Вы находитесь на странице: 1из 18

Penyalahgunaan Formalin Posted July 8th, 2008 by drmwn PENYALAHGUNAAN FORMALIN Ciri Dan Sifat Formalin Formalin adalah

larutan jenuh (saturated solution) dari formaldehida, air dan senyawa khas lainnya (metanol). Di dalam formalin tersebut terkandung 37 persen formaldehida, 13 persen metanol, dan sisanya air. Kandungan air berfungsi dalam menyediakan cairan (dilution) untuk formaldehida. Metil alkohol 10-15% ditambahkan untuk mencegah polimerisasi. Penambahan metil alkohol itulah yang menyebabkan zat kimia tersebut dikenal dengan formalin. Formalin sering kali dianggap sebagai nama lain dari formaldehida oleh masyarakat. Padahal, pendapat tersebut salah dan sangat keliru. Dalam sebuah publikasi di situs East Carolina University ditegaskan, formalin dan formaldehida adalah dua senyawa yang berbeda. Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida, bentuknya gas, yang rumus kimianya H2CO. Formaldehida awalnya disintesa oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari membakar bahan yang mengandung karbon. Dikandung dalam asap dari kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil,bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Karena keadaannya katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizaro menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksan atau polimer linier polioksimetilen. Formasi zat ini menjadikan tingkah laku gas formaldehida berbedadari hukum gas ideal, terutama dalam tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia : 2 CH3OH + O2 ? 2 H2CO + 2 H2O. Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam hawa yang lebih panas, kira-kira 650 C. dalam keadaan begini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi : CH3OH ? H2CO + H2. Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan. Kegunaan Formalin Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, Formalin dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang dan pakaian. Formaldehidajuga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutandari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai. Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Kalau digabungkan dengan fenol, urea, atau melamin, formaldehida menghasilkan resin termosetyang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Produksi resin formaldehida menghabiskan lebih dari setengahnya dari produksi formaldehida. Untuk mensintesa bahan-bahan kimia, formaldehida misalnya dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilen difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretan, serta heksametilen tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida,serta bahan baku pabrikpabrik resin plastik dan bahan peledak. Formalin merupakan bahan kimia yang lazim digunakan dalam proses pengawetan mayat (embalming). Jaringan dan sel-

sel makhluk hidup tersusun dari protoplasma dan zat sejenisnya. Protoplasma tersebut mengandung cairan dalam jumlah banyak. Kandungan formaldehida dalam formalin dapat mengeringkan kandungan air dalam protoplasma dan menghancurkan sel dalam jaringan. Dalam proses pengawetan mayat, formaldehida menggantikan kandungan air dalam sel dengan gel yang kaku (rigid gel). Proses ini menyebabkan jaringan akan mempertahankan bentuknya, sehingga mayat yang diberi formalin akan awet dan bertahan dalam bentuknya untuk waktu yang cukup lama. Pengawetan mayat dan hewan biasanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Penggunaannya telah lazim dipakai oleh berbagai rumah sakit dan perguruan tinggi.Proses pengawetan dilakukan dengan merendam jasad manusia atau hewan ke dalam formalin. Selain itu, formalin digunakan pula dalam industri kimia. Formalin mampu berfungsi sebagai desinfektan, bahan pembuatan resin, dan zat antiseptik mikroba dalam pembuatan plastik. Industri tekstil dan kayu lapisjuga turut menggunakan formalin. Kegunaan lain formalin : Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya. Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Bahan untuk pembuatan produk parfum. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. Pencegah korosi untuk sumur minyak Dalam konsentrat yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet. Penyalahgunaan Formalin Mengetahui manfat formalin terutama sebagai bahan pengawet, ternyata ada sebagian orang yang berfikir untuk menggunakan formalin sebagai bahan pengawet untuk makanan. Beberapa bahan makanan yang diduga menggunakan formalin sebagai bahan pengawet antara lain : 1. Mie basah Ciri-ciri mi basah yang mengandung formalin : Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (250 C) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (100 C) Bau agak menyengat, bau formalin Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal 2. Tahu Ciri-ciri tahu yang mengandung formalin : Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (250 C) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (100 C) Tahu terlampau keras, namun tidak padat Bau agak mengengat, bau formalin (dengan kandungan formalin 0.5-1ppm) 3. Bakso Ciri-ciri baso yang mengandung formalin : Tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar (250 C) Teksturnya sangat kenyal 4. Ikan segar Ciri-ciri ikan segar yang mengandung formalin: Tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (250 C) Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih Bau menyengat, bau formalin 5. Ikan asin Ciri-ciri ikan asin yang mengandung formalin: Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (250 C) Bersih cerah Tidak berbau khas ikan asin 6. Buah buahan Ciri buah-buahan yang mengandung formalin : Kulit buah lebih mengkilat Ranting buah sudah layu, tapi buah masih tampak segar Buah tidak tampak kusam walaupun sudah beberapa hari Maraknya penyalahgunaan formalin bisa disebabkan karena beberapa hal, antara lain : 1. Harga formalin yang relatif terjangkau 2. Mudah untuk mendapatkan formalin ( dijual bebas ) 3. Penggunaan yang mudah 4. Kurangnya pengawasan dari pemerintah 5. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya formalin 6. Tuntutan kebutuhan ekonomi yang semakin sulit

Bahaya Formalin Bagi Kesehatan Formalin masuk ke dalam tubuh manusia melalui dua jalan, yaitu mulut dan pernapasan. Sebetulnya, sehari-hari kita menghirup formalin dari lingkungan sekitar. Polusi yang dihasilkan oleh asap knalpot dan pabrik, mengandung formalin yang mau tidak mau kita hirup, kemudian masuk ke dalam tubuh. Asap rokok atau air hujan yang jatuh ke bumi pun sebetulnya juga mengandung formalin. Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel, sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh. Tahun 2004, IARC (International Agency of Research on Cancer) menyatakan bahwa formaldehida termasuk ke dalam golongan karsinogen Grup I, artinya karsinogenik pada manusia. Walau melalui pencernaan formalin dapat terurai dalam waktu 1,5 menit, namun formalin (formaldehida) bersifat sangat reaktif dan terbukti berinteraksi dengan basa DNA manusia. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing, pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan pengingkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan. Imunitas tubuh sangat berperan dalam berdampak tidaknya formalin di dalam tubuh. Jika imunitas tubuh rendah atau mekanisme pertahanan tubuh rendah, sangat mungkin formalin dengan kadar rendah pun bisa berdampak buruk terhadap kesehatan. Usia anak khususnya bayi dan balita adalah salah satu yang rentan untuk mengalami gangguan ini. Secara mekanik integritas mukosa (permukaan) usus dan peristaltik (gerakan usus) merupakan pelindung masuknya zat asing masuk ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi zat berbahaya tersebut. Secara imunologik sIgA (sekretori Imunoglobulin A) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia dapat menangkal zat asing masuk ke dalam tubuh. Pada usia anak, usus imatur (belum sempurna) atau sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan berbahaya masuk ke dalam tubuh sulit untuk dikeluarkan. Hal ini juga akan lebih mengganggu pada penderita gangguan saluran cerna yang kronis seperti pada penderita Autism, penderita alergi dan sebagainya. Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter. Sedangkan kadar di udara 1 mg/kg. IPCS adalah lembaga khusus dari tiga organisasi di PBB, yaitu ILO, UNEP, serta WHO, yang mengkhususkan pada keselamatan penggunaan bahan kimiawi. Bila formalin masuk ke tubuh melebihi ambang batas tgersebut maka dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan system tubuh manusia. Akibat yang ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam jangka panjang, bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan. Akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam jumlah yang banyak, Tanda dan gejala akut atau jangka pendek yang dapat terjadi adalah bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual, diare dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. Bila terhirup formalin mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan sistem saluran pernafasan bisa mengganggu paru-paru berupa pneumonia (radang paru) atau edema paru ( pembengkakan paru). Bila terkena kulit dapat menimbulkan perubahan warna, kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar. Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata. Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. Meskipun dalam jumlah kecil, dalam jangka panjang formalin juga bisa mengakibatkan banyak gangguan organ tubuh. Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Gangguan otak mengakibatk efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, gangguan emosi, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi, daya ingat berkurang dan gangguan perilaku lainnya. Dalam jangka panjang dapat terjadi gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak juga bisa terjadi. Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung. Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput mata. Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. Menurut Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (USD), Dr Yuswanto, formalin itu tidak berbahaya. Kenapa formalin di makanan tidak berbahaya? Kata Yuswanto, proses metabolisme formalin yang masuk ke tubuh manusia sangat cepat. Tubuh manusia akan mengubah formalin menjadi CO2 dan air seni dalam waktu 1,5 menit. Secara alami, setiap liter darah manusia mengandung formalin 3 mL. Sedangkan formalin yang masuk bersama makanan akan didegradasi menjadi CO2 dan dibuang melalui alat pernapasan. Jadi, meski formalin dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama, tidak akan terjadi proses akumulasi dan menyebabkan toksifikasi. Yuswanto menegaskan, informasi

