Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tata Tertib Mahasiswa Dalam melaksanakan praktikum kimia, praktikan diharuskan memperhatikan dan mengikuti ketentuan serta aturan berikut:
1. Praktikan diwajibkan mengenakan jas laboratorium berwarna putih. Bagi putri,
sebaiknya ujung jilbab dimasukkan ke dalam jas laboratorium. 2. 3. Tidak diperkenankan makan, minum dan menghidupkan alat komunikasi di dalam lab selama melakukan praktikum. Dilarang membuang zat padat, asam-basa pekat, sampah, dan sisa larutan pereaksi ke dalam bak cuci. Buanglah sampah-sampah itu pada tempat yang telah disediakan. Jangan melakukan kegiatan atau percobaan di luar petunjuk praktikum yang telah tercantum dalam panduan, tanpa izin dari Asisten Lab.
4.
6.
Selama melakukan praktikum, praktikan akan dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok kecil (5-10 orang perkelompok) yang akan ditentukan kemudian. Setiap kelompok kecil masing-masing diharuskan membawa lap tangan, lap meja, korek api, pipet, sikat tabung dan sabun pada setiap kali praktikum. Setiap kelompok kecil akan diberi peminjaman alat-alat setiap praktikum. Setiap praktikan diwajibkan mengisi daftar hadir sebelum dan sesudah praktikum. Kehadiran praktikum 100% dari keseluruhan pertemuan.
7. 8. 9.
10. Sebelum dan sesudah praktikum, alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih, utuh dan disimpan kembali di tempat semula. Apabila ada alat yang rusak segera lapor kepada petugas dan harus diganti dengan alat yang sama oleh kelompoknya paling lambat pada praktikum selanjutnya. 11. Sebelum meninggalkan laboratorium meja kerja harus bersih, kursi disimpan di atas meja, instalasi listrik dan gas harus dimatikan, dan ruangan harus bersih dari sampah.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
Apabila ada mahasiswa menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan akan dikenakan sanksi berupa: Tahap pertama teguran, jika tidak diindahkan, tahap kedua diperingati, jika masih tidak diindahkan, tidak diperkenankan mengikuti praktikum sampai batas waktu yang ditentukan kemudian.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
Bahan kiamia yang dapat menghasilkan aoksigen sehingga menyebabkan kebakaran bahanbahan lain. Contoh: kalium klorat, kalium permanganate, hydrogen peroksida, peroksida organik. Bahan kimia reaktif terhadap air (Water sensitive Substance) Bahan kimia yang amat reaktif terhadap air dan menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar. Contoh: logam natrium dan kalium. Bahan kimia reaktif terhadap asam (Acid sensitive Substance) Bahan kimia yang amat reaktif dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar dan beracun. Contoh: logam natrium, kalium, kalium permanganate, asam klorat. Gas bertekanan (Compresssed gas) Adalah gas yang disimpan di bawah tekanan tinggi. Contoh: Hodrogen, asetilen, nitrogen, etilenoksida. Bahan kimia radioakftif (Radioactive substance) Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktifitas lebih besar dari 0,002 microcurie/gram 2. Dampak bahan kimia terhadap kesehatan a. Keracunan sistemik artinya zat tersebut dapat beredar keseluruh tubuh meracuni sistem organ tubuh tertentu. contoh: benzena, timah, dan kadmium. b. Gangguan pernafasan bagian atas, terutama disebabkan oleh gas-gas yang larut dalam air seperti amoniak, belerang dioksida, formaldehida, dan asam asetat. c. Gangguan pernafasan paru-paru, sebagai akibat dari gas-gas yang sukar larut dalam air seperti klor, nitrogenoksida. d. Aspiksiana sederhana, yakni sesak nafas karena kekurangan oksigen akibat adanya gas-gas inert seperti nitrogen, karbon monoksida, asetilen, gas metan. e. Aspiksian kimia, sesak nafas akibat adanya gas yang beracun seperti CO, asam sianida, asam sulfida. f. Pembiusan, atau hilangnya kesadran oleh adanya gas-gas seperti klorofoam, aseton, etanol, toluen. g. Sensitasi, kepekaan pada bagian tubuh tertentu atau alergi sebagai akibat senyawa diisosianat, epoksi, formaldehid, dan debu.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
h. Kanker, sebagai akibat masuknya zat karsinogenik kedalam tubuh seperti senyawa poliaromatik, aflatoksin, benzena, senyawa nitrogen organik, senyawa brom. i. Pnemoconiosis, terjebaknya partikel-partikel seperti silika, serabut asbes dalam paru-paru.
Tabel 1. Jenis penyakit akibat terpaan zat beracun Jenis zat beracun 1. Logam Jenis bahan Akibat keracunan/gangguan Pb(TEL, PbCO3) Syaraf, ginjal dan darah Hg (senyawa organik dan Syaraf ginjal anorganik) Kadmium Hati, ginjal, darah Krom Kanker Arsen Iritasi, kanker Pospor Metabolisme karbohidrat, lemak, protein Hidrokarbon alifatik Pusing, koma (bensin, minyak tanah) Hidrokarbon Hati dan ginjal Terhalogenasi kloroform Alkohol Penglihatan, koma, syaraf (etanol, metanol) Hidrokarbon aromatik Syaraf pusat, leukimia, saluran (benzen) pernafasan Glikol Ginjal dan hati Aspiksian sederhana (N2, He, Sesak nafas kekurangan oksigen Ne) Aspiksian kimia Sesak nafas keracunan Asam sianida Pusing asam sulfida Sesak nafas, kejang, hilang kesadaran karbon monoksida Sesak nafas, otak, jantung, hilang kesadaran Nitrogen oksdia Sesak nafas, iritasi, kematian Benzena Leukimia Asbes Paru-paru Bensidin Kandung kencing Krom Borok Nitril amin Paru-paru Vinil klorida Hati, paru-paru, syaraf pusat, darah Organoklorin Pusing, kejang organofosfat Hilang kesadaran, kematian
2. Bahan pelarut
3. Gas beracun
4. karsinogen
5. Pestisida
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
Untuk dapat mengenal kemudahan suatu zat untuk terbakar, perlu diketahui faktor-faktor yang menentukan kemudahan terbakar tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Batas konsentrasi bawah atau Lower Flammable Limit (LFL) Adalah batas konsentrasi zat terendah dalam udara yang dapat dibakar. b. Batas konsentrasi atas atau Upper Flammable Limit (UFL) Adalah batas konsentrasi tertinggi suatu zat dalam udara yang masih dapat terbakar. Daerah antara FLF dan UFL merupakan konsentrasi mudah terbakar. c. Titik didih Adalah suhu dimana tekanan uap zat cair sama dengan tekanan atmosfir. Semakin rendah titik didih semakin berbahaya karena semakin banyak uap yang dihasilkan pada suhu kamar. d. Titik Nyala Adalah suhu dimana zat tersebut menghasilkan uap pada permukaanya sehingga dapat dinyalakan. e. Titik bakar (Ignition Point) Adalah suhu dimana suatu zat dapat terbakar dengan sendirinya (tanpa dinyalakan).
