Вы находитесь на странице: 1из 4

Separatis atau lebih dikenal dengan gerakan separatisme merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk mendapatkan kedaulatan

dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain. Gerakan ini muncul dari berbagai aspek kehidupan dalam kehidupan manusia,misalkan : ketidakpuasaan akan kinerja pemerintahan maka munculah ide-ide untuk membentuk suatu gerakan yang memilik misi dan visi yang berbeda dalam menyaingi keadaan yang sudah ada dalam birokrasi dan tatanan yang sudah ada sebelumnya. kondisi politik,ekonomi,sosial,budaya yang dalam pemikiran sejumlah kelompok tidak wajar,maka cenderung mereka ingin bebas dan keluar dari aturan itu dan memilih memberontak dari kebijakan yang ada dan ingin merdeka dengan caranya sendiri. pemahaman terhadap keyakinan dan ini cenderung mengarah pada paham separatisme,dan merusak tatanan nilai dan moral yang ada,serta dapat menimbulkan perpecahan. Sumber Potensi Konflik Dampak dari erademokrasi yangmenjurus kepada tuntutan kebebasan yang berlebihan tanpa diiringi atau diimbangi dengan pengetahuan tentang prinsip demokrasi yang memadai paling tidak telah bermuara kepada tertimbunnya endapan-endapan perbedaan pendapat di kalangan warga masyarakat luas dan sering berkembang meningkat menjadi ketegangan antar kelompok. Faktor endapan yang dapat berkembang menjadi sumber-sumber ketegangan itu dapat digolongkan sebagai sumber potensi konflik. Dari pengamatan di lapangan sumber-sumber potensi konflik umumnya merupakan dampak yang tidak dapat terelakkan dari perkembangan Pembangunan Nasional di berbagai bidang ataupun dampak dari era globalisasi yang semakin kuat pengaruhnya merasuk ke setiap negara tanpa dapat terbendung. Beberapa masalah yang dapat berkembang dan sering menjadi potensi konflik antara lain: 1. Dampak perpindahan penduduk baik yang dilaksanakan secara formal melalui program transmigrasi ataupun migrasi, paling tidak mengandung potensi konflik antara penduduk asli dan kelompok pendatang. 2. Dampak pengembangan otonomi daerah telah menjurus kepada potensi memperebutkan sumber daya alam antar wilayah.

3. Dampak kebebasan berpolitik, berbicara dan menyampaikan pendapat telah member peluang yang lebih besar timbulnya permusuhan antara kelompok ataupun saling menghujat secara terbuka. 4. Dampak krisis ekonomi telah mengakibatkan semakin besarnya peluang konflik antara buruh dan majikan dalam isu PHK, antara pencari kerja dan aparat pemerintah khususnya petugas ketertiban. 5. Dampak kebebasan untuk memilih agama atau aliran kepercayaan, telah menambah potensi politik akibat isu penafsiran ajaran agama, isu agama yang dibawa ke ranah politik. Dari tinjauan singkat tersebut terlihat betapa sangat luasnya faktor yang dapat tercakup dalam kelompok sumber potensi konflik yang semuanya itu tidak boleh dikesampingkan dalam upaya mengantisipasi konflik. Oleh karenanya untuk menyusun strategi penanggulangan konflik bukanlah hal yang sederhana, karena mencakup upaya yang sangat luas yang tidak mungkin diselesaikan dalam jangka pendek, melainkan untuk jangka panjang. Faktor Pemicu Konflik Pemicu konflik adalah peristiwa, kejadian atau tindakan yang dapat menyulut sumber potensi konflik menjadi konflik yang nyata. Tanpa adanya sumber potensi konflik, pada umumnya peristiwa yang terjadi di suatu lokasi mudah diselesaikan dengan cepat dan tanpa menimbulkan dampak yang meluas. Sebaliknya dilokasi yang memang sudah ada endapan potensi konflik, peristiwa kecil dapat dengan cepat meluas dan melibatkan konflik masal yang sangat sulit untuk diatasi. Dengan demikian pemicu konflik pada dasarnya dapat berupa peristiwa gangguan keamanan yang biasa atau bahkan sederhana, namun akibat dari adanya kaitan dengan potensi yang mengendap tersebut, maka peristiwa kecil justru sering dimanfaatkan oleh provokator untuk menyulut konflik yang besar. Dari kajian terhadap konflik-konflik besar yang telah terjadi di Indonesia beberapa peristiwa yang telah menjadi pemicu konflik sangat bervariasi, contohnya: 1. Pemicu konflik di Poso dan di Maluku yang berkepanjangan sampai beberapa tahun, diawali oleh perkelahian antara seorang pemuda dengan seorang pemuda beragama lain walaupun tinggalnya tidak berjauhan.