yang berkembang di masyarakat salah kaprah. Sebab, baru dalam dosis besar yakni sekitar 6 gram, formalin akan memunculkan efek negatif bagi tubuh manusia. Akan tetapi, pembakaran/penguraian senyawa organik yang tidak sempurna, selain menghasilkan karbondioksida (CO2) juga bisa menghasilkan CO (karbonmonoksida, sangat beracun), arang, dan senyawa-senyawa turunan lain (yang mungkin bersifat racun). Tubuh kita mengeluarkan (sebagian) sisa penguraian makanan (dan senyawa lain yang masuk ke tubuh secara tidak sengaja, misalnya polusi) melalui defekasi, buang air kecil, dan keringat. Selebihnya, diserap atau menumpuk di organ-organ semacam ginjal dan hati sehingga jika terlalu banyak bahan yang dikonsumsi akan mengakibatkan kerusakan pada organ tersebut. Sehingga, seaman apapun formalin, tetap saja berbahaya bagi tubuh manusia apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang cukup lama. Penanganan Intoksikasi Formalin Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung formalin, tindakan awal yang harus dilakukan adalah menghindarkan penderita dari daerah paparan ke tempat yang aman. Bila penderita sesak berat, kalau perlu gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. Bila terkena kulit lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar. Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Bila tertelan segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat berbahaya tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit. Yang lebih menyulitkan adalah pemantauan efek samping jangka panjang. Biasanya hal ini terjadi akibat paparan terhadap formalin dalam jumlah kecil. Dalam jangka pendek akibat yang ditimbulkan seringkali tanpa gejala atau gejala sangat ringan. Jangka waktu tertentu gangguan dan gejala baru timbul. Pencegahan paparan langsung terhadap formalin harus dilakukan, khususnya bagi pekerja industri yang memakai formalin. Agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan. Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah dengan tidak menggunakannya pada makanan, karena masih ada pengawet makanan yang aman. Depkes atau Badan POM beserta instansi terkait harus mengawasi secara ketat dan terus menerus dalam masalah ini. Penggunaan Bahan Pengawet Yang Lebih Aman Untuk tahu putih bisa diawetkan dengan menggunakan bawang putih. Caranya, ambil beberapa siung bawang putih, kemudian digerus. Setelah lembut, kemudian diberi air dan disaring. Air dari bawang putih ini kemudian dituangkan ke dalam air yang dibuat untuk merendam tahu. Bawang putih yang mengandung anstiseptik itu mampu menjadikan tahu bertahan hingga dua hari. Selain awet, tahu akan semakin sedap dengan rendaman bawang putih itu. Untuk tahu kuning, pewarnanya sebaiknya menggunakan air kunyit dan tidak menggunakan bahan pewarna kimia. Kalau menggunakan pewarna kimia, sebaiknya memakai asam sitrat atau yang lebih dikenal dengan istilan sitrun. Dengan pemberian sitrun, selain menjadi kuning, tahu akan jadi tambah kenyal. Ada cara yang lebih murah dan sehat untuk mengawetkan ikan. Salah satu caranya, ikan hasil tangkapan tersebut direndam air yang dicampur dengan asam laktat. Asam laktat itu tidak perlu dibeli di toko bahan kimia, bisa membuatnya sendiri. Bahan yang dibutuhkan cukup sayur kubis yang dirajang halus, kemudian disimpan dalam wadah dan ditaburi garam dapur. Ukurannya, dalam 100 gram kubis ditaburi satu sendok makan garam. Setelah didiamkan sekitar dua hari, di bawah kubis yang membusuk tadi terdapat cairan dari proses pembusukan. Cairan inilah yang disebut dengan asam laktat. Selanjutnya asam laktat ini dicampur dengan air yang akan digunakan untuk merendam ikan. Dengan cara ini, ikan akan bisa tetap bertahan sampai 12 jam. Kubis yang digunakan, tidak perlu yang baik dan segar, cukup dengan sisa kubis yang berserakan di pasar, yang memang dibuang oleh penjual. Untuk mengawetkan mie basah dapat digunakan air ki. Air ki juga bisa dibuat sendiri. Caranya, jerami dibakar hingga jadi abu. Lalu abu jerami ini dimasukkan ke dalam wadah yang sudah diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2 jam. Selanjutnya saring sehingga sisa bakaran jerami tidak bercampur dengan air. Air sisa bakaran jerami inilah yang disebut denga air ki. Air ki mengandung antiseptik yang dapat membunuh kuman. Dengan pemberian air ki, mi basah mampu bertahan sampai dua hari. Dari IPB, telah ditemukan formula pengganti formalin yang disebut chitosan. chitosan dibuat dari limbah industri pengolahan udang dan rajungan. Ambil kulit, kepala, dan ekor yang tidak terpakai. Bahan-bahan tadi kemudian dihilangkan mineralnya (de-mineralisasi) dengan cara dimasak pada PH asam. Setelah dihilangkan mineralnya, lalu dihilangkan proteinnya (de-proteinasi) dengan dimasak pada tempat yang sama pada PH basa (9-10). Hasilnya, diperoleh