Segera cuci dengan air banyak, kemudian dengan larutan asam asetat 1,0% dan cuci dengan air kembali. Setelah kering olesi dengan salep livertan. Kulia kena brom Segera cuci dengan benzena dan olesi dengan gliserin. Setelah beberapa saat cuci sisa gliserinnya dengan air dan olesi dengan salep livertan. Kulit terkena logam natrium Segera ambil logam natriumnya dengan bantuan pinset, lalu kulit yang terkena logam dicuci dengan asam asetat 1% kemudian olesi dengan livertan. Kulit terkena logam pospor Ambil pospor dengan pinset, bekasnya dicuci dengan air dingin sebanyak-banyaknya, kemudian olesi dengan larutan perak nitrat 1%. Kulit terkena zat organik Jika kulit terkena zat organik yang korosif, segera dicuci dengan alkohol, kemudian cuci lagi memakai sabun dan air hangat. Mata terkena asam/basa a. Jika asamnya encer, cuci mata dengan larutan natrium bikaronat 1% mempergunakan alat pencuci mata. b. Jika asamnya pekat, pertama cuci dengan air sebanyak-banyaknya, kemudian cuci dengan larutan natrium bikarbonat 1% c. Jika mata terkena basa, cuci dengan air kemudian larutan asam borat 1%. Zat padat, zat cair, dan gas beracun a. Jika zat beracun masuk kemulut, tetapi tidak sampai tertelan. Segera zat tersebut dikeluarkan dan berkumur dengan air sebanyak-banyaknya. b. Jika larutan asam tertelan segera munium air sebanyak-banyaknya, kemudian minum air kapur atau bubur magnesia dan susu murn. Jika yang tertelan adalah basa kuat, segera minum sebanyak-banyaknya, kemudian minum larutan asam cuka encer, air jeruk, asam laktat. Setelah itu munum susu murni. c. Senyawa arsen atau raksa tertelan, segera minu larutan garam dapur yang dibuat dengan melarutkan satu sendok garam dapur dalam segelas air hangat. d. Jika gas klor atau brom terisap, buka pakaianatas segera menghusap amoniak atau berkumur dengan larutan bikarbonat. Selanjutnya menghisap mentol atau minum cairan hangat seperti pepermin.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
yang tidak memiliki skala kuantitatif. Bila alat tersebut memiliki skala yang kuantitatif, pengeringan harus dilakukan dengan menggunakan blower. II. Mengenal Beberapa Menggunakannya Prosedur 1. Cucilah alat-alat berikut ini dan keringkan; batang pengaduk, tabung reaksi, pipet volume, buret, corong gelas, labu ukur, labu erlermeyer, gelas piala (beaker glass), dan gelas ukur. 2. Dengan menggunakan neraca yang ada di laboratorium, timbanglah sejumlah 1,25 gram CaCO3. Larutkan dalam sejumlah 20 mL akuades dalam gelas piala. Saringlah campuran tersebut sehingga terpisah antara filtrat dan endapannya. 3. Pindahkan sebanyak 10 mL filtrat dengan menggunakan pipet volume ke dalam labu Erlenmeyer 100 mL. 4. Isilah buret ukuran 50 mL dengan akuades sampai tanda batas. Keluarkan akuades sebanyak 24,1 mL dan ditampung dengan labu Erlenmeyer 100 mL. 5. Lakukanlah semua langkah-langkah di atas sesuai dengan instruksi dan bimbingan asisten. Untuk alat-alat lainnya akan diperagakan oleh asisten III. Mengenal Bahan-bahan Kimia Umum di Laboratorium Kimia Zat-zat kimia perlu diketahui dengan baik, sifat maupun kegunaannya. Sebagian besar zat kimia yang ada di laboratorium adalah berbahaya bila tidak mengetahui sifat-sifat dan cara penanganannya. Oleh karena itu, anda hanya akan diperkenalkan dan diterangkan oleh asisten. Walaupun demikian, anda harus mencatat semua alat beserta kegunaannya dan zat-zat kimia beserta ciri-ciri fisiknya yang nampak dan beri keterangan bila perlu pada tabel yang tersedia. Beserta dengan alat, pengenalan langsung zat-zat kimia akan dilakukan bertahap sesuai dengan modul praktek. IV. Pengamatan
DAFTAR NAMA DAN FUNGSI ALAT-ALAT LABORATORIUM KIMIA NO NAMA ALAT FUNGSI KETERANGAN
Alat
Gelas
Beserta
Cara
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
DAFTAR NAMA, RUMUS, DAN CIRI FISIK BEBERAPA ZAT KIMIA YANG UMUM NO NAMA SENYAWA RUMUS KIMIA CIRI FISIK KETERANGAN
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
REAKSI KIMIA
