Вы находитесь на странице: 1из 8

AL-‘AIN (ُ‫)اْل َعْين‬

Dalil dari Al-Qur’an


1. QS. Yusuf : 67 – 68

ُ ْ‫ح ْكمُ إِلّ لّلهِ َعَلْيهِ َتوَ ّكل‬


‫ت‬ ُ ‫وَقَالَ َيَبِنيّ لَ َتدْ ُخلُوْا مِن بَابٍ وَا ِحدٍ وَا ْد ُخلُوْا مِنْ َأبْوَابٍ ّمتَفَرَّقةٍ َومَآ أُ ْغنِي عَن ُكمْ مّنَ الّلهِ مِن شَ ْيءٍ ِإنِ اْل‬
َ‫وَ َعَلْيهِ َف ْلَيتَوَكّلِ اْل ُمتَوَ ّكلُونَ * َوَلمّا دَ َخلُوْا مِنْ َحْيثُ َأمَرَ ُهمْ َأبُوهُم مّا كَانَ ُي ْغنِي َعْن ُهمْ مّنَ الّلهِ مِن َش ْيءٍ إِلّ حَا َجةً فِي َنفْسِ َي ْعقُوب‬
َ‫قَضَاهَا وَِإّنهُ َلذُو ِع ْلمٍ ّلمَا َعّل ْمنَاهُ وَلَـكِنّ أَ ْكثَرَ النّاسِ لَ َي ْعلَمُون‬
Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu
gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada
dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan
(sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja
orang-orang yang bertawakkal berserah diri". Dan tatkala mereka masuk menurut yang
diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka
sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya'qub yang telah
ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah
mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.
Ibnu Katsir berkata :

‫ وليدخلوا‬,‫ إنه أمر بنيه لا جهزهم مع أخيهم بنيامي إل مصر أن ل يدخلوا كلهم من باب واحد‬,‫يقول تعال إخبارا عن يعقوب عليه السلم‬
‫ وذلك‬,‫ خشي عليهم العي‬:‫ فإنه كما قال ابن عباس وممد بن كعب وماهد والضحاك وقتادة والسدي وغي واحد إنه‬,‫من أبواب متفرقة‬
‫ فإن العي حق تستنل الفارس عن فرسه‬,‫ فخشي عليهم أن يصيبهم الناس بعيونم‬,‫ ومنظر وباء‬,‫أنم كانوا ذوي جال وهيئة حسنة‬
“Allah berfirman mengkhabarkan tentang Ya’qub ‘alahis-salaam bahwasannya ia memerintah
anak-anaknya ketika mempersiapkan mereka bersama saudara mereka, Bun-yamin, ke Mesir
agar mereka tidak masuk semuanya dari satu pintu, akan tetapi dari beberapa pintu yang
berlainan. Sesungguhnya Ya’qub – sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Muhammad bin
Ka’b, Mujahid, Adl-Dlahhak, Qatadah, As-Suddi, dan yang lainnya – mengkhawatirkan mereka
dari Al-‘Ain (pengaruh mata). Hal itu disebabkan karena anak-anak Ya’qub tersebut tampan-
tampan dan menawan. Maka Ya’qub mengkhawatirkan mereka akan pengaruh ‘Ain dari orang-
orang yang memandang mereka, karena Al-‘Ain adalah haq (benar) yang dapat mengakibatkan
seorang penunggang kuda jatuh dari kudanya”.
Kemudian beliau melanjutkan :

‫ { وََلمّا‬,‫ فإن ال إذا أراد شيئا ل يالف ول يانع‬,‫وقوله { َومَآ ُأ ْغنِي عَن ُكمْ ّمنَ اللّهِ مِن شَ ْيءٍ } أي إن هذا الحتراز ل يرد قدر ال وقضاءه‬
‫ هي دفع إصابة العي لم‬:‫دَ َخلُواْ ِم ْن َحْيثُ َأمَ َر ُهمْ َأبُوهُم مّا كَانَ ُي ْغنِي َعنْ ُهمْ ّمنَ الّلهِ مِن شَ ْي ٍء إِ ّل حَا َجةً فِي َن ْفسِ يَ ْعقُوبَ قَضَاهَا } قالوا‬
“Dan firman-Nya : Namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari
pada (takdir) Allah. ; yaitu kehati-hatian itu tidak akan dapat menolak takdir Allah dan ketentuan-
Nya, karena sesungguhnya Allah jika telah menghendaki sesuatu maka tidak ada yang
menghalangi. Firman-Nya : {Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah
mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir
Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya'qub yang telah ditetapkannya} ; mereka
berkata : ‘Yaitu menghindari pengaruh Al-‘Ain terhadap mereka” [Tafsir Ibnu Katsir 2/485].
2. QS. Al-Qalam : 51

ٌ‫جنُون‬
ْ َ‫وَإِن َيكَادُ اّلذِينَ َكفَرُواْ َليُ ْزِلقُونَكَ ِبَأبْصَارِ ِهمْ َلمّا َس ِمعُواْ الذّكْرَ َوَيقُولُونَ ِإّنهُ َلم‬
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan
pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: "Sesungguhnya ia
(Muhammad) benar-benar orang yang gila”.