bahan yang disebut chitin. Proses berikutnya (terakhir) adalah de-asetilasi. Di dalam struktur chitin, terdapat gugus asetil. Gugus ini dibuang dan digantikan dengan gugus NH2, juga pada proses basa, tapi jauh lebih kuat dari basa pada proses penghilangan protein. Setelah de-asetilasi, jadilah chitosan dalam bentuk bubur. Bubur ini tinggal dicuci dan dikeringkan. Setelah itu, chitosan dikemas dalam bentuk cairan siap pakai. Untuk menghasilkan chitosan, dibutuhkan waktu pembuatan sekitar 3-4 jam. Proses de-mineralisasi dan de-proteinasi masing-masing sejam. Sementara proses de-asetilasi tergantung kemurnian yang diinginkan. Semakin murni, semakin lama waktu yang dibutuhkan. Persyaratan chitosan adalah gugus asetil yang terganti minimal harus 80 persen. Ini biasanya butuh waktu 1-2 jam. Jumlah chitosan yang dibutuhkan untuk pengawetan makanan konsentrasinya sekitar 1,5 persen. Artinya, dalam satu liter air, dibutuhkan chitosan sekitar 15 gram. Air larutan chitosan ini masih bisa dipakai sampai habis. Tentu saja ini beda dengan formalin. Selama ini, tahu misalnya, harus terus direndam dalam formalin, karena dikhawatirkan pecah ketika pengangkutan. Dengan chitosan, tak perlu terus direndam. Cukup dicelup (dip) selama 5-10 menit dalam larutan chitosan, lalu dipindah ke rendaman air biasa saat pengangkutan. Jadi, sisa air chitosan rendaman masih bisa dipakai. Ini kelebihan chitosan. Usia keawetannya sama dengan formalin. Karena memiliki gugus aktif yang akan berikatan dengan mikroba, maka chitosan juga mampu menghambat pertumbuhan mikroba seperti halnya formalin. Fungsi lain adalah melapisi (coating). Dengan adanya coating, kandungan bahan yang diawetkan tidak keluar. Kalau dilihat, tahu yang di-formalin dan tahu yang di-chitosan, khususnya tahu kuning, warnanya jauh lebih bagus yang di-chitosan. Fungsi ketiga, chitosan punya pori-pori, sehingga berfungsi menyerap lemak (fat absorber)

Fomalin Lagi, (bosan'ah) Jumat, 27 January 2006 @ 15:08 WIB - Diari

Formalin dilarang, pengawet apa yg aman bagi kesehatan? saat ini mungkin banyak produsen yg 'tiarap ' tidak mengunakan formalin sebagai pengawet makanan produksinya. Lalu apayg harus dilakukan untuk menghindari pengunaan bahan itu? Anjuran yg diutarakan dosen Jurusan Kimia ITS Dr Ida Soerd MS mungkin bisa dijadikan masukan. Menurut dia, ada beberapa bahan alami yg bisa mengantikan fungsi formalin sebagai bahan pengawet. Apalagi, setiap orang bisa mengunakan ataupun membuat bahan tersebut dengan mudah. Tentu saja, bahan tersebut secara medis lebih terjamin dibandingkan Formalin "Sebab, bahan tersebut benar2 alami, sehingga efek negatifnya sangat kecil". Lalu bahan apa saja yg bisa dipakai untuk mengantikan Formalin? Pengunaan kunyit pada tahu, misalnya Selain dapat memberikan warna pada tahu, bahan tersebut menjadi anti biotik sehingga bisa mengawetkan tahu. "Jadi tidak cepat asam" katanya, Jika produsen tetap ingin membuat tahu itu bewarna putih, mereka bisa mengunakan bawang putih, Caranya, bawang putih dicampur dengan air dan direndam dalam waktu tertentu. Dengan cara ini, tahu juga bisa awet. Selain itu bisa juga mempergunakan 'air ki' yg banyak ditemukan di totko obat tradisional tiongkok. Air tersebut berasal dari proses pengendapan air dan abu merang padi. Menurut dia air itu bisa digunakan untuk mengawetkan beberapa bahan makanan seperti ikan dan mi "Untuk mi basah, sebaiknya dalam proses pembuatanya digunakan air ki. Dengan air ini, mi bisa awet." Menurut dia air ki yg murah harganya ini lebih alami dan tebukti bisa mebuat awet. Apa lagi, semua orang bisa membuatnya sendiri bahan tersebut. Caranya cukup mudah, Yaitu tingal membakar merang pad, kemudian ambil abunya Setelah itu, dicampur air dan endapkan. 'Tapi sekarang mungkin agak susah. Sebab padi yg dihasilkan petani tidak terlalu tingi.' Apalagi, saat ini kita kita kian sulit menemukan merang. Sebab, batang padi dan merang biasanya langsung di bakar setelah bulir padi dirontokan. Selain itu ada lg bahan yg bisa digunakan sebagai penganti Formalin. Yakni, asam sitrat, bahan itu sangat cocok untuk mengawetkan ikan. Baik ikan basah maupun kering. Cara mendapatkannya pun tidah susah. Di bebagai totko kimia, bahan tersebut pasti tersedia. Bahkan, cara pembuatanya sangak mudah, Yakni, dari air kelapa yg dicampuri mikroba, jadilah asam sitrat. Menurut dia, sepakat jika pengunaan Formalin pada bahan makanan dihentikan. Sebab, kehadiran Formalin dalam tubuh

akan mengacaukan susunan protein atau RNA sebagai pembentuk DNA dalam tubuh manusia. "Susunan DNA yg kacau akan memicu terjadinya sel kangker dalam tubuh manusia" katanya.

Bahaya Formalin dan Pencegahannya

May 19th, 2008

Formalin Adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.di dalam formalin terkandung sekitar 37 persenformaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Formalindikenal sebagai bahan pembunuh hama ( desinfektan )dan banyak digunakan dalam industri. Nama lain Formalin : - Formol Methylene aldehyde Paroforin - Morbicid-Oxomethane Polyoxymethylene glycol - Methanal- Formoform- Superlysoform - Formic aldehyde- Formalith- Tetraoxymethylene - oxyemethylene- methyylene Penggunaan Formalin 1. Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih : lantai, gudang , pakaian dan kapal 2. Pembasmi lalat dan serangga lainnya 3. Bahan pembuat Sutra buatan, Zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak 4. Dalam dunia Fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas 5. Bahan pembentuk pupuk berupa Urea 6. Bahan pembuatan produk parfum 7. Bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku 8. Pencegah korosi untuk sumur minyak 9. Bahan untuk isulasi busa 10. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (playwood) 11. Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1 persen ) digunakan sebagai pengawet, Untuk berbagai barang konsumen, seperti pembersi rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, Shampo mobil, lilin dan karpet 12. Methyl Oxide- karsan- Trioxane Bahaya bila terpapar oleh Formalin Bahaya utama Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : Luka baker pada kulit, Iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Bahaya Jangka Pendek (akut) 1. Bila terhirup * Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batukbatuk * Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru. * Tanda-tanda lainnya meliputu bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. * Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian . 2. Bila terkena kulit Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar 3. Bila terkena Mata Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan beronsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata 4. Bila tertelan Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan darah rendah ), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, system susunan saraf pusat dan ginjal. Bahaya Jangka panjang ( kronis ) 1. Bila terhirup Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit kepala, ganggua pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru Efek neuropsikologis meliputi

gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan head dan kemandulan pada perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak 2. Bila terkena kulit Apabila terkena kulit kulit terasa panas,mati rasa serta gatal-gatal serta memerah,kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung . 3. Bila terkena Mata Jika terkena mata bahaya yang menonjol terjadinya radang selaput mata 4. Bila tertelan Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan ,muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. Tindakan Pencegahan : 1. Terhirup Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung untuk pernafasan seperti masker, kain atau alat pelindung lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin kedalam hidung atau mulut Lengkapi alat ventilasi dengan penghisap udara ( exhaust fan )yang tahan ledakan 2. Terkena Mata Gunakan pelindung mata / kaca mata,penahan yang tahan terhadap percikan Sediakan kran air untuk mencuci mata ditempat kerjayang berguna apabila terjadi keadaan darurat 3. Terkena Kulit Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia 4. Tertelan Hindari makan,minum dan merokok selama berkerja, cuci tangan sebelum makan Tindakan Pertolongan Pertama 1. Bila Terhirup Jika aman memasuki daerah paparan,pindahkan penderita ketempat yang aman bila perlu gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis unuk melakukan pernafasan buatan Segera hubungi Dokter. 2. Bila terkena Mata Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen ( seujung sendok the garam dapur dilarutkan dalam segelas air ) secara terus menerus sampai penderita siap dibawa ke Rumah Sakit Segera bawa ke Dokter. 3. Bila terkena Kulit Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena Formalin,Cuci kulit selama 15- 20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan cair yang banyak dan dipastikan dan dipastikat sudah tidak ada lagi bahan yang tersisa dikulit ,pada bagian yang terbakar ,lindungi luka dengan pakian yang kering ,steril dan longgar,bila perlu segera hubungi dokter. 4. Bila tertelan Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit. Cara penyimpanan Formalin : - Jangan di simpan di lingkungan bertemperatur di bawah150C. - Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat,alumunium murni,polietilen atau polyester yang dilapisi fiberglass. - Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja besi,tembaga,nikel atau campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi. - Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada di atas 60 derajat celcius

Hore! Ditemukan Pengganti Formalin MULAI BAWANG PUTIH, CHITOSAN, SAMPAI ASAP CAIR Bahaya formalin rupanya sudah banyak diantisipasi para ilmuwan. Para pakar ini sudah jauh hari menemukan cairan pengganti formalin. Yang pasti lebih aman untuk kesehatan. Sayang penemuan ini baru mengemuka setelah heboh formalin. DR. NL. Ida Soeid, MS, AIR KI BIKIN MI AWET

Merebaknya kasus formalin dan bahan pengawet pada berbagai makanan juga mengundang keprihatinan DR. NL. Ida Soeid, MS, dari jurusan kimia FMIPA Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya. Pakar biokimia gizi dan makanan yang baru saja menyelesaikan gelar doktornya dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memberikan berbagai resep agar berbagai bahan makanan bisa lebih awet tanpa menggunakan fomalin. Yang istimewa, bahan pengawet tersebut tak perlu dibeli di toko, tapi cukup diambil dari bumbu dapur. "Sebagian bumbu yang ada di dapur kita itu bisa dimanfaatkan sebagai bahan pengawet yang higienis," kata Ida. Dalam pandangan Ida, tak hanya produsen yang perlu dididik untuk mengawetkan makanan secara higienis. Masyarakat umum sebagai konsumen juga harus dibekali pengetahuan ini. "Kalau ibu-ibu tahu ada beberapa makanan yang tidak tahan lama, sebaiknya diawetkan sendiri. Jadi, tidak usah menunggu produsen atau penjual yang memberi bahan pengawet," tambah Ida. Ida lalu memberi memberi resep cara mengawetkna beberapa makanan. Antara lain tahu putih dan kuning, mi basah dan ikan segar. Untuk tahu putih dan kuning, sebaiknya diawetkan dengan bawang putih. "Caranya, ambil beberapa siung bawang putih, kemudian digerus. Setelah lembut, kemudian diberi air dan disaring," jelas Ida. Air dari bawang putih ini kemudian dituangkan ke dalam air yang dibuat untuk merendam tahu. Bawang putih yang mengandung anstiseptik itu mampu menjadikan tahu bertahan hingga dua hari. "Selain awet, tahu akan semakin sedap dengan rendaman bawang putih itu," ujar wanita yang hobi memasak itu. Untuk tahu kuning, Ida menyarankan agar pewarnanya menggunakan air kunyit dan tidak menggunakan bahan pewarna kimia. "Kalau memang harus menggunakan pewarna kimia, sebaiknya memakai asam sitrat atau yang lebih dikenal dengan istilan sitrun. Dengan pemberian sitrun, selain menjadi kuning, tahu akan jadi tambah kenyal. Cuma harus terukur. Kalau kebanyakan bukan soal bahaya, tapi nanti tahunya malah jadi mahal," terang Ida. Membuat pengawet sehat untuk ikan segar pun tidak begitu susah. "Nelayan pun tidak perlu menggunakan menggunakan formalin atau es batu berlebihan. Ada cara yang lebih murah dan sehat untuk mengawetkan ikan. Salah satu caranya, ikan hasil tangkapan tersebut direndam air yang dicampur dengan asam laktat." Asam laktat itu tidak perlu dibeli di toko bahan kimia dengan harga mahal . Anda pun bisa membuatnya sendiri. "Bahan yang dibutuhkan cukup sayur kubis yang dirajang halus, kemudian disimpan dalam wadah dan ditaburi garam dapur. Ukurannya, dalam 100 gram kubis ditaburi satu sendok makan garam," ujarnya. Setelah didiamkan sekitar dua hari, di bawah kubis yang membusuk tadi terdapat cairan dari proses pembusukan. Cairan inilah yang disebut dengan asam laktat. Selanjutnya asam laktat ini dicampur dengan air yang akan digunakan untuk merendam ikan. "Dengan cara ini, ikan akan bisa tetap bertahan sampai 12 jam," jelas Ida seraya mengatakan, akan semakin baik lagi jika ikan diberi sedikit es batu. "Tidak usah banyak-banyak, hanya dipinggir-pionggir wadah ikan." Kubis yang digunakan, menurut Ida, tidak perlu yang baik dan segar. "Cukup dengan sisa kubis yang berserakan di pasar, yang memang dibuang oleh penjual. Kalau kubis yang baik, tentu harganya akan jauh lebih mahal." Tak ketinggalan, Ida juga memberikan resep pengawetan pada mi basah. Seperti resep sebelumnya, bahan yang digunakan ada di sekitar kita. Agar mi basah tahan lama, pada saat proses pembuatan adonan, sebaiknya tepung diberi air ki selain diberi air biasa. Air ki juga bisa dibuat sendiri." "Caranya, jerami dibakar hingga jadi abu. Lalu abu jerami ini dimasukkan ke dalam wadah yang sudah diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2 jam. Selanjutnya saring sehingga sisa bakaran jerami tidak bercampur dengan air. Air sisa bakaran jerami inilah yang disebut denga air ki yang dijadikan campuran adonan mi." Menurut Ida, air ki mengandung antiseptik yang dapat membunuh kuman. Dengan pemberian air ki, mi basah mampu bertahan sampai dua hari. Linawati Hardjito, PhD CHITOSAN LEBIH AWET & AMAN Dari IPB, formula pengganti formalin ini disebut chitosan. Seperti juga hasil temuan Bambang, penelitian untuk pengawetan ikan asin ini sudah dilakukan sejak tahun 1992/ Demikian dikatakan Linawati Hardjito, PhD, Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. "Hasil penelitian ini kami sosialisasi dan uji coba lapangan di Muara Angke tahun 2003. Jadi, dari dulu kita sebetulnya sudah melakukan sosialisasi dan teriak-teriak, tapi tidak ada yang membeli. Yang beli, paling untuk riset, belum

