Вы находитесь на странице: 1из 2

Meninggalnya AT Mahmud pencipta lagu anak-anak merupakan kehilangan tersendiri di tengah hilangnya lagu anak-anak Indonesia.

Pada era 1990-an, saat Sherina, Tasya, Joshua, dan Agnes Monica masih berjaya sebagai penyanyi cilik lalu boomingnya Tina Toon, anak-anak seusia para penyanyi itu masih dimanjakan oleh lagu-lagu manis. Namun apa yang terjadi pada masa sekarang? Hanya terpaut sekitar 10 an tahun saja, lagu untuk anak seakan-akan tenggelam di blantika musik Indonesia. Sebetulnya keadaan ini tidak adil bagi anak-anak. Mereka seharusnya diberikan banyak lagu untuk menjadi pilihan sesuai jiwa mereka. Selama ini mereka terpengaruh oleh lagu-lagu orang dewasa seperti lagu yang berlirik cinta, patah hati dan selingkuh. Semua itu tidak baik bagi perkembangan jiwa anak-anak. Ini adalah tanggung jawab moral bersama seperti pemerintah, dunia pendidikan, industri musik dan masyarakat untuk bersatu menjadikan generasi bangsa yang jauh lebih baik dan bermoral. blantika musik anak-anak sudah mengalami lompatan cukup jauh. Televisi dan radio dipenuhi lagu-lagu orang dewasa. Dari genre pop, lagu-lagu semacam Kekasih Gelapku (Ungu), Ketahuan (Matta), Teman Tapi Mesra (Ratu) mengajak anak-anak berpikir layaknya orang dewasa.. Simak saja reffrain lagu Ketahuan berikut ini: O oh kamu ketahuan pacaran lagi/dengan si dia teman baikku. Sementara dari genre dangdut ada Kucing Garong, Cucakrawa, Bokong Gatel, Prapatan Celeng, atau Putri Panggung. Dalam setiap penampilan, baik di layar kaca maupun di tengah publik, selalu menonjolkan goyangan penyanyinya yang seronok, menantang syahwat. Hiburan yang semestinya hanya boleh dikonsumsi oleh kalangan usia dewasa, itu menjadi menu sehari-hari yang juga disantap oleh anak-anak. Kita tidak menampik, di antara hiruk-pikuk peredaran lagu seronok dan bertema percintaan (perselingkuhan) yang membahayakan bagi perkembangan anak, terselip pula lagu cukup mendidik seperti yang dirilis Ada Band (duet bersama Gita Gutawa) berjudul Yang Terbaik Bagimu atau Melly Goeslaw dengan lagunya Bunda dan Kupu-kupu. Memang, arus globalisasi tak dapat kita bendung. Agar tidak ketinggalan zaman, kita perlu mengikuti lompatan modernitas. Maraknya sajian hiburan di televisi atau mudahnya akses internet yang menyediakan beragam informasi tak disangkal merupakan bagian dari denyut kehidupan abad ini. Namun jika tidak dibarengi dengan pemantauan ketat terhadap anakanak, tidak menutup kemungkinan dapat berakibat buruk bagi kehidupan mereka kelak. Di sinilah peran orang tua dipertaruhkan. Seperti kita tahu, regulasi dari pemerintah perihal jenis acara yang ditayangkan belum sepenuhnya memenuhi kriteria dan diindahkan oleh pemirsa televisi. Semisal program yang bertanda boleh dilihat oleh semua usia, nyatanyata isinya masih rawan ditonton oleh anak-anak.

Melesunya blantika musik anak-anak akibat tenggelamnya gairah para pencipta lagu menghasilkan lagu anak-anak dewasa ini sebenarnya ditangkap oleh beberapa stasiun televisi dalam bentuk kompetisi seperti AFI Junior (Indosiar, kini sudah tidak tayang) atau Idola Cilik (RCTI). Acara itu dipandang bermanfaat untuk mencari dan memandu bakat menyanyi bagi anak-anak. Namun sayangnya, kemasan yang disajikan masih saja memaksa anak-anak untuk menjadi dewasa, bukan apa adanya sesuai perkembangan pikiran mereka. Hal tersebut dapat ditengarai dari jenis lagu yang dibawakan para penampil, hampir semuanya lagu orang dewasa. Akhirnya, kita tidak dapat melihat letak itikad baik stasiun televisi, melainkan eksploitasi anak-anak demi mengejar rating acara yang ujung-ujungnya keuntungan. Hari gini mana ada televisi yang mau rugi? Selama orang tua tidak berperan sebagai Badan Sensor Televisi bagi anak-anak, dan stasiun televisi hanya mencari keuntungan semata-mata, ancaman hilangnya lagu anak-anak sudah di depan mata.

Namun akan muncul pertanyaan, apakah tiga lagu tersebut sanggup menghadapi kepungan si Kucing Garong, Bokong Gatel, Putri Panggung, Prapatan Celeng, Cucakrawa, Ketahuan, dan Kekasih Gelapku? Dengan amat berat hati saya tidak berani memasang taruhan kemenangan, apalagi filter anak-anak zaman sekarang sudah bocor. Tanpa bimbingan orang tua, mereka lebih tertarik pada goyangan penyanyi daripada mengapresiasi kualitas melodi dan syair lagu.(Joshua Igho BG)

Вам также может понравиться