1
Ibnu Katsir berkata :

‫قال ابن عباس وماهد وغيها { َلُيزْلِقُونَكَ } لينفذونك { ِبَأبْصَا ِر ِهمْ } أي يعينونك بأبصارهم بعن يسدونك لبغضهم إياك لول وقاية ال‬
‫ كما وردت بذلك الحاديث الروية من‬,‫ وف هذه الَية دليل على أن العي إصابتها وتأثيها حق بأمر ال عز وجل‬,‫لك وحايته إياك منهم‬
‫طرق متعددة كثية‬.
“Telah berkata Ibnu ‘Abbas, Mujahid, dan yang lainnya : {‘benar-benar hampir menggelincirkan
kamu’} ; yaitu mempengaruhi kamu; {‘dengan pandangan mereka’} ; yaitu memandangmu dengan
mata-mata mereka yaitu mendengkimu karena kebencian mereka kepadamu. Sekiranya tidak
ada perlindungan Allah kepadamu dari mereka. Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa terkena
Al-‘Ain dan pengaruhnya adalah haq (benar) dengan ijin Allah, sebagaimana disebutkan dalam
beberapa hadits yang diriwayatkan dari beberapa jalan yang berbeda” [Tafsir Ibnu Katsir 4/410].
Dalil dari As-Sunnah Ash-Shahihah

‫عن أب هريرة رضى ال تعال عنه عن النب صلى ال عليه وسلم قال العي حق‬
Dari Abi Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam : “Al-‘Ain adalah haq (benar)” [HR. Bukhari no. 5408 dan Muslim no. 2187].

‫عن عائشة قالت قال رسول ال صلى ال عليه وسلم استعيذوا بال فإن العي حق‬
Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Meminta
perlindunganlah kepada Allah dari Al-‘Ain, karena sesungguhnya Al-‘Ain itu haq (benar)” [HR. Ibnu
Majah no. 3508; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul-Jaami’ no. 938].

‫عن بن عباس عن النب صلى ال عليه وسلم قال العي حق ولو كان شيء سابق القدر سبقته العي وإذا استغسلتم فاغسلوا‬
Dari Ibni ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma bahwa ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam : “Al-‘Ain itu haq (benar) dan sekiranya ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya
Al-‘Ain akan mendahuluinya. Dan apabila engkau diminta mandi, hendaklah kalian mandi 1” [HR.
Muslim no. 2188].

‫ يا رسول ال ان بن جعفر تصيبهم العي أفأسترقي لم قال نعم فلو كان شيء سابق القدر لسبقته العي‬: ‫عن أساء عميس قالت‬
Dari Asmaa’ binti ‘Umais radliyallaahu ‘anhaa ia berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Bani
Ja’far terkena Al-‘Ain, maka apakah boleh aku meruqyah mereka ?”. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi
wasallam menjawab : “Ya, sekiranya ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya Al-‘Ain akan
mendahuluinya” [HR. Ahmad 6/438 no. 27510 dan Tirmidzi no. 2059; dihasankan oleh Al-Arnauth
dalam Ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul-Jami’ no.
5286].

‫عن أب ذر قال قال رسول ال صلى ال عليه وسلم إن العي لتولع بالرجل بإذن ال تعال حت يصعد حالقا ث يتردى منه‬
Dari Abi Dzarr radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
: Sesungguhnya Al-‘Ain dapat memperdaya seseorang dengan ijin Allah sehingga ia naik ke tempat
yang tinggi lalu jatuh darinya 2” [HR. Ahmad 5/146 no. 21340, 6/13 no. 5372, Al-Bazzar 9/386 no.
3972, dan Al-Haarits dalam Bughyatul-Bahits 2/603 no. 566; dishahihkan oleh Al-Albani dalam
Shahihul-Jaami’ no. 1681].

‫ العي حق تستنل الالق‬: ‫عن بن عباس عن النب صلى ال عليه وسلم قال‬
Dari Ibnu ‘Abbas, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bahwasannya beliau bersabda : “Al-‘Ain itu
adalah haq (benar) yang bisa membuat jatuh orang yang naik di tempat tinggi” [HR. Ahmad no. 1/274
no. 2477, Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir no. 12662, dan Al-Hakim no. 7489; dihasankan oleh Al-
Arnauth dalam Ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad dan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahiihah no.
1250].

1
Yaitu apabila salah seorang di antara kalian diminta mandi untuk Saudaranya yang muslim karena dia terkena
Al-‘Ain, maka hendaklah ia memenuhi permintaannya dan mandi untuknya.
2
Yaitu, sesungguhnya Al-’Ain dapat menimpa seseorang kemudian mempengaruhinya hingga (jika) orang itu
naik ke tempat yang tinggi kemudian jatuh dari atas karena pengaruh Al-’Ain.

2
‫عن جابر قال قال رسول ال صلى ال عليه وسلم العي تدخل الرجل القب و تدخل المل القدر‬
Dari Jabir radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
“Al-‘Ain adalah haq (benar), dapat memasukkan seseorang ke dalam kuburan dan dapat
memasukkan onta ke dalam kuali 3” [HR. Ibnu ‘Adi 6/407 biografi no. 1890 dari Mu’awiyyah bin
Hisyam Al-Qashshaar, Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 7/90, Al-Khathiib 9/244, Al-Qadlaa’I 2/140 no.
1059; dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahiihul-Jaami’ no. 4144].

‫عن جابر ان رسول ال صلى ال عليه وسلم قال أكثر من يوت من أمت بعد قضاء ال وقدره بالنفس يعن بالعي‬
Dari Jabir radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
“Kebanyakan orang yang meninggal dari umatku setelah qadla dan qadar Allah adalah karena
Al-‘Ain” [HR. Ath-Thayalisi hal. 242 no. 1760, Bukhari dalam At-Tarikh Al-Kabir 4/360, no. 3144, Al-
Hakim 3/46 no. , Al-Bazzar dalam Kasyful-Istaar 3/403 no. 3052, Ad-Dailami 1/364 no. 1467, dan Ibnu
Abi ‘Ashim 1/136 no. 311; dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahiihul-Jaami’ no. 1206].