komersial," ujar Linawati saat ditemui di lokasi pembuatan chitosan di kawasan Dadap, Tangerang. IPB, lanjut Lina, sudah lama melakukan penelitian-penelitian bahan alam, khususnya untuk menggantikan produk yang berbahaya. "Jadi, bukan cuma formalin. Kita punya produk pengganti sianida untuk fishing, produk pengganti klorin untuk pencucian uang, dan sebegainya. Chitosan hanya salah satunya," ujar peraih Doktor Bioteknologi dari Queensland University, Australia. Dari rumput laut, Linawati dan sejawatnya di IPB juga berhasil membuat produk pengganti boraks, yang sering digunakan sebagai pengenyal bakso. "Namanya karagenan. Tadinya juga bukan untuk bakso, tapi untuk saus, susu kental manis, dan es krim. Tapi, karena sekarang boraks mulai ramai, ya sudah, kita aplikasikan ke situ." Hasilnya, ternyata sangat efektif dan murah. Hanya dibutuhkan ongkos sekitar Rp 1000-1500 per kilogram pembuatan bakso. "Bakso benar-benar kenyal, tapi safe, karena banyak kandungan mineralnya. Juga lebih sehat, karena dibuat dari rumput laut yang kaya kandungan serat." Formalin sendiri, jelas Linawati, sebetulnya tidak boleh digunakan secara bebas. "Meski tidak menyebabkan kematian mendadak, justru bahayanya itu yang kumulatif. Di luar negeri, formalin sama sekali tak boleh digunakan untuk makanan. Formalin hanya digunakan untuk riset dan pengawet mayat (medis). Di Indonesia saja yang aneh-aneh." MULTI FUNGSI Linawati menjelaskan, chitosan dibuat dari limbah industri pengolahan udang dan rajungan. "Kita ambil kulit, kepala, dan ekor yang tidak terpakai." Bahan-bahan tadi kemudian dihilangkan mineralnya (de-mineralisasi) dengan cara dimasak pada PH asam. "Organisme laut itu, kan, kaya mineral. Setelah dihilangkan mineralnya, lalu dihilangkan proteinnya (deproteinasi) dengan dimasak pada tempat yang sama pada PH basa (9-10). Hasilnya, diperoleh bahan yang disebut chitin." Proses berikutnya (terakhir) adalah de-asetilasi. "Di dalam struktur chitin, terdapat gugus asetil. Gugus ini dibuang dan digantikan dengan gugus NH2, juga pada proses basa, tapi jauh lebih kuat dari basa pada proses penghilangan protein. Setelah de-asetilasi, jadilah chitosan dalam bentuk bubur. Bubur ini tinggal dicuci dan dikeringkan," kata sarjana Teknologi Industri Pertanian IPB ini. Setelah itu, chitosan dikemas dalam bentuk cairan siap pakai. "Kalau dalam bentuk bubuk, takutnya dosisnya tidak terkontrol ketika berada di pengguna," kata Linawati seraya melanjutkan masih mencari harga yang sesuai. "Soalnya, chitosan ini punya kelebihan dan tingkat keamanan lebih dibandingkan formalin." Untuk menghasilkan chitosan, dibutuhkan waktu pembuatan sekitar 3-4 jam. "Proses de-mineralisasi dan de-proteinasi masing-masing sejam. Sementara proses de-asetilasi tergantung kemurnian yang diinginkan. Semakin murni, tentu semakin lama. Persyaratan chitosan adalah gugus asetil yang terganti minimal harus 80 persen. Ini biasanya butuh waktu 1-2 jam," kata peraih Master untuk Teknik dan Manajemen Industri dari ITB tahun 1987. Berapa jumlah chitosan yang dibutuhkan untuk pengawetan makanan? Prinsipnya, kata Linawati, konsentrasinya sekitar 1,5 persen. Artinya, dalam satu liter air, dibutuhkan chitosan sekitar 15 gram. "Air larutan chitosan ini masih bisa dipakai sampai habis." Tentu saja ini beda dengan formalin. "Selama ini, tahu misalnya, harus terus direndam dalam formalin, karena dikhawatirkan pecah ketika pengangkutan. Nah, dengan chitosan, tak perlu terus direndam. Cukup dicelup (dip) selama 510 menit dalam larutan chitosan, lalu dipindah ke rendaman air biasa saat pengangkutan. Jadi, sisa air chitosan rendaman masih bisa dipakai. Ini kelebihan chitosan. Usia keawetannya sama dengan formalin." Pemanfaatan chitosan sendiri ternyata banyak (multipel). "Padahal, tadinya tidak untuk pengawetan makanan. Tapi karena ada demand, kita diversifikasi produk. Kita gunakan juga untuk pengolahan limbah untuk penyerapan warna pada industri tekstil, juga untuk menyerap logam berat." Karena memiliki gugus aktif yang akan berikatan dengan mikroba, maka chitosan juga mampu menghambat pertumbuhan mikroba. "Seperti halnya formalin." Fungsi lain adalah melapisi (coating). "Dengan adanya coating, kandungan bahan yang diawetkan tidak keluar. Kalau dilihat, tahu yang di-formalin dan tahu yang di-chitosan, khususnya tahu kuning, warnanya jauh lebih bagus yang di-chitosan, lebih natural," lanjut Linawati. Fungsi ketiga, chitosan punya pori-pori, sehingga berfungsi menyerap lemak (fat absorber). "Jadi, bisa untuk pelangsing." Satu hal yang melegakan, chitosan sama sekali tidak berefek buruk. "Parameternya, konsentrasi dosis (little dosage concentration) chitosan untuk tikus adalah 16 gram per kg berat per hari. Kalau dikonversi ke manusia, tinggal dibagi 12. Sementara jumlah yang dikonsumsi (allowable daily intake) manusia jauh di bawah itu. Jadi, sangat-sangat aman," kata Linawati meyakinkan.

Basmi Kuman Salah Tempat Bergaya hidup sehat jelas perlu. Menjaga kebersihan itu harus. Tapi ketakutan berlebihan terhadap kuman jelas tidak perlu. Anda mungkin bermasalah dengan kuman jika ketombe yang anda alami disebabkan oleh bakteri. Tapi jika ketombe tersebut timbul akibat perubahan peredaran hormon, maka berpuluh sampo tak akan membantu. Sekarang ada sampo anti-kuman. Sungguh tak perlu. Sampo itu hanya akan membasmi kuman saat sampo menerpa rambut. Toh ketika selesai keramas, kuman dari handuk dan udara akan dengan manis bertengger kembali di rambut. Bagaimana dengan sabun antiseptik? Ternyata kita juga tidak membutuhkannya. Sabun macam ini cocok digunakan oleh mereka yang daya tahan tubuhnya rendah atau mengalami kelainan sistem kekebalan. Orang normal seperti mayoritas kita hanya memerlukan antiseptik kala ada luka terbuka, sebagai pencegahan agar si penyebab tetanus tidak berbiak di sana. Bahkan ibu yang baru melahirkan dan beroleh luka jahitan pun tidak perlu mendapat kompres larutan antiseptik asalkan rajin membersihkan lukanya dengan sabun biasa dan air bersih setiap kali berkemih atau buang air besar. Kuman ada di mana-mana. Mayoritas bersifat non-patogenik alias tidak berbahaya (walau tidak menguntungkan). Tentu ada perbedaan dalam jumlah kuman antara rambut yang baru dikeramas dengan yang seminggu lebih tidak dicuci. Iklan pendingin ruangan yang mengklaim dapat membasmi virus polio tidak kalah konyol. Bukan soal benar atau tidaknya klaim pembasmian tersebut, tapi virus polio tidak bisa terbang dan tidak menjangkit di udara bebas. Polio menyebar dari orang ke orang, melalui kontak antara tinja dengan mulut (fecal-oral contact), tentu saja tidak langsung. Penularan terjadi ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh tinja si sakit, berkat sistem sanitasi yang payah. Dan sebenarnya dengan alasan sistem sanitasi yang payah inilah vaksinasi polio di Indonesia masih menggunakan vaksin tetes. Virus -yang sudah dilemahkan- yang masuk ke sistem pencernaan akan keluar sebagian melalui tinja. Tinja ini kemudian mengotori sumber air minum (mandi, cuci, dan sebagainya). Bila air yang terkontaminasi tersebut tidak dididihkan dulu sebelum dikonsumsi, diharapkan si konsumen akan mendapat imunisasi tidak langsung. Cara yang bukan tanpa resiko (bagaimanapun semua ada resikonya). Apabila konsumen tersebut daya tahannya baik, maka tubuhnya akan membentuk antibodi. Namun jika daya tahan tubuhnya rendah, mungkin penyakit polio menjadi baginya. Formaldehida Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. Sifat Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang 'formalin' atau 'formol' ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi

dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara. [sunting] Produksi Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia 2 CH3OH + O2 2 H2CO + 2 H2O. Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperatur yang lebih tinggi, kira-kira 650 C. dalam keadaan ini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi CH3OH H2CO + H2. Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan. [sunting] Kegunaan Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai. Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena tetramina, yang dipakai dalam resin fenolformaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak. [sunting] Daftar kegunaan formalin

Pengawet mayat Pembasmi lalat dan serangga pengganggu lainnya. Bahan pembuatan sutra sintetis, zat pewarna, cermin, kaca Pengeras lapisan gelatin dan kertas dalam dunia Fotografi. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Bahan untuk pembuatan produk parfum. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku. Pencegah korosi untuk sumur minyak Dalam konsentrasi yang sangat kecil (kurang dari 1%), Formalin digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut kulit, perawatan sepatu, shampoo mobil, lilin, dan pembersih karpet.

[sunting] Penggunaan Formalin yang salah Melalui sejumlah survei dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya 1. Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk. 2. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk. 3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin. 4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur awet beberapa hari dan tidak mudah basi. [sunting] Pengaruh terhadap badan Karena resin formaldehida dipakai dalam bahan konstruksi seperti kayu lapis/tripleks, karpet, dan busa semprot dan isolasi, serta karena resin ini melepaskan formaldehida pelan-pelan, formaldehida merupakan salah satu polutan dalam ruangan yang sering ditemukan. Apabila kadar di udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan. Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi menjadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya. Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup yang terpapar zat tersebut. [sunting] Pertolongan pertama bila terjadi keracunan akut Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas. Di rumah sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodialisis (cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tandatanda asidosis metabolik berat.

Formalin, Zat Kimia Berbahaya Yang Kaya Manfaat

Diterbitkan April 17, 2008 Pengetahuan Tinggalkan a Komentar formalin belakangan ini dalam bahan makanan membuat status formalin sebagai zat kimia berbahaya makin melekat saja dalam benak sebahagian besar masyakat kita. Formalin atau formaldehyde yang memiliki rumus kimia CH2O, merupakan senyawa organik yang diproduksi dari reaksi oksidasi methanol dengan bantuan katalis tertentu. Tapi benarkah formalin yang juga dikenal sebagai pengawet mayat cuma berbahaya dan tidak memiliki manfaat sama sekali bagi kita? Ternyata banyak kemudahan dan kemajuan dalam kehidupan kita sekarang yang tidak lepas dari manfaat yang begitu besar dari formalin. Formalin dikenal sebagai bahan baku pembuatan perekat (glue) yang memiliki daya rekat sangat kuat, sehingga banyak digunakan pada bahan bangunan seperti multiplek. Di bidang kesehatan, formalin dalam konsentrasi rendah banyak digunakan sebagai disinfektan dan pengawet dalam vaksinasi. Selain itu formalin juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan berbagai jenis tinta dan pengikat warna pada bahan tekstil sehingga warna pada pakaian menjadi tahan lama. Ternyata dibalik keberbahayaannya, formalin memegang peranan penting juga dalam kehidupan kita. Makanya, cari tahu semua ada ilmunya HIDUP BERSAMA FORMALIN Hidup Bersama Formalin Realitas Sehari-hari Penggunaan bahan pengawet Formalin sudah dipakai di kalangan masyarakat luas untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Perilaku sebagian produsen makanan di negeri ini ternyata masih setali tiga uang. Dan ternyata, penggunaan formalin tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga di Negeri China dan beberapa Negara Asia lainnya. Selain pada industri makanan, ternyata Formalin juga digunakan di industri kecantikan, terutama pada produk cat kuku. Di pasaran, formalin dapat ditemukan dalam bentuk cairan, dengan kandungan Formaldehid sebesar 10-49 %. Kebiasaan jajan yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat metropolitan sebenarnya merupakan sesuatu yang wajar. Karena waktu yang terbatas atau tak sempat makan di pagi hari, dengan maksud supaya praktis, maka tindakan yang diambil adalah mengkonsumsi jajanan yang dijual di pinggir jalan. Jenisnya bermacam-macam, mulai dari tahu goreng, nasi empal, dan lain-lain. Memang, jika dilihat dari satu sisi, penggunaan Formalin sangat menguntungkan para pebisnis, yang utamanya bergerak di bidang pengolahan makanan. Tetapi, jika sudah menyangkut urusan kesehatan dan keamanan bahan pangan, maka sudah menjadi tanggung jawab pihak pemerintah untuk mengaturnya dengan undang-undang tersendiri. Penggunaan pada Tahu Sebanyak 50 persen lebih penjualan tahu di seluruh wilayah kota besar di Indonesia, seperti Medan, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya mengandung formalin. Ditengarai para produsen makanan tersebut sudah mengetahui bahaya penggunaan senyawa Formalin, tetapi demi

