Вы находитесь на странице: 1из 15

MUSEUM ASMAT

http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/323134643216/Museum-Asmat

Perhatian besar orang-orang asing terhadap kekhasan seni ukir Asmat yang mengagumkan ditanggapi Ibu Tien Soeharto dengan meprakarsai mendirikan Museum Asmat. Berada di atas lahan Taman Bunga Keong Emas dengan luas bangunan 6.500 m, museum ini dapat dicapai melalui dua pintu masuk: berjalan kaki melalui Taman Bunga Keong Emas atau melewati jembatan Taman Aquarium Air Tawar. Gedung museum mencontoh model rumah kariwari, yakni rumah pemujaan suku Tobati-Enggros, penduduk asli di tepi Danau Sentani, Papua, namun dikembangkan menjadi bangunan berarsitektur modern. Gedung terdiri atas tiga bangunan utama dan dua bangunan penghubung yang masing-masing berbentuk segi delapan, diberi kesan rumah panggung. Atap berbentuk kerucut tiga setinggi 25 meter berbahan GRC dan pada permukaannya diberi kesan daun rumbia. Di berbagai bagian bangunan diberi ragam hias dengan warna khas Asmat, yakni merah, putih, dan hitam. Ketiga bangunan utama digunakan untuk ruang pameran tetap koleksi museum, sedangkan dua bangunan penghubung sebagian dimanfaatkan untuk ruang pameran tetap dan sebagian lagi untuk ruang administrasi, serta ruang pimpinan museum. Benda-benda pameran berupa benda-benda budaya yang mengandung nilai keperkasaan dan mencerminkan pandangan hidup orang Asmat yang selalu berkait dengan nenek moyang. Ikatan batin dengan nenek moyang itu diwujudkan dalam ukiran perlambang di berbagai benda keseharian. Untuk memudahkan pengunjung memahami kehidupan suku Asmat secara keseluruhan, tata pameran disusun berdasar tema. Tema pameran bangunan pertama berupa Manusia dan Lingkungannya, memamerkan bermacam pakaian adat dan perhiasan, diorama mata pencaharian hidup (menokok sagu), perahu arwah kendaraan roh nenek moyang (wuramon), patung nenek moyang (mbis pole), dan berbagai hiasan perlambang yang menceritakan gejala kehidupan. Pameran pada bangunan kedua bertema Manusia dan Kebudayaannya, memamerkan peralatan untuk membuat sagu, peralatan berburu, senjata, benda budaya dan upacara, perkusi (tifa), alat musik tiup dari bambu (fu), dan kapak batu (si). Tema pameran pada bangunan ketiga adalah Manusia dan Hasil Kreatifitasnya, memamerkan seni kontemporer yang merupakan hasil pengembangan pola-pola rancangan seni tradisional. Benda-benda yang dipamerkan berupa hasil seni modern orang Asmat yang mengacu pada permintaan pasar tetapi masih berpijak pada pola rancangan tradisional. Di samping pameran tetap, Museum Asmat juga menyelenggarakan kegiatan secara berkala dengan tema khusus, misalnya Gelar Lomba Kreasi Tari Gerak Asmat dan Lomba Mewarnai Gambar Ragam Hias Asmat.

MUSEUM INDONESIA
http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/339733603212/Museum-Indonesia

Gedung Museum Indonesia berarsitektur Bali tiga lantai dikembangkan dari filosofi tri hita karana, yang menjelaskan adanya tiga sumber kebahagiaan manusia, yakni hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan alam. Museum Indonesia menjalankan fungsinya melalui pameran tetap dengan tiga tema. Lantai I bertema Bhinneka Tunggal Ika, menampilkan pakaian adat dan pakaian pengantin secara lengkap yang meliputi 27 provinsi, sesuai dengan jumlah provinsi di Indonesia pada saat peresmiannya. Koleksi pakaian pengantin dan pakaian adatnya paling lengkap dan tidak dijumpai di museum lain di Indonesia, bahkan di dunia. Pameran keanekaragaman pakaian adat dan pakaian pengantin sekaligus merupakan cermin kemajemukan budaya masyarakat Indonesia, baik dilihat dari sisi agama, pakaian, kesenian, maupun adat istiadatnya. Pameran di lantai II bertema Manusia dan Lingkungan, menampilkan benda-benda bundaya di lingkungan sekitar yang diwujudkan dalam bentuk rumah tradisional berupa rumah tinggal, rumah ibadat, dan lumbung padi. Bangunan-bangunan tersebut menyesuaikan keadaan lingkungan, misalnya rumah di dataran rendah, di atas pohon, dan di atas sungai. Selain itu juga ditampilkan ruang/bagian rumah, antara lain kamar pengantin Palembang, ruang dalam Jawa Tengah, dan ruang dapur Batak. Benda budaya dan peralatan mata pencaharian yang dipamerkan meliputi alat perikanan, alat berburu dan meramu, alat pertanian, serta upacara-upacara daur hidup (life cycle rites) yang ditampilkan dalam bentuk diorama, meliputi upacara tujuh bulan (mitoni), upacara turun tanah, upacara khitanan, upacara potong gigi (mapedes), upacara penobatan datuk, dan pelaminan Sumatera Barat yang mewakili upacara pernikahan. Pameran di lantai III bertema Seni dan Kriya, menampilkan hasil seni garapan dan seni ciptaan baru, antara lain aneka kain yang meliputi songket, tenun, dan batik; berbagai benda kerajinan dari bahan logam perak, kuningan, dan tembaga; seni ukir dari bahan kayu gaya Jepara, Bali, Toraja, dan Asmat. Pohon hayatyang diilhami gunungan dalam pertunjukkan wayang sebagai pembuka, pergantian, dan penutup suatu adegan dalam pertunjukan wayangberdiri megah setinggi delapan meter dan lebar empat meter, lambang alam semesta yang mengandung unsur udara, air, angin, tanah, dan api. Penempatan Pohon hayat di lantai III sekaligus menutup rangkain cerita atas seluruh tema pameran secara keseluruhan. Selain pameran tetap, secara berkala Museum Indonesia juga menyelenggarakan pameran dengan tema khusus, antara lain pameran topeng, kain, senjata, dan lukisan yang didukung oleh peragaan yang berkait dengan tema, misalnya peragaan membatik dan menatah wayang. Pengunjung bukan hanya wisatawan nusantara, terutama para pelajar dan mahasiswa yang diberi tugas berkaitan dengan mata pelajaran atau mata kuliahnya, melainkan juga wisatawan mancanegara; bahkan oleh TMII Museum Indonesia secara khusus dijadikan tujuan kunjungan tamu negara. Museum juga dilengkapi fasilitas Bale Panjang, Bale Bundar, dan bangunan Soko Tujuh yang dapat disewa oleh masyarakat umum untuk keperluan pesta pernikahan, seminar, ataupun pertemuan.