‫عن عائشة قالت كان رسول ال صلى ال عليه وسلم يأمرن أن استرقي من العي‬
Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah
memerintahkan agar aku meruqyah seseorang karena terkena Al-‘Ain” [HR. Bukhari no. 5406 dan
Muslim no. 2195].

‫أنس قال رخص رسول ال صلى ال عليه وسلم ف الرقية من العي والمة والنملة‬
Dari Anas radliyallaahu ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memberikan rukhshah
dalam ruqyah karena Al-‘Ain, Al-Hummah 4, dan An-Namlah 5” [HR. Muslim no. 2196].

‫عن أم سلمة رضى ال تعال عنها أن النب صلى ال عليه وسلم رأى ف بيتها جارية ف وجهها سفعة فقال استرقوا لا‬
Dari Ummi Salamah radliyallaahu ‘anhaa : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam melihat di
dalam rumah seorang anak perempuan yang di wajahnya terdapat Suf’ah 6. Maka beliau bersabda :
“Padanya ada pengaruh akibat pandangan (Al-‘Ain). Ruqyah-lah ia !” [Bukhari no. 5407 dan Muslim
no. 2197].

‫عن جابر بن عبد ال يقول رخص النب صلى ال عليه وسلم لل حزم ف رقية الية وقال لساء بنت عميس مال أرى أجسام بن أخي‬
‫ضارعة تصيبهم الاجة قالت ل ولكن العي تسرع إليه قال أرقيهم‬
Dari Jabir radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memberikan
rukhshah kepada keluarga Hazm dalam meruqyah (gigitan) ular. Maka beliau bersabda kepada
Asmaa’ binti ‘Umais : “Mengapa saya melihat badan anak-anak keturunan keturunan anak-anak
saudara saya kurus-kurus ? Apakah karena kemiskinan ?”. Asma menjawab : “Tidak, akan tetapi
Al-‘Ain cepat menimpa mereka”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata :
“Ruqyahlah mereka” [HR. Muslim no. 2198].
Pendapat Para Ulama Mengenai Al-‘Ain
Al-Hafidh Ibnu Hajar berkata :

‫قوله باب العي حق أي الصابة بالعي شيء ثابت موجود أو هو من جلة ما تقق كونه قال الازري أخذ المهور بظاهر الديث‬
‫وأنكره طوائف البتدعة لغي معن لن كل شيء ليس مال ف نفسه ول يؤدي إل قلب حقيقة‬
“Perkataan Al-Bukhari : Al-‘Ain adalah haq (benar), yaitu bahwa terkena Al-‘Ain adalah sesuatu yang
tetap lagi ada atau ia merupakan perkataan yang menyatakan kebenaran akan wujudnya. Telah

3
Maksudnya : Sesungguhnya Al-‘Ain dapat menimpa seseorang hingga membunuhnya lalu mati dan dikuburkan
ke dalam kuburan; dan bisa menimpa onta hingga nyaris mati dan disembelih pemiliknya kemudian dimasak di dalam
kuali.
4
Al-Humah adalah setiap sengatan berbisa seperti sengatan ular, kalajengking, dan yang lainnya [An-Nihayah fii
Ghariibil-Hadits oleh Ibnul-Atsir 5/120]
5
An-Namlah adalah nanah yang keluar dari perut (lambung) [idem].
6
Saf’ah adalah tanda dari syaithan. Dikatakan pula bahwa ia adalah satu pukulan darinya, yaitu cekungan hitam
atau kuning di wajahnya [An-Nihayah fii Ghariibil-Hadits oleh Ibnul-Atsir 2/375].

3
‫‪berkata Al-Mazar : Jumhur ulama telah mengambil dhahir hadits dan mengingkari golongan-golongan‬‬
‫‪ahlul-bid’ah (yang telah memalingkannya) dari makna sebenarnya. Karena segala sesuatu tidaklah‬‬
‫‪mustahil pada dirinya dan tidaklah pula mengherankan bagi hati atas hakikatnya..” [Fathul-Bari‬‬
‫‪10/200 penjelasan atas Bab : Al-‘Ainu haqqun].‬‬
‫‪Ibnul-Atsir berkata :‬‬

‫‪.‬يقال‪ :‬أصَابَت فُلنا عيْنٌ إذا نَظر إليه َعدُوّ أو َحسُود فأثّرتْ فيه فمَرِض ِبسَببها‬
‫‪“Dikatakan : Fulan terkena ‘Ain, yaitu apa bila musuh atau orang-orang dengki memandangnya lalu‬‬
‫‪pandangan itu mempengaruhinya hingga menyebabkannya sakit” [An-Nihayah 3/332].‬‬
‫‪Ibnul-Jauzi berkata :‬‬

‫العي نظر باستحسان يشوبه شيء من السد ويكون الناظر خبيث الطبع كذوات السموم فيؤثر ف النظور إليه‬
‫‪“Al-‘Ain adalah pandangan yang disertai anggapan baik yang bercampur dengan kedengkian. Orang‬‬
‫‪yang memandang tersebut mempunyai tabi’at yang buruk - seperti halnya angin panas (yang‬‬
‫‪memberikan pengaruh pada apa yang dikenainya) - sehingga ia akan memberikan bekas/pengaruh‬‬
‫‪pada orang yang dipandangnya tersebut” [Kasyful-Musykil min Hadiitsish-Shahihain no. 994].‬‬
‫‪Ibnul-Qayyim berkata :‬‬