I. Pendahuluan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui indikasi-indikasi terjadinya reaksi kimia atau perubahan kimia. Praktikan diharapkan mampu membedakan indikasi perubahan antara zat-zat asal (reaktan) dengan hasil reaksi (produk)nya. Reaktan-reaktan yang bereaksi akan menghasilkan zat-zat hasil reaksi yang dapat teramati melalui sifat fisik dan kimia yang ditampilkan oleh adanya zat-zat hasil reaksi yang dimaksud. Sebagai akibat dari terjadinya suatu reaksi yang menghasilkan senyawa hasil reaksi, berbagai perubahan dapat teramati pada sistem reaksi, seperti terjadinya perubahan suhu atau perubahan panas, terjadinya perubahan warna, terbentuknya endapan ataupun terbentuknya gas berwarna maupun yang tak-berwarna. Terjadinya perubahan suhu, atau perubahan panas dapat diamati melalui pengukuran suhu sistem reaksi, misalnya melalui pengukuran suhu larutan dimana terjadinya reaksi pada keadaan sebelum dan sesudah berlangsungnya reaksi. Terjadi perubahan warna dan juga terjadinya endapan dapat diamati secara langsung. Gas yang terjadi sebagai indikasi terjadinya reaksi, dapat diamati secara langsung dari gelembung gas yang timbul terutama dari media reaksi yang berupa larutan, ataupun dari gas berwarna yang dihasilkan. Untuk gas tak berwarna yang juga tidak nyata dalam hal pembentukan gelembung, pengamatan dapat dilaksanakan melalui baunya yang khas. Dalam hal ini, penegasan mengenai terjadinya gas sebagai hasil suatu reaksi, perlu dilaksanakan melalui cara mereksikan gas yang dimaksud dengan pereaksi kimia tertentu yang dapat menegaskan terjadinya gas melalui pembentukan warna, pembentukan endapan
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
10
maupun perubahan fisik atau kimia lainnya. Hasil reaksi dari zat berwarna, kemungkinan akan membentuk larutan ataupun endapan yang berwarna, akan banyak membantu dalam penegasan hasil reaksi yang mungkin terjadi. II. Alat dan Bahan
HCl encer Larutan Ca(OH)2 Logam Zn NaOH 1 M KlO3 1 M KI 10% H2SO4 encer FeCl3 10% KSCN 1 M CuSO4 0,1 M NH4OH 6 M AgNO3 0,1 M NaCl 0,1 M K2CrO4 10% HgCl 10% Kertas lakmus merah Kertas kanji iodida
Tabung reaksi Batang pengaduk Rak tabung reaksi Pembakar Bunsen Na2CO3 1% NaHCO3 1%
III. Prosedur Reaksi yang menghasilkan gas 1. 1 ml larutan Na2CO3 atau NaHCO3 dalam tabung reaksi ditambah beberapa tetes HCl encer, amati gas yang terjadi. Gas hasil reaksi dikenakan pada batang pengaduk yang telah dibasahi dengan larutan Ca(OH)2, amati perubahan yang terjadi pada permukaan batang pengaduk. 2. 1 ml larutan HCl dalam tabung reaksi ditambah 1 butir logam Zn, amati gas yang terjadi, jika perlu dapat dibantu dengan pemanasan. 3. 1 ml larutan garam amonium dalam tabung reaksi ditambah 1 ml larutan NaOH encer. Gas yang terbentuk dapat diamati dengan mencium bau gas yang terbentuk. Penegasan dilakukan pula dengan mengenakan gas yang terjadi pada kertas lakmus merah yang telah dibasahi air. Amati perubahan warna yang terjasi pada kertas lakmus yang dimaksud. 4. 1 ml larutan KIO3 ditambah 1 ml larutan KI encer dan beberapa tetes larutan H2SO4 encer. Amati gas berwarna yang terbentuk. Gas yang terbentuk juga dikenakan pada kertas kanji iodida. Amati perubahan warna yang terjadi pada kertas kanji iodida. Reaksi yang menghasilkan larutan berwarna. 1. 1 ml larutan yang mengandung FeCl3 ditambah beberapa tetes larutan H2SO4 encer dan beberapa tetes larutan KSCN. Amati warna larutan hasil reksi tersebut. 2. 1 ml larutan CuSO4 dalam tabung reaksi, ditambah larutan NH4OH tetes demi tetes hingga larutan berbau amoniak. Amati perubahan yang terjadi sejak awal penetesan NH4OH hingga penambahan NH4OH berlebih. Reaksi yang menghasilkan endapan 1. 1 ml larutan yang mengandung NaCl ditambah beberapa tetes larutan AgNO3. Amati perubahan yang terjadi.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
11
2. 1 ml larutan AgNO3 dalam tabung raksi ditambah beberapa tetes larutan K2CrO4. Amati perubahan yang terjadi. 3. 1 ml larutan HgCl2 dalam tabung reaksi, ditambah beberapa tetes larutan KI encer. Amati perubahan yang terjadi. Tambahkan lagi larutan KI sampai terjadi perubahan. IV. Pengamatan No 1. 2. 3. 4. No 1. 2. No 1. 2. 3. V. Tugas 1. Kemukakan berbagai contoh reaksi lainnya yang menghasilkan gas, minimal 10 contoh reaksi. 2. Kemukaan berbagai contoh reaksi lainnya yang menghasilkan larutan berwarna, minimal 10 contoh reaksi. 3. Kemukakan berbagai contoh reaksi lainnya yang menghasilkan endapan, minimal 10 contoh reaksi. VI. Kesimpulan Reaksi yang menghasilkan endapan Pengamatan Hasil Reaksi yang menghasilkan larutan berwarna Pengamatan hasil Reaksi yang menghasilkan gas Pengamatan hasil
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
12
13
