Вы находитесь на странице: 1из 71

TIN1AUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inIlamasi dalam
membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deIormitas
lebih lanjut.
( Susan Martin Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inIlamasi yang terutama
mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.
( Diane C. Baughman. 2000 )
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inIlamasi kronik dengan
maniIestasi utama poliartritis progresiI dan melibatkan seluruh organ tubuh.
( AriI Mansjour. 2001 )
2.2. INSIDEN
AR terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun dengan puncak insiden
antara usia 40 tahun dan 60 tahun. Wanita terkena dua sampai tiga kali lebih
sering dari pada pria.
2.3. ETIOLOGI
AR adalah suatu penyakit otoimun yang timbul pada individu individu
yang rentang setelah respon imun terhadap agen pencetus yang tidak diketahui.
Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang
menginIeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon
antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG. Walaupun respon
ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR
mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi Ig G
semula. Antibodi ynng ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut Iaktor
rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan
kronik dan destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik
terhadap penyakit autoimun.

2.4. PATOFISIOLOGI
Faktor genetik, inIeksi

Sasaran primer Sinovium

Sinovitis ProliIeratiI




Pelepasan kolagenesa & produksi lisozim o/ Iagosit Pembengkakan, kekakuan pergelangan tangan & sendi
jari tangan

Erosi sendi & periartikularis P`katan tekanan sendi distensi serta putusnya kapsula &
ligamentum








Kista dan kolaps sendi Sublaksasi sendi MCP & p`kembangan penyimpangan ulna klasik
sering timbul



Hiperekstensi / deIormitas Ileksi bisa b`kembang dlm sendi IP ibu
jari tangan, sendi PIP jr tgn, sendi MCP & IP jr tgn

Tenosinovitis, jari tng pelatuk, rupture tendo & sindroma
terowongan kaspal lazim di temukan

2.5. MANIFESTASI KLINIS
1. Ditetapkan dengan tahapan dan keparahan penyakit.
2. Nyeri sendi, bengkak, hangat, eritema, dan kurang berIungsi adalah
gambaran klinis yang klasik.
3. Palpitasi persendian menunjukan jaringan spon atau boggi.
4. Seringkali dapat diaspirasi cairan dari sendi yang mengalami
pembengkakan.

Pola karakteristik dari persendian yang terkena
1. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.
2. Secara progresiI menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku,
pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
3. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.


4. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari
berlangsung selama lebih dari 30 menit.
5. DeIormitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Gambaran Ekstra-artikular
1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia
2. Fenomena Raynaud.
3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di
temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.
2.6. EVALUASI DIAGNOSIS
1. Beberapa Iaktor yang menujang diagnosa AR: nodulus reumatoid,
inIlamasi sendi, temuan laboraturium.
2. Faktor reumatoid ( FR ) terdapat lebih dari 80 pada darah pasien.
3. jumlah sel darah merah dan komponen komplemen C4 menurun.
2.7. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum yang lengkap penting di lakukan. Disamping menilai
adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatian juga hal hal berikut ini :
1. Keadaan umum komplikasi steroid, berat badan.
2. Tangan meliputi vaskulitasi dan Iungsi tangan.
3. Lengan siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar
limIe aksila.
4. Wajah. Periksa mata untuk sindroma Sjorgen, skleritis, episkleritis,
skleromalasia perIorans, katarak, anemia dan tanda tanda hiperviskositas
pada Iundus. Kelenjar parotis membesar ( sinroma Sjogren ). Mulut (
kering, karies dentis, ulkus ), suara serak, sendi temporomandibula (
krepitus ). Catatan : artritis rematoid tidak menyebabkan iritasi.
5. Leher adanya tanda tanda terkenanya tulang servikal.
6. Toraks. Jantung ( adanya perikarditis, deIek konduksi, inkompetensi katup
aorta dan mitral ). Paru paru ( adanya eIusi pleural, Iibrosis, nodul inIark,
sindroma Caplan ).
7. Abdomen adanya splenomegali dan nyeri tekan apigastrik.
8. Panggul dan lutut.
9. Tungkai bawah adanya ulkus, pembengkakan betis ( kista Baker yang
reptur ) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda tanda kompresi
medulla spinalis.
10.Kaki.
11.Urinalisis untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk
menentukan adanya darah.
2.8. PEMERIKSAAN PENUN1ANG
Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan diagnosa
klinis)
1. Tes serologik
(a) Iaktor rematoid 70 pasien bersiIat seronegatiI.
Catatan: 100 dengan Iactor rematoid yang positiI jika terdapat nodul
atasindroma
Sjogren
(b) Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positiI terdapat pada kira-kira
20 kasus
2. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang
dapat di te
mukan adalah:
(a) pembekakan jaringan lunak;
(b) penympitan rongga sendi;
(c) erosi sendi;
(d) osteoporosis juksta artikuler;

