Вы находитесь на странице: 1из 14

ISSN 1858-1226

JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN


Volume 2, Nomor 2, Desember 2006

Diterbitkan Oleh : Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta

JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN


ISSN 1858-1226 Terbit Dua Kali Setahun pada Bulan Juli dan Desember, Berisi Artikel Ilmiah Hasil Penelitian dan Pemikiran di Bidang Pemberdayaan Sosial, Ekonomi dan Teknik Pertanian Terapan Ketua Penyunting Thomas Widodo Wakil Ketua Penyunting M. Adlan Larisu Penyunting Pelaksana Abdul Hamid Ananti Yekti Miftakhul Arifin Suharno Mitra Bestari Masyhuri (Universitas Gadjah Mada) Aziz Purwantoro (Universitas Gadjah Mada) E. W. Tri Nugroho (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa) Sapto Husodo (Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang) Zulkarnain (Universitas Jambi) Staf Tata Usaha Mulyanta Alamat Penyunting dan Tata Usaha : Redaksi Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta, Jalan Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon (0274) 373479 Faximile (0274) 375528 E-Mail: jurnal@stppyogyakarta.com JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang Jurusan Penyuluhan Pertanian di Yogyakarta. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam penerbitan lain. Naskah diketik atas kertas HVS Kuarto spasi ganda sepanjang lebih kurang 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam belakang (pedoman penulisan naskah). Naskah yang masuk akan dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata penulisan lainnya tanpa merubah esensi naskah. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapatkan lima eksplar cetak lepas dan satu nomor bukti pemuatan. Artikel yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan. Harga berlangganan termasuk ongkos kirim Rp. 50.000,00 per tahun untuk dua nomor penerbitan.

JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN


Volume 2, Nomor 2, Desember 2006 ISSN 1858-1226

DAFTAR ISI
Analisis Isi Struktur Periklanan Pertanian Indonesia pada Jaringan Internet Indonetwork Supriyanto, Dyah Pertiwi Kusumawardani, Subejo Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah di Bantul Edy Suharyanto Kajian Efektivitas Seni Karawitan sebagai Media Pemasyarakatan Teknologi Pengendalian Hama Nani Tri Iswardayati Penyuluhan dengan Pendekatan Wilayah dengan Rujukan Desa Sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Gunungkidul Sunarru Samsi Hariadi Teknik Mengendalikan Keong Mas pada Tanaman Padi Suharto Budiyono Analisis Kelayakan Usahatani Padi pada Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bantul Fx. Agus, Suyono, R. Hermawan Kedelai Hitam Sebagai Bahan Baku Kecap Tinjauan Varietas dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Kecap B. Budi Setiawati 142 - 153 134 - 141 128 - 133 119 - 127 112 - 118 102 - 111 87 - 101

128 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 2, Nomor 2, Desember 2006

TEKNIK MENGENDALIKAN KEONG MAS PADA TANAMAN PADI (The Tecnical Controlling of Golden snail on Plant Rice) Suharto Budiyono ABSTRACT Golden snail (Pomaceae canaliculata Lamarck) in area Yogyakarta on this time was not pest primer in plantating rice but golden snail need anticipation because golden snail potention to be pest primer. Golden snail growth, multiply fast and attack plant rice of fase vegetative. The controlling golden snail use approach to IPM (Integrade Pest Management) is the controlling pest bassid to aspec ecology and economic of management care of agroecosystem with combination many tecnic application. Succesful controlling of golden snail to plant rice was early, periodic,massive and continous. Key words: Golden snail, IPM, Rice. Padi merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia sebab di dalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut makanan berenergi. Disamping itu jumlah penduduk yang makin meningkat serta penyusutan lahan yang makin tahun meningkat sehingga kebutuhan bahan makanan yang berupa beras meningkat pula sehingga pemerintah berupaya meningkatkan produksi padi melalui perluasan areal tanam dilaksanakan di luar Jawa dan peningkatan produktivitas padi. Dalam rangka peningkatan produktivitas tanaman padi salah satu faktor penghambatnya adanya organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang menyerang tanaman padi. OPT utama pada padi antara lain tikus, penggerek batang, WBC, Tungro, BLB, dan keong mas. Di wilayah DIY keberadaan hama keong mas belum mengkuatirkan tetapi bila hama tersebut tidak dikendalikan secara baik dan benar maka akan berpotensi menjadi hama utama, seperti tejadi di wilayah yang lain yang hampir tiap tahun terjadi permasalahan hama keong mas. Hama dari golongan moluska sangat berpotensial menjadi hama utama karena berkembang biak dengan cepat dan menyerang tanaman yang masih muda. Keong mas (Pomaceae canaliculata Lamarck) (Gastropoda; Ampullaridae) ada juga yang menyebut siput murbei merupakan salah satu jenis keong air tawar yang berasal dari Benua Amerika, tidak jelas mulai kapan masuk ke wilayah Indonesia. Keong mas secara bebas di pasaran pada tahun 1981 di Yogyakarta telah dijualbelikan sebagai ikan hias karena bentuk dan warnanya yang menarik. Adanya banyak keong mas yang dijualbelikan pada masyarakat maka penyebaran keong mas makin meluas karena perkembangan biaknya sangat cepat. Disamping itu banyak keong mas yang dibudidayakan di kolam-kolam sehingga banyak yang lari ke persawahan. Keong mas