pengendapan dan pembentukan kompleks. Titrasi yang melibatkan reaksi penetralan disebut titrasi asam-basa. Karena titrasi asam-basa dimaksudkan untuk mengetahui bobot/konsentrasi/kadar suatu asam atau suatu basa, cara ini sering disebut juga sebgai asidi-alkalimetri. Bila zat yang akan ditentukan adalah suatu basa, maka reaktan untuk menetapkannya adalah suatu asam, disebut asidimetri; Sebaliknya, bila reaktan yang menetapkannya adalah suatu basa, disebut alkalimetri. Perhitungan kadar pada titrasi asam-basa adalah berdasarkan stoikiometri reaksi penetralan asam dan basa itu. Perhitungan stoikiometri dengan menggunakan satuan-satuan mol atau molar merpersyaratkan persamaan reaksi yang telah diseimbangkan, sehingga satuan konsentrasi yang lebih umum dipakai untuk keperluan titrasi adalah dalam sataun konesentrasi normal (N) yang desebut juga mol ekivalen (mol jumlah ion yang harus dinetralkan) per liter (V). Maka, dalam titrasi berlaku rumus: V1N1 = V2N2 Bila simbol subskrip 1 dinyatakan sebagai volume atau normalitas asam, maka simbol subskrip 2 adalah basanya. Atau sebaliknya, 1 adalah asam dan 2 adalah basa. Bila kita plotkan perubahan pH terhadap setiap mL volume reaktan pada titrasi asam-basa, kita akan memperoleh kurva-kurva seperti terlihat pada Gb. 1, 2 dan 3. Konsentrasi semua asam dan basa yang dipakai pada ploting ini adalah 0,1 N. Kurva pada Gb. 1, mewakili titrasi asam kuat oleh basa kuat, yakni HCl oleh NaOH. Karena keduanya adalah elektrolit kuat, ion-ionnya terionisasi sempurna, sehingga perubahan pH dekat titik ekivalen sangat tajam dan lebar.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
14
Pada Gb. 2 dan 3, salah satu reaktan merupakan elektrolit lemah, karena asam lemah atau basa lemahnya terionisasi sebagian dengan memiliki tetapan kesetimbangan asam, Ka, atau basa, Kb, yang lebih kecil. Dengan demikian, kurva dari kedua jenis titrasi tersebut memiliki perubahan pH yang kurang tajam dan lebar pada titik ekivalennya dibandingkan dengan titrasi asam kuat oleh basa kuat seperti pada Gb. 1.
15
Gb. 3. Kurva Titrasi NH3 oleh HCl Bentuk-bentuk kurva sangat ditentukan oleh harga Ka dan Kb. Dengan mengetahui harga Ka dan Kb ini kita dapat membuat sendiri kurva titrasinya. Kurva titrasi ini nantinya akan sangat berguna dalam pemilihan indikator titrasi asam-basa, atau disaebut indikator asambasa atau indikator pH. Indikator asam-basa merupakan senyawa asam atau basa organik lemah yang memiliki warna yang berbeda dengan asam atau basa konjugatnya. Terbentuknya asam atau basa konjugat ini karena ia juga memiliki kesetimbangan dalam air. Konsentrasi asam atau basa lingkungannyalah yang mempengaruhi arah kesetimbangan, sehingga akan memperngaruhi terhadap terjadinya dominasi warna di antara konjugat-konjugatnya, yang akhirnya kita lihat sebagai perubahan warna dari larutan pada titik ekivalen. Karena indikator-indikator pH memiliki harga Ka atau Kb yang berbeda, mereka juga akan memiliki rentang kerjanya. Rentang kerja dari beberapa indikator pH untuk titrasi asam basa seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
16
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, ada lagi yang perlu diperhatikan, yakni masalah larutan baku. Berdasarkan kepentingan pemakaiannya, terdapat dua jenis larutan baku, yakni larutan baku primer dan larutan baku sekunder. Larutan baku primer adalah larutan baku yang dibuat dari bahan yang (terutama) memiliki kemunian yang tinggi dan (relatif) memiliki berat ekivalen yang besar, sehingga kita tidak meragukan tentang keakuratan dalam menyatakan konsentrasinya setelah penimbanagn bahan dan melarutkannya dalam sejumlah tepat air, maka kita dapat langsung memakainya untuk titrasi; sedangkan syarat bahan untuk larutan baku sekunder tidak diharuskan demikian. Dalam menyatakan konsenstrasi pada larutan baku sekunder, kita tidak bisa langsung menentukannya secara tepat berdasarkan berat penimbangan dan pelarutannya dalam sejumlah tertentu air. Kita dapat menemui yang berisifat demikian pada bahan-bahan yang kurang stabil di udara terbuka atau memiliki berat ekivalen yang rendah. Maka, pada larutan yang sifatnya demikian haruslah dilakukan pembakuan dulu oleh larutan baku primer sebelum pemakaian untuk titrasi. II. Alat dan Bahan Bahan Asam oksalat NaOH HCl Indikator Fenolftalein
Alat Erlenmeyer Beaker glass Pipet tetes Labu ukur Neraca III. Prosedur
Pembuatan Larutan Baku Primer Asam Oksalat 0,1 N Timbang sebanyak 1,575 gram H2C2O4 2H2O Masukkan ke dalam labu ukur 250 mL, lalu tambahkan akuades sampai tanda batas, larutkan dengan baik. Beri label.
