Вы находитесь на странице: 1из 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Penyakit typhus abdominalis biasa dikenal dengan penyakit typhus.
Namun, dalam dunia kedokteran disebut tyIoid Iever.Di Indonesia, diperkirakan
angka kejadian penyakit ini adalah 300 810 kasus per 100.000 penduduk/tahun.
Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak. Orang dewasa sering mengalami
inIeksi ringan dan sembuh sendiri lalu menjadi kebal. Insiden penderita berumur
12 tahun keatas adalah 70 80, penderita umur antara 12 dan 30 tahun adalah
10 20, penderita antara 30 40 tahun adalah 5 10, dan hanya 5 10
diatas 40 tahun.
TiIus abdominalis (demam tiIoid) adalah penyakit inIeksi bakteri hebat
yang diawali di selaput lendir usus dan, jika tidak diobati, secara progresiI
menyerbu jaringan di seluruh tubuh. Aspek paling penting dari inIeksi ini ialah
kemungkinan terjadinya perIorasi usus, karena satu kali organisme memasuki
rongga perut, pasti timbul peritonitis yang mengganas. Bila ini terjadi,
prognosisnya sangat jelek. Komplikasi lain ialah inIeksi terlokalisasi (meningitis,
dll.).
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DeIinisi
TiIus abdominalis merupakan penyekit inIeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
2.2 PatoIisiologi
O Kuman Salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama
makanan dan minuman, sabagian besar akan mati oleh asam lambung
HCL dan sebagian ada yang lolos (hidup), sebagian lagi masuk ke usus
halus, ke jaringan limIoid, dan berkembang biak menyerang vili usus halus
kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakteremia primer), dan
mencapai RES (sel sel retikulo endotel), hati, limpa dan organ- organ
lainnya.
O Di organ RES ini sebagian kuman akan diIagosit dan sebagian yang tidak
diIagosit akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah sehingga
menyebar ke organ lain, terutama usus halus yaitu pada jaringan limIoid di
usus kecil, yaitu plak Peyeri, terserang dan membesar. Membesarnya plak
Peyeri ini tidak berarti ia tambah kuat; sebaliknya, jaringan ini menjadi
rapuh dan mudah rusak oleh gesekan makanan yang melaluinya. Inilah
sebabnya mengapa kepada pasien tiIus harus diberikan makanan lunak,
yaitu agar konsistensi bubur yang melalui liang usus, tidak sampai
merusak permukaan plak Peyeri ini. Bila tetap juga rusak, maka dinding
usus setempat, yang memang sudah tipis, makin menipis, sehingga
pembuluh darah setempat ikut rusak dan timbul perdarahan, yang kadang-
kadang cukup hebat. Bila ini berlangsung terus, ada kemungkinan dinding

usus itu tidak tahan dan pecah (perIorasi), diikuti peritonitis yang dapat
berakhir Iatal.
O Masuknya kuman ke dalam intestin disertai dengan pengeluaran
endotoksin yang mengakibatkan perdangan setempat, terjadi pada minggu
pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu
akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari.
Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermiten (suhu yang
tinggi, naik turun dan turunnya dapat mencapai normal). Disamping
peningkatan suhu tubuh juga akan terjadi obstipasi sebagai akibat
penurunan motilitas suhu, namun ini tidak selalu terjadi dapat pula terjadi
sebaliknya.
O Setelah kuman melewati Iase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi
sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tnggi dan
tanda-tanda inIeksi pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali
dan hepatomegali.


Salmonella thypi

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar
limpoid usus
halus
Hati Limpa Endotoksin

Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam

Perdarahan dan Nyeri perabaan

perIorasi




2.3 Etiologi
O Salmonella typhosa, basil gram negatiI yang bergerak dengan rambut getar
dan tidak berspora. Mempunyai sekurang- kurangnya 3 macam antigen
yaitu antigen O (somatik, terdiri zat komplek lipopolisakarida), antigen H
(Ilagella) dan antigen Vi. Dalam serum pasien terdapat zat anti (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut.
4 Salmonella thypi A
4 Salmonella thypi B
4 Salmonella thypi C
2.4 ManisIestasi Klinis
O Nyeri kepala, letih, lemas, lesu
O Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu.
Minggu pertama peningkatan suhu tubuh berIluktuasi. Biasanya suhu
tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada
minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga suhu
mulai berangsur-angsur turun dan kembali normal.
O angguan pada saluran cerna; halitosis, bibir kering dan pecah-pecah,
lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), meteorismus, mual,
tidak napsu makan, hematomegali, splenomegali yang disertai nyeri pada
perabaan.
O angguan kesadaran; penurunan kesadaran (apatis, somnolen).
O Bintik-bintik kemerahan pada kulit (roseola) akibat emboli basil dalam
kapiler kulit.
O Epistaksis.
2.5 Komplikasi
1. PerIorasi usus, berupa :