Untuk menilai aktivitas penyakit:
1. Erosi progresiI pada Ioto sinar X serial.
2. LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada
artritis reumatoid meliputi :
(a) penyakit aktiI ;
(b) amiloidosis ;
(c) inIeksi ;
(d) sindroma Sjorgen ;
3. Anemia berat ringannya anemia normakromik biasanya berkaitan
dengan aktiIitas.
4. Titer Iactor rematoid makin tinggi titernya makin mungkin terdapat
kelainan ekstra artikuler. Faktor ini terkait dengan aktiIitas artritis.
2.9. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inIlamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modiIying
antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi Iaktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraI yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
2.10. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan termasuk penyuluhan, keseimbangan antara istirahat
dan latihan, dan rujukan lembaga di komunitas untuk mendapatkan dukungan.
1. AR dini : penatalaksanaan pengobatan termasuk dosis terapeutik salisilat
atau obat obat antiinIlamasi nonsteroid ( NSAIDS ); antimalaria emas,
pensilamin, atau sulIasalazin, methotreksat; analgetik selama periode nyeri
hebat.
2. AR sedang , erosit: program Iormal terapi okupasi dan terapi Iisik.
3. AR persisten, erisiI; pembedahan rekonstruksi dan kortikosteroid.
4. AR tahap lanjut yang tak pulih: preparat immunosupresiI, seperti
metotreksat, siklosIosIamid, dan azatioprin.
5. Pasien AR sering mengalami anoreksia, penurunan berat badan, dan
anemia, sehingga membutuhkan pengkajian riwayat diit yang sangat
cermat untuk mengidntiIikasi kebiasaan makan dan makanan yang disukai.
( kortikosteroid dapat menstimulasi napsu makan dan menyebabkan
penambahan berat badan ).
2.11. PROGNOSIS
Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung pada
ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 70 pasien
artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk. Golongan ini
umumya meninggi 10 15 tahun lebih cepat dari pada orang tanpa arthritis
rheumatoid. Penyebab kematiannya adalah inIeksi, penyakit jantung, gagal
pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna. Umumnya mereka memiliki
keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah sendi yang mengalami peradangan,
dengan maniIestasi ekstraartikuler, dan tingkat pendidikan yang rendah. Golongan
ini memerlukan terapi secara agresiI dan dini karena kerusakan tulang yang luas
dapat terjadi dalam 2 tahun pertama.

BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3.1. PENGKA1IAN
1. Kaji citra diri pasien yang berhubungan dengan perubahan muskuloskletal
dan tetapkan apakah pasien mengalami keletihan yang tidak lazim,
kelemahan umum, nyeri, kaku pada pagi hari, demam, atau anoraksia.
2. Kaji sistem kardiovaskular, pulmonal, dan renal.
3. Kaji persendian dengan pengamatan, palpasi, penyelidikan adanya nyeri
tekan, bengkak , dan kemerahan pada sendi yang terkena.
4. Kaji mobilitas sendi, batasan gerak, dan kekuatan otot.
5. Fokuskan pada pengidentiIikasi masalah dan Iaktor Iaktor pasien.
6. Kaji kepatuhan terhadap pengobatan dan penatalaksanaan diri.
7. Kumpulan inIormasi mengenai pemahaman pasien, motivasi, pengetahuan,
kemampuan koping, penglaman masa lalu, persepsi dan ketakutan yang
tidak diketahui.
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan inIlamasi, kerusakan jaringan, dan
immobilitas sendi.
2. Kerusakan immobilitas Iisik yang berhubungan dengan keterbatasan
gerakan sendi.
3. Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketergantungan Iisik dan
psikologis dari penyakit kronis dan kehilangan kebebasan.
3.3. INTERVENSI
DX I :
1. Kaji tingkat nyeri
2. Ajarkan dan lakukan teknik teknik penatalaksanan nyeri untuk
penatalaksanaan jangka pendek segera ( misal gunakan kompres panas dan
dingin, istirahat, dan analgesik ).
3. Ajarkan tentang penatalaksaan nyeri jangka panjang ( misal penggunaan
obat obat antiinIlamasi, menetapkan regimen latihan untuk
mempertahankan mobilitas sendi, dan teknik teknik relaksasi ).
4. Berikan tindakan yang menghasilkan rasa nyaman ketika memberikan
perawatan.
5. Buat pengharapan yang realitis sehingga pasien dan orang terdekat
mengenali bahwa nyeri dapat dikontrol tergantung pada aktivitas penyakit.
DX II :
1. Hilangkan nyeri menetap dan kekakuan pada pagi hari untuk
meningkatkan kemampuan mobilitas dan perawatan diri pasien.
2. Bantu dan ajarkan dan / atau latihan rentang gerak aktiI setelah tindakan
kompres panas.
3. Kembangkan dan ajarkan rencana program latihan setiap hari
4. Observasi toleransi pasien terhadap program latihan.
5. Dorong aktivitas perawatan diri dan kemandirian.
6. Pertahankan periode istirahat terencana.
7. Pertahankan lingkungan yang aman.
DX III :
1. Coba untuk memahami reaksi emosional pasien terhadap penyakit.
2. Beri semangat untuk melakukan komunikasi sehingga pasien dan keluarga
dapat mengungkapkan perasaan, persepsi, dan ketakutannya yang
berhubungan dengan penyakit.
3. Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk patuh terhadap program
penatalaksanaan sehingga memungkinkan untuk mencapai hasil yang lebih
positiI.
4. Anjurkan mengungkapkan rasa takut dan ansietes terhadap proses
penyakit.
5. Bantu pasien dalam memilih keterampilan.
6. Terima perubahan prilaku: menyangkal, ketidakberdayaan, ansietas,
ketergantungan.
7. Bersikap suportiI tetapi tegas dalam menyusun tujuan.
8. Tingkatkan perawatan diri dan libatkan dalam perencanaan perawatan.
9. Dorong kemandirian dan berikan penghargaan trhadap penyelesaian tugas.
10.Modivikasi lingkungan dan sediakan waktu untuk pasien mencapai tujuan.
11.Diskusikan perlunya pembatasan dan perubahan gaya hidup ; berikan
empati dan pemahaman.


















ASKEP ARTRITIS PIRAI (GOUT)
Label: Askep medikal bedah, Perkuliahan
I. KONSEP DASAR

A. Pengertian
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inIlamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi sebagai akibat dari
hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkn
karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Gout
mungkin primer atau sekunder.
- Gout primer
Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih atau
akibat penurunan ekresi asam urat
- Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau ekresi asam urat
yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.

C. Etiologi
Gout disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau
ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebakan hyperuricemia.
Hyperuricemia pada penyakit ini disebabakan oleh :
Pembentukan asam urat yang berlebih.
Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih karana
penyakit lain, seperti leukimia.


Kurang asam urat melalui ginjal.
Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal yang
sehat. Penyabab tidak diketahui
Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya
glumeroneIritis kronik atau gagal ginjal kronik.