Pembuatan Larutan Baku Sekunder NaOH 0,1 N Tabel 1. Warna Indikator dan Rentang Kerja pH-nya
Indikator Timol Biru Bromofenol Biru Metil Oranye Metil Merah Klorofenol Biru Bromotimol Biru Kresol Merah Warna Dalam Dalam asam basa Merah Kuning Kuning Ungu-biru Oranye Merah Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning Merah Biru Merah Rentang pH 1,2 2,8 3,0 4,6 3,1 4,2 4,8 6,0 4,4 6,3 6,4 7,6
7,2 8,8
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
17
Timbang sebanyak 4,0 gram NaOH Masukkan ke dalam beaker gelas 1000 mL, lalu tambahkan air sampai 1000 mL sampai larut. Pasangkan buret 50 mL dengan menggunakan statif dan klem, lalu isilah dengan larutan NaOH tersebut sampai tanda batas nol. Siapkan 25 mL larutan baku asam oksalat yang telah dibuat sebelumnya, lalu masukan ke dalam erlermeyer 250 mL. tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein ke dalamnya. Lakukan titrasi dengan cara menambahkan NaOH dari buret ke dalam larutan asam oksalat sampai didapatkan perubahan warna larutan pada saat pertama kali menjadi merah muda, dan segera hentikan penambahan NaOH. Lakukan 2-3 kali dengan larutan asam oksalat yang baru, sampai dapat meyakinkan atas perubahan warna yang pertama kalinya. (Cara titrasi yang benar bisa ditanyakan kepada asisten). Catat, berapa volume NaOH yang dikeluarkan. Hitunglah konsentrasi NaOH tersebut.
Penentuan Konsentrasi HCl Siapkan 25 mL sampel larutan HCl dalam erlermeyer 250 mL. Tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein ke dalamnya. Lakukan titrasi seperti yang telah dilakukan pada pembuatan larutan baku sekunder NaOH. Hitunglah konsentrasi sampel asam oksalat tersebut.
V.
Kesimpulan
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
18
KRISTALISASI
I. Pendahuluan Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui cara penumbuhan kristal senyawa dalam larutan untuk memperoleh padatan kristalnya yang terpisah dari (campuran) larutan induknya. Setiap molekul atau senyawa memiliki struktur ikatan, apakah ikatannya itu ionic atau kovalen, apakah fasanya gas, cair, atau padat. Berdasarkan keteraturan strukturnya, terdapat dua jenis padatan, yakni padatan kristal dan padatan amorf. Zat padat kristal memiliki keteraturan dalam keberulangan strukturnya. Sedangkan pada padatan amorf tidak terdapat pola keteraturan dalam strukturnya. Banyak sekali senyawa-senyawa padat, baik senyawa organik maupun anorganik, yang memiliki struktur kristal. Contoh yang paling banyak kita jumpai sehari-hari dari senyawa organik yang memiliki struktur kristal adalah glukosa, dan pada senyawa anorganik seperti garam NaCl. Kristal bisa tumbuh pada suatu larutan yang jenuh. Bila suatu larutan dijenuhkan, apakah melalui penguapan pelarutnya, pemakaian pelarut campuran yang memiliki kepolaran yang berbeda, atau penambahan ion sejenis pada larutan, maka pengintian molekulmolekul akan dimulai. Masing-masing molekul yang terlarut akan menggabungkan dirinya dengan yang lainnya yang lambat laun menjadi padatan (endapan) yang keluar dari larutan induknya. Bila padatan yang terbentuk adalah kristal, maka proses ini dinamakan kristalisasi. Sehingga, kristalisasi dapat digunakan sebagai salah satu metode pemurnian zat padat. Proses untuk mendapatkan padatan kristal yang lebih murni lagi melalui pelarutan kembali dinamakan rekristalisasi. Kelarutan tidak semata-mata dipengaruhi oleh kepolaran pelarut dan konsentrasi (kejenuhan) larutan, ia juga dipengaruhi oleh suhu. Suatu padatan akan menjadi lebih larut dalam pelarutnya pada suhu yang lebih tinggi. Fenomena perbedaan kelarutan yang berbeda pada suhu yang berbeda ini sering digunakan untuk memurnikan padatan dari pengotor-pengotornya yang tak larut dalam pelarut panasnya. Atau, dengan suhu yang lebih tinggi, pelarut dibiarkan menguap agar
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
19
diperoleh suatu larutan jenuh yang akan memulai pengintian terbentuknya kristal-kristal padat. Prinsip proses yang terakhir inilah yang kita sering lihat pada usaha tambak garam. Pada bagian ini kita akan melakukan contoh percobaan bagaimana proses kristalisasi itu berlangsung dan bagaimana cara menanganinya. Kita akan membuat garam timbal (II) kromat dari reaksi antara garam timbal yang mudah larut dengan kalium kromat dalam pelarut air. II. Alat dan Bahan
Neraca analitik, gelas ukur, labu ukur, termometer, beaker glass, kertas saring, corong Buchner, Erlenmeyer, Pb(NO)3 atau Pb-asetat dan K2CrO4, dan akuades. III.Prosedur 1. Buatlah 50 mL larutan Pb(NO)2 atau Pb-asetat 0,15 M dan 100 mL larutan K2CrO4 0,15 M. 2. Masukkan 50 mL larutan Pb(NO)2 atau Pb-asetat yang telah dibuat ke dalam beaker glass 250 mL. Tambahkan larutan kalium kromat yang telah dibuat sebanyak 50 mL. Hangatkan secara perlahan dengan api kecil sekitar 3 menit. Usahakan suhu pemanasan tidak lebih dari 50 C. 3. Bila larutan keruh, saring dengan menggunakan kertas saring dan corong pemisah Buchner. Filtratnya adalah larutan kuning jernih. Tambahkan 1 mL lagi kalium kromat, hangatkan kembali seperti pada langklah 2. Bila larutan telah jernih tak-berwarna yang menandakan kalium kromat sudah berlebih, diamkan larutan sampai dingin pada suhu ruangan, atau kalau perlu dapat memakai penangas es agar lebih cepat membentuk kristal. 4. Saring kristal tersebut dan cucilah beberapa kali dengan masingmasing 10 mL akuades. 5. Bila ingin dilakukan rekristalisasi, larutkan kembali kristal timbal (II) kromat tersebut dalam air panas, bila perlu saring kembali untuk memastikan tidak ada zat padat yang bercampur. Biarkan menjadi dingin dan membentuk kristal kembali. Setelah tahap ini, kristal disaring, dikeringkan dan ditimbang untuk mengetahui rendemennya. IV. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
20
V.
