Вы находитесь на странице: 1из 6

BAHAN BAKU

Bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan karet Crumb Rubber adalah
bahan baku karet dalam bentuk padatan. Lateks berbentuk cair di 3 jam pertama, setelah itu
lateks akan membeku secara alami dan berubah bentuk menjadi padatan. Namun, untuk
mempercepat pembekuan lateks maka dilakukan penambahan koagulan (biasanya Formic
Acid) kedalam lateks. Jenis lateks ini biasanya dibedakan menjadi 2 (dua):
1. Cup Lump (Lump Mangkok)
Cup Lump atau populer juga dengan sebutan "Lump Mangkok" adalah bekuan lateks
yang menggumpal secara alami didalam mangkok pengumpul lateks. Lateks akan membeku
secara alami dalam waktu kurang lebih 3 jam. Gambar Cup Lump dapat dilihat paga Gambar
1 dibawah ini.


Gambar 1. Cup Lump
Cup lump ini memiliki Kadar Karet Kering (KKK) sebesar 60 - 90 tergantung
dari kekeringannya. Semakin kering maka Kadar Karet Kering juga akan semakin tinggi.
Kadar Karet Kering ini menggambarkan kandungan partikel karet yang terdapat dalam Cup
Lump. Secara visual Cup Lump berwarna putih dan akan menjadi kuning kecoklatan seiring
bertambahnya umur penyimpanan.
2. Slab
Slab adalah bekuan lateks yang digumpalkan dengan sengaja dengan cara menambah
zat koagulan/penggumpal. Koagulan yang biasa digunakan (dan disarankan) adalah asam
semut (Formic Acid). Namun masih banyak pemasok yang menggunakan bahan lain sebagai
koagulan seperti: air kotor, air baterai, pupuk, dan lain-lain yang dapat menurunkan
parameter mutu yang dipersyaratkan. Pemasok mencoba semua cara (halal/maupun tidak
halal) untuk mengurangi biaya produksi dan tidak memikirkan akibat selanjutnya yang akan
dialami pabrik yang dipasok. Gambar Slab dapat dilihat pada Gambar 2.


Gambar 2. Slab

Slab ini biasanya berbentuk bantalan dengan ukuran 40 x 30 x 10 cm. Kadar Karet
Kering yang terdapat dalam slab bervariasi antara 30 - 60. Nilai ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan Kadar Karet Kering Cup Lump (60 - 90). Slab ini dibuat dengan
cara mengumpulkan lateks cair kedalam wadah-wadah cetakan (untuk membentuk bantalan)
dan diberi koagulan/penggumpal (biasanya Iormic acid) yang mempercepat proses
penggumpalan.
Slab memiliki karakter mutu yang kurang baik bila dibandingkan dengan Cup Lump.
Untuk itu dalam proses pengolahan nantinya perlu dibuat perbandingan campuran antara Slab
dan Cup Lump. Perbandingan 1 Slab dan 3 Cup Lump memberikan hasil yang baik bagi
produk. Semakin banyak komposisi Cup Lump maka semakin baik juga karakter mutu yang
akan dihasilkan. (Sianturi, 2011)
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk penanaman
karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan
karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Diantaranya 85 merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7
perkebunan besar negara serta 8 perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara
nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi
dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahanlahan pertanian milik petani serta
lahan kosong/tidak produktiI yang sesuai untuk perkebunan karet.
Sedangkan untuk harga karet tercatat, harga jual getah karet mengalami penurunan
dari harga Rp 24.000 per kilogram turun menjadi Rp 18.000 per kilogram. (Malau,2011)
Bahan olah karet berupa lateks dan koagulum lapangan, baik yang dihasilkan oleh
perkebunan rakyat maupun perkebunan besar dapat diolah menjadi komoditi primer dalam
berbagai jenis mutu. Lateks kebun dapat diolah menjadi jenis karet cair dalam bentuk lateks
pekat dan lateks dadih serta karet padat dalam bentuk RSS, SIR 3L, SIR 3CV, SIR 3WF dan
thin pale crepe yang tergolong karet jenis mutu tinggi (high grades). Sementara koagulum
lapangan, yakni lateks yang membeku secara alami selanjutnya hanya dapat diolah menjadi
jenis karet padat yakni antara lain jenis mutu SIR10, SIR 20 dan brown crepe yang tergolong
jenis karet mutu rendah (low grades).
Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam Standar Indonesia Rubber
(SIR). SIR adalah Karet bongkah (karet remah) yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi
bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet alam SIR-20 berasal dari
koagulum (lateks yang sudah digumpalkan) atau hasil olahan seperti lum,sit angin, getah
keeping sisa, yang diperoleh dari perkebunan rakyat dengan asal bahan baku yang sama
dengan koagulum. Contoh SIR-20 dapat dilihat pada Tabel 1. (Anonim, 2011)
Tabel 1. Standar Indonesia Rubber
No SpesiIikasi Karet Alam SIR-20
1
2
3
4
5
6
Kadar kotor maksimum
Kadar abu maksimum
Kadar zat atsiri maksimum
PRI maksimum
Plastisitas Po maksimum
Kode warna
0,20
1,0
1,0
40
30
Merah