Suharto Budiyono Teknik Mengendalikan Keong Emas

129

selain warnanya sangat menarik, nilai gizinya cukup tinggi yang tiap 100 gram mengandung kalori sebanyak 64 kkal, protein sebanyak 12 gram, karbohidrat sebanyak 2 gram, lemak sebanyak 1 gram, dan sejumlah mineral seperti besi, fosfor dan kalsium. Pada saat itu lemahnya pengawasan terhadap keberadaan keong mas di Indonesia, diperparah sering terjadinya bencana banjir yang mempercepat terjadinya penyebaran keong mas yang sangat cepat. Potensi keong mas dapat menyebabkan kerusakan tanaman berkisar 10 - 40%, daerah penyebaran di wilayah Indonesia antara lain Jawa, Sumatra, Kalimantan, NTB dan Bali. Sedangkan di wilayah D.I. Yogyakarta daerah penyebarannya di Sleman, Bantul, Kota Yogyakarta dan Kulonprogo. Luas serangan yang terjadi di wilayah D.I. Yogyakarta masih sangat rendah tetapi jangka waktu ke depan perlu diwaspadai keberadaan hama keong mas karena perkembangan dan pertumbuhan yang sangat cepat. Keong mas sangat menyukai lingkungan yang jernih, mempunyai suhu air antara 10 - 35 C, dengan demikian sangat cocok untuk daerah pegunungan sampai pantai. Dengan demikian mudah ditemukan di daerah sawah, waduk, situ, rawa dan genangan air. Keong mas bersifat herbivor yang pemakan segala dan sangat rakus, tanaman yang disukai tanaman yang masih muda dan lunak seperti bibit padi, tanaman sayuran, dan enceng gondok. Apabila habitatnya dalam keadaan kekurangan air maka keong mas akan membenamkan diri pada lumpur yang dalam, hal ini dapat bertahan selama 6 bulan. Bila
o

habitatnya sudah ada airnya maka keong mas akan muncul kembali pada saat pengolahan lahan. Keong mas mempunyai jenis kelamin yaitu jantan dan betina, tidak seperti jenis siput yang lain. Keong mas siap melakukan kopulasi pada saat kondisi air terpenuhi pada areal persawahan. SIKLUS HIDUPKEONG MAS Keong mas dewasa meletakkan telur pada tempat-tempat yang tidak tergenang air (tempat yang kering) dan melakukan bertelur pada malam hari pada rumpun tanaman, tonggak, saluran pengairan bagian atas dan rumput-rumputan. Telur keong mas diletakkan secara berkelompok berwarna merah jambu seperti buah murbei sehingga disebut juga keong murbei. Keong mas selama hidupnya mampu menghasilkan telur sebanyak 15 - 20 kelompok, yang tiap kelompok berjumlah kurang lebih 500 butir, dengan persentase penetasan lebih dari 85%. Waktu yang dibutuhkan pada fase telur yaitu 1 - 2 minggu, pada pertumbuhan awal membutuhkan waktu 2 - 4 minggu lalu menjadi siap kawin pada umur 2 bulan. Keong mas dewasa berwarna kuning kemasan. Dalam satu kali siklus hidupnya memerlukan waktu antara 2 - 2,5 bulan. Keong mas dapat mencapai umur kurang lebih 3 tahun. Cara menyerang keong mas pada tanaman padi yaitu tanaman padi yang baru ditanam sampai 15 hari setelah tanam mudah dirusak keong mas, untuk padi tanam benih langsung (tabela) ketika 4 sampai 30 hari setelah tebar. Keong mas melahap pangkal bibit

Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta

130 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 2, Nomor 2, Desember 2006

padi muda. Keong mas bahkan dapat mengkonsumsi seluruh tanaman muda dalam satu malam lalu rumpun yang hilang, adanya

potongan daun yang mengambang di permukaan air.

