Вы находитесь на странице: 1из 14

1.

LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hak dasar dan investasi manusia, menjadi salah satu indikator yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara, ditingkatkan, dan dilindungi, dari berbagai faktor risiko yang dapat mempengaruhinya. Hal ini sesuai dengan grand strategi Kementerian

Kesehatan yakni menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dengan sasasran yakni seluruh keluarga ( rumah tangga ) sadar gizi, mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh desa menjadi desa sehat. DESA SIAGA Desa Siaga dicanangkan pada peringatan Hari Kesehatan Nasional Tahun 2006 di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur dengan harapan masyarakat secara bertahap dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi termasuk kedaruratan. Hingga tahun 2009 telah terbentuk Desa Siaga sebanyak 42.295 desa & kelurahan (56,1%), namun masih menekankan pada aspek supply side (akses pelayanan

kesehatan) sedangkan demand sidenya (pemberdayaan) belum optimal Inti Pengembangan Desa Siaga adalah pemberdayaan masyarakat tidak hanya dilakukan oleh sektor kesehatan saja. Sejak tahun 2010 Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (Kepmenkes 1529/2010) yg melengkapi Pedoman PelaksanaanKemenkes bersama Kemendagri menyusun Desa Siaga yg telah diterbitkan (Kepmenkes 564/2006) Tujuan pengembangan desa & kelurahan siaga aktif

Percepatan terwujudnya masyarakat desa & kelurahan yang peduli, tanggap & mampu mengenali, mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkat. Desa siaga adalah desa yg memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri dlm rangka mewujudkan desa sehat Tujuan umum adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli & tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya Tujuan khusus: Meningkatnya pengetahuan & kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya

kesehatan Meningkatnya kemampuan & kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya

sendiri di bidang kesehatan Meningkatnya kewaspadaan & kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko &

bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan Meningkatnya dukungan & peran-aktif stakeholders dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat desa Meningkatnya keluarga yang sadar gizi Meningkatnya masy desa yg melaksanakan perilaku hidup bersih & sehat

Kriteria Desa Siaga; jika di suatu desa memiliki : Pos kesehatan desa Upaya kes berbasis masarakaty (ukbm) Surveilans berbasis masyarakat Kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan & bencana Pembiayaan keehatans berbasis masyarakat

Keluarga sadar gizi (kadarzi) Perilaku hidup bersih & sehat (PHBS)

8 (Delapan) tujuan MDGs ; Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan Program Pencapaian pendidikan dasar untuk semua Program pencapain kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan Program penurunan angka kematian anak Program kesehatan ibu Program pengendalian HIV/AIDS, Malaria, & Penyakit Menular lainnya Program penjamin kelestarian lingkungan hidup Program pendukung percepatan pencapain Tujuan Pembangunan Milenium

2.

Issu yang berkaitan dengan pelaksanaan Desa Siaga Desa & Kelurahan Siaga aktif merupakan salah satu indikator dalam SPM

bidang Kesehatan di Kabupaten / Kota. Target yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 80% Desa & Kelurahan yang ada di Indonesia telah menjadi Desa & Kelurahan Siaga aktif. Mengingat bahwa waktu untuk mencapai target tersebut sekitar 4 (empat) tahun lagi padahal saat ini terdapat 75.410 Desa & Kelurahan, Untuk itu perlu dilaksanakan akselerasi pengembangan desa & kelurahan siaga yang selama ini berlangsung. Akselerasi itu dilaksanakan dengan menyelenggarakan pengembangan Desa & Kelurahan Siaga aktif.

