Вы находитесь на странице: 1из 4

Pengaruh Moderisme terhadap Gaya Hidup dan Pola Konsumsi Makan

Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004


DI TAHUN 1930-an, Thomas Robert Malthus dengan pesimis mengemukakan teori bahwa pertambahan penduduk akan menyebabkan masalah besar bagi ummat manusia. Menurut Malthus, pertumbuhan pangan yang digunakan sebagai konsumsi manusia tidak memiliki kecepatan yang sama, dalan hal ini lebih rendah, dibanding dengan kecepatan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk mengikuti deret hitung. Teori Malthus kini terbukti tidak benar. Di dalam teorinya Malthus mengabaikan kemampuan daya pikir manusia untuk memproduksi makanan. Data yang ada pada saat ini menunjukkan bahwa pertambahan pangan jauh melebihi cepatnya pertumbuhan penduduk. Masalah kelaparan yang terjadi di dunia ketiga saat ini bukanlah disebabkan oleh kekurangan pangan dunia, tetapi lebih disebabkan oleh masalah-masalah politik yang menyebabkan distribusi pangan menjadi tidak merata. Ledakan pangan merupakan salah satu produk modernisasi di bidang pembangunan pertanian. Kemajuan pembangunan di bidang pertanian dan bidang-bidang lainnya memiliki kaitan dan pengaruh dengan gaya hidup masyarakat. Salah satu dampak keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya penghasilan per kapita penduduk. Kenaikan penghasilan tentu saja akan mempengaruhi pola konsumsi pangan penduduk. Peningkatan penghasilan dalam keluarga akan menimbulkan pergeseran dalam pola konsumsi pangan. Dalam masyarakat yang berpenghasilan rendah, biasanya makanan mereka lebih didominasi oleh karbohidrat. Itulah hal yang menyebabkan masyarakat yang berpenghasilan rendah cukup sering mengalami kekurangan protein. Protein yang mereka konsumsi pada umumnya berasal dari protein hewani yang berkadar relatif rendah. Kemajuan pembangunan telah menghasilkan berbagai jenis konsumsi makanan dalam jumlah yang berlimpah. Jumlah ternak yang diproduksi oleh perusahaan peternakan dan perikanan dari hari ke hari semakin berlipat ganda. Demikian pula dengan produksi makanan ringan yang tersedia, yang telah dikemas dan siap dikonsumsi setiap saat. Kini terdapat puluhan jenis seperti potato chips, cassava chips, kerupuk udang, usus ayam, dan lain-lain yang diproduksi oleh berbagai perusahaan industri makanan. Selain itu, adanya ratusan macam restoran yang menyediakan berupa-rupa jenis masakan adalah indikator lain dari telah terjadinya pergeseran pola konsumsi pangan. Kehadiran makanan dalam jumlah yang semakin banyak, baik dari segi variasi maupun kuantitas yang sedemikian rupa tersebut semakin meningkat. Untuk menciptakan kebutuhan (demand) terhadap makanan yang diprodusi oleh pabrik atau restoran, tersedia berbagai jenis majalah, koran, televisi dan radio. Kalau kita membuka majalah wanita, yang kini jumlah dan jenisnya semakin banyak, jarang sekali kita tidak menjumpai iklan yang berkaitan dengan makanan. Majalah untuk anak-anak yang diproduksi oleh para konglomerat pers seringkali diisi oleh iklan tentang makanan kesukaan anak-anak, misalnya tentang coklat, kembang gula, dan bebagai jenis chips. Demikian pula dengan televisi, terutama TV swasta. Iklan-iklan yang ditayangkan jelas-jelas mendorong masyarakat untuk konsumtif. Tak kurang dari itu, yang juga gencar mengiklankan produk makanan adalah radio swasta dan RRI. Peranan keduanya di dalam mengiklankan produk makanan cukup besar. Peningkatan penghasilan perkapita tentu saja akan menigkatkan daya