Gambar 1. Siklus Hidup Keong Mas dari Telur sampai Siap Bertelur.
Tempat keong mas hidup biasanya di kolam, rawa, sawah irigasi, saluran air dan areal yang selalu tergenang. Keong mas mengubur diri dalam tanah yang lembab selama musim kemarau. Keong mas bisa berdiapause selama 6 bulan, kemudian aktif kembali jika tanah diairi. Keong bisa bertahan hidup pada lingkungan yang ganas seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan oksigen. Keong mas memakan beragam tumbuhan seperti ganggang, azola, rumput bebek, eceng gondok, bibit padi dan tumbuhan berdaun sukulen lainnya. Memilih bagian yang lunak dari tanaman muda, sebab siput murbai makan dengan cara mengerok permukaan tanaman dengan lidahnya yang kasar juga memakan bahan organik yang sedang berdekomposisi

Gambar 2. Perbedaan Keong Mas Betina dan Jantan.

Suharto Budiyono Teknik Mengendalikan Keong Emas

131

TEKNIK PENGENDALIAN Pengendalian keong mas harus mengetahui tentang perilaku dan siklus hidupnya sehingga pengendalian dapat berhasil dengan baik. Berpedoman pada 4 prinsip dalam mengelola pengendalian keong mas yaitu (1) budidaya tanaman yang sehat, (2) melestarikan dan memanfaatkan musuh alami di pertanaman, (3) Melakukan pengamatan lahan pertanian secara rutin, (4) Petani sebagai ahli PHT di lahan pertaniannya. Pengendalian keong menggunakan pendekatan Pengendalian Hama secara Terpadu (PHT) yaitu suatu pendekatan pengendalian hama yang didasari pada pertimbangan ekologi dan efesiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang bertanggungjawab dengan cara memadukan berbagai cara-cara pengendalian antara lain : 1. Mengumpulkan telur dan keong mas Pengambilan dan pengumpulan telur dan keong mas dilakukan pada pagi atau sore hari pada tempat-tempat yang tergenang. Keong mas mempunyai kebiasaan hidup di persawahan yang tergenang. Gerakan tersebut sangat efektif apabila dilakukan secara dini, masal dan terus menerus. Keong dewasa yang dikumpulkan dapat dijadikan makanan untuk manusia atau ternak bebek karena nilai gizi yang tinggi, sedangkan telur yang terkumpul dimusnahkan dengan cara membenamkan ke persawahan sehingga telur-telurnya tidak akan menetas. 2. Memasang penghalang plastik pada persemaian Dengan memasang plastik pada sekeliling persemaian dengan harapan keong

mas tidak dapat masuk ke dalam persemaian karena keong mas lebih menyukai tanaman yang muda. Disamping itu keong mas tidak bisa merangkak ke persemaian disebabkan sifat plastik yang halus sehingga kesulitan untuk masuk ke persemaian. Pemasangan plastik harus sampai dasar tanah dan potongan kayu atau bilah ditancapkan di bagian dalam plastik sehingga keong mas tidak bisa masuk ke persemaian. 3. Melakukan penyulaman tanam Pada daerah yang endemis keong mas dapat dilakukan dengan cara melakukan penyulaman tanaman padi yang terserang. Dengan demikian tanaman padi tidak bolongbolong sehingga pertumbuhan tanaman padi menjadi merata. Dengan demikian pada daerah yang endemis keong mas penggunaan benih lebih tinggi dibandingkan daerah yang non endemis keong mas. 4. Memasang tongkat/kayu pada tanaman padi Perilaku keong mas bila bertelur ke tempat yang tidak tergenang air atau kering di pertanaman padi, tongkat kayu atau galengan. Adanya perilaku keong mas tersebut maka dilakukan pemasangan tongkat/kayu pada areal persawahan dengan maksud untuk memerangkap keong mas untuk melakukan peneluran. Lalu mengumpulkan telur-telur yang diletakkan di tongkat/kayu sehingga mempermudah dalam pengumpulan. Setelah telur dikumpulkan lalu dimusnahkan dengan cara membenamkan ke dalam persawahan atau di kubur, jangan dibuang di saluran irigasi karena akan mempercepat dalam penyebaran keong mas.

Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta

132 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Volume 2, Nomor 2, Desember 2006

5. Membuat parit-parit di sekitar persawahan Sifat keong mas yang menyukai tempat yang berair maka dalam pengendaliannya dilakukan dengan cara membuat parit-parit di sekitar persawahan sehingga keong mas akan mengumpul pada parit-parit tersebut. Setelah mengumpul di parit lebih mudah untuk melakukan pengambilan keong mas. Dengan demikian keong mas yang terkumpul dapat dijadikan makanan manusia atau ternak. 6. Melepas bebek Bebek merupakan binatang pemangsa keong yang cukup potensial, sehingga dapat dilepas secara berkala. Pada saat panen biasanya dilepas bebek untuk mengais rontokan padi serta memakan keong-keong kecil dan telur. Dengan demikian populasi keong dapat ditekan adanya pelepasan bebek di lahan persawahan. 7. Memasang saringan pada saluran masuk Pada saluran masuk ke persawahan sebaiknya diletakkan saringan untuk menghindari masuknya keong mas dari saluran irigasi. Dengan demikian keong mas tidak dapat masuk ke lahan persawahan. 8. Memasang umpan Memasang perangkap dengan daun pepaya dan ampas kelapa pada parit-parit untuk mengundang keong-keong masuk ke dalam perangkap lalu dilakukan penangkapan, dan pengumpulan. 9. Dengan pola tanam Dengan mengatur pola tanam padi-padipalawija sehingga siklus keong mas dapat terputus dan mengurangi serangan keong mas. Memang dengan cara tersebut belum menjamin

terputusnya siklus hidup keong mas tetapi dapat mengurangi serangan keong mas. Disamping itu dapat juga mengendalikan OPT yang lain Tungro, Penggerek batang padi, WBC dan tikus. 10. Pengendalian dengan pestisida nabati Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai moluskisida yaitu daun sembung (Blumea balsamifera (L.) DC.), akar tuba (Derris elliptica (Roxb.) Bth.) dan patah tulang (Euphorbia tirucalli L.). Pestisida nabati tersebut dapat digunakan secara semprot atau disebar langsung di areal perwasahan pada daerah yang endemis keong mas. 11. Pengendalian kimia Bila cara-cara di atas belum dapat diantisipasi maka tindakan pengendalian yang lain maka dapat menggunakan Moluskisida yang digunakan. Dalam pengendalian dengan moluskisida berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada areal persawahan. Pestisida yang digunakan moluskisida yang bijaksana dalam penggunaannya. PENUTUP Hama keong mas di wilayah D.I. Yogyakarta pada saat ini belum merupakan hama utama pada tanaman padi tetapi perlu diwaspadai dan diantisipasi keberadaan hama tersebut karena berkembang biak dengan cepat dan menyerang tanaman yang masih muda. Bila kita lengah terhadap keberadaan keong mas akan menjadi hama utama pada tanaman padi terutama pada daerah yang mempunyai pola tanam padi terus menerus. Keberhasilan Pengendalian keong mas

Suharto Budiyono Teknik Mengendalikan Keong Emas

133

pada tanaman padi dilakukan secara dini, berkala, masal dan terus menerus. Disamping itu perlu memadukan berbagai cara-cara pengendalian yang dilakukan sesuai dengan perilaku dan siklus hidup keong mas. DAFTAR PUSTAKA AAK, 1990. Budidaya Tanaman Padi . Kanisius.Yogyakarta. 172 hal Anonim, 1997. Waspadai Keong mas di Tabela Padi. Departemen Pertanian, Litpan, BPTP gedong johor Medan, 2 p. Anonim, Management Options for the golden Aplle Snail, 2001. Crop Protection Division Philippine Rice Research Institute, Maligaya, Science City of Munos, 3119 Nueva Ecija

Department of Agriculture and Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1989. A primer on integrated golden kuhol management. 26 pp. Joshi RC, MS Dela Cruz, GP Banawa, J Modesto, and ER Tiongco. 2000. Golden apple snail and management . In: Highland rice production in the Philippine Cordillera. Central Cordillera Agricultural Programme (CECAP), Banaue, Ifugao and Philippine Rice Research Institute (PhilRice), Maligaya, Munoz, Nueva Ecija. 155-157. Kardinan A and Momo I, 1997. Pengaruh Beberapa Jenis Ekstrak Tanaman Sebagai Moluskisida Nabati Terhadap Keong Mas (Pomacea canalicuta) Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta vol 3 No. 2 : 82 92 hal.

Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta

INDEKS PENGARANG ILMU-ILMU PERTANIAN 2006

A Analisis Kelayakan Usahatani Kangkung Air Ananti Yekti Peran Perempuan Indonesia dalam Pembangunan Pertanian Asih Farmia B Kedelai Hitam Sebagai Bahan Baku Kecap Tinjauan Varietas dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Kecap B. Budi Setiawati C Pemberdayaan Petani Miskin di Pedesaan: Analisis Pengalaman Program SLT dan IDT Christine Sri Widiputranti Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Progresivitas Kelompok Tani Lahan Pantai di Kabupaten Kulon Progo Cucuk Redono E SLPHT sebagai Lembaga Pemberdayaan Petani Edhi Martono Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah di Bantul Edy Suharyanto F Analisis Kelayakan Usahatani Padi pada Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bantul Fx. Agus, Suyono, R. Hermawan M Profil Kemampuan Umum (Generic Competencies) yang Diperlukan bagi Penyuluh Pertanian Miftakhul Arifin

N Kajian Efektivitas Seni Karawitan sebagai Media Pemasyarakatan Teknologi Pengendalian Hama Nani Tri Iswardayati R Alokasi Waktu Kerja Keluarga Pengrajin Emping Melinjo di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Rika Nalinda S Partisipasi Petani dalam Kegiatan Eks DAFEP di Kabupaten Bantul Sapto Husodo Penyuluhan dengan Pendekatan Wilayah dengan Rujukan Desa Sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Gunungkidul Sunarru Samsi Hariadi Kajian Pertumbuhan dan Produksi pada 8 Varietas Kedelai (Glycine max L.) Merril di Lahan Sawah Tadah Hujan Suharno Teknik Mengendalikan Keong Mas pada Tanaman Padi Suharto Budiyono Analisis Isi Struktur Periklanan Pertanian Indonesia pada Jaringan Internet Indonetwork Supriyanto, Dyah Pertiwi Kusumawardani, Subejo

INDEKS KOMULATIF ILMU-ILMU PERTANIAN 2006

SLPHT sebagai Lembaga Pemberdayaan Petani Edhi Martono Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Progresivitas Kelompok Tani Lahan Pantai di Kabupaten Kulon Progo Cucuk Redono Partisipasi Petani dalam Kegiatan Eks DAFEP di Kabupaten Bantul Sapto Husodo Pemberdayaan Petani Miskin di Pedesaan: Analisis Pengalaman Program SLT dan IDT Christine Sri Widiputranti Peran Perempuan Indonesia dalam Pembangunan Pertanian Asih Farmia Analisis Kelayakan Usahatani Kangkung Air Anati Yekti Profil Kemampuan Umum (Generic Competencies) yang Diperlukan bagi Penyuluh Pertanian Miftakhul Arifin Kajian Pertumbuhan dan Produksi pada 8 Varietas Kedelai (Glycine max L.) Merril di Lahan Sawah Tadah Hujan Suharno Alokasi Waktu Kerja Keluarga Pengrajin Emping Melinjo di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Rika Nalinda Analisis Isi Struktur Periklanan Pertanian Indonesia pada Jaringan Internet Indonetwork Supriyanto, Dyah Pertiwi Kusumawardani, Subejo Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah di Bantul Edy Suharyanto

1- 5

6 - 17

18 - 27

28 - 34

35 - 41

42 - 49

50 - 64

65 - 72

73 - 86

87 - 101

102 - 111

Kajian Efektivitas Seni Karawitan sebagai Media Pemasyarakatan Teknologi Pengendalian Hama Nani Tri Iswardayati Penyuluhan dengan Pendekatan Wilayah dengan Rujukan Desa sebagai Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Gunungkidul Sunarru Samsi Hariadi Teknik Mengendalikan Keong Mas pada Tanaman Padi Suharto Budiyono Analisis Kelayakan Usahatani Padi pada Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bantul Fx. Agus, Suyono, R. Hermawan Kedelai Hitam Sebagai Bahan Baku Kecap Tinjauan Varietas dan Lama Fermentasi Terhadap Mutu Kecap B. Budi Setiawati