Kesimpulan
DESTILASI
I. Pendahuluan Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan campuran dua zat atau lebih berdasarkan perbedaan titik didihnya. Praktikan diharapkan mampu mempraktekkan teknik destilasi secara mandiri sebagai salah satu pilihan metode pemisahan zat kimia. Destilasi, atau distilasi (distillation), adalah sebuah proses fisika yang biasa digunakan untuk memisahkan campuran yang sedikitnya mengandung satu cairan. Destilasi bekerja karena masing-masing zat dalam campuran tersebut memiliki titik didih yang khas. Sehingga, apabila suatu campuran dipanaskan, suhu campurannya meningkat sampai menjangkau suhu zat yang memiliki titik didih terendahnya dalam campuran tersebut. Zat yang memiliki titik didih terendah tentu saja akan mendidih dan menguap pertama kali. Sementara komponenkomponen yang lainnya dalam campuran tetap tinggal pada keadaannya semula, apakah padat atau cair, sampai komponen yang mendidih pada suhu yang paling rendah tersebut habis menguap. Selanjutnya, suhu akan meningkat menuju pada titik didih komponen lainnya pada campuran sampai komponen yang kedua terendah titik didihnya ini menguap meninggalkan campuran asalnya. Begitulah seterusnya, sampai semua komponen dalam campuran habis bila suhu pemanasan yang digunakan dapat menjangkau titik didih komponen yang memiliki titik didih tertinggi. Bila campuran asal mengandung suatu padatan dan suatu cairan, cairannya tersebut akan mendidih kalau campuran tersebut dipanaskan. Kalau cairan itu medidih, ia berubah menjadi gas. Bila kita dapat mengeluarkan gas itu dari wadahnya semula dan kemudian mendidinginkannya, gas tersebut akan dapat mengembun kembali menjadi bentuknya semula, yakni cairan. Kemudian, padatannya dari campuran semula akan tetap berada pada wadahnya, sedangkan cairannya semula pada wadah yang lain. Bila demikian, pemisahan menjadi lengkap. Cara terakhir yang disebutkan adalah jenis destilasi yang paling sederhana, suatu metode untuk memurnikan air alami. Anda pasti
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
21
pernah mempelajari siklus air di alam pada saat anda di SMA. Bila panas dari matahari menghangatkan air-air di bumi, cairan air berubah menjadi uap air, meninggalkan ketidakmurnian apapun yang terlarut. Uap air kemudian didinginkan oleh atmosfir, mengalami pengembunan, dan kemudian kembali lagi ke bumi sebagai suatu cairan yang kita ketahui sebagai hujan. Bila campuran asalnya adalah suatu campuran cairan, masingmasing komponennya akan mendidih dan menguap pada titik didihnya, dan didinginkan akan memperoleh satu bagian komponen dari campuran asalnya. Cara ini dikenal dengan nama destilasi terfraksi. Minyak bumi mentah, suatu campuran dari beberapa zat yang bersifat cair, disuling dengan cara ini. II. Alat dan Bahan KMnO4 Air
Alat destilasi Termometer Erlenmeyer Batu didih porselen Pembakar Bunsen III. Prosedur
1. Rangkailah perangkat peralatan destilasi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. 2. Suhu yang digunakan haruslah memiliki skala yang setidaktidaknya dapat membaca suhu sampai 110 C.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
22
3. Masukkan air suling ke dalam labu destilasi hingga setengah penuh, masukkan pula beberapa keping-keping kecil batu didih porselen. Kemudian panaskan menggunakan pembakaran Bunsen pada nyala api sedang. Bila air mulai terdestilasi, catatlah temperatur yang ditunjukkan pada skala termometer dan juga tekanan udara yang ditunjukkan pada skala barometer yang ada di dalam ruangan. Catatlah kedua parameter ini berselang dua menit selama sepuluh menit. Lakukanlah hal ini hingga tercatat keadaan yang relatif stabil untuk lima set pencatatan. Bandingkan data yang diperoleh dengan zat yang ada pada buku referensi atau handbook. 4. Setelah diperoleh keadaan yang stabil, tambahkan air secukupnya untuk menggantikkan air yang telah terdestilasi dan juga 0,2 gram padatan kalium permanganat (KMnO4) untuk setiap kelipatan 100 ml air yang ada dalam labu destilasi. Padatan akan melarut. Tambahkan lagi beberapa keping batu didih yang baru ke dalam labu destilasi. 5. Panaskan sistem dengan pembakar Bunsen sedemikian rupa agar api hanya menyebar sedikit pada kawat kasa. Setelah pendidihan bermulai, teruskan pendidihan hingga terdestilasi seperempat atau sepertiga cairan yang ada dalam labu destilasi ke dalam labu penampung. Catatlah suhunya pada saat sebelum pemanasan, pada saat labu sudah tidak dapat dipegang, pada saat cairan mulai mendidih dengan kuatnya, dan pada saat destilasi dihentikan. Masukkan data pengamatan pada tabel data. 6. Setelah destilasi dihentikan, pindahkan 5 ml larutan yang tersisa dalam labu destilasi ke dalam cawan penguapan dan uapkan larutan tersebut melalui pemanasan hingga kering. Uapkan juga hingga
23
kering 10 ml air yang terdestilasi dalam bejana penampung (Erlenmeyer). Amati semua proses yang dilakukan. IV. Pengamatan
V.
Kesimpulan
I.