Dalam tatanan otonomi daerah pengembangan Desa & Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu urusan wajib pemerintah Kabupaten / Kota yang kemudian diserahkan pelaksanaannya ke desa & Kelurahan, namun demikian suksesnya pengembangan desa & Kelurahan Siaga juga tidak terlepas dari peran pemerintah pusat, provinsi & pihak-pihak lain seperti ormas, dunia usaha dll. Desa Siaga yang dikembangkan sejak tahun 2006 berdasarkan Keputusan Menkes Nomor 564/Menkes/SK/VII/2006 telah berkembang dan masih perlu terus dilakukan pembinaan dengan pembimbingan oleh fasilitator tenaga kesehatan dan petugas lainnya baik yang berasal dari binaan Kemendagri maupun ormas/LSM. Dalam rangka peningkatan kualitas Desa dan Kelurahan Siaga, maka perlu melaksanakan revitalisasi Desa dan Kelurahan Siaga guna mengakselerasi pencapaian target Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada tahun 2015 sebesar 80% sebagai salah satu Standar Pelayanan Minimal Bidang kesehatan di Kabupaten dan Kota sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008. Selanjutnya diterbitkan Kepmenkes No.1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang diharapkan dapat sebagai acuan seluruh stakeholder dalam pencapaian SPM tersebut diatas. Saat ini di provinsi Gorontalo jumlah desa siaga sebanyak 527 desa (pencapaian target 85%), dimana yang sudah menjadi desa siaga aktif pada tahun 2010 baru 42 desa (7,96% dari target 10%). Tahun ini akan dikembangkan lagi sebanyak 30 desa siaga aktif (target DESI aktif tahun 2011 :15%). Desa dan Kelurahan Siaga Aktif disepakati menjadi wahana Pemberdayaan Masyarakat untuk pencapaian sasaran MDGs. Untuk itu, pencapaian target desa siaga aktif juga harus diperkuat dengan adanya upaya terobosan reformasi kesehatan yang difokuskan kepada antara lain program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Persalinan (Jampersal), serta Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

Untuk mendukung grand strategi tersebut maka dikembangkan suatu konesp berdasarkan peraturan bersama Menteri Dalam Negeri nomor 34 tahun 2005 dan

Menteri Kesehatan, Nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang penyelenggaraan Kabupaten / Kota Sehat dan diharapkan setiap daerah mengembangkan desa sehat. Untuk mendukung kebijakan tersebut maka pemerintah Kota Gorontalo khususnya Dinas Kesehatan menerapkan suatu kebijakan dengan menempatkan tenaga profesi bidan, sanitarian, dan gizi disetiap kelurahan dibantu perawat yang bertugas di puskesmas pembantu dengan harapan tenaga tersebut dapat berbaur dan dapat membantu masyarakat untuk mengatasi permasalahan di bidang kesehatan yang di setiap kelurahan dalam upaya mengembangkan konsep ini melalui desa siaga dan pada akhirnya akan tercipta desa sehat. Hasil evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tahun 2008 di Kota Gorontalo terhadap 49 kelurahan terdapat 21 kelurahan ( 42,86 % ) yang melaksanakan konsep Desa siaga diperoleh dengan kriteria menuju Desa siaga 7 kelurahan ( 33,33 % ) kriteria persiapan menuju kelurahan siaga dan 14 kelurahan ( 66,67 % ). dengan penerapan Desa siaga maka diharapkan akan tercipta Desa sehat. Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 1.

Grafik 1. Hasil Evaluasi Desa Sehat Pada tahun 2009 direncanakan seluruh kelurahan yang ada di Kota Gorontalo Gorontalo yang berjumlah 49 kelurahan akan melaksanakan konsep kelurahan siaga.