MUSEUM KEPRAJURITAN INDONESIA


http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/323138063226/Museum-Keprajuritan-Indonesia

Di jalur luar bagian selatan terdapat sebuah bangunan megah Museum Keprajuritan Indonesia berbentuk benteng bersegi lima yang dikelilingi perairan. Perairan sekeliling benteng ini menggambarkan negara kepulauan dengan doktrin Wawasan Nusantara. Misinya adalah melestarikan bukti dan rekaman sejarah perjuangan bangsa pada masa-masa perjuangan sejak abad ketujuh sampai abad kesembilanbelas. Oleh karena itu setiap segi bangunan dan benda yang ditampilkan memiliki makna perlambang. Gerbang utama berbentuk model bangunan abad keenambelas, mencerminkan sifat keterbukaan dan keramahtamahan rakyat Indonesia. Di setiap sudut bangunan terdapat menara pengintai atau bastion, menyiratkan kewaspadaan nasional. Dua kapal tradisionalyaitu kapal Banten dan kapal Pinisi dari Sulawesi Selatanbersandar di danau, melambangkan kekuatan maritim dari barat sampai ke timur. Penyajian pameran dalam bentuk diorama, fragmen patung, dan relief, baik bagian luar maupun bagian dalam. Pameran bagian luar berupa paduan relief yang menyatu ke dinding gedung bagian luar, meliputi 19 adegan kisah panjang perjuangan bangsa dari abad VII sampai abad XIX, antara lain sewaktu Raden Wijaya mengusir tentara Cina tahun 1292, pertempuran di Benteng Sao Paolo tahun 1575 di Maluku dan Sultan Ageng menyerang Kastel Batavia tahun 1628. Ruang pamer bagian dalam menyajikan 14 diorama yang menggambarkan cerita perlawanan terhadap penjajah untuk mempertahankan tanah air. Juga terdapat tiruan senjata, meriam, pakaian perang, panjipanji, formasi tempur serta boneka peraga yang mengenakan busana prajurit tradisional. Di samping itu juga dipamerkan 23 patung pahlawan dari perunggu berukuran 1 kali besar manusia yang ditempatkan mengelilingi panggung di dalam gedung, di antaranya Gajah Mada, Cut Nyak Dien, dan Pattimura. Setiap bulan Oktober, dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda, museum menyelenggarakan kegiatan pawai prajurit tradisional yang diikuti oleh berbagai daerah provinsi di Indonesia. Panggung terbuka yang dimiliki dapat digunakan untuk pentas musik atau kegiatan lain baik siang maupun malam hari.

MUSEUM KOMODO DAN TAMAN REPTILIA


http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/293326723221/Museum-Komodo-dan-Taman-Reptilia

Museum Fauna Indonesia Komodo dan Taman Reptilia menampilkan pesona satwa langka dalam bentuk awetan dan reptilia hidup. Arsitektur bangunannya mengambil bentuk komodo, satwa yang hanya hidup di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, berdiri di atas lahan seluas 10.120 m dengan luas bangunan 1.500 m. Tema pameran adalah keanekaragaman satwa di Indonesia, dari barat sampai timur, dan dari pantai sampai pegunungan, ditata dalam dua lantai. Koleksi lantai I berupa berjenis-jenis binatang mamalia dan reptilia lengkap dengan kondisi lingkungan alamnya. Jenis-jenis yang hampir mengalami kepunahan ditampilkan, antara lain harimau, gajah dan beruang. Di dalam vitrin-vitrin disajikan berbagai macam kupu-kupu yang terdapat di seluruh Indonesia; berjenis keong, kerang, kepiting, dan udang; serta binatang beruas, meliputi kaki seribu, laba-laba, dan kala jengking. Koleksi lantai II berupa berjenis-jenis burung yang diopset dan ditata sesuai dengan habitatnya, meliputi yang hidup di laut, pantai, rawa, persawahan, lapangan, perkebunan, dasar rimba, hutan, dan pegunungan dengan daerah asal Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Taman Reptilia yang menghadirkan koleksi reptilia hidup dibangun di sekitar gedung museum pada tanggal 20 April 2001. Pengunjung dapat mengenali satu persatu satwa unik tersebut mulai dari komodo, biawak, kadal, ular berkaki, ular sanca, king kobra, penyu, kura-kura leher ular, kura-kura buaya, kodok, buaya, iguana dan binatang reptil lainnya. Anak-anak yang memiliki rasa keingintahuan lebih dan selalu ingin memegang dapat bebas memegang dan bercengkerama dengan ular sanca di Taman Sentuh.