efisiensi, mereka terpaksa menggunakannya. Tahu yang beredar di pasaran tradisional adalah jenis tahu biasa, baik berupa tahu cetak maupun tahu potongan dan tahu cina, serta tidak ada merek tertentu. Penyimpanan dilakukan dalam wadah kaleng terbuka berukuran 30 x 30 cm dan direndam dalam air, dijual tanpa kemasan khusus, hanya dikemas dengan plastik untuk pembeli. Sedangkan untuk pasar swalayan, jenis tahu yang dijual lebih beragam, antara lain tahu biasa, tahu cina, tahu bandung, dan tahu sutra. Kemasan yang digunakan terdiri dari kemasan plastik hingga kemasan vakum. Penggunaan pada Ikan Laut Penggunaan formalin diakui oleh beberapa pekerja pengasinan di tempat pengasinan ikan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, dan Pantai Kenjeran, Surabaya Utara. Formalin digunakan karena bisa mempercepat pengeringan ikan. Sebagai perbandingan, jika memakai garam saja, proses pengasinan ikan membutuhkan waktu sampai tiga hari. Jika ditambahkan formalin hanya setengah hari saja. Jika menggunakan garam saja, untuk mengeringkan satu kilogram ikan dibutuhkan satu kilogram garam. Sementara, seperempat liter formalin ditambah dua kilogram garam bisa mengasinkan lima kilogram ikan. Penggunaan formalin biasanya hanya pada ikan besar seperti tongkol, cumi, dan jambal. Sedangkan, pada ikan kecil jarang digunakan karena cepat kering. Ikan-ikan yang dipasok melalui darat dari luar Jakarta, khususnya Surabaya dan Semarang, sudah pasti menggunakan formalin, karena pasokan ikan-ikan itu memakan waktu lama untuk sampai ke Jakarta. Bahkan, daging-daging lain seperti unggas pun diduga kuat menggunakan bahan yang sama. Dampak bagi Kehidupan Formalin mengandung beberapa keuntungan. Saat ini, harga Formalin untuk 1 liter tidak sampai seribu rupiah. Selain itu, formalin dapat memperpanjang usia makanan yang dijual. Formalin juga dapat memperbaiki penampilan luar makanan serta melindungi makanan dari serangan jamur dan bakteri. Dengan demikian, keuntungan yang di dapat oleh para produsen makanan dapat diupayakan semaksimal mungkin. Apalagi dalam keadaan ekonomi saat ini yang membuat semakin miskin masyarakat yang sudah miskin. Pada prinsipnya, senyawa Formalin yang biasanya digunakan sebagai bahan pengawet mayat dapat bereaksi dengan asam amino yang menyebabkan protein terdenaturasi, sehingga Formalin akan bereaksi cepat dengan lapisan lender saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Dari segi fisiknya, uap formalin yang terkontak secara langsung akan mengakibatkan iritasi mata, hidung, esophagus dan saluran pernafasan. Dalam konsentrasi yang tinggi akan mengakibatkan kejang-kejang di sekitar pangkal tenggorokan. Yang menjadi masalah adalah kandungan bahan pengawet Formalin akan segera bereaksi dengan cepat dalam saluran dan organ pencernaan apabila kondisi perut dalam keadaan kosong. Selain itu, pemakaian formalin dalam makanan dapat menyebabkan keracunan pada organ fungsional tubuh manusia. Hal tersebut ditandai dengan gejala sukar menelan, nafsu makan berkurang, mual sebagai reaksi penolakan dari lambung, sakit perut yang akut sebagai reaksi penolakan dari hati, lambung dan usus besar, diare dan pada akhirnya

disertai dengan muntah-muntah. Pada tingkat yang parah akan mengakibatkan depresi pada susunan syaraf atau gangguan peredaran darah. Beberapa penelitian pada tikus percobaan sangat mendukung dampak negative asupan Formalin terhadap organ pencernaan. Jika pada mamalia tingkat rendah saja dapat berakibat fatal, apalagi pada manusia. Berdasarkan sifatnya yang karsinogenik, jika konsentrasi Formalin dalam tubuh tinggi, maka akan bereaksi secara kimia dengan hampir seluruh sel penyusun tubuh sehingga menyebabkan kerusakan sel dan bahkan mutasi sel yang memicu berkembangnya kanker, setelah terakumulasi dalam waktu yang relative lama dalam tubuh. Siapa yang Mengatur Seharusnya, peredaran Formalin dibatasi dan dibuatkan peraturan yang ketat. Sebagai konsumen, kita perlu waspada. Sebab, dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga terkait yang pelaksanaannya setahun sekali itu menunjukkan sebagian besar bahan makanan mengandung formalin, suatu zat kimia yang sangat berbahaya bagi tubuh, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Masyarakat hendaknya hati-hati dan tidak lagi membeli produk tersebut sebagai sanksi publik bagi produsen dan pedagang nakal tersebut. Jika kita hanya berharap pada pemerintah melalui badan-badannya seperti Badan POM dan Disperindag, sepertinya hanyalah menggantang asap saja Dalam hal ini, konsumen tidak mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Mengapa? Karena produsen dan pedagang makanan yang secara nyata menggunakan Formalin dengan sengaja seharusnya dapat dikenakan sanksi. Bahkan harus diumumkan di media massa sebagai peringatan keras. Dengan demikian, masyarakat akan selektif dalam memilih dan membeli makanan yang bebas Formalin. Diperlukan peran aktif masyarakat dan lembaga non-pemerintah terkait dalam memonitor dan mengawasi peredaran dan penggunaan Formalin. Peraturan ukum yang membahas hal ini adalah UU No 7 Tahun 1999 tentang Pangan pada Pasal 55 butir (b) dan Pasal 56 butir (b). Pasal tersebut mencantumkan sanksi pidana penjara dan atau denda. Sementara kewajiban pelaku usaha diatur dalam UU No 8 Tahun 1999 pada Pasal 7, misal dalam butir (a) beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya serta butir (d) menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. Sebuah Saran Alternatif Dalam hubungannya dengan dampak negative Formalin, maka imunitas tubuh sangat memegang peranan dalam memblokade serangan senyawa-senyawa toksik dalam Formalin. Jika imunitas tubuh dalam kondisi rendah, sangat mungkin Formalin yang dengan konsentrasi rendah sekalipun akan dapat berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Beberapa saran agar dapat hidup secara nyaman dan aman dengan Formalin, yang pertama adalah. usahakan tetap tenang dan memakai pikiran logis. Kita harus meningkatkan kewaspadaan serta kejelian dengan memperhatikan kualitas dan kondisi barang serta harganya. Yang kedua, teliti dan cermat sebelum mengkonsumsi makanan. Biasanya, makanan yang mengandung Formalin memiliki penampilan fisik yang sempurna, daging sudah tidak terlalu kenyal, berat makanan bertambah, dan tercium bau bahan kimia. Hal tersebut dapat dilakukan oleh orang awam sekalipun. Yang ketiga, Jika memungkinkan, pakailah bahan pengawet lain, seperti Natrium Benzoat yang berbentuk garam berkristal. Natrium Benzoat ini memang relative mahal,