112 - 118

119 - 127

128 - 133

134 - 141

142 - 153

PEDOMAN PENULISAN NASKAH DALAM JURNAL ILMU-ILMU PERTANIAN

Naskah dalam Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, dengan gaya bahasa efektif dan akademis. Naskah dapat berupa hasil penelitian atau studi pustaka yang diketik komputer (MSWord atau yang kompatibel dengan MS-Word) meggunakan spasi ganda, tulisan disertai intisari (abstract). Panjang tulisan berkisar antara 16 sampai dengan 20 halaman kuarto (A4). Naskah hasil penelitian mengikuti susunan sebagai berikut; halaman judul, nama penulis, alamat penulis, intisari, kata kunci, pendahuluan, bahan dan metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar pustaka. Naskah konseptual tersusun atas halaman judul, pendahuluan, isi tulisan, penutup, daftar pustaka. Grafik dan gambar garis dapat gambar dengan tinta cina atau menggunakan program grafik (komputer), grafik dan gambar diutamakan tidak berwarna (hitam putih). Judul gambar diletakkan di bawah gambar, diberi nomor urut sesuai dengan letaknya dan dicetak tebal. Masingmasing gambar diberi keterangan singkat dengan nomor urut yang diletakkan di luar bidang gambar. Gambar dan grafik diletakkan di dalam naskah. Gambar fhotografis diutamakan tidak berwarna (hitam putih) dan dicetak di atas kertas mengkilap, jelas dan tidak kabur. Nama lain (binomial), kata asing, latin dan bukan kata dalam Bahasa Indonesia dicetak miring. Judul harus singkat dan jelas menunjukkan identitas subyek, indikasi tujuan studi dan memuat kata-kata kunci. Jumlah kata seyogyanya berkisar antara 6 - 12 buah, dituliskan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Nama atau namanama penulis ditulis tanpa gelar. Abstarct (intisari), harus dapat memberi informasi mengenai seluruh isi karangan, ditulis dengan singkat, padat dan jelas dan tidak melebihi 250 kata, ditulis dalam Bahasa Inggris (untuk naskah dalam Bahasa Indonesia) dan Bahasa Indonesia (untuk naskah dalam Bahasa Inggris), intisari disertai key words (kata kunci). Pendahuluan, berisi latar belakang, masalah dan tinjauan teori secara ringkas.

Metode penelitian, berisi penjelasan mengenai bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian (kalau ada), waktu, tempat dan rancangan percobaan (teknik analisis). Hasil dan pembahasan, disajikan secara ringkas (dapat dibantu dengan tabel, grafik atau fhoto-fhoto). Pembahasan merupakan tinjauan terhadap hasil penelitian secara singkat tetapi jelas dan merujuk pada literatur terkait. Kesimpulan dan saran, berisi hasil nyata ataupun keputusan dari penelitian yang dilakukan dan saran tindakan lanjut untuk bahan pengembangan penelitian berikutnya. Daftar pustaka, memuat semua pustaka yang digunakan dalam penulisan karangan. Daftar pustaka ditulis dalam urutan abjad secara kronologis (urut tahun). Penulisan pustaka untuk buku dengan urutan; nama pokok (keluarga) dan inisial pengarang, tahun terbit, judul, jilid, edisi, nama penerbit dan tempat terbit. Setiap bagian diakhiri dengan tanda titik. Penulisan pustaka untuk karangan dalam buku, majalah, surat kabar, proseding atau terbitan lain bukan buku, ditulis dengan urutan; nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit, judul karangan, inisial dan nama editor, judul buku, halaman pertama dan akhir karangan, nama penerbit dan tempat terbit. Redaksi mempunyai hak untuk mengubah dan memperbaiki ejaan, tata tulis dan bahasa yang dimuat tanpa mengubah esensi. Naskah yang telah ditulis dan sesuai dengan pedoman penulisan jurnal ilmu-ilmu pertanian diterima paling lambat satu bulan sebelum bulan penerbitan, dalam bentuk hard printing (cetak printer) dan soft printing (file). Naskah dikirimkan kepada M. Adlan Larisu, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Jurusan Penyuluhan Pertanian Yogyakarta, Jalan Kusumanegara Nomor 2 Yogyakarta Kode Pos 55167 Telpon (0274) 373479 Faximile (0274) 375528. E-Mail: jurnal@stppyogyakarta.com

Вам также может понравиться