharapkan Jalan nafas tetap efektif dgn Kriteria hasil : Klien Tidak tidak sesak nafas terdapat ronchi, a) penjelasan klien tentang akibat ketidakefektifan jalan nafas b) c) Rubah Berikan posisi tiap 2 jam sekali dan Berikan kepada keluarga dan Berikan tentang hidrasi (sedikitnya ada telah

mungkin tidak cukup

sehingga memerlukan berkemih Hidrasi diperlukan mencegah saluran

perkemihan dan batu

2000 cc per hari bila

a) keluarga

Klien dan mau dalam

berpartisipasi

sebab

mencegah terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas b) posisi melepaskan dari Perubahan dapat sekret saluran

wheezing ataupun suara nafas tambahan Tidak retraksi otot bantu pernafasan Pernafas an teratur, RR 1620 x per menit

intake yang adekuat (2000 cc per hari) d) pola nafas e) f) dengan umum klien Auskultasi Lakukan keadaan suara nafas fisioterapi nafas sesuai dan Observasi frekuensi

pernafasan c) cukup d) tidaknya ketidakefektifan jalan nafas e) Untuk adanya mengetahui f) dapat sekret mengembangkan paru-paru a) Kulit cenderung karena imobilisasi b) kan meningkat sirkulasi dan rusak perubahan Air yang dapat Untuk ada

mengencerkan sekret mengetahui

kelainan suara nafas Agar melepaskan dan

11. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penekanan jaringan setempat

Setelah diberikan tindakan keperawatn selama ... x ... jam diharapkan Tidak terjadi kerusakan integritas kulit pada : - Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka - Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka - Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

Mandiri : a) Inspeksi seluruh area kulit, catat adanya kemerahan, pembengkakan. b) Lakukan masase dan pada kulit dengan lotion/minyak. bantalan perubahan

sirkulasi perifer dan

pasien dgn kriteria hasil lubrikasi

melindungi permukaan kulit dari dekubitus c) kan Meningkat sirkulasi pada

Lindungi sendi dengan menggunakan busa, wool. c) Lakukan posisi sesering mungkin di tempat tidur maupun sewaktu duduk. d) Bersihkan dan keringkan kulit khususnya

kulit dan mengurangi tekanan pada daerah tulang menonjol. d) Kulit yang yang

pada

daerah

dengan

bersih

dan

kering

kelembaban. e) Jaga alat tenun terbebas dari lipatan- lipatan dan kotoran

tidak akan mengalami kerusakan e) kulit. Mencegah adanya iritasi pada

4. Implementasi Sesuai intervensi yang ada pada perencanaan 5. Evaluasi a) optimal/adekuat b) c) dengan kemampuannya d) e) f) g) h) i) j) k) Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi Tidak terjadi gangguan pemenuhan nutrisi Klien tidak mengalami konstipasi Klien mampu mengontrol eliminasi urinnya Jalan nafas tetap efektif Tidak terjadi kerusakan integritas kulit pada pasien Nyeri berkurang atau terkontrol Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara

Daftar Pustaka

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Jakarta, EGC ,2002

Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Doenges,Marilynn E dkk. (1999).Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC Underwood,J.C.E.(1999).Patologi Umum dan Sistematik.Edisi 2.Jakarta:EGC http://nursingart.blogspot.com/2008/08/askep-klien-stroke.html http://perawatpsikiatri.blogspot.com/2008/11/Asuhan - Keperawatan.Html http://lisa86.wordpress.com/askep-pasien-stroke-non-hemoragik/ http://www.scribd.com/doc/22475411/KTI-Hemiparese-Post-Stroke-Non-Hemoragik

Вам также может понравиться