Hal ini membutuhkan upaya keras dari seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat Kota Gorontalo untuk menyukseskan program tersebut terutama jajaran Dinas Kesehatan Kota Gorontalo. Dari uraian diatas nampak bahwa penerapan konsep kelurahan siaga yang telah diterapkan pada tahun 2008 bila ditinjau dari sisi analisis kebijakan dengan pendekatan empiris ( fakta yang ada ) ternyata belum memberikan hasil yang optimal karena pada umumnya masih berstatus menuju kelurahan sehat disisi lain telah ditetapkan suatu kebijakan untuk melaksanakan konsep ini pada 49 kelurahan di tahun 2009. Konsep Kabupaten Sehat lebih ditekankan pada upaya, bagaimana memelihara, meningkatkan agar setiap orang dalam bersikap dan beraktivitas, tidak lepas dari aspek kata sehat Better Health dan atau dikenal Paradigma Sehat. Pemikiran awalnya bahwa konsep Kabupaten sehat dikembangkann oleh karena kesehatan dipengaruhi 4 (empat) faktor dominan yaitu Lingkungan, Perilaku, Pelayanan Kesehatan dan Keturunan. Faktor yang paling dominan adalah faktor lingkungan dan perilaku. Upaya-upaya sektor kesehatan yang dilaksanakan belum optimal, oleh karena tidak mengikutsertakan aspek lingkungan dan perilaku sebagai satu kesatuan. Saat ini dan kedepan pembangunan kesehatan harus lebih proaktif dan akomodatif. Artinya, bahwa pelayanan kesehatan lebih menitik beratkan pada upaya promosi kesehatan, preventif, dan bukan berarti bahwa upaya pelayanan kuratif dan rehabilitatif diabaikann dalam rangka peningkatan sumber daya manusia dan produktivitas. Problematik yang dihadapi kini dan akan datang, kita menghadapi 2 (dua) transisi, yaitu transisi epidemiologi dan demografi. Artinya, bahwa disatu sisi penyakit

menular belum tuntas dan dilain pihak penyakit degeneratif mulai meningkat sebagai akibat dari pergeseran umur harapan hidup yang semakin meningkat pula. Tantangan global dan regional, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, termasuk dibidang informasi, telekomunikasi dan transportasi, mendorong perlunya rumusan kebijakan yang lebih efisien dan efektif dengan pendekatan paradigma baru, khususnya di bidang kesehatan. Menyingkapi kondisi yang ada, diperlukan komitmen untuk mendukung dan mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan, yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan serta kemandirian bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (fisik, mental dan sosial serta produktif) a. Pengertian Desa Sehat Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan dipengaruhi multi faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Paradigma sehat (secara makro), bahwa pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan, paling tidak harus memberikan kontribusi positif bagi pembangunan perilaku dan lingkungan sehat. Paradigma (secara mikro), bahwa pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabillitatif. Kabupaten sehat adalah kesatuan wilayah administrasi pemerintah terdiri dari desa atau kelurahan yang secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dengan dukkungan sarana dan prasarana

yang memadai, dukungan kehidupan sosial, serta perubahan perilaku menuju masyarakat hidup aman, nyaman, dan sehat secara produktif. Perilaku sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan peningkatan status kesehatan masyarakat. Lingkungan sehat adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya kondisi sehat, yaitu tersedianya sanitasi dasar yang memadai, perumahan dan pemukiman sehat, perencanaan berwawasan kesehatan, lingkungan bebas dari segala aspek pencemaran, dan kehidupan masyarakat tercipta saling tolong menolong. Desa sehat adalah terciptanya kondisi desa untuk hidup dengan aman, harmonis, ramah, dan sejahtera bagi warganya melalui peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, dan budaya yang optimal, sehingga dapat mendukung hidup sehat secara produktif dan ekonomis. b. Visi dan Misi Desa Sehat 1) Visi Desa Sehat Perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat menuju desa sehat. 2) Misi Desa Sehat a) b) c) pelayanan. d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya. c. Strategi Pembangunan Desa Sehat Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Menciptakan dan memelihara komitmen profesionalisme