2. Konflik masal antar wilayah di NTB, Jateng dan beberapa Wilayah lainnya diawali oelh peristiwa pemukulan pemuda yang sedang berkunjung ke rumah pacarnya di wilayah tetangga. 3. Beberapa konflik masal di Papua diawali dengan peristiwa tindakan keras oknum aparat terhadap warga masyarakatnya. 4. Pemicu konflik isu Pilkada, isu pemekaran wilayah dibeberapa wilayah sering berawal dari tindakan petugas lapangan yang kurang professional. 5. Konflik bernuansa ekonomi antara kelompok pengemudi taxi sering diawali dari saling rebutan penumpang. Contoh real dari gerakan separatisme ini adalah: 1. peristiwa pengibaran bendera organisasi RMS (Republik Maluku Selatan) 2. peristiwa pengibaran bendera organisasi OPM (Organisasi Papua Merdeka) oleh sejumlah aktivisnya yang dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan Abepura, Papua, dalam rangka HUT OPM (1 Juli 1969-2007). OPM sebagai suatu gerakan anti Indonesia yang sudah berumur sekitar 30 tahun belum mengalami kemajuan yang berarti sebagai suatu gerakan politik. Dengan kondisi sedemkian yang telah diciptakan oleh OPM menandaskan bahwa penyelesaian masalah secara persuasif kiranya tidak mempan.OPM juga ingin mengembangkan basis-basis di luar negeri untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari negara lain. Hal ini didasarkan karena kebiadaban OPM yang terus menerus membantai rakyat dan aparat. Perlu diketahui bahwa masalah penyelesaian kasus separatisme di Papua sudah ditempuh dengan melakukan berbagai upaya salah satunya adalah penarikan pasukan militer (TNI) di Papua. Namun moment penarikan penugasan TNI malah justru dimanfaatkan oleh OPM dengan melakukan penghadangan kepada rakyat sipil dan pihak aparat berada di Papua. UU Nomor 3 tahun 2002 menugaskan TNI untuk menyelesaikan konflik bersenjata. Langkah yang ditempuh oleh pemerintah memang patut diapresiasi, namun jangan sampai langkah yang dilakukan justru menjadi buah simalakama. Artinya pemerintah tetap konsisten berpedoman pada langkah persuasif yang harus ditempuh para OPM. Sementara OPM

terus menerus melakukan tindakan kekacauan dengan cara menghadang dan membunuh rakyat dan aparat. Oleh karenanya, kita berharap agar kebijakan pemerintah dalam menghadapi aksi-aksi gerakan separatisme OPM dengan cara memberi tindakan tegas dan jelas. Tidak ada toleransi lagi kepada kelompok-kelompok yang selalu mencoba mengganggu keutuhan NKRI. Sebab masalah Papua berintegrasi dengan NKRI adalah mengikat dan sudah final melalui:

Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) adalah sebagai hasil pelaksanaan dari New York Agreement pada tahun 1962. Ini berarti, kembalinya Papua ke pangkuan Indonesia sudah didukung penuh oleh masyarakat internasional dan PBB. Sebagian peserta seminar yang merupakan simpatisan separatisme beranggapan, Pepera ini tidak sah dan perlu diulang karena tak dilakukan sesuai standar internasional

Resolusi Sidang Umum PBB 2504: Persetujuan antara pemerintahIndonesia dengan kerajaan Belanda bahwa Papua menjadi bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan hasil Pepera di atas. Ini berarti, bahwa melalui siding umum ini, masalah antara Indonesia telah diselesaikan dengan kesimpulan bahwa hasil Pepera diakui dan dipertahankan sehingga memang jelas-jelas terlihat Indonesia memiliki kedaulatan penuh di Papua.

Вам также может понравиться