‫س ْمعِ‬
‫س ْمعِ وَاْل َعقْلِ َأمْرَ اْل َعيْنِ وَقَالُوا ‪ :‬إّنمَا َذلِكَ َأوْهَامٌ لَا َحقِي َقةَ َلهُ وَ َهؤُلَاءِ مِنْ أَجْ َهلِ النّاسِ بِال ّ‬ ‫َفَأبْ َطَلتْ طَاِئ َف ٌة ِممّنْ قَلّ َنصِيبُ ُه ْم مِنْ ال ّ‬
‫صفَاتِهَا وَأَ ْفعَالِهَا َوَت ْأثِيَاتِهَا وَ ُعقَلَاءُ اْلأُ َممِ َعلَى‬ ‫وَاْل َعقْلِ َومِنْ أَ ْغلَظِ ِهمْ حِجَابًا وَأَ ْكَثفِ ِهمْ ِطبَاعًا وََأْب َعدِ ِهمْ َمعْرَِفةً عَنْ اْلأَرْوَاحِ وَالّنفُوسِ ‪َ .‬و ِ‬
‫حلِ ِهمْ لَا َتدَْفعُ َأمْرَ اْلعَيْنِ وَلَا ُتْنكِرُهُ َوِإنْ ا ْخَتلَفُوا فِي َسَببِ وَ ِج َهةِ َت ْأثِيِ اْل َعيْنِ‬
‫‪ .‬ا ْخِتلَافِ مَِللِ ِهمْ َونِ َ‬
‫‪“Sekelompok orang yang tidak banyak mendengar dan berfikir menolak masalah (hakikat) Al-‘Ain‬‬
‫‪mengatakan : “Itu hanyalah khayalan yang tidak mempunyai hakikat”. Mereka ini termasuk orang‬‬
‫‪yang paling bodoh karena tidak banyak mendengar dan berfikir, termasuk orang-orang yang paling‬‬
‫‪tebal dinding penutupnya, paling keras tabiatnya, dan paling jauh pengetahuannya tentang ruh dan‬‬
‫‪jiwa. Padahal, sifat-sifat, perbuatan-perbuatan, dan pengaruh-pengaruh Al-‘Ain itu – demikian pula‬‬
‫‪orang-orang yang berakal sehat di kalangan umat dari berbagai aliran dan madzhab – tidak menolak‬‬
‫‪dan tidak mengingkari masalah Al-‘Ain ini, sekalipun mereka berselisih pendapat tentang sebabnya‬‬
‫‪dan bagaimana pengaruh Al-‘Ain itu” [Zaadul-Ma’ad 4/152].‬‬
‫‪Selanjutnya Ibnul-Qayyim melanjutkan :‬‬