Pendahuluan
Keadaan gas dapat dinyatakan dalam suatu persamaan yang menunjukkan hubungan antara tekanan (P), suhu (T), volume (V), dan jumlah mol (n). Secara matematik persamaan keadaan untuk gas ideal adalah:
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
24
PV=nRT Dengan anggapan bahwa gas bersifat ideal, maka harga tetapan gas (R) pada suhu tertentu dapat dihitung bila volume dan massa dari gas tersebuat dapat diketahui pada tekanan tertentu. Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan tetapan gas dan volume molar oksigen hasil reaksi. Oksigen dapat diperoleh dengan memanaskan kalium klorat dengan mangan oksida sebagai katalis menurut reaksi sebagai berikut: 2 CLO3 2 KCL (p) + 3 O2 (g) Volume gas oksigen yang terbentuk dapat diukur melalui percobaan sehingga R dapat dihitung, jika harga R telah dapat ditentukan, maka volume molar gas oksigen dapat dihitung. Definisi volume molar gas adalah volume satu mol gas sembarang yang diukur pada keadaan standar, yakni pada suhu 00 dan tekan 1 atm, volume molar untuk tiap gas adalah 22,4 L.
Labu dasar rata 500 mL Tabung reaksi pyrex Prop tabung reaksi 1 lubung Pemanas spirtus Barometer Prop tabung reaksi 2 lubang
gelas kimia 500 mL gelas ukur 250 mL termometer 1500 C klem dan statif timbangan (neraca analitis)
2) Bahan
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
25
2) Masukkan kurang lebih 0,7 gram serbuk kalium klorat dan tambahkan seujung spatula serbuk mangan oksida. Masukkan campuran tersebut kedalam tabung reaksi A yang bersih dan kering. Timbang campuran dan tabung reksi dengan ketelitian 3 desimal. 3) Isi labu B dengan air dan masukkan sedikit air kedalam bejana D 4) Isi selang C dengan air, dengan cara meniup ujung pipa A. Jika terdapat gelembung udara pada selang C keluarkan dengan cara menaikkan atau menurunkan labu B atau bejana D. Usahakan agar air jangan sampai masuk kedalam pipa yang menuju tabung B. 5) Jepit selang c dengan klem penjepi, kemudian pasangkan tabung reaksi pada pipa kaca diujung A. 6) Buka penjepit selang, dan atur agar permukaan air didalam labu B dan bejana D sama tingginya. 7) Setelah C dijepit, keluarkan air yang terdapat dalam bejana D dengan hati-hati. 8) Buka kembali klem selang C sehingga beberapa tetes air yang keluar. Jika air terus menetes berarti ada kebocoran. Perbaiki kebocoran itu dengan merekonstruksi ulang alat-alat atau tambahkan vaselin pada sambungan antar alat. 9) Panaskan tabung reaksi A dengan hati-hati sampai semua kalium klorat terurai. Gas yang terbentuk akan mengalir kedalam labu B dan mendorong air menuju bejana D. 10) Jika gas tidak terbentuk lagi, hentikan pembakaran dan biarkan sampai suhu alat sama dengan suhu kamar. 11) Kemudian tekanan didalam alat disamakan dengan tekanan luar, dengan cara menaikkan dan menurunkan bejana D sehingga permukaan air didalam labu B dan bejana D sama tinggi. 12) Jepit selang C rapat-rapat dan keluarkan bejana D. 13) Ukur suhu dalam labu B, dengan membuka sumbat labu secara hati-hati, masukkan termometer tanpa menyentuh permukaan air dalam labu. 14) Ukur volume air yang terdapat dalam bejana D dengan gelas ukur. Timbang kembali tabung reksi A.
15)
Catat tekanan udara luar dengan melihat barometer dan pergunakan handbook untuk mengetahui tekanan udara pada suhu tersebut.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
26
Kesimpulan
TERMOKIMIA
I. Pendahuluan Termokimia membahas tentang perubahan energy yang menyertai suatu reaksi kimia yang dimanisfestasikam sebagai kalor reaksi. Perubahan energy yang terjadi dapat berupa pelepasan energy (reaksi eksoterm). Kalor reaksi dapat digolongkan dalam kategori yang lebih khusus (1) Kalor pembentukan, kalor pembakaran, (3) Kalor pelarutan, dan (4) kalor netralisasi. Perubahan energy yang terjadi bersifat kekal, artinya tidak ada energy yang hilang selama reksi berlangsung, melainkan berubah bentuk dari bentuk energy yang satu ke bentuk energy yang lain. Adanya kekekalan energy ini ditunjukkan oleh selisih penyerapan dan pelepasan energy, yang disebut energy internal. Sebagai gambaran, jika pada suatu system reaksi diberikan sejumlah energy dalam bentuk kalor (q), maka system akan melakukankerja (W) sebesar W=P x V. setelah melakukan kerja system masih menyimpan sejumlah energy yang disebut energy internal (U). secara matematis perubahan energy dalam dapat dituliskan sebagai berikut: U = q P V Dalam percobaan ini akan ditentukam kalor reaksi yang menyertai suatu reaksi kimia pada tekanan tetap (qp). perubahan kalor yang dilakukan pada tekanan tetap disebut perubahan entalpi (H). Karen asistem yang diukur hanya melibatkan zat padat dan zat cair, dimana perubahan volumenya kecil (V 0), maka besarnya kerja yang dilkukan system dapat diabaikan (PV = 0). Dengan demikian U = H. Besarnya kalor yang terlibat dalam reaksi kkimia dfapat diukur dengan alat yang disebut kalorimeter. Besarnya kalor yang diserap kalorimeter untuk menaikkan suhu satu
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
27
derajat dinamakan tetapan kalorimeter atau harga air kalorimeter, dengan satuan JK-1. Dalam percobaan ini akan digunakan suatu kalorimeter sederhana yang disusun dari suatu wadah sederana yang terbuat dari plastik.
II.
(1)
NaCL 2.00 M
III.