D. PatoIisiologi
Banyak Iaktor yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yang
telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme
serangan gout akut berlangsung melalui beberapa Iase secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma
lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-
artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan
negatiI akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein. Pembungkusan
dengan IgG akan merangsang netroIil untuk berespon terhadap pembentukan
kristal.
2. Respon leukosit polimorIonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan Iaktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi Iagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
Kristal diIagositosis olah leukosit membentuk Iagolisosom dan akhirnya
membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan
membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inIlamasi dan kerusakan jaringan.

E. Gambaran klinis
Fase akut
Biasanya timbul tiba-tiba, tanda-tanda awitan serangan gout adalah rasa sakit yang
hebat dan peradangan lokal. Kulit diatasnya mengkilat dengan reaksi sistemik
berupa demam, menggigil, malaise dan sakit kepala. Yang paling sering terserang
mula-mula adalah ibu jari kaki (sendi metatarsoIalangeal) tapi sendi lainnya juga
dapat terserang. Serangan ini cenderung sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari
meskipun tanpa terapi.
Fase kronis
Timbul dalam jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan rasa nyeri, kaku,
dan pegal. Akidat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan kronik.
Sendi yang bengkak akibai gout kronik sering besar dan berbentuk noduler. Tanda
yang mungkin muncul :
- Tampak deIormitas dan toIus subkutan.
- Terjadi pemimbunan kristal urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal.
- Terjadi uremi akibat penimbunan urat pada ginjal
- MikroskoIik tanpak kristal-kristal urat disekitar daerah nekrosisi.

F. Faktor yang berperan
- Diet tinggi purin, karen asam urat dibentuk dari purin.
- Kelaparan dan intake etil alkohol yang berlebih.
- Penggunaan obat diuritik, anti hipertensi, salisilat dosis rendah.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan non medik.
a. Diet rendah purin.
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
b. Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
Penatalaksanaan medik.
a. Fase akut.
Obat yang digunakan :
1. Colchicine (0,6 mg)
2. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
3. Fenilbutazon.
b. Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah
komplikasi.
1. Golongan urikosurik
- Probenasid, adalah jenis obat yang berIungsi menurunkan asam urat dalam
serum.
- SulIinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.
- Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
- Benzbromaron.
2. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin
menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.


II. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.
a. Identitas pasien.
b. Keluhan utama.
Nyeri pada daerah persendian.
c. Riwayat kesehatan.
Riwayat adanya Iaktor resiko :
- Peningkatan kadar asam urat serum.
- Riwayat keluarga positiI.

B. Pemeriksaan Iisik.
Pemeriksaan Iisik berdasarkan pengkajin Iungsi muskuluskletal dapat
menunjukan :
- Ukuran sendi normal dengan mobilitas penuh bila pada remisi.
- ToIu dengan gout kronis. Ini temuan paling bermakna.
- Laporan episode serangan gout.

C. Pemeriksaan diagnostik.
- Kadar asam urat serum meningkat.
- Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat.
- Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat.
- Analisis cairan sinovial dari sendi terinIlamasi atau toIi menunjukan kristal urat
monosodium yang membuat diagnosis.
- Sinar X sendi menunjukan massa toIaseus dan destruksi tulang dan perubahan
sendi.


D. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri behubungan dengan kerusakan integritas jaringan sekunder tehadap gout
ditandai dengan pasien mengunkapkan ketidak nyamanan, merintih, melindungi
sisi yang sakit, meringis.

Kreteria evaluasi : nyeri berkurang
Intervensi :
1. Pantau kadar asam urat serum.
2. Berikan istirahat dengan kaki ditnggikan.
3. Berikan kantung es atau panas basah.
4. Berikan analgesik yang diprogramkan.
5. Berikan obat anti gout yang diresepkan dan evaluasi keeIektiIannya.
6. Instruksikan pasien untuk minim2-3 liter cairan setiap hari dan meningkatkan
masukn makanan pembuat alkalis seperti susu, buah sitrun dan daging.

2. Resiko tinggi terhadap perubahan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, dan rencana tindakan,
koping tidak eIektiI pada kondisi kronis, ditandai dengan pasien mengungkapkan
ketidak pahaman dan meminta inIormasi.