‫ت مُ َؤثّ َرةً وَلَا ُي ْمكِنُ ِلعَاقِلٍ‬ ‫خَتلِ َفةً وَ َجعَلَ فِي َكثِ ٍي ِمنْهَا خَوَاصّ وَ َكْي ِفيّا ٍ‬ ‫وَلَا َرْيبَ َأنّ الّلهَ ُسبْحَاَنهُ َخلَقَ فِي اْلأَ ْجسَامِ وَاْلَأرْوَاحِ ُقوًى َو َطبَاِئعَ مُ ْ‬
‫شمُهُ‬
‫حَت ِ‬‫حمَرّ ُحمْرَةً َشدِيدَةً إذَا نَظَرَ إَلْي ِه مِنْ َي ْ‬ ‫حسُوسٌ َوَأْنتَ َترَى الْوَ ْجهَ َكيْفَ يَ ْ‬ ‫إْنكَارُ َت ْأثِيِ اْلأَرْوَاحِ فِي اْلأَ ْجسَامِ فَِإّنهُ َأمْ ٌر ُمشَا َه ٌد مَ ْ‬
‫ضعُفُ ُقوَاهُ وَ َهذَا ُكّلهُ ِبوَاسِ َطةِ َت ْأثِيِ‬ ‫س مَنْ َيسْ َقمُ مِنْ النّ َظرِ َوَت ْ‬
‫صفْرَةً شَدِيدَةً ِعْندَ نَ َظ ِر مَنْ يَخَاُفهُ إَلْيهِ وََقدْ شَا َهدَ النّا ُ‬ ‫صفَرّ ُ‬ ‫ستَحِي ِمْنهُ َويَ ْ‬ ‫َوَي ْ‬
‫خَتلِ َفةٌ فِي َطبَاِئعِهَا وَُقوَاهَا‬ ‫ح مُ ْ‬
‫ستْ ِهيَ اْلفَا ِعَلةَ وَِإّنمَا الّتأْثِيُ لِلرّوحِ وَاْلأَرْوَا ُ‬ ‫سبُ اْلفِعْلُ إَليْهَا وََلْي َ‬ ‫شدّةِ ا ْرِتبَاطِهَا بِاْل َعيْنِ ُيْن َ‬
‫اْلَأرْوَاحِ َوِل ِ‬
‫حسُودِ َأذًى َبّينًا‬ ‫صهَا فَرُوحُ الْحَا ِس ِد مُؤْ ِذَيةٌ ِل ْلمَ ْ‬ ‫وَ َكْي ِفيّاتِهَا وَخَوَا ّ‬
‫حسُودِ َأمْرٌ لَا ُيْنكِرُهُ إلّا مَنْ ُهوَ خَارِجٌ عَنْ َحقِي َقةِ‬ ‫ستَعِيذَ ِب ِه مِنْ شَرّهِ َوَت ْأثِيُ الْحَا ِسدِ فِي أَذَى اْلمَ ْ‬ ‫وَِل َهذَا َأمَرَ الّلهُ ‪ُ -‬سبْحَاَنهُ ‪َ -‬رسُوَلهُ َأنْ َي ْ‬
‫صّيةِ وََأ ْشَبهُ‬
‫حسُودَ َفُت َؤثّرُ فِيهِ ِبِتلْكَ اْلخَا ّ‬ ‫خبِيَثةَ اْلحَا ِسدَةَ َتَت َكيّفُ ِب َكيْ ِفّيةٍ َخبِيَثةٍ َوُتقَابِلُ اْلمَ ْ‬
‫صلُ الِْإصَاَبةِ بِاْل َعيْنِ َفِإنّ الّنفْسَ الْ َ‬
‫الِْإْنسَاِنّيةِ وَهُوَ َأ ْ‬
‫شَتدّ‬‫ضِبّيةٌ َوَت َكّيفَتْ ِب َكْي ِفيّةٍ َخبِيَث ٍة مُؤْ ِذَيةٍ َف ِمنْهَا مَا َت ْ‬
‫ت ِمنْهَا ُقوّةٌ غَ َ‬ ‫سمّ كَامِنٌ فِيهَا بِاْلقُوّةِ فَإِذَا قَاَبَلتْ َعدُوّهَا اْنَب َعثَ ْ‬ ‫اْلَأ ْشيَاءِ بِ َهذَا اْلأَ ْفعَى فَِإنّ ال ّ‬
‫صلّى الّلهُ َعَلْيهِ َو َسّلمَ فِي اْلَأْبتَرِ وَذِي‬ ‫جِنيِ َو ِمنْهَا مَا ُت َؤثّرُ فِي َطمْسِ اْلَبصَرِ َكمَا قَالَ الّنِبيّ َ‬ ‫َكْيفِّيتُهَا َوَتقْوَى َحتّى تُ َؤثّرَ فِي إ ْسقَاطِ اْل َ‬
‫حبَل‬‫حيّاتِ إّن ُهمَا َي ْلَتمِسَانِ اْلَبصَرَ َوُيسْقِطَانِ الْ َ‬ ‫ال ّط ْفَيَتيْنِ مِنْ الْ َ‬
‫بَلْ الّت ْأثِيُ َيكُونُ تَارَةً بِالِاتّصَالِ َوتَارَةً بِاْلمُقَاَبَلةِ َوتَا َرةً بِالرّ ْؤَيةِ َوتَا َرةً ِبتَوَ ّجهِ الرّوحِ نَحْوَ مَنْ يُ َؤثّرُ فِيهِ َوتَا َرةً بِاْلأَدْ ِعَيةِ وَالرّقَى‪...........‬‬
‫سهُ فِيهِ وَِإنْ‬‫شيْءُ َفُت َؤثّرُ َن ْف ُ‬
‫خيّلِ َوَنفْسُ اْلعَائِنِ لَا َيَتوَقّفُ َت ْأثِيُهَا َعلَى الرّ ْؤَيةِ َبلْ َقدْ َيكُونُ أَ ْعمَى َفيُوصَفُ َلهُ ال ّ‬ ‫وَالّتعَوّذَاتِ َوتَارَةً بِالْوَ ْهمِ وَالتّ َ‬
‫ف مِنْ َغيْرِ رُ ْؤَيةٍ وََقدْ قَالَ َتعَالَى ِلَنِبّيهِ ‪{ :‬وَِإنْ َيكَادُ اّلذِينَ َكفَرُوا َليُزِْلقُونَكَ ِبَأبْصَارِ ِهمْ‬ ‫َلمْ يَرَهُ وَ َكثِ ٌي مِنْ اْلعَاِئِنيَ يُ َؤثّرُ فِي اْلمَ ِعيِ بِالْ َوصْ ِ‬