MUSEUM LISTRIK DAN ENERGI BARU


http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/368736933221/Museum-Listrik-dan-Energi-baru

Salah satu museum sains yang menyajikan koleksi peragaan tentang energi dan listrik, adalah Museum Listrik dan Energi Baru (Museum LEB). Rancang-bangunnya mengacu pada konsep arsitektur berbentuk tapak Struktur Atom, yaitu satu proton dikelilingi tiga elektron, diaplikasikan dalam bentuk Anjungan Listrik yang dikelilingi tiga bangunan lain, yakni Anjungan Energi Baru, Anjungan Energi Fosil, dan Anjungan Energi Konvesional. Sebagai wahana pendidikan dan rekreasi, Museum LEB mengemban fungsi menyampaikan informasi teknologi kelistrikan dan energi, baik dari sejarah perkembangan teknologi, aplikasi energi di Indonesia dari masa ke masa, maupun semangat inovasinya kepada generasi mendatang. Tata pamerannya memungkinkan pengunjung diajak mengenal segala aspek listrik dengan alur yang jelas dan runtut, penyajian yang interaktif karena didukung teknologi komputer (audiovisual). Terdapat 619 unit koleksi peraga yang dipamerkan di dalam dan di luar gedung. Pameran di dalam gedung meliputi pengenalan energi, teori, sejarah, hingga pemanfaatan listrik dan energi. Berbagai alat peragaan yang menarik dapat dicoba secara interaktif, misalnya kompor surya, sepeda, dan harpa ajaib. Di dalam Ruang Cerdas Energi, pengunjung diajak berinteraksi dengan memainkan benda-benda peraga agar lebih memahami gejala yang berasal dari energi dan listrik. Pameran dan peragaan antara lain meliputi Diorama Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, Simulasi Konsumsi Listrik di Rumah Tangga (di sini pengunjung diajak membaca data berapa watt listrik yang digunakan sehari-hari), Konversi Energi Listrik Menjadi Panas (memperlihatkan bagaimana listrik dapat memanaskan air), Plasma Ball (alat yang dapat menunjukkan bahwa tubuh manusia mengandung energi listrik), Permainan Magnet, Permainan Adu Cepat, Harpa Ajaib (pengunjung dapat memainkan harpa tanpa senar karena senar dawai diganti dengan sinar infra merah), serta Komputer Interaktif Kuis dan Game tentang energi yang menguji ketangkasan dan daya ingat. Peragaan di luar gedung meliputi Kompor Tenaga Surya Serba Guna yang digunakan untuk memasak sekaligus sebagai antene parabola yang dapat menerima 150 saluran televisi, Rumah Energi Baru yang mengubah energi matahari dan angin menjadi listrik, Mobil Tenaga Surya dengan menggunakan tenaga matahari. Selain menyajikan benda-benda koleksinya, museum juga memiliki ruangan yang berfungsi sebagai tempat seminar lengkap dengan perangkat multi media dan juga menyediakan sarana penginapan.

MUSEUM MINYAK DAN GAS BUMI


http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/368737143221/Museum-Minyak-dan-Gas-Bumi

Museum Minyak dan Gas Bumi Graha Widya Patra (Gawitra) terletak di bagian timur TMII berdekatan dengan Taman Burung dan Museum LEB. Pembangunan Museum Migas menandai peringatan 100 tahun industri minyak dan gas bumi Indonesia, merupakan sumbangan masyarakat perminyakan Indonesia demi melestarikan dan mewariskan nilai-nilai juang kepada generasi penerus untuk peningkatan ilmu dan teknologi. Gedung utama berbentuk anjungan lepas pantai dengan dua bangunan pendukung berbentuk gilig menyerupai tangki minyak, disebut Anjungan Eksplorasi dan Anjungan Pengolahan. Ruang pamer terdapat di gedung utama dan di anjungan eksplorasi. Pameran di gedung utama mengenai sejarah industri perminyakan. Di ruang ini terdapat Teater Minyak yang memutar film pendek dan multislide mengenai asal-mula serta hasil pengolahan minyak dan gas bumi di Indonesia. Selain itu terdapat ruang untuk pameran berbagai benda dan bahan mengenai minyak dan gas bumi yang ada di sekitar kita. Anjungan eksplorasi mengetengahkan eksplorasi minyak dan gas bumi, termasuk peragaan sejarah terjadinya cekungan minyak dan gas bumi serta penerapan teknologi di masa yang lalu, sekarang, dan yang akan datang. Di luar gedung dipamerkan peralatan pengeboran minyak dan peragaan benda-benda eksplorasi berupa menara bor tahun 1930-an, berbagai pompa angguk, sebuah truk logging tua, pompa bensin engkol, dan sebuah kilang minyak tua. Museum ini sangat tepat dijadikan sebagai tempat rekreasi dan menimba ilmu.