PRODUK
Karet alam mempunyai beberapa produk turunan yang bermanIaat untuk
meningkatkan nilai tambah. Pohon Industri dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pohon Industri Karet
Sumber: perkebunan.kaltimprov.go.id
Crumb rubber adalah karet kering yang proses pengolahannya melalui tahap
peremahan. Bahan baku berasal dari lateks yang diolah menjadi koagulum dan dari lump.
Bahan baku yang paling dominan adalah lump karena pengolahan crumb rubber bertujuan
untuk mengangkat derajat bahan baku mutu rendah menjadi produk yang lebih bermutu.
Tahap pengolahannya meliputi :
1. Peremahan
Kompo yang telah mengalami penuntasan selama 10-15 hari diremahkan dalam granulator.
Peremahan bertujuan untuk mendapatkan remahan yang siap untuk dikeringkan. SiIat yang
dihasilkan oleh peremahan adalah mudah dikeringkan sehingga dicapai kapasitas produksi
yang lebih tinggi dan kematangan remah yang sempurna.
2. Pengeringan
Kompo yang terlah mengalami peremahan selanjutnya dikeringkan dalam dryer selama 3
jam.
Pemasukan kotak pengering kedalam dryer 12 menit sekali, suhu pengering 122oC untuk
bahan baku kompo dan 110oC untuk proses WF. Suhu produk yang keluar dari dryer
dibawah 40oC. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air sampai batas aman
simpan baik dari serangan serangga maupun mikrobiologis, enzimatis dan hidrolis. Dalam
pengeringan Iaktor yang dapat memepengaruhi hasil adalah lamanya penuntasan, ketinggian
remahan, suhu dan lama pengeringan.
3. Pengepresan
Pengepresan merupakan pembentukan bandela-bandela dari remah karet kering. Bahan yang
keluar dari pengering kemudian ditimbang seberat 35kg/bandela yang akan dikemas dalam
kemasan SW dan 33,5kg/bandela untuk kemasan. Setelah itu produk dipress dengan
menggunakan mesin press bandela. Ukuran hasil pengepresan 60 x 30 x 17 cm.
4. Pembungkusan dan Pengepakan
Pembungkusan dimaksudkan untuk menghindari penyerapan uap air dari lingkungan serta
bebas kontaminan lain. Setelah produk dipress, kemudian disimpan diatas meja alumunium
untuk penyortiran dengan menggunakan pengutip. Setelah itu produk dibungkus dengan
plastik transparan tebal 0,03 mm dan titik leleh 108 oC. Bandela yang telah dibungkus,
kemudian dimasukkan dalam peti kemas dengan susunan saling mengunci.

PEMASARAN
Sektor pertanian ini merupakan salah satu sektor ekonomi dan yang
merupakan pula salah satu sarana pembangunan dan sekor pertanian ini masih
memegang peranan yang sangat penting dalam meninjang laju pembangunan di
Negara kita dan merupakan sektor andalan bagi Propinsi Sumatera Selatan. Karet
merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus
menunjukkan adanya peningkatan dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada
tahun 1995 dan 2,0 juta ton pada tahun 2005. Pendapatan devisa dari
komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$ 2,0 milyar, dan
diperkirakan nilai ekspor karet pada tahun 2006 akan mencapai US$ 4,2 milyar
(Kompas, 2006).
Crumb Rubber merupakan suatu industri pengolahan karet remah yang
berbadan hukum PT yang beroperasi di Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan.
Pabrik bergerak dibidang perkaretan yang mengolah bahan baku karet berasal dari
petani karet di Kabupaten yang diterima pabrik dalam bentuk slabs, lump, cuplump,
dan sit angin atau lebih dikenal dengan 'BOKAR (Bahan Olah Karet Rakyat)
menjadi produk setengah jadi berkualitas ekspor. Sudah banyak yang dilakukan pihak
perusahaan dalam rangka memacu roda perekonomian masyarakat kota Palembang
khususnya dan petani di banyak kabupaten Propinsi Sumatera Selatan. Propinsi
Sumatera Selatan merupakan propinsi yang unggul dalam bidang industri karet remah,
karena produk karet merupakan komoditi ekspor unggulan yang menjadikan propinsi
ini sebagai penghasi karet yang terbesar. Ekspor karet Indonesia umumnya dilakukan
dalam bentuk karet remah atau dikenal dengan nama 'Crumb Rubber yang
diklasiIikasikan dengan Standar Indonesia Rubber (SIR) yaitu SIR 5, SIR 10, dan SIR
20, dan diekspor langsung ke Negara konsumen (Amerika, Eropa dan Asia maupun
Negara ketiga). Perbandingan ekspor ke Negara Amerika sebesar 60 persen sampai 75
persen, 20 persen ke Negara Jepang, dan selebihnya ke Eropa dan ke Negara Australia
(Gapkindo, 2006).




DAFTAR PUSTAKA
Anonlm20111ln[auan usLaka
hLLp//reposlLoryusuacld/blLsLream/123436789/16389/4/ChapLer20llpdf
Malau, Srihandriatmo. 2011. Harga Karet Nasional Terkerek Melemah.
http://www.tribunnews.com/2011/11/03/harga-karet-nasional-terkerek-melemah
Sianturi, Mangasa. 2011. Proses Pengolahan Crumb Rubber bagian -2.
http://mangasasianturi.blogspot.com/2011/01/proses-pengolahan-crumb-rubber-bagian.html.
|13 November 2011|
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/7D0CFE3B-A68E-477D-A7C4-
0322D3F2FE76/16209/tekhnologiproseskaret2.pdI

Вам также может понравиться