‫‪4‬‬
‫ َوقَالَ {قُلْ أَعُوذُ بِرَبّ اْلفَلَقِ مِنْ شَ ّر مَا َخلَقَ َومِنْ شَرّ غَاسِقٍ إِذَا وََقبَ َومِنْ شَرّ الّنفّاثَاتِ فِي‬. ] 51 ُ‫َلمّا َس ِمعُوا الذّكْرَ } [ اْل َقلَم‬
ُ‫ َفكُلّ عَائِنٍ حَا ِسدٌ وََليْسَ كُلّ حَا ِسدٍ عَاِئنًا َفَلمّا كَانَ الْحَا ِسدُ أَ َع ّم مِنْ اْلعَاِئنِ كَاَنتْ الِا ْسِتعَا َذ ُة ِمْنه‬.} َ‫سد‬ َ ‫اْلعُ َقدِ َومِنْ شَرّ حَا ِسدٍ إِذَا َح‬
‫حسُودِ وَاْلمَ ِعيِ تُصِيُبهُ تَارَةً َوتُخْ ِطُئهُ تَارَةً َفِإنْ صَادََفْت ُه َم ْكشُوفًا لَا‬ ْ َ‫ج مِنْ َنفْسِ اْلحَا ِسدِ وَاْلعَائِنِ نَحْوَ اْلم‬ُ ُ‫خر‬
ْ َ‫ا ْستِعَا َذ ًة مِنْ اْلعَاِئنِ وَ ِهيَ سِهَامٌ ت‬
‫سلَاحِ لَا َمْنفَذَ فِيهِ لِلسّهَامِ َلمْ ُت َؤثّرْ فِيهِ َو ُربّمَا رُدّتْ السّهَامُ َعلَى صَا ِحِبهَا‬ ّ ‫وِقَاَيةَ َعَلْيهِ َأثّ َرتْ فِيهِ َولَا ُبدّ وَِإنْ صَادََفْتهُ َح ِذرًا شَا ِكيَ ال‬.
“Tidak diragukan lagi bahwa Allah menciptakan bermacam-macam kekuatan dan tabiat pada jasad
dan ruh. Banyak diantaranya yang dijadikan memiliki kekhususan dan seluk-beluk pengaruhnya. Bagi
orang yang berakal tidak mungkin menolak pengaruh ruh dalam jasad, karena ia merupakan hal yang
empirik. Anda melihat bagaimana wajah menjadi merah padam apabila dipandang oleh orang yang
sangat disegani, atau menjadi pucat pasi bila dipandang oleh orang yang ditakuti. Orang-orang pun
menyaksikan adanya orang yang sakit dan lemah kekuatannya disebabkan oleh pandangan mata. Ini
semua terjadi dengan perantaraan ruh. Dan, mengingat kaitannya yang sangat erat dengan mata,
maka orang yang menisbatkan perbuatannya tersebut padanya (mata) padahal sesungguhnya
tidaklah demikian, tetapi hanyalah merupakan pengaruh ruh. Sedangkan ruh itu sendiri bermacam-
macam tabiat, kekuatan, seluk-beluk, dan kekhususan-kekhususannya. Ruh orang yang mendengki
akan menyakiti secara jelas orang yang didengki.
Oleh karena itu, Allah memerintahkan Rasul-Nya agar berlindung kepada-Nya dari kejahatannya.
Pengaruh orang yang mendengki dalam menyakiti orang yang didengki merupakan perkara yang
tidak dipungkiri kecuali oleh orang yang telah keluar dari hakikat kemanusiaan (gila). Ia (kedengkian)
merupakan pangkal terjadinya apa yang disebut : Terkena Al-‘Ain. Karena jiwa yang buruk dan
mendengki akan menyesuaikan diri dengan cara yang buruk dan melawan orang yang didengki
kemudian mempengaruhinya dengan kekhususan tersebut. Sesuatu yang paling mirip dengan hal ini
adalah ular, karena racun tersimpan di dalamnya dengan kuat; apabila ia menghadapi musuhnya
maka akan muncul darinya satu kekuatan amarah dan akan menyesuaikan dengan cara yang buruk
dan menyakitkan. Diantaranya ada yang sangat kuat cara penyesuaiannya sehingga bisa
berpengaruh menggugurkan janin (yang ada dalam kandungan). Ada juga yang bisa menimbulkan
kebutaan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tentang ular bunting dan
mempunyai dua garis putih di punggungnya : “Keduanya bisa membutakan kedua mata dan
menggugurkan kandungan” 7.
………..
Kadang-kadang pengaruh tersebut terjadi melalui kontak (persentuhan), perlawanan, pandangan,
mengerahkan ruh kepada orang yang akan dipengaruhi, doa-doa, jampi-jampi, ta’awudz (doa
meminta perlindungan), atau dengan mengkhayalkan dan membayangkan. Pengaruh jiwa orang
yang melakukan Al-‘Ain itu tidak hanya tergantung pada pandangan, bahkan bisa jadi matanya buta
kemudian dijelaskan padanya sesuatu lalu jiwanya bisa mempengaruhinya sekalipun tidak melihat.
Banyak orang yang mempunyai Al-‘Ain dapat mempengaruhi orang yang didengki hanya melalui
penjelasan yang didengarnya tanpa melihatnya. Dan sungguh Allah telah berfirman kepada Nabi-Nya
: “Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan
pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran” [QS. Al-Qalam : 51]. Dan Allah juga
berfirman : Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan
makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita
tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki." [QS.
Al-Falaq : 1-5]. Maka setiap pelaku ‘Ain adalah pendengki, namun tidaklah setiap pendengki itu
adalah pelaku ‘Ain. Seorang pendengki lebih umum daripada seorang pelaku ‘Ain, sehingga isti’adzah
terhadap orang yang dengki (dalam ayat) sudah mencakup isti’adzah dari para pelaku ‘Ain. Ia adalah
“anak panah” yang keluar dari jiwa seorang pendengki dan pelaku ‘Ain kepada orang yang didengki,
yang kadang-kadang menimpanya tapi juga kadang-kadang tidak mengenainya. Jika kebetulan orang
yang didengki itu “telanjang” tidak ada “perlindungan” sama sekali, maka pasti akan
mempengaruhinya. Jika orang yang didengki itu dalam keadaan “siap membawa senjata”, maka tidak
akan mampu menembusnya. Bahkan mungkin anak panah itu akan kembali pada orang yang
meluncurkannya” [idem 4/153-154].
Beliau meneruskan :