Prosedur
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter Masukkan 25 mL air kedalam kalorimeter dengan menggunakan pipet volumetri. Catat suhunya selama 3 menit samapai konstan (t1).
a)
Panaskan 25 mL air dalam gelas kimia sampai suhunya lebih tinggi di atas suhu kamar (500C). Catat suhunya (t2).
b)
c) Masukkan air panas ini ke dalam kalorimeter yang telah berisi air dingin, kemudian kocok sambil suhu campuran diukur setiap 30 detik. Penetuan kalor reaksi Zn-CuSO4
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
28
Kesimpulan
Kromatografi adalah metoda yang digunakan untuk memisahkan campuran molekuler berdasarkan distribusi molekul-molekul dalam campuran tersebut dengan fasa diam
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
29
(adsorben) dan fasa ferak (eluen). Distribusi molekul dapat berupa distribusi fasa adsorpsi atau distribusi fasa partisi. Kromatografi dapat digunakan untuk menetukan konsentrasi suatu sampel dan menetukan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu sampel melaui harga RF dari masing-masing kompoenen. RF adalah jarak tempuh suatu zat pada saat elusi dengan cara berikut:
Rf =
______Jarak titik awal ke titik noda_____ Jarak titik awal ke titik pergerakan eluen
Metoda kromatografi sebagian dikelompokkan berdasarkan macam frasa yang digunakan dan sebagian berdasarkan mekanisme pada distribusi fasa. Jenis-jenis kromatografi: Kromatografi kertas, merupakan kromatografi cairan-cairan dimana Kromatografi lapis tipis, menggunakan gelas atau lempeng alumunium yang sebagian fas diam adalah lapisan tipis air yang diserap oleh kertas dari lembab udara. diam. Kromatografi penukar ion, menggunakan suatu resin sintetik dengan sifat Elektroforesis merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disatu sisi Kromatografi cairan-padat atau kromatografi serapan, menggunakan kolom Kromatografi gas, menggunakan alat khusus dimana gas berperan sebagai dapat menukar ion sebagai fasa diam. dan tegak lurus aliran fasa gerak. fasa gerak dilapisi dengan lapisan tipis alumunia, silika atau bahan serbuk lainnya sebagai fasa
II.
Alat dan bahan 1. Alat Kaca ukuran 10 cm x 20 cm Pipa kapiler Lumpang dan alu Kertas saring ukuran 4 cm x 10 cm
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
30
2.
Bahan
Ekstrak dari bahan bunga, daun, kulit atau akar tumbuhan dengan pelarut air Pelarut heksan, asam asetat, atau alkohol 10 mL Aquades Campuran Toluen-kloroform-asam asetat (50:40:10) Bahan penyerap : silika gel Spidol warna III. Prosedur
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Pembuatan lapisan silika gel G atau GF254 (Pembuatan plat KLT tidak dilakukan oleh praktikan dan dicantumkan di langkah kerja untuk memberikan pengetshuan tentang proses pembuatan plat KLT silika gel) 1. 2. 3. 4. Masukkan 30.0 g silika gel G (GF254 ) kedalam mortal porselin Tambahkan 10 mL air suling, aduk perlahan-lahan dengan alu Tambahkan 20 mL air suling lagi sambil diaduk perlahanFluida suspensi tuangkan kedalam kotak penyaput, lalu kering tidak berserat bergaris tengah 10 cm. sampai membentuk suspsensi seragam tanpa gelembung atau gumpalan. lahan. Pembentukan suspensi tidak boleh lebih dari 90 detik. saputkan dengan tangan. Jumlah fluida ini cukup untuk menyaput 5 buah pelat kaca 20 cm x 20 cm dengan tebal lapisan 0,3 mm. 5. 6. Keringkan 8 12 jam dalam ruangan. Keringkan dengan kipas, Pelat kering kemudian disimpan dalam desikator berisi gel dan aktifkan dengan pengeringan pada 1100 C dalam oven. biru. Hindari kelembaban dan uap lab.
Penyiapan fasa gerak Masukkan campuran Toluen-kloroform-asam asetat (50:40:10) sebanyak 100 mL kedlam bejana pengembang, tutup dengan kaca arloji/kaca hingga jenuh uap. Penotolan pelat KLT:
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
31
1.
dan 15 mm dari ujung atas pelat dan berikan angka penanda tempat penotolan 1,2,.... dengan jarak 3-5 mm. 2. 3. 4. yang telah dibuat. 5. 6. halus pereaksi. 7. Amati dan ukur RF noda-noda yang terluhat langsung, atau yang baru terlihat setelah berfluorosen dengan lampu UV 250 atau 350 mm. Kromatografi Kertas 1. 2. 3. pada penyangga. 4. 5. 6. atas. 7. anda. Amati noda-noda yang terbentuk, berikan argumentasi Isi bejana dengan gelas air, tempatkan penyangga yang Atur sehingga air hanya mencapai sekitar 0,5 cm dari tepi Biarkan eluen naik, dan hentikan tepat di garis batas tepi telah digantungi kertas saring pada bejana, bawah kertas, sehingga titik penotolan tidak sampai terendam. Ambil kertas saring ukuran 4 cm x 12 cm,. Tandai dengan Totoli pada gairs tepi bawah dengan tinta spidol berwarna. Lubangi tepi atas untuk menggantungkan kertas tersebut garis 1,5 cm di tepi bawah dan 2 cm di tepi atas. Tiriskan pelat pada suhu kamar sekitar 5 menit. Masukkan dalam bejana jenuh yodium , atau semprotkan Dengan pipa kapiler, buat totolan ekstrak air, alkohol, asam Posisikan pelat di atas larutan pengembang, pada posisi Biarkan pengembang naik, dan hentikan tepat di garis akhir asetat, atau heksan, dan bahan yang akan diperksa. awal titik penotolan jangan sampai terendam.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
32
Pengamatan
Kesimpulan
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI, UIN SUNAN GUNUNG DJATI, BANDUNG 2007
33