tetapi apalah artinya jika dibanding dengan kesehatan kita. Yang keempat, tingkatkan konsumsi makanan suplemen kesehatan sebagai pemblokade partikel racun yang masuk ke dalam tubuh, dan juga meningkatkan stamina dan imunitas tubuh dalam menghadapi keadaan lingkungan yang terburuk. Ditulis oleh: Iwan Budhiarta, SSi, MT, Aff.WM Staf Program MM-Teknologi ITS, Pemerhati Lingkungan dan aktif pada Yayasan Konsumen Surabaya (YKS) Jawa Timur ManFaat Eter,alKohol dkk Kegunaan dan dampak dari penggunaan Alkohol Dan EterMetanol Penggunaan metanol terbanyak adalah sebagai bahan pembuat bahan kimia lainnya. Sekitar 40% metanol diubah menjadi formaldehyde, dan dari sana menjadi berbagai macam produk seperti plastik, plywood, cat, peledak, dan tekstil. Dalam beberapa pabrik pengolahan air limbah, sejumlah kecil metanol digunakan ke air limbah sebagai bahan makanan karbon untuk denitrifikasi bakteri, yang mengubah nitrat menjadi nitrogen. etanolPada kebanyakan orang dewasa metabolisme tubuh dapat mencerna sejumlah kecil etanol dengan tingkat keracunan yang rendah. Etil alkohol pada umumnya disebut alkohol padi-padian atau alkohol minuman karena dapat dihasilkan dari fermentasi gula alam dan tepung yang dihidrolisa yang terdapat pada anggur dan padi-padian. Etanol mempunyai banyak kegunaan lainnya, sebagai pelarut (vanilla atau ekstrak lain di rumah seringkali larutan etanol) dan antiseptik (pencuci mulut mengandung alkohol 5% - 30%). Etil alkohol yang dihasilkan untuk kegunaan selain konsumsi manusia diubah sifatnya dengan menambahkan metil dan isopropil alkohol dan tidak untuk minuman. Untuk tujuan komersial, bahan ini biasanya dihasilkan dari hidrasi etana. Etanol dapat ditambahkan ke dalam bensin sebagai pengganti MTBE (methyl tertiary buthyl ether) yang sulit didegradasi sehingga mencemari lingkungan. Bensin yang ditambah etanol efisiensi pembakarannya meningkat sehingga pembakarannya. Akibatnya akan mengurangi tingkat pencemaran udara. Spiritus Spiritus merupakan salah satu jenis alkohol yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan bakar lampu spiritus (pembakar spiritus) dan untuk menyalakan lampu petromak. Di laboratorium pembakar spiritus digunakan untuk uji nyala. Pembakar spiritus juga digunakan untuk proses sterilisasi di laboratorium mikrobiologi. Spiritus bersifat racun, karena adanya kandungan metanol didalamnya. Bahan utama spiritus adalah etanol dan bahan tambahan terdiri dari metanol, benzena dan piridin. glikol Alkohol dihidrat sering disebut glikol. Yang paling penting dari jenis ini adalah etilen glikol. Nama IUPAC dari etilen glikol adalah 1,2-etanadiol. Senyawa ini merupakan bahan utama pada campuran antibeku permanen untuk radiator kendaraan bermotor. Etilen glikol adalah cairan yang manis, tak berwarna dan agak lengket. Etilen glikol juga digunakan pada pembuatan fiber poliester (dacron) dan film magnetik (mylar) yang digunakan untuk pita pada kaset dankomputer, gliserol Gliserol juga disebut gliserin, merupakan salah satu senyawa alkohol trihidrat. Gliserol berbentuk cairan manis seperti sirup. karena tidak beracun, gliserol merupakan hasil dari hidrolisa lemak dan minyak Gliserol digunakan secara luas dalam bidang industri eter Dietil eter digunakan secara luas sebagai obat bius sejak tahun 1842. Tetapi sekarang jarang digunakan sebagai obat bius untuk manusia karena mempunyai efek samping seperti: rasa sakit setelah pembiusan dan muntahmuntah. Sekarang terdapat banyak obat bius yang digunakan termasuk

golongan eter. Metil propil eter dan metoksi fluorin merupakan obat bius yang dikenal sebagai neotil dan pentrene.Dietil eter banyak digunakan sebagai pelarut, karena dapat melarutkan banyak senyawa organik yang tidak larut dalam air..Eter yang diproduksi dalam jumlah besar akhir-akhir ini adalah metil tetra-butil eter (MTBE) Zat tersebut ditambahkan dalam bensin untuk mengurangi emisi karbon monoksida dan menggantikan tetra etil lead (TEL) sebagai zat anti knoking. Kegunaan dan dampak penggunaan aldehid dan keton Penggunaan terbesar formaldehid adalah sebagai pereaksi untuk penyiapan senyawa organik lain dan untuk pembuatan polimer seperti Bakelit, Formika, dan Melmac. Formaldehid dapat mengubah sifat protein, sehingga protein tidak dapat larut dalam air dan tahan terhadap bakteri pembusuk. Alasan inilah yang menyebabkan formaldehid digunakan pada larutan pembalsem dan pengawet spesimen biologis. Formalin juga digunakansebagai antiseptik di rumah sakit untuk mensterilkan sarung tangan dan peralatan bedah. Akan tetapi penggunaan formaldehid sebagai antiseptik,pengawet dan cairan pembalsem menurun akhir-akhir ini karena zat ini dicurigai bersifat karsinogenik.Formaldehid terdapat pada asap kayu. Karena mampu membunuh bakteri, zat ini merupakan senyawa yang bertindak sebagai pengawet pada makanan yang diasapkan.Formalin banyak digunakan sebagai bahan pengawet makanan seperti tahu dan bakso. Konsumsi formalin yang terus menerus akan merusakjaringan tubuh. Asetaldehid merupakan cairan tak berwarna yang sangat mudah menguap. Zat ini dibuat dengan mengoksidasi etil alkohol dengan katalis (Ag) atau oksidasi etilen dengan katalis (PdCl2). Zat ini merupakan bahan awal untuk penyiapan berbagai senyawa organik lain, seperti asam asetat, etilasetat, dan kloral. Asetaldehid dibentuk sebagai metabolit dalam fermentasi gula dan dalam detoksifikasi alkohol dalam hati. Aseton digunakan pelarut industri (misalnya, untuk cat dan pernis). Zat ini merupakan bahan utama (terkadang bahan satu-satunya) pada beberapa merek penghapus cat kuku. Aseton juga merupakan bahan yang penting pada pembuatan kloroform, iodoform, pewarna, methacrylat,dan banyak senyawa organik kompleks yang lain. Aseton juga digunakan sebagai pelepas lem super. Ia juga dapat digunakan untuk mengencerkan dan membersihkan resin kaca serat dan epoksi. Ia dapat melarutkan berbagai macam plastik dan serat sintetis.Banyak zat yang biasa dilihat mengandung aldehid dan keton sebagai bahan aktif. Bau sayuran hijau sebagian karena adanya senyawa karbonat: cis-3-hexenal. Senyawa trans-2-cis-6-nonadienal mempunyai bau mentimun. Senyawa tersebut dan senyawa karbonat lain memberikan bau tumbuhtumbuhan hijau pada sampo dan kosmetik lain. Kegunaan dan dampak penggunaan asam karboksilat dan ester1. Asam Asetat Asam asetat (Asam etanoat) merupakan asam karboksilat yang paling penting. Zat ini dihasilkan secara industri dengan mengoksidasi asetaldehid, bahan mentah yang didapat dari oksidasi etanol atau hidrasi asetilen. Asam asetat juga dibentuk dalam cuka, ketika bakteri acetobacter mengoksidasi etanol. Cuka pasar yang mengandung sekitar 5 persen asam asetat dalam air, telah digunakan selama berabad-abad untukmenyedapkan makanan. Asam asetat digunakan pada pembuatan selulosa asetat, vinil asetat, obat-obataan, pewarna, insektisida, bahan kimia fotografi, dan pengawet makanan. 2. Asam Format asam format dimanfaatkan pada pembuatan pewarna, insektisida, parfum, obat-obatan dan plastik. 3. Ester Beberapa senyawa ester mempunyai aroma buah-buahan seperti apel (metil butirat), aroma pisang (amil asetat), aroma nanas (etil butirat) dan masih banyak lagi.Dengan prinsip reaksi esterifikasi tersebut dapat dibuat aroma buah-buahan tiruan. Jadi rasa dan aroma buah-buahan yang terdapat pada makanan seperti permen, sirup dapat digantikan dengan senyawa ester. Ester tidak hanya penting untuk kosmetik dan penambah rasa, tapi juga untuk penerapan lain. Beeswax, Carnauba wax, ester lain, digunakan pada cat/pelapis mobil dan mebelair. Lemak dan minyak (bukan minyak tanah) merupakan ester dari gliserol dengan asam-asam lemak; ini penting bagi makanan kita. Ester-ester aspirin dan metil salisilat digunakan dalam pengobatan sebagai analgesik dan anti-peradangan. Metil salisilat, juga disebut minyak wintergreen, merupakan bahan utama rasa/bau wintergreen.

Etil asetat digunakan sebagai penghapus cat kuku/kutek.

Вам также может понравиться