7
HR. Bukhari no. 3123 dan Muslim no. 2233.

5
ُ‫سه‬
َ ‫سَت ِعيُ َعلَى َتْنفِيذِ ُسمّهَا ِبَنظْرَةٍ إلَى اْل َمعِيِ وََقدْ يَ ِعيُ ال ّرجُلُ َن ْف‬
ْ ‫خبِيَثةِ ُثمّ َت‬
َ ‫سهِ اْل‬
ِ ْ‫ش ْيءِ ُثمّ َتْتَب ُعهُ َكْي ِفّيةُ َنف‬
ّ ‫صُل ُه مِنْ إ ْعجَابِ اْلعَائِنِ بِال‬ ْ ‫وََأ‬
ِ‫وََقدْ يَ ِعيُ ِب َغيْرِ إرَا َدِته‬.
“Asal terjadinya Al-‘Ain ini adalah dari kekaguman orang yang melakukan ‘Ain itu terhadap sesuatu,
kemudian diikuti oleh penyesuaian jiwanya yang buruk lalu melancarkan racunnya menggunakan ‘Ain
kepada orang yang didengki. Seseorang bisa jadi melakukan ‘Ain terhadap dirinya dan kadang-
kadang pengaruh buruk dari pandangan matanya itu mengenai (seseorang) tanpa kehendaknya”
[idem, 4/154].
Perbedaan Antara Al-‘Ain (Mata Kedengkian) dan Kedengkian 8
1. Orang yang dengki lebih umum daripada orang yang mempunyai ‘Ain. Orang yang mempunyai
‘Ain adalah orang dengki jenis tertentu. Setiap pelaku ‘Ain adalah pendengki, akan tetapi tidak
setiap pendengki adalah pelaku ‘Ain. Oleh sebab itu disebutkan isti’adzah (memohon
perlindungan) di dalam QS. Al-Falaq itu adalah dari kedengkian. Jika seorang Muslim ber-
isti’adzah dari kejahatan orang yang mendengki, maka sudah termasuk di dalamnya (isti’adzah
kepada) pelaku ‘Ain. Ini adalah termasuk kemukjizatan dan balaghah Al-Qur’an.
2. Kedengkian muncul dari rasa iri, benci, dan mengharapkan lenyapnya nikmat. Sedangkan Al-‘Ain
disebabkan oleh kekaguman, kehebatan, dan keindahan.
3. Kedengkian dan Al-‘Ain (mata kedengkian) memiliki kesamaan dalam hal pengaruh, yaitu
menimbulkan bahaya bagi orang yang didengki dan dipandang dengan ‘Ain. Keduanya berbeda
dalam soal sumber penyebab. Sumber penyebab kedengkian adalah terbakarnya hati dan
mengharapkan lenyapnya nikmat dari orang yang didengki, sedangkan sumber penyebab Al-‘Ain
adalah panahan pandangan mata. Oleh sebab itu, kadang-kadang menimpa orang yang tidak
didengki seperti benda mati, binatang, tanaman, atau harta ; bahkan bisa jadi menimpa dirinya
sendiri. Jadi, pandangannya terhadap sesuatu adalah pandangan kekaguman dan pelototan
disertai penyesuaian jiwanya dengan hal tersebut sehingga bisa menimbulkan pengaruh terhadap
orang yang dipandang.
4. Orang yang mendengki bisa saja mendengki sesuatu yang diperkirakan akan terjadi (belum
terjadi), sedangkan pelaku ‘Ain tidak akan melayangkan pandangan matanya kecuali pada
sesuatu yang telah terjadi.
5. Orang tidak akan mendengki dirinya atau hartanya sendiri, tetapi bisa jadi dia menatap keduanya
(yaitu kepada dirinya dan hartanya itu) dengan ‘Ain (sehingga terjadilah sesuatu pada dirinya).
6. Kedengkian tidak mungkin muncul kecuali dari orang yang berjiwa buruk dan iri, tetapi Al-‘Ain
kadang-kadang terjadi dari orang yang shalih ketika dia mengagumi sesuatu tanpa ada maksud
darinya untuk melenyapkannya, sebagaimana yang dialami oleh ‘Amir bin Rabi’ah ketika
tatapannya menimpa Sahl bin Hunaif. Padahal ‘Amir radliyallaahu ‘anhu termasuk generasi awal
bahkan termasuk Mujahidin Badr. Diantara ulama yang membedakan antara kedengkian dan
Al-‘Ain (mata kedengkian) adalah Ibnul-Jauzi, Ibnul-Qayyim, Ibnu Hajar, An-Nawawi dan lainnya.
Oleh karena itu, setipa muslim yang melihat sesuatu yang menakjubkan dianjurkan agar
mendoakan keberkahannya baik sesuatu itu miliknya ataupun milik orang lain. Sebagaimana
sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Sahl bin Hunaif : “Mengapa kamu
tidak memberkahinya ?”
Yaitu mendoakan keberkahannya, karena doa ini bisa mencegah Al-‘Ain.
Pengobatan Mata Kedengkian
1. Memandikan Pelaku ‘Ain
Jika telah diketahui pelaku ‘Ain-nya, maka perintahkanlah ia agar mandi kemudian air yang
dipakai mandi tersebut diambil dan disiramkan kepada orang yang terkena ‘Ain dari arah
belakangnya.