a. Nyeri perut hebat di kuadran kanan


b. Abdomen tegang
c. Hilangnya pekak hati dan bising usus
2. Perdarahan Usus
3. ManiIestasi Pulmonal
a. Bronkhitis
b. Pneumonia
c. Abses Paru
d. EIusi
4. Komplikasi Hematologis
a. Anemia
b. Neutropenia
c. ranulasitopenia
d. Trombositopenia
e. Erupsi kulit yang hemoragis
I. Perdarahan usi
g. Hematuria
h. Perdarahan dari vulva.
5. ManiIestasi Neuropsikiatri
a. angguan Kesadaran (Disorientasi sampai delirium, strupor,
koma)
b. SchizoIrenia
6. ManiIestasi Kardiovaskuler
a. Myokarditis
b. Trombosis arteri dan vena dalam
7. ManiIestasi Hepatobilier
a. Hepatitis tiIosa
b. Kolesistitis Akut
8. ManiIestasi Urogenital
a. Proteinuria
b. Sindroma neIrotik

c. Sistitis
d. PielooneIritis
e. agal ginjal

2.5 Pemeriksaan Diagnostik


O Pemeriksaan darah tepi; leukopenia, limIositosis, aneosinoIilia, anemia,
trombositopenia.
O Pemeriksaan sumsum tulang; menunjukan gambaran hiperaktiI sumsum
tulang.
O Biakan empedu; terdapat basil salmonella typhosa pada urine dan tinja.
Jika pemeriksaan selama dua hari berturut-turut tidak didapatkan hasil
salmonella typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-
betul sembuh.
O Pemeriksaan widal; didapatkan titer terhadap antigen O adalah 1/200 atau
lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi
tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer H dapat tetap
tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Terapeutik
O Isolasi, desinIeksi pakaian dan ekskreta.
O Istilah selama demam dua minggu .
O Diit tinggi kalori, tinggi protein, tidak mengandung banyak serat.
O Pemberian antibiotik klorampenikol dengan dosis tinggi.
O Pemberian TiamIenikol.
O Pemberian Co-trimoksazol.
O Pemberian obat symtomatik:
- Antipiretik.
- Kortikosteroid: pada pasien toksik.
- SupportiI: vitamin
- Penenang: pada pasien neuropsikiatrik.

Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian
O Riwayat keperawatan
O Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada
malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak napsu makan, epistaksis,
penurunan kesadaran.
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
ada napsu makan, mual, dan kembung.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake
cairan, dan peningatan suhu tubuh.
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inIeksi.

Implementasi
1. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan
O Menilai status nutrisi anak.
O Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
anak meningkat.
O Memberikan makanan yang sesuai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
O Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil tetapi sering
O Menimbang berat badab setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan
skala yang sama.
O Mempertahankan kebersihan mulut anak

O Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk


penyembuhan penyakit
O Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika
pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutyhan gizi anak

2. Mencegah kurangnya volume cairan.
O Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap empat
jam.
O Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak
elastic, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, membrane mukosa
kering, bibir pecah-pecah.
O Mengobservasi dan mencatat intake output dan mempertahankan intake
dan output yang adekuat.
O Monitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan pada skala
yang sama.
O Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam.
O Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water
loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan lipid sponge.
O Memberikan antibiotic sesuai program.
3. Mempertahankan Iungsi persepsi sensori
O Kaji status neurologis.
O Istirahatkan anak sehingga suhu dan tanda-tanda vital stabil .
O Hindari aktivitas yang berlebihan.
O Pantau tanda-tanda vital.
4. Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
O Mengkaji aktivitas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan tugas
perkembangan anak.

O Menjelaskan kepada anak dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak
dapat dilakukan hingga demam berangsur angsur turun.
O Membantu memenuhi kebutuhan dasar anak .
O Melibatkan peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.
5. Mempertahankan suhu dalam batas normal.
O Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia .
O Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan.
O Beri minum yang cukup.
O Berikan kompres air biasa.
O Lakukan tepid sponge ( seka ).
O Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat .
O Pemberian obat antipireksia.
O Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat.

Perencanaan Pemulangan
O Berikan inIormasi tentang kebutuhan melakukan aktiIitas sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kondisi Iisik anak.
O Jelaskan terapi yang diberikan ; dosis, eIek samping
O Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus
dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut
O Tekankan untuk melakukan control sesuai waktu yang ditentukan.

Evaluasi
1. Klien menunjukan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.
2. Klien menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
3. Klien tidak menunjukan tanda-tanda penurunan kesadaran yang lebih
lanjut.

4. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi Iisik dan tingkat
perkembangan anak.
5. Klien akan menunjukan tanda-tanda vital dalam batas normal.













BAB III
PENUTUPAN
3.1Kesimpulan
TiIus abdominalis merupakan penyekit inIeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.
Penyebabnya yaitu Salmonella typhosa, basil gram negatiI yang bergerak
dengan rambut getar dan tidak berspora.Dengan gejala Nyeri kepala, letih,
lemas, lesu, demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3
minggu, dan gangguan pada saluran cerna; halitosis, bibir kering dan
pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue),
meteorismus, mual, tidak napsu makan, hematomegali, splenomegali
yang disertai nyeri pada perabaan.

3.2 Saran

Вам также может понравиться