beli mayarakat di bidang media massa. Dalam masyarakat informasi seperti sekarang ini kebutuhan akan informasi dipenuhi oleh media massa, yang sekaligus merangsang konsumsi pangan pembaca melalui iklan tentang makanan. Meningkatnya penghasilan masyarakat dan banyaknya rayuan iklan tentang produksi barang, baik makanan atau barang lainnya menyebabkan gaya hidup manusia menjadi bersifat konsumtif. Kecanduan belanja (shopoholics) seiring dengan semakin berkembangnya jumlah pasar swayalan, akan mempengaruhi konsumsi pangan. Tersedianya berbagai produk makanan seperti biskuit, coklat, minuman, daging, dan buah-buahan yang dikemas dengan apik di pasar swalayan, membuat pengunjung pasar swalayan menjadi tergoda untuk membeli. Walaupun sebenarnya mereka tidak memerlukan makanan tersebut, tetapi karena godaan produk mereka akan membelinya. Modernisasi, Gaya Hidup dan Pola Konsumsi Pangan Modernisasi memiliki pengaruh besar terhadap gaya hidup anggota masyarakat. Gaya hidup suka belanja (shopoholics), senantiasa ketat dengan waktu, keterlibatan dalam bisnis, adalah beberap contoh dari gaya hidup yang akan ada kaitannya dengan pola konsumsi pangan. Gaya hidup lain yang dapat pula berpengaruh adalah menjamaknya kebiasaan merayakan hari-hari penting seperti hari ulang tahun, perkawinan , syukuran, dan lain-lain di restoran. Bagi orang-orang modern, gaya hidup semacam itu dapat dilakukan demi gengsi di mata orang lain. Orang Sibuk Banyak ciri yang melekat pada masyarakat modern. Salah satu cirinya adalah penghargaan terhadap waktu. Manusia modern ingin berbuat sebanyak-banyaknya dalam tempo yang tersedia selama dua puluh empat jam. Di dalam masyarakat modern ada sekelompok orang yang disebut gila kerja (workaholics), yang berkerja sangat keras mendekati 18 jam perhari. Mereka ini antara lain, adalah manajer perusahaan, ilmuwan yang tekun, orang penting di dalam birokrasi, dan pedagang. Sifat yang menghargai waktu yang demikian ini mempengaruhi pola konsumsi pangan mereka. Mereka menginginkan agar waktu yang tersedia untuk urusan makan tidak terlalu banyak yang terbuang. Mereka biasanya akan sangat membutuhkan bantuan restoran yang dapat melayani mereka dengan cepat dalam hal makanan. Tersedianya berbagai restoran fast-food yang dapat menyediakan makanan dalam waktu cepat adalah akibat tuntutan kelompok masyarakat demikian ini. Kesibukan luar biasa dalam perkerjaan sehari-hari akan membuat kehidupan menjadi penuh dengan stres. Tingginya konsumsi alkohol di negara Barat salah satu penyebab stresnya adalah stres kehidupan yang bersumber dari kehidupan yang serba cepat. Upaya untuk menghilangkan stres ini, bagi mereka yang tergolong berkantong tebal, adalah dengan mendatangi restoran yang dapat memberikan suasana ketenangan. Di kota-kota besar banyak restoran yang suasananya mengasyikkan, tenang dan damai. Dekorasi restoran yang dihiasi dengan air terjun buatan, aquarium, atau tanaman hias dirancang untuk menghadirkan suasana sejuk dan damai. Restoran ini tentu saja tarifnya akan mahal, karena ia tidak hanya menyajikan makanan, tetapi juga menyajikan suasana yang menenangkan pikiran. Bagi orang sibuk, makan di restoran adalah salah satu upaya untuk mendekatkan dirinya dengan anggota keluarga. Pergi bersama dan makan bersama di restoran dirasakan akan menghangatkan suasana keluarga. Selain menghangatkan suasana keluarga, tentu saja makan di restoran akan berguna untuk mengatasi kejenuhan dengan makanan yang dibuat sendiri di rumah. Orang Bisnis

Bagi anggota masyarakat yang bergerak di bidang bisnis, restoran adalah tempat yang baik untuk melakukan negosiasi bisnis. Suasana santai sambil makan biasanya akan memperlancar negosiasi bisnis. Mitra bisnis yang menawarkan makan siang atau makan malam di resrtoan biasanya akan memilih restoran yang bergengsi, karena tinggi rendahnya gengsi restoran dianggap akan mempengaruhi gengsi dia sebagai bisnismen. Di Jakarta ada beberapa restoran yang tarifnya sampai jutaaan rupiah sekali makan buat empat orang. Seorang bisnismen yang sudah maju seringkali terlibat dengan banyak negosiasi. Uang yang dikeluarkan dari koceknya untuk membayar rekening restoran tempat negosiasi bisa mencapai puluhan juta rupiah perbulan. Memperingati Hari Penting Gaya hidup lain yang kini menonjol di kalangan masyarakat golongan menengah ke atas adalah kebiasaan merayakan hari-hari penting di restoran. Jangan heran bila suatu ketika kita menyaksikan sekumpulan besar anak-anak SMA berada di suatu restoran bergengsi hanya dengan tujuan untuk merayakan hari ulang tahun salah seorang temannya. Selain ulang tahun, perayaan yang melibatkan restoran adalah perayaan lulus sekolah, mulai dari tingkat SLP, SLA dan Perguruan Tinggi. Kegembiraan menyelesaikan studi ini dilampiaskan dengna pesta gembira di rumah makan. Kebiasaan Mentraktir Dalam buku Kebudayaan dan Mentalitet, Prof. Koentjaraningrat menulis tentang sifat bangsa Indonesia. Menurut Koentjaraningrat, berbeda dengan masyarakat industri maju yang hidup hemat, bangsa Indonesia tergolong orang yang hidup boros. Bila bangsa Barat mendapat rezeki nomplok biasanya akan menabungkan uang tersebut, tetapi bila bangsa Indonesia mendapat rezeki nomplok mereka akan membelanjakan uang tersebut untuk mentraktir teman-temannya makan di restoran. Gaya hidup boros suka nraktir ini adalah gaya yang cukup menonjol di masyarakat kita. Tentu saja hal ini akan berkaitan dengan pola konsumsi pangan. Kecemasan dan Frustasi Kehidupan modern telah menghancurkan tatanan kejiwaan manusia. Hidup manusia modern dilanda kecemasan dan ketegangan jiwa. Demikian pendapat beberapa ahli psikologi. Seperti Erich From, Carl Gustav Jung, dan Rollo May. Gejala depresi melanda sekitar 20 persen penduduk Amerika Serikat saat ini. Tersedia berbagai upaya untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan jiwa. Salah satunya adalah melalui makanan. Cukup sering terjadi mereka yang dilanda ketegangan jiwa mengkompensasi ketegangan jiwanya dengan cara makan berlebihan. Akibat Pergeseran Pola Konsumsi Pangan Akibat dari keadaan yang dikemukakan di atas adalah terjadinya apa yang disebut dengna peledakan gemuk dan mewabahnya penyakit karena makanan. Ledakan gemuk (Fat Explosion). Kelebihan kalori menyebabkan orang menjadi gemuk. Satu kilo gram gemuk secara kasar akan berjumlah sekitar 8000 kalori. Untuk menurunkan berat badan sebayak setengah kilo per minggu diperlukan upaya untuk membakar sekitar 600 kalori perhari. Tanpa usaha yng khusus tentu akan sulit untuk menurunkan berat badan. Gaya hidup yang semakin banyak duduk (di kendaraan, di tempat kerja, dan rumah) akan menyebabkan kalori ini menumpuk menjadi gemuk dalam tubuh.

Penulis tidak tahu persis berapa jumlah orang gemuk di Indonesia, di Amerika Serikat, diduga sekitar 40 sampai 80 juta orang yang berat badannya jauh di atas berat badan normal. Oleh karena tubuh gemuk dianggap merugikan dari segi penampilan , kini banyak upaya yang dikembangkan untuk menurunkan berat badan. Dari segi produksi makanan, banyak muncul kecenderungan memproduksi makanan yang berkalori rendah. Misalnya minuman diet, makanan diet yang kalorinya sangat rendah. Selain usaha melalui makanan, usaha yang sifatnya non-makan banyak dikembangkan untuk megurangi berat badan. Fitness Center, Aerobic Club, adalah lahan bisnis di bidang penurunan berat badan, yang kini berkembang pesat di Indonesia. Selain itu berbagai jenis obat dan jamu tradisional dikembangkan untuk menghalau kegemukan. Upaya pengurangan berat badan melalui pakaian pun sudah dikembangkan. Kini tersedia ikat pinggang yang dapat mengecilkan perut. Kebiasaan berpuasa demi mengurangi berat badan juga berkembang pesat di Amerika Serikat. Sekitar 10 juta orang menggunakan terapi puasa di Amerika Serikat demi kelangsingan tubuh. Tiga buah buku yang dikarang oleh Dr. Alan Cott tentang puasa menjadi best seller di USA. Buku-buku tersebut adalah Fasting as a Way of Life; Why Fasting, dan Fasting as an Ultimate Diet. Berbagai terapi kegemukan juga telah dikembangkan untuk mengurangi kegemukan atau obesitas di kalangan mereka yang terlanda peledakan gemuk. Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa kegemukan berkorelasi dengan adanya ketegangan jiwa dan kecemasan. Psikoterapi dan terapi perilaku (behaviour therapy) adalah berbagai cara yang dikembangkan oleh psikolog untuk mengurangi kegemukan. Walaupun cara ini belum banyak dipakai di Indonesia, namun diduga permintaan akan terapi jenis ini akan meningkat di masa yang akan datang. Ledakan Kolesterol. Pola makan yang berlebihan seringkali menyebabkan tingginya kadar kolesterol dalam darah. Ini merupakan salah satu ancaman nyata bagi kesehatan jantung. Perubahan gaya hidup yang semakin sibuk dan semakin banyak kolesterol yang masuk ke tubuh menyebabkan prevalensi penyakit jantung meningkat. Penyakit ini adalah penyakit yang menduduki ranking paling atas sebagai pembunuh manusia-manusia modern. Berbagai upaya mengatasi ledakan kolesterol ini dilakukan, antara lain melalui penyediaan makanan dengan kolesterol rendah. Di Amerika Serikat ada peraturan bahwa resturan harus memakai minyak jagung yang kadar kolesterolnya rendah. Bisnis makanan yang menjual makanan kolesterol rendah berkembang dengan pesat di negara Barat. Demikianlah sekelumit ulasan mengenai keterkaitan antara modernisme, gaya hidup, dan pola makanan beserta akibat-akibatnya, termasuk salah satunya terhadap dunia pemasaran.

Вам также может понравиться