1) Mewujudkan Pembangunan daerah berwawasan kesehatan. Semua kebijakan pembangunan daerah yang sedang dan akan diselenggarakan harusnya berwawasan kesehatan, dan sedapat mungkin memberi kontribusi positif terhadap pembentukan perubahan perilaku dan lingkungan sehat. Pembangunan berwawasan kesehatan, dapat terselenggara dengan optimal apabila semua pihak berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit melalui gerakan-gerakan berbasis lingkungan, serta pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan secara dini. 2) Kemitraan Tidak sedikit kegagalan pembangunan masa lalu yang dicapai, oleh karena setiap unit kerja, lembaga, swasta, dan pemerintah, mengabaikan pendekatan kemitraan secara permanen. Kerja sama yang terjalin, lebih banyak bersifat semu. TP-PKK di desa melalui Dasa Wisma, dan lembaga-lembaga pemberdayaan yang ada di desa adalah bentuk organisasi dini dan mitra paling terdepan yang dapat mendorong terwujudnya desa sehat. Oleh karena kedua organisasi tersebut, bersentuhan langsung dengan masyarakat. Artinya, bahwa pembangunan yang diharapkan adalah pembangunan yang datangnya dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat secara mandiri dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara optimal. 3) Regulasi dan Fasilitas Kebijakan tanpa dilandasi regulasi banyak menimbulkan variasi persepsi dikalangan masyarakat, dan cenderung menabrak aturan dan tidak terfokus.

Pemerintah, dalam hal ini Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan mengeluarkan suatu aturan jelas melalui Nomor 34 Tahun 2005, Nomor 1138/menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Keluarnya aturan ini, dengan harapan dapat ditindaklanjuti sampai pada tingkat desa (Peraturan desa). Namun, meskipun semua aturan yang ada dan jelas, tanpa difasilitasi, itu juga akan tidak optimal. Keberadaan, lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, dan kelompokkelompok potensial seyogyanya dapat menajdi aspirator, akomodator, dan sekaligus fasilitator di desa, guna teselenggaranya desa sehat secara optimal. Intinya, adalah bagaimana caranya menciptakan aturan dan aturan itu betul aspirasi rakyat, sehingga dengan mudah diakses dan dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri. 4) Otonomisasi desa Pembangunan masa lalu yang menganut asas sentralistik, berdampak pada lambatnya laju pembangunan di daerah. Kejadian ini, menjadi pengalaman, sehingga segala bentuk kegiatan yang dapat menunjang pertumbuhan pembangunan diserahkan ke daerah. d. Tujuan Pelaksanaan Desa Sehat 1) Meningkatkan kesadaran, kemauan, kemandirian, serta kemampuan hidup sehat bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat di desa. 2) Terselenggaranya upaya pembangunan yang berwawasan kesehatan secara partisifatif. 3) Terwujudnya perubahan-perubahan hidup bersih dan sehat beserta lingkungannya.

4) Terwujudnya ketersediaan sumber daya manusia yang sehat produktif secara ekonomis. e. Pelaksanaan Desa Sehat 1) Sasaran Pelaksanaan Desa Sehat Sasaran utama pembangunan menuju desa sehat adalah anggota masyarakat dan lingkungan. Dimana anggota masyarakat ditempatkan sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan. Sasaran pokok program desa sehat ini yaitu Individu, Keluarga dan Masyarakat, dan sasaran antara yaitu Institusi dan Lingkungan. 2) Pokok Kegiatan dan Indikator Desa Sehat a) Perluasan jaringan pelayanan kesehatan (puskesmas, pustu,

polindes, pos UKK, dan posyandu). b) Pengembangan puskesmas sore medical centre. c) Pelayanan kesehatan ibu dan anak. d) Perbaikan gizi keluarga. e) Kepersertaan JPKD. f) Pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) g) Pencegahan Penyakit dan Pengendalian vektor. h) Akses pelayanan sanitasi dasar. i) Penyelidikan dan penanggulangan KLB Desa Siaga. f. a) . g. Kriteria Pemilihan Desa Sehat Tahapan Kegiatan Desa Sehat

Sebagai langkah awal (2006) dipilih desa 2-3 desa setiap kecamatan. Selanjutnya secara bertahap dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan partisipasi anggota masyarakat hingga sampai tahun 2010. 1) Tingkat partisipasi masyarakat dilihat dari pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu. 2) Desa yang pernah mengikuti lomba dan atau desa yang pernah dicanangkan sebagai desa percontohan (model). 3) Tersedia sarana penunjang di desa. 4) Tingkat kemiskinan relatif rendah. 3. Dampak dari masih kurangnya pelaksanaan Desa Siaga Masih tingginya angka kematian Ibu & Anak Unfinished agenda: Diare, DBD, Gizi Buruk dll Emerging disease: PTM (Diabetes, Kanker, Asma, Hypertensi, Jantung) Re-emerging disease: TB, Malaria New emerging disease: Flu Burung, Kecelakaan, Penyalahgunaan NAPZA Kedaruratan kesehatan dan bencana PHBS masih rendah (50%) Social determinant: Sosial Budaya, ekonomi, pendidikan Faktor Risiko Kesehatan semakin banyak Komitmen Global (MDGs)

4. Saran / Rekomendasi Untuk pemerintah Kegiatan pokok dan indikator desa sehat, meliputi perluasan jaringan pelayanan kesehatan (puskesmas, pustu, polindes, pos usaha kesehatan kerja, dan posyandu), pengembangan

puskesmas sore medical centre, pelayanan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi keluarga, jaminan pemeliharaan kesehatan, pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM), pencegahan penyakit dan pengendalian vektor, akses pelayanan sanitasi dasar dan penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa serta desa siaga, sehingga perlu adanya regulasi atau peraturan yang dibuat untuk menunjang kelancaran pelaksanaan desa siaga serta bantuan dana yang dapat mendukung setiap kegiatan yang berhubungan dengan pelaksaan desa siaga. Untuk Masyarakat Mewujudkan Kecamatan, dan Kabupaten Sehat, maka langkah paling tepat harus dilakukan adalah pembangunan berwawasan kesehatan berbasis desa. Artinya, bahwa pokok kegiatannya direncanakan di desa dan mulai dari desa dengan pendekatan masalah. paling utama dari semua ini, adalah terselenggaranya pembangunan, memang betul-betul memenuhi unsur kebutuhan masyarakat. Hal yang mendasar dan perlu diperhatikan, bahwa pembangunan yang dilakukan dengan mengabaikan aspek perubahan perilaku dan lingkungan bukan merupakan pendekatan desa sehat. Sasaran pokok program desa sehat ini yaitu individu, keluarga dan masyarakat, dan sasaran antara yaitu institusi dan lingkungan. Jadi dalam hal ini perlu adanya partisipasi aktif dari masyarakat demi terwujudnya Desa Siaga aktif di seluruh wilayah Indonesia 1) Tingkat Kecamatan a) Pembentukan Forum Kecamatan Sehat. b) Penyusunan rencana kerja c) Penetapan calon desa sehat tingkat kecamatan / puskesmas. d) Perencanaan desa sehat (Tingkat Kabupaten)

e) Monitoring, Evaluasi serta pembinaan pengembangan desa sehat secara bertahap dan berkelanjutan. 2) Tingkat Desa a) Pembentukan pokja/satgas desa sehat. b) Penyusunan rencana kerja c) Pelatihan kader pembangunan desa d) Orientasi mengenai desa sehat kepada kelompok potensial desa, tokoh masyarakat yang akan berperan dalam pembangunan di desa. e) Pemberdayaan kelembagaan dalam upaya pembangunan di desa. f) Menciptakan sentra-sentra produksi ekonomi yang menunjang

terselenggaranya desa sehat yang terorganisir. g) Melakukan rembuk dsa secara berkala dalam rangka evaluasi dan implementasi kegiatan desa. Melaporkan hasil kegiatan dari berbagai indikator desa ke Tingkat Kecamatan (tembusan sekretariat Forum Kecamatan).

Вам также может понравиться