MUSEUM OLAHRAGA
http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/339734903214/Museum-Olahraga

Bentuk bangunan Museum Olahraga sungguh unik, yakni berbentuk bola menghadap ke arah Teater Keong Emas. Berdiri di atas tanah 1,5 hektar dengan luas bangunan 3.000 m2 , museum ini bertujuan memberikan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya olah raga bagi kesehatan badan. Lobby lantai dasar menampilkan motto yang mencerminkan nilai hakiki olahraga, antara lain sportivitas dan perjuangan. Pameran meliputi sejarah olahraga antarbangsa, menampilkan perjuangan bangsa Indonesia dalam mengikuti kegiatan olahraga di dunia internasional, seperti Olimpiade Helsinki dan Asian Games; tokoh olahraga, menampilkan para pejuang olahraga yang telah mengharumkan nama bangsa di bidang keolahragaan dan para tokoh yang berkecimpung dalam bidang olahraga; sejarah olahraga nasional, menampilkan sejarah berdirinya stadion pertama Indonesia dan pelaksanaan PON I tahun 1948 di Solo; serta keberhasilan tim Everest, menampilkan perjuangan Tim Kopassus dalam menaklukkan Gunung Himalaya dan Tim Dewaruci yang menampilkan maket kapal Dewaruci. Lantai dua terdiri atas ruang pamer olahraga berprestasi, menampilkan pelbagai alat olahraga dan penghargaan berupa medali dan piala para atlet yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia; permainan tradisional, menampilkan sejumlah alat permainan tradisional dari berbagai provinsi; serta Pekan Olah Raga Nasional (PON), menampilkan berbagai hal mengenai PON-I sampai dengan PON-9, dan alat perwasitan. Lantai tiga terdiri atas ruang pamer diorama yang menampilkan permainan tradisional dari berbagai provinsi dalam bentuk lukisan dan patung dengan ukuran sebenarnya, antara lain lompat batu dari Pulau Nias, pasola dari Nusa Tenggara Timur, karapan sapi dari Madura, dan dayung berdiri dari Papua. Selain itu, museum juga memaparkan sejarah singkat olahraga nasional, antara lain anggar, atletik, bulutangkis, panahan, pencak silat, sepakbola, tenis lapangan, dan bola voli. Fasilitas pendukung berupa auditorium, ruang serba guna, ruang fitnes, lapangan tenis, dan kantin dapat dimanfaatkan masyarakat umum. Setiap Minggu pagi pengunjung dapat mengikuti senam aerobic bersama dalam program Minggu Ria di halaman museum.

MUSEUM PERANGKO INDONESIA


http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/283229623226/Museum-Perangko-Indonesia

Museum Prangko dihiasi sejumlah ukiran dan patung gaya Bali dan Jawa, dikelilingi pagar tembok dengan dua pintu gerbang yang mengambil model dasar candi bentar. Di sayap kanan dan kiri terdapat dua bangunan yang luas masing-masing 402 m2, sayap kanan digunakan kantor pengelola dan tempat pertemuan, sedangkan sayap kiri untuk kantor pos. Museum ini memamerkan koleksi aneka prangko Indonesia dan luar negeri. Di depan pintu masuk berdiri patung Hanoman, yang dalam pewayangan dikenal sebagai dhuta dharma pembawa berita, misinya sama dengan tugas pos. Di samping kiri dan kanan pintu masuk ada dua lukisan gaya Bali karya pelukis Wayan Sutha yang merupakan cuplikan cerita pewayangan versi Bali, menggambarkan bahwa pada masa sebelum kertas dikenal seperti sekarang surat-menyurat menggunakan daun ron tal. Ruang pamer I menyajikan berbagai koleksi, antara lain foto bahan dan alat yang digunakan untuk menulis surat pada daun tal (ron tal); miniatur alat angkut surat tahun 1602 sampai tahun 1864; serta foto-foto prangko pertama di dunia yang dikenal dengan The Penny Black, tokoh pencetus prangko Sir Rowland Hill, Kantor Pos pertama di Batavia, prangko pertama Belanda yang terbit tahun 1852, dan klise prangko Belanda pertama bergambar Raja Willem III yang diterbitkan 1864. Ruang pamer II menampilkan materi berupa patung seorang perancang prangko, sejumlah slide proses pembuatan prangko dan proses melukis hingga menjadi prangko, silinder cetak yang digunakan untuk mencetak prangko seri lukisan Raden Saleh, dan penampang fiber glass mesin cetak prangko lima warna yang digunakan oleh Perum Peruri dilengkapi dengan motor penggerak. Pada ruang pamer III dapat dilihat sejumlah prangko yang terbit tahun 1864-1950 pada masa pemerintahan Belanda, Jepang, dan masa perang kemerdekaan, slide prangko Belanda dan Jepang bertema kebudayaan dan pariwisata, slide prangko peringatan 10 tahun Kemerdekaan RI, dan dua foto prangko bergambar Bung Karno dan Bung Hatta sebagai latar belakang prangko perjuangan yang dicetak di luar negeri. Ruang pamer IV menyajikan prangko dan carik kenangan (souvenir sheet) yang diterbitkan sejak tahun 1950 dengan lima masa penerbitan: tahun 1950-1959, tahun 1959-1966, tahun 1966-1973, tahun 19731983, dan tahun 1983-1993. Ruang pamer V terdapat prangko yang disusun berdasarkan periode dan tema tertentu. Dalam ruang ini disajikan prangko bertema sosial, pariwisata, taru dan satwa, lingkungan hidup, dan kemanusiaan. Ruang pamer VI memperagakan prangko tematik, khususnya kepramukaan dan olahraga, di dalam beberapa kotak penyajian, termasuk slide Ibu Tien Soeharto dengan seragam Pramuka ketika menandatangani Sampul Hari Pertama Prangko Jambore Internasional ke-IV di Cibubur pada Juli 1981.