Kreteria evaluasi : mengunkapakan pemahaman tentang instruksi perawatan diri
dan rencana perawatan dan pengobatan.
Intervensi :
1. Berikan inIormasi tentang kondisi, proses penyakit dan rencana pengobatan.
2. Ajarkan pasien apa yang harus dilakukan selama serangan, instruksi meliputi :
- Mengistirahatkan sendi yang nyeri.
- Tinggikan eksrtemitas dan berikan kantung es atau panas basah.
- Hindarkan aktivitas yang meningkatkan ketidak nyamanan.
3. Ajarkn pasien bagaimana mengontrol serangan gout, instruksi harus meliputi :
- Menghidarkan Iaktor pencetus.
- Mengunakan obat anti gout sesuai resep.

Diagnosa keperawatan lain yang mungkin muncul.
1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan, sendi
benkok, deIormitas.
2. Resiko cidera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa nyeri.
3. Ganguan aktivitas sehari-hari berhubungandengan terbatasnya gerakan
sekunder akibat nyeri pada persendian.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddath. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Jakarta. 2001
Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 1998
Long, Barbara C. Keperawatan Medikal Bedah 3. Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Padjajaran. Bandung. 1996
Price, Sylvia Anderson. Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. EGC. 1990
Soeparman. Waspadji, Sarwono. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta. 1998
StaI Pengajar Bagian Patologik Akademik. Patologi. Fakultas Kedokteran UI.
Jakarta. 1994
























Askep Artritis Reumatoid
( Asuhan Keperawatan Klien Artritis Reumatoid )
Nursing Care Plan on Clients Rheumatoid Arthritis
Pengertian Artritis Reumatoid
Artritis Reumatoid (Rheumatoid arthritis) is a chronic inIlammatory disease
with primary maniIestation poliartritis progressive and involve all the organs, jadi
merupakan suatu penyakit inIlamasi kronik dengan maniIestasi utama poliartritis
progresiI dan melibatkan seluruh organ tubuh. (AriI Mansjour. 2001)
Artritis reumatoid adalah suatu
penyakit inIlamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliIerasi membran sinovial, yang
menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deIormitas. (Doenges, E
Marilynn, 2000 : hal 859)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inIlamasi sistemik kronik dengan
maniIestasi utama poliartritis progresiI dan melibatkan seluruh organ
tubuh.(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)
Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inIlamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit inIlamasi non- bakterial yang bersiIat sistemik,
progesiI, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inIlamasi dalam membrane sinovial
yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deIormitas lebih lanjut.(Susan
Martin Tucker.1998)
Penyebab / Etiologi Artritis Reumatoid

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya
merupakan kombinasi dari Iaktor genetik, lingkungan, hormonal dan Iaktor sistem
reproduksi. Namun Iaktor pencetus terbesar adalah Iaktor inIeksi seperti bakteri,
mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
1. InIeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimmun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh Iaktor autoimun dan
inIeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; Iaktor inIeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup diIterioid
yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
Epidemiologi Artritis Reumatoid

Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan
tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis
rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria
sebesar 3: 1. kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering
dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan
terdapatnya Iaktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu Iaktor yang
berpengaruh pada penyakit ini.
Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid

Ada beberapa gambaran / maniIestasi klinik yang ditemukan pada penderita
reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat
bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang naIsu makan, berat badan
menurun dan demam.
b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada
sendi periIer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan
sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi
yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersiIat umum tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosiI merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang
.
e. DeIormitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak
tangan dan jari, deIormitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa
deIormitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat
tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-
sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan
bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.
I. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari
deIormitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk
suatu penyakit yang aktiI dan lebih berat.
g. ManiIestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang
organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis, sistem
cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktiI yang berat, lesi inIlamatiI
yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup
jantung, lesi ini dapat menyebabkan disIungsi katup, Ienomena embolissasi,
gangguan konduksi dan kardiomiopati.
Patofisiologi Artritis Reumatoid
Membran syinovial pada pasien reumatoid artritis mengalami hiