Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari sumber, siIat serta khasiat racun,
gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan
pada korban yang meninggal.
1
Kata racun tidak disebutkan dengan jelas dalam
undang-undang yang berlaku di Indonesia, yang ada hanya KUHAP pasal 133
ayat 1 yang mengemukakan tentang keracunan dan KUHP pasal 356 yang
mengemukakan meracuni merupakan suatu penganiayaan. Paracelcus (1493-
1541) yang lebih dikenal sebagai Theopraxis Bombastus von Honhenheim, orang
yang pertama mendeIinisikan racun, menyatakan semua substansi di alam adalah
racun hanya dosis yang membedakan substansi tersebut racun atau bukan (sola
dosis facit venenum).
2

Terdapat berbagai macam jenis racun yang ada didunia ini diantaranya
opium, kokain, kurare, aIlatoksin, Bisa binatang, arsen, timah hitam, insektisida,
disinIektan, CN dan CO. Berbagai macam racun ini memiliki cara kerja yang
berbeda-beda diantaranya mengikat gugus sulIihidril, hepatotoksik, neIrotoksik,
korosiI, berikatan dengan saraI atau darah.
1

Karbon monoksida merupakan racun tertua dalam sejarah kehidupan
manusia. Karbon monoksida menyebabkan hipoksia jaringan dengan cara
bersaing dengan oksigen untuk melakukan ikatan pada hemeprotein pembawa
oksigen (hemoglobin, mioglobin, sitokrom C oksidase, sitokrom P-450). AIinitas
karbon monoksida terhadap hemeprotein bervariasi, mulai dari 30 sampai 500 kali
lebih kuat dibandingkan aIinitas oksigen, tergantung pada hemeproteinnya.
Pengikatan CO dengan hemeprotein akan menyebabkan gangguan distribusi
oksigen ke jaringan.
1

Sumber utama karbon monoksida pada kasus kematian adalah kebakaran,
knalpot mobil, pemanasan tidak sempurna, dan pembakaran yang tidak sempurna
dari produk-produk terbakar, seperti bongkahan arang.
3


Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, dan non-iritatiI, yang densitasnya relatiI sedikit lebih rendah
daripada udara. Tanda keracunan CO pada seorang individu yang masih hidup
mempunyai variasi tergantung persentase saturasi, gejala-gejala secara umum
yang ditimbulkan dapat berupa nyeri kepala, penglihatan kurang, sinkop kejang,
koma hingga menyebabkan kematian. Sedangkan pada korban yang telah mati
maka akan muncul lebam mayat berwarna merah muda terang. Apabila terpapar
dengan karbon monoksida maka diperlukan pemberian oksigen 100, jika
diperlukan mengunakan ruang oksigen hiperbarik.
1


I. 2. Batasan Masalah
ReIerat ini membahas tentang deIinisi, Iaktor yang mempengaruhi, XXXX
keracunan karbon monoksida

I. 3. Tujuan Penulisan
1. ReIerat ini membahas tentang deIinisi, Iaktor yang mempengaruhi, XXXX
keracunan karbon monoksida
2. Menambah pengetahuan tim penulis tentang keilmuan Iorensik terutama
keracunan karbon monoksida.
3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di bagian Ilmu Forensik FK UNRI-RSUD AriIin Achmad Pekanbaru.

I. 4. Metode Penulisan
Penulisan reIerat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan
mengacu kepada beberapa literature


Daftar Pustaka

1. Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran
Forensik. Jakarta : . 1997. hal 71-94.
2.
3. Keracunan karbon monoksida. http://cetrione.blogspot.com/2008/12/keracunan-
co.html. Diakses 6 Oktober 2011



2.1 Definisi Toksikologi
Toksikologi ialah ilmu yang mempelajari sumber, siIat serta khasiat racun,
gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan yang didapatkan
pada korban yang meninggal. Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara
kimiawi dan Iisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan
kesehatan atau mengakibatkan kematian.
1


2.2 Faktor yang mempengaruhi keracunan
1

1. Cara masuk
Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara
masuk lain, berturut-turut adalah intravena, intramus kular, intraperitoneal,
subkutan, peroral dan paling lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.
2. Umur
Kecuali untuk beberapa jenis racun tertentu, orang tua dan anak-anak lebih
sensitiI misalnya pada barbiturat. Bayi prematur lebih rentan terhadap obat
karena ekskresi melalui ginjal belum sempurna dan aktiIitas mikrosom
dalam hati belum cukup.
3. Kondisi tubuh
Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah mengalami keracunan.
Pada penderita demam dan penyakit lambung, absorpsi dapat terjadi
dengan lambat. Bentuk Iisik dan kodisi Iisik, misalnya lambung berisi atau
kosong.
4. Kebiasaan
Sangat berpengaruh pada racun pada golongan alkohol dan morIin, sebab
dapat terjadi toleransi, tetapi toleransi tidak dapat menetap, jika pada suatu
ketika dihentikan, maka toleransi akan menurun lagi.
5. Idiosinkrasi dan alergi
Pada vitamin E, penisilin, streptomisin dan prokain. Pengaruh langsung
racun tergantung pada takaran. Makin tinggi takaran akan makin cepat
(kuat) keracunan. Konsentrasi berpengaruh pada racun yang bekerja secara
lokal, misalnya asam sulIat. Struktur kimia, misalnya calomel (Hg
2
Cl
2
)
jarang menimbulkan keracunan sedangkan Hg sendiri dapat menyebabkan
kematian. MorIin dan nalorIin yang mempunyai struktur kimia hampir
sama merupakan antagonis. Terjadi addisi antara alkohol dan
barbituratatau alkohol dan morIin. Dapat pula terjadi sinergisme yang
seperti addisi, tetapi lebih kuat. Addisi dan sinergisme sangat penting
dalam masalah mediko-legal.

6. Waktu pemberian
Untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan, absorpsi terjadi
lebih baik sehingga eIek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian untuk
waktu lama (kronik) atau waktu singkat/sesaat.

2.3 Pemeriksaan toksikologi keracunan CO
1

Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan
anamnesis adanya kontak dan ditemukannya gejala keracunan CO. Pada korban
yang mati tidak lama setelah keracunan CO, ditemukan lebam mayat berwarna
merah mudaterang (cherry pink colour), yang tampak jelas bila kadar COHb
mencapai 30 atau lebih. Warna lebam mayat seperti itu juga dapat ditemukan
pada mayat yang didinginkan, pada korban keracunan sianida dan pada orang
yang mati akibat inIeksi oleh jasad renik yang mampu membentuk nitrit, sehingga
dalam darahnyaterbentuk nitroksi-hemoglobin (nitric-oxide Hb). Meskipun
demikian masih dapat dibedakan dengan pemeriksaan sederhana. Pada mayat
yang didinginkan dan pada keracunan CN, penampang ototnya berwarna biasa,
tidak merah terang. Juga pada mayat yang didinginkan warna merah terang lebam
mayatnya tidak merata, selalu masih ditemukan daerah yang keunguan (livid).
Sedangkan pada keracunan CO, jaringan otot, visera dan darah juga berwarna
merah terang. Selanjutnya tidak ditemukan tanda khas lain. Kadang-kadang dapat
ditemukan tanda asIiksia dan hiperemia visera. Pada otak besar dapat ditemukan
petekiae di substansia alba bila korban dapat bertahan hidup lebih dari jam.
Pada analisa toksikologik darah akan ditemukan adanya COHb. Pada
korban keracunan CO yang tertunda kematiannya sampai 72 jam maka seluruh
CO telah diekskresi dan darah tidak mengandung COHb lagi, sehingga ditemukan
lebam mayat berwarna livid seperti biasa, demikian juga jaringan otot, visera dan
darah.

Вам также может понравиться