8
Lihat Al-‘Ainu haqq hal. 28.

6
‫عن أب أمامة بن سهل بن حنيف أن أباه حدثه أن رسول ال صلى ال عليه وسلم خرج وساروا معه نو مكة حت إذا كانوا‬
‫بشعب الرار من الحفة أغتسل سهل بن حنيف وكان رجل أبيض حسن السم واللد فنظر إليه عامر بن ربيعة أخو بن عدي‬
‫بن كعب وهو يغتسل فقال ما رأيت كاليوم ول جلد مبأة فلبط فسهل فأتى رسول ال صلى ال عليه وسلم فقيل له يا رسول ال‬
‫هل لك ف سهل وال ما يرفع رأسه وما يفيق قال هل تتهمون فيه من أحد قالوا نظر إليه عامر بن ربيعة فدعا رسول ال صلى ال‬
‫عليه وسلم عامرا فتغيظ عليه وقال علم يقتل أحدكم أخاه هل إذا رأيت ما يعجبك بركت ث قال له أغتسل له فغسل وجهه‬
‫ويديه ومرفقيه وركبتيه وأطراف رجليه وداخلة إزاره ف قدح ث صب ذلك الاء عليه يصبه رجل على رأسه وظهره من خلفه ث‬
‫يكفئ القدح وراءه ففعل به ذلك فراح سهل مع الناس ليس به بأس‬

Dari Umamah bin Sahl bin Hunaif, bahwasannya ayahnya telah menceritakan kepadanya :
Bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pergi bersamanya menuju Makkah. Ketika sampai
di satu celah bukit Kharar di daerah Juhfah, maka Sahl bin Hunaif mandi. Ia adalah seorang yang
yang berkulit sangat putih dan sangat bagus. Maka ‘Amir bin Rabi’ah - kerabat Bani ‘Adi bin Ka’b
– memandangnya ketika ia sedang mandi. ‘Amir berkata : ‘Aku belum pernah melihat seperti
sekarang, juga tidak pernah melihat kulit wanita perawan bercadar’. Maka tiba-tiba Sahl jatuh
terguling (karena sakit. Maka datag Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan dikatakan
kepada beliau : “Wahai Rasulullah, apa kira-kira yang terjadi pada Sahl ? Ia (Sahl) tidak bisa
mengangkat kepalanya dan sekarang ia belum juga sadar”. Kemudian Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bertanya : “Apakah ada seseorang yang kalian curigai ?”. Mereka berkata : “Amir
bin Rabi’ah telah memandangnya”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
memanggilnya lalu memarahinya dan bersabda : ‘Mengapa salah seorang diantara kalian hendak
membunuh Saudaranya ? Mengapa ketika kamu melihat sesuatu hal yang menakjubkanmu,
kamu tidak memberkahi ?”. Kemudian beliau berkata kepadanya : “Mandilah untuknya !”.
Kemudian ‘Amir mencuci mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya, kedua lututnya, jari-jari
kedua kakinya, dan bagian dalam kainnya di dalam bejana. Kemudian (air bekas mandi itu)
disiramkan kepadanya (Sahl) oleh seseorang ke kepalanya dan punggungnya dari arah
belakangnya. Kemudian bejana terebut ditumpahkan isinya di belakangnya. Maka setelah hal itu
dilakukan, Sahl kembali bersama orang-orang dalam keadaan tidak kurang suatu apa (sehat
kembali). ” [HR. Ahmad 3/486 no. 16023, Malik 2/938 no. 1678, dan Nasa’i dalam Al-Kubraa
4/380 no. 7616; dishahihkan oleh Al-Arnauth dalam dalam Ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad dan
Al-Albani dalam Shahihul-Jaami’ no. 4020].
Bisa juga pelaku ‘Ain cukup berwudlu saja dan kemudian air bekas wudlunya dipakai mandi oleh
orang yang terkena ‘Ain.

‫عن عائشة رضى ال تعال عنها قالت كان يؤمر العائن فيتوضأ ث يغتسل منه العي‬
Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : “Orang yang melakukan ‘Ain diperintahkan agar
berwudlu kemudian orang yang terkena ‘Ain mandi dari air (bekas wudlu tadi)” [HR. Abu Dawud
no. 3880; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/467].
2. Meletakan tangan ke atas kepala penderita ‘Ain dengan membaca :
َ‫سمِ الِ َأرِْقيْك‬
ْ ‫ش ِفيْكَ ِب‬
ْ ‫ك مِنْ شَرّ كُلّ َنفْسٍ َأوْ َعيْنٍ حَا ِسدٍ الُ َي‬
َ ْ‫ك مِنْ ُكلّ َش ْيءٍ يُؤْ ِذي‬
َ ْ‫سمِ الِ َأرِْقي‬
ْ ‫ِب‬
“Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari setiap sesuatu yang menyakitimu dab dari kejelekan
setiap jiwa atau mata yang dengki. Allah-lah yang menyembuhkanmu. Dengan nama Allah aku
meruqyahmu” [HR. Muslim no. 2186].

ٍ‫سدَ َومِنْ شَرّ ِذيْ َعْين‬


َ ‫سمِ الِ ُيبْ ِريْكَ َومِنْ كُلّ دَاءٍ َيشْ ِفيْكَ َومِنْ شَرّ حَا ِسدٍ إِذَا َح‬
ْ ‫ِب‬
“Dengan nama Allah, mudah-mudahan Dia membebaskanmu, dari setiap penyakit, mudah-
mudahan Dia akan menyembuhkanmu, melindungimu dari kejahatan orang dengki jika dia
mendengki dan dari kejahatan setiap orang yang mempunyai ‘Ain (mata dengki)” [HR. Muslim no
2185].

7
3. Meletakkan tangan di bagian atas yang sakit dan meruqyah dengan QS. Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan
An-Naas [Muttafaqun ‘alaih].

Ini adalah tulisan Fadlilatusy-Syaikh Wahid Abdus-Salaam Bali (dengan sedikit perubahan,
pengurangan, dan penambahan dari ana tanpa mengubah esensi).

Abu Al-Jauzaa’ 1429.

Вам также может понравиться