Вы находитесь на странице: 1из 7

Implementasi Desentralisasi di Indonesia Berdasarkan UU no 32 Tahun 2004

Oleh: Rinatania Anggraeni Fajriani, SE

Abstraksi
Terdapat banyak istilah dan konsep ambigu tentang desentralisasi. Sebagian besar sepakat bahwa desentralisasi pada sebuah negara melibatkan pengalihan wewenang untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat dari individu atau lembaga di pemerintah pusat melalui beberapa individu lain atau instansi yang lebih dekat dengan masyarakat. Dasar untuk pengalihan kewenangan tersebut hampir sebagian besar karena masalah teritorial, didasarkan pada keinginan untuk menempatkan kewenangan di tingkat yang lebih rendah, sehingga secara geografis lebih dekat dengan masyarakat. Namun, pengalihan kewenangan ini juga bisa dilakukan secara fungsional, yaitu dengan mengalihkan kewenangan kepada sebuah lembaga yang berfungsi secara khusus. Ada tiga jenis pengalihan kewenangan yang biasa dilakukan, yakni: Yang pertama dalam struktur politik formal (misalnya ketika pemerintah pusat mendelegasikan kewenangan tambahan kepada pemerintah daerah) Yang kedua adalah pengalihan kewenangan struktur administratif atau publik (misalnya dari kantor pusat pelayanan ke kantor kabupatennya)

Dan yang ketiga adalah pengalihan kewenangan dari suatu lembaga pemerintahan kepada sebuah lembaga non-pemerintahan (misalnya ketika sebuah maskapai nasional dijual ke pihak swasta)

Jika desentralisasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas dan kinerja pemerintah, pengalihan kewenangan yang dilakukan harus diimbangi dengan pengalihan tanggung jawab, yaitu lembaga yang ditunjuk harus mempunyai fungsi tertentu. Misalkan, dengan terjadinya pengalihan kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, maka otoritas pengambilan kebijakan publik yang menyangkut daerah, merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.

Analisa dan Pembahasan


Desentralisasi memerlukan penciptaan model akuntabilitas baru yang disusun berdasarkan kinerja pemerintah daerah dan ditujukan kepada otoritas yang lebih tinggi, yaitu pemerintah pusat. Ada beberapa jenis desentralisasi Devolusi Juga dikenal sebagai desentralisasi politik, mengacu pada pemberian kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Devolusi memberikan beberapa kewenangan penting kepada

pemerintah daerah, seperti perpajakan dan pelayanan publik lainnya. Pertimbangan utama dari devolusi adalah pemberdayaan masyarakat, dimana konstituen lokal diberikan hak untuk menentukan

pemerintahan sendiri agar mereka dapat mengelola kesejahteraan

mereka dengan lebih baik. Devolusi merupakan komponen utama, walaupun bukan satu-satunyaa dari desentralisasi. Dekonsentrasi atau desentralisasi aministratif Dekonsentrasi mengacu pada kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah ata perwakilan dekonsentrasi, dari kementrian/lembaga akuntabilitas

pemerintahan.

Dalam

mekanisme

tambahan yang menyangkut pengalihan kewenangan biasanya ada di dalam suatu sistem birokrasi. Sebagai contoh, seorang menteri atau presiden tetap dipandang sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap kinerja lembaga-lembaga politik nasional, walaupun

kewenangan telah dialihkan kepada lembaga-lembaga tersebut. Ketika kewenangan dialihkan ke tingkat dibawahnya, walaupun system akuntabilitas telah ditetapkan dalam suatu undang-undang yang memiliki kekuatan hukum, pada prakteknya akan menjadi lebih luas. Misalnya, apakah suatu lembaga pemerintahan tertentu

bertanggung jawab langsung atas kinerjanya ataukah hal tersebut menjadi tanggung jawab menteri secara yang berada pada struktur diatasnya?

Delegasi Delegasi merupakan mekanisme desentralisasi dimana beberapa fungsi pemerintahan diberikan kepada pemerintah daerah

Desentralisasi di negara dunia ketiga (negara berkembang) telah terbukti menjadi suatu cara yang efektif untuk melakukan intervensi secara langsung dari pemerintah daerah dalam menggerakkan pembangunan. Permasalahan mendasar dalam desentralisasi mengenai siapa yang bertanggung jawab terhadap siapa menjadi semakin kompleks dalam desain desentralisasi Indonesia yang diterapkan melalui UU 22/1999 dan UU 32/2004 yang menggabungkan tujuan-tujuan politik dan ekonomi. Ada tiga asas dalam sistem pemerintahan daerah di Indonesia yakni desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004, desentralisasi didefinisikan sebagai penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI. Kemudian, dekonsentrasi didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Sementara Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu. Bila kita membandingkan ketiga asas pemerintahan daerah dalam UU nomor 32 tahun 2004 dengan UU Pemerintahan Daerah era orde baru (UU Nomor 5 tahun 1974); ada perbedaan yang cukup mendasar, khususnya mengenai asas

dekonsentrasi dan asas Tugas Pembantuan. Asas dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan bersama-sama dengan asas desentralisasi menjadi asas pemerintahan

daerah khususnya untuk kabupaten dan kotamadya saat itu. Penggunaan ketiganya secara bersamaan tentu saja menyebabkan ketidakjelasan pembagian kewenangan yang dimiliki kabupaten dan kota. Dalam prakteknya asas dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan justru lebih mendominasi hubungan pusat dan daerah daripada asas desentralisasi, sehingga tidak terjadi praktek otonomi daerah yang sesungguhnya karena kewenangan masih dikendalikan oleh pusat mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan=. Daerah lebih banyak menerima dan melaksanakan kebijakan yang dibuat pusat, bahkan tidak jarang kewenangan itupun dilaksanakan oleh wakil pemerintah pusat yang ada di kabupaten/kotamadya yakni melalui kantor-kantor departemennya. Desentralisasi seharusnya merupakan suatu upaya restrukturisasi atau reorganisasi kewenangan yang menciptakan tanggung jawab bersama antara lembaga-lembaga di dalam pemerintahan. Baik di tingkat pusat, regional maupun lokal, sesuai dengan prinsip nya untuk salingg menunjang satu sama lain. Dan hasil akhirnya adalah suatu kualitas dan efektifitas keseluruhan dari sistem pemerintahan tersebut, termasuk peningkatan kewenangan dan kemampuan dari pemerintah di tingkat lokal (UNDP, 1997).

Kesimpulan
Desentralisasi bukan sekedar memindahkan sistem politik dan ekonomi yang lama dari pusat ke daerah, tetapi pemindahan tersebut harus pula disertai oleh perubahan kultural menuju arah yang lebih demokratis dan berkualitas. Melalui desentralisasi diharapkan akan meningkatkan peluang masyarakat untuk ikut berpartisipasi

dalam proses pengambilan kebijakan yang terkait dengan masalah sosial, politik, ekonomi. Hal ini sangatlah dimungkinkan karena karena lokasi pengambilan keputusan menjadi lebih dekat dengan masyarakat. Melalui proses ini maka desentralisasi diharapkan akan mampu meningkatkan penegakan hukum;

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemerintah dan sekaligus meningkatkan daya tanggap, transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah.

Daftar Pustaka
USAID Democratic Reform Support Program (DRSP), Membedah Reformasi Desentralisasi di Indonesia, 2006 Camille Barnett, Henry Minis dan Jerry VanSant, Democratic RTI dan USAID, Decentralization, Working Paper , 1997 Kansil, C.S.T , Sistem Pemerintahan Indonesia , PT Bumi Aksara : Jakarta, 2005

Вам также может понравиться