MUSEUM PUSAKA
http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/283229883226/Museum-Pusaka

Museum Pusaka berada di jalur selatan di antara Museum Keprajuritan Indonesia dan Museum Serangga, berupa bangunan khas karena di atas atapnya terdapat bentuk keris yang menjulang. Museum ini bertujuan melestarikan, merawat, mengumpulkan, serta menginformasikan benda-benda budaya berupa senjata tradisional kepada generasi penerus agar merasa bangga terhadap bangsanya dan dapat dimanfaatkan bagi yang ingin melakukan studi dan penelitian mengenai senjata. Pada awalnya koleksi museum merupakan koleksi pribadi Mas Agung, kemudian dihibahkan oleh Sri Lestari Mas Agung kepada Ibu Tien Soeharto selaku ketua Yayasan Harapan Kita. Setelah ditambah dengan pembelian, Museum Pusaka memiliki koleksi senjata tradisional paling lengkap, mewakili 26 provinsi di Indonesia. Museum dengan dua lantai seluas 1.535 m di atas lahan 3.800 m ini memiliki beberapa ruang sebagai sarana dan pendukung, yakni ruang pameran, ruang informasi, ruang pengelola, ruang sarasehan, ruang perpustakaan, ruang konservasi dan preservasi, ruang bursa, dan ruang cenderamata. Selain memeragakan benda-benda koleksi senjata seluruh nusantara, ruang pameran juga menginformasikan berbagai hal mengenai pusaka, misalnya rincian pusaka, ragam bentuk pusaka, zaman pembuatan pusaka, ragam hias bilah pusaka, berbagai pusaka khas daerah, pusaka dari zaman ke zaman, dan pusaka hasil temuan. Jenis-jenis kayu untuk membuat pusaka serta ruang besalen (tempat kerja empu pembuat keris) dan peralatannya melengkapi pameran. Keris Nagasasra Sabuk Inten zaman Mataram, kujang zaman Pajajaran, keris Singa Barong tinatah mas, karih dari Sumatera, belati zaman Kerajaan Mataram, kudi zaman kerajaan Tuban, pedang zaman Hamengku Bowono IX, dan keris Naga Tapa dari Yogyakarta dipajang sebagai benda-benda pusaka unggulan karena langka dan melegenda. Selain pameran tetap, museum juga melaksanakan pameran berkala baik di dalam maupun bekerjasama dengan pihak luar. Kegiatan lain yang ditawarkan kepada umum adalah penjamasan pusaka, konsultasi pusaka, dan bursa pusaka bagi yang berminat mengoleksi benda-benda pusaka.

MUSEUM SERANGGA DAN TAMAN KUPU


http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/368737413219/Museum-Serangga-dan-Taman-Kupu

Pengurus Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) dengan restu Ibu Tien Soeharto mendirikan Museum Serangga dengan tujuan mengenalkan keanekaragaman khasanah serangga serta merangsang keinginan dan kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensinya di alam. Museum ini menempati areal seluas 500 m2 mengambil bentuk tubuh belalang dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 20 April 1993. Pada tahun 1998, atas bantuan Dr. Soedjarwo melalui Yayasan Sarana Wana Jaya, menambah wahana baru berupa Taman Kupu beserta kebun pakan, kandang penangkaran, dan laboratorium yang diharapkan menjadi usaha penangkaran dan pelestarian kupukupu yang dilindungi dan langka. Kemudian tahun 2004 bertambah lagi sarana koleksi binatangnya selain serangga. Jenis serangga dunia diperkirakan sekitar 16% ada di Indonesia. Sebanyak 500 jenis, terdiri atas kupukupu (sekitar 250 jenis), kumbang (sekitar 150 jenis), dan kelompok serangga yang lain (sekitar 100 jenis) menjadi koleksi Museum Serangga dan Taman Kupu (MSTK). Diorama-diorama yang dapat dilihat meliputi pesona kumbang nusantara, peranan serangga tanah dalam ekosistem dan pelestarian ekosistem, peta serangga Indonesia, serangga-serangga perombak, peta kupu-kupu Indonesia, kupukupu Bantimurung, dan serangga-serangga di pekarangan, serta kotak-kotak koleksi yang menampilkan kelompok serangga lain. Selain koleksi serangga mati, juga mempunyai koleksi serangga hidup yang dapat dilihat langsung oleh pengunjung, antara lain kumbang tanduk, kumbang air, lebah madu, belalang ranting, belalang daun, dan kumbang badak. Di dalam Taman Kupu terdapat sekitar 20 jenis tanaman berbunga yang sering dikunjungi kupu-kupu. Selain itu juga dipelihara beberapa jenis binatang, antara lain tupai Sumatera, tupai Bali, oppusum layang, kadal lidah biru, kancil, dan tarsius. Laboratorium digunakan sebagai sarana penangkaran dan terbuka bagi mahasiswa dan pelajar yang ingin belajar bagaimana mengoleksi, membuat awetan serangga, identifikasi, serta memelihara serangga hidup dan mati. Museum juga menyediakan layanan untuk menambah pengetahuan mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan serangga, misalnya bimbingan umum tentang serangga dan kehidupannya, pemutaran film tentang kehidupan serangga dan penjelasan di ruang audio visual, bimbingan mengawetkan serangga, dan penangkaran serangga (kupu, belalang ranting dan belalang daun), yang dilengkapi dengan perpustakaan.

MUSEUM TELEKOMUNIKASI
http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/315435603214/Museum-Telekomunikasi

Museum Telekomunikasi berada di bagian depan kawasan TMII berdampingan dengan Museum Olah Raga dan Bayt al-Quran di dekat pintu utama. Ciri khas museum ini beratap kubah warna biru dengan keberadaan di depannya sebuah Monumen Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang berdiri tegak sambil mengacungkan keris. Adegan ini mengingatkan pada satelit komunikasi pertama Indonesia yang diberi nama Palapa, sesuai jiwa Sumpah Palapa menyatukan nusantara. Gedung museum meliputi bangunan induk untuk ruang pameran dan pengelolaan serta ruang penerima tamu di bagian depan. Museum Telekomunikasi memamerkan berbagai koleksi dan informasi mengenai perkembangan pertelekomunikasian di Indonesia pada masa sebelum-masa perang-awal kemerdekaan, Orde Baru, dan masa depan telekomunikasi dunia, termasuk alat komunikasi dari masa ke masa. Alat telekomunikasi pra elektrik antara lain meliputi alat komunikasi tiup, kentongan/gendering, bedug, gong, dan lonceng. Alat telekomunikasi masa elektrik antara lain telegraph morse, sentral telepon manual lokal baterai, dan diorama pemancar radio perjuangan YBJ-6. Alat komunikasi sekarang dibagi menjadi analog dan digital. Alat komunikasi analog meliputi pesawat teleprinter/teleks, sentral telepon otomat analog, maket jaringan telekomunikasi nasional dan maket SKGM, serta hambur tropos. Alat komunikasi digital meliputi planet konfigurasi STKB konvensional dan STKB cellular, sampel produk PT. INTI, panel STDI-K, panel stasiun bumi kecil, peluncuran satelit, maket GSO (Geo Statistik Orbit) panel konfigurasi SKI, panel Intelsat/Inmarsat, serta Pasopati (Paduan Solusi Pelayanan Teknologi Informasi) atau ISDN (Integrated System Digital Network). Perkembangan teknologi komunikasi yang pesat semakin memperpendek jarak. Kehadiran videophone dan internet mempertegas fungsi alat komunikasi yang tidak hanya terbatas sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai multimedia. Museum ini juga menampilkan diorama dan maket pemanfaatan multimedia, meliputi Solution for Enterprise Network, Elektronik Mega Mall (EMM), dan System Satelit Iridium. Masyarakat umum dapat memanfaatkan museum ini sebagai sarana belajar dengan dilengkapi sarana teater dengan koleksi film dokumenter perkembangan teknologi telekomunikasi dan film animasi si Ponix; ruang elshop, ruang Info dan demo produk barang/jasa telekomunikasi, ruang rapat, warung telekomunikasi, dan warung internet.

MUSEUM TRANSPORTASI
http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/315439433223/Museum-Transportasi

Museum Transportasi merupakan lembaga milik Departemen Perhubungan dengan maksud mengumpulkan, memelihara, meneliti, memamerkan bukti sejarah dan perkembangan transportasi, serta peranannya. Tujuannya memberikan informasi dan tambahan pengetahuan kepada para pengunjung mengenai transportasi dan sejarah perkembangan teknologi transportasi sekaligus sebagai tempat rekreasi yang edukatif. Pameran diselenggarakan di dalam dan di luar ruang. Pameran di dalam ruang dibagi dalam beberapa ruangan yang seolah-olah merupakan bangunan tersendiri, disebut modul; terdiri atas modul pusat, modul darat, modul laut, dan modul udara; baik dengan benda asli, tiruan, miniatur, foto, maupun diorama. Modul pusat menggambarkan keberadaan transportasi tradisional masa lampau, mencakup transportasi darat dan laut dari berbagai daerah di Indonesia, berupa alat transportasi sederhana dengan menggunakan tenaga manusia, hewan, atau angin; antara lain cikar, andong, bendi, becak, perahu layar. Modul darat menggambarkan keberadaan dan layanan transportasi darat, mencakup transportasi jalan raya, jalan baja, sungai, danau, dan penyeberangan, berupa alat transportasi yang sudah mulai menggunakan tenaga mesin awal sampai sekarang; antara lain cikar DAMRI yang merupakan armada pertama DAMRI dan berperan pada masa kemerdekaan (tahun 1946) sebagai alat angkut logistik militer di wilayah Surabaya dan Mojokerto. Modul laut menggambarkan keberadaan dan layanan jasa transportasi laut yang telah menggunakan mesin, mencakup berbagai kapal penumpang, container, dok terapung, serta peralatan penunjangnya; dilengkapi paparan teknologi kelautan dengan berbagai jenis kapal laut, prasarana yang ada dewasa ini, serta peralatan penunjang lain. Modul udara menggambarkan keberadaan dan layanan jasa transportasi udara serta perkembangannya dan teknologi peralatan transportasi udara, mencakup pesawat terbang, peralatan transportasi udara, dan peralatan bandar udara. Pameran luar statis menampilkan berbagai jenis lokomotif generasi pertama Perusahaan Kereta Api Indonesia, termasuk rel kereta api dan terowongan, Kereta Api Luar Biasa (KLB) yang digunakan Presiden dan Wakil Presiden Rl Pertama Soekarno-Hatta pada waktu Pemerintah RI hijrah dari Jakarta ke Yogyakarta, bis yang pernah dioperasikan di Indonesia, serta pesawat udara jenis DC-9 PK-GNT milik Garuda Indonesia yang pernah melayani penerbangan ke negara-negara Asean dan Australia. Di samping itu terdapat sebuah rangkaian kereta api, terdiri atas lokomotif dan dua gerbong kayu, sebagai sarana hiburan bagi pengunjung.

MUSEUM PENERANGAN
http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/283229453221/Museum-Penerangan

Rancang-bangun Museum Penerangan berbentuk bintang bersudut lima yang melambangkan Pancasila dan lima unsur penerangan. Museum ini mengumpulkan, mempelajari, menggelar, dan merawat objek sejarah penerangan dan komunikasi sekaligus sebagai media komunikasi massa keenam setelah tatap muka, radio, TV, film, dan pers. Di halaman depan terdapat tugu yang menyangga lambang penerangan "Api Nan Tak Kunjung Padam" dikelilingi oleh lima patung juru penerang serta air mancur, pertemuan air dari atas tugu dengan air yang memancar dari bawah, melambangkan hubungan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, dan media massa. Bangunan terdiri atas tiga lantai berbentuk silinder, mencitrakan kentongan sebagai unsur penerangan tradisional, menyangga menara antena sebagai unsur modern. Pameran ditata di luar dan di dalam gedung, yang secara keseluruhan menggambarkan sejarah penerangan sejak pergerakan nasional hingga masa Indonesia modern. Koleksi di luar gedung antara lain empat mobil Siaran Luar TVRI (Televisi Republik Indonesia), mobil Panggung Penerangan, mobil unit Sinerama PFN (Perusahaan Film Negara), mobil siaran luar RRI (Radio Republik Indonesia), serta mobil Siaran Luar TVRI pertama untuk meliput Asian Games IV di Jakarta tahun 1962 yang mencatat sebagai awal berdirinya TVRI, dan mesin cetak tiga zaman. Koleksi lantai satu berupa benda-benda yang mempunyai nilai sejarah informasi dan komunikasi dari film, radio, televisi, media tatap muka, termasuk wayang suluh, serta perkembangan media pers dan grafika berikut 17 patung setengah badan tokoh informasi dan komunikasi. Selain itu terdapat empat diorama kecil operasional penerangan di bidang pependes, pencerdasan kehidupan bangsa, penanggulangan bencana alam, dan kelompencapir. Koleksi lain berupa mesin ketik huruf Jawa yang digunakan sejak tahun 1917 oleh Kraton Surakarta, kamera Perekam Rapat Kabinet Rl pertama, Radio Oemoem tahun 1940, dan sebagainya. Di sini juga terdapat perpustakaan dan teater mini berdaya tampung 60 pengunjung, dilengkapi tata suara modern, dan dapat digunakan untuk menyampaikan informasi secara audio visual serta pernutaran film dokumenter. Lantai dua meliputi relief sepanjang 150 meter yang menggambarkan sejarah penerangan Indonesia selama lima periode, peran penerangan dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa, dan penyampaian informasi melalui media cetak dan elektronik baik tradisional maupun modern. Di sini terdapat juga tujuh diorama yang menggambarkan kegiatan penerangan dalam membangkitkan nasionalisme, menyatukan bangsa, dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan, termasuk percetakan koran Retno Dhoemilah. Di samping itu terdapat lukisan wajah Dr. Wahidin Soedirohusodo karya Sumidjo, berukuran 8 m x 7 m, yang merupakan lukisan terbesar di Indonesia dan memperoleh sertifikat MURI. Koleksi lantai tiga meliputi tiga studio mini PFN, studio mini RRI, studio mini TVRI, dan display foto transparan.

MUSEUM TIMOR TIMUR


http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/323110924214/Museum-Timor-Timur

Museum Timor Timur terletak di sebelah utara Istana Anak-Anak Indonesia, menghadap ke selatan arah Museum Prangko. Semula Museum Timor Timur adalah Anjungan Daerah Timor-Timur yang dibangun tahun 1979 dan diresmikan 20 April 1980 oleh Presiden Soeharto. Setelah Provinsi Timor Timur berpisah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan membentuk negara sendiri, anjungan ini menjadi suatu monumen dan menjadi tanggung jawab pengelola TMII. Sebagai monumen, Anjungan Timor Timur kemudian berstatus museum di bawah pengelolaan Istana Anak Anak Indonesia. Museum seluas 4.988 m menampilkan rumah penduduk Los Palos, terdiri atas sebuah bangunan utama dan beberapa bangunan pendukung. Bangunan utama disebut uma lautem atau dagada, berupa rumah panggung dengan empat tiang tiga meter di atas permukaan tanah, berbentuk segi empat dengan atap ramping menjulang. Atap berlapis ijuk, berdinding kayu, dan dilengkapi banyak jendela yang berfungsi sebagai penerangan di siang hari. Aslinya, balok utama menggunakan kayu besi, sedangkan tiang menggunakan kayu eucalyptus yang diikat dengan tali dari rotan. Di dalam uma lautem dipamerkan barang-barang khas Timor Timur, berupa peralatan makan, busana adat, senjata tradisional, alat musik tradisional, hasil kerajinan, serta perlengkapan lain seperti anyaman dari daun tal, keramik atau manatutu, kain tenun khas Timor Timur (tais), serta aneka keong dari Pulau Atauro. Juga dipajang foto-foto yang memperlihatkan keindahan alam, antara lain pantai pasir putih dan sebuah monumen berupa patung Kristus Raja dan foto-foto lain yang mengingatkan bahwa Timor Timur pernah menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bangunan pendukung uma laku berupa bangunan panggung kembar beratap bulat dan tidak berdinding. Kedua bangunan ini mengapit bangunan induk, berfungsi sebagai balai pertemuan adat, namun di Museum Timor Timur digunakan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung. Bangunan pendukung lain berupa panggung yang digunakan untuk pergelaran seni yang dapat digunakan oleh umum untuk acara-acara yang memerlukan pentas dan penonton duduk di lantai dasar uma lautem. Museum Timor Timur, pada saat berstatus anjungan daerah, pernah menerima kunjungan Perdana Menteri India Naelam Sanjiva Reddy dan Nyonya pada tanggal 4 Desember 1981 dan berkenan melakukan penanaman pohon beringin persahabatan.

BAYT AL QURAN & MUSEUM ISTIQLAL


http://www.tamanmini.com/wisata/WMuseum/283229243212/Bayt-al-Qur an-&-Museum-Istiqlal

Karya-karya unggulan para ulama dan intelektual muslim Nusantara sejak abad ke-17 sampai abad ke-20 yang bernilai historis dapat disaksikan di sini. Warisan budaya berupa mushaf, manuskrip Al Quran, arsitektur, seni rupa islami yang memiliki keindahan seni juga tersimpan. Bayt al Quran & Museum Istiqlal, memang menghadirkan pesona untuk direnungkan. Bayt al Quran & Museum Istiqlal merupakan kesatuan dari dua lembaga yang berbeda namun dalam kesatuan konsep. Bayt al Quran, yang berarti rumah Al Quran, dengan materi pokok berupa peragaan yang berkaitan dengan Al Quran, sedangkan Museum Istiqlal menampilkan hasil-hasil kebudayaan Islam Indonesia. Bayt al-Quran & Museum Istiqlal (BQ&MI) yang menempati areal seluas 20.013 m2 dibuka untuk umum tanggal 20 April 1997 bersamaan dengan peresmian oleh Presiden Soeharto. Tujuannya untuk menampilkan Islam sebagai pemersatu bangsa dari berbagai etnik di Indonesia dengan menampilkan ajaran dan kebudayaan Islam Indonesia yang berkualitas dan kreatif dalam upaya untuk memantapkan jatidiri bangsa, menampilkan wajah Indonesia yang mempunyai penduduk muslim terbesar di dunia dalam percaturan internasional melalui kajian sejarah perkembangan ajaran Islam dan implementasinya dalam seni dan budaya, menyampaikan makna yang lebih dalam tentang ajaran Islam dan karakter kebudayaannya yang bersifat terbuka, otentik, toleran, progresif dan kosmopolitan; dan sebagai pemicu (trigger) untuk pengkajian ajaran dan kebudayaan Islam secara lebih dalam khususnya di Indonesia dan umumnya di Asia Tenggara. Ruang pamer Bayt al-Quran menghadirkan beragam seni mushaf dari dalam dan luar negeri, seperti Mushaf Istiqlal yang menjadi primadona pada Festival Istiqlal II 1995, Mushaf Wonosobo, yang merupakan terbesar hasil kreasi dua orang santri Pondok Pesantren al- Asyariah, Wonosobo, Jawa Tengah, Mushaf Sundawi yang menampilkan iluminasi ragam hias khas Jawa Barat, dan Mushaf Malaysia yang menampilkan iluminasi ragam khas Malaysia. Ditampilkan pula al-Quran standar Departemen Agama RI, al-Quran biasa dan al-Quran Braille untuk umat Islam tunanetra. Disajikan juga al-Quran Interaktif dalam bentuk software (perangkat lunak) computer yang dapat dioperasikan secara digital seperti program-program aplikasi komputer lainnya. Ruang peraga Museum Istiqlal menyimpan dan memamerkan benda-benda budaya yang telah berabad lamanya, menembus peradaban suku, bahasa, daerah, dan adat istiadat di Indonesia. Kejayaan historis masa lalu dan masa kini berbaur dalam suatu peristiwa. Manuskrip al-Quran, benda-benda tradisi dan warisan, arsitek, seni rupa kontemporer, serta benda islami lainnya, semua tersimpan di sini, sebagai hasil implementasi dan implikasi budaya yang bersumber dari al-Quran. Bangunan Bayt al-Quran & Museum Istiqlal berlantai 4 dengan lingkungan yang jauh dari polusi memiliki fasilitas ruangan yang lengkap seperti, serba guna (main hall), auditorium, audiovisual, ruang kelas, pameran, balkon, dan lain-lain. Semua itu dapat digunakan untuk mengadakan kegiatan seperti, seminar, pertunjukkan, pameran, perlombaan, forum ilmiah, syukuran, dan lain-lain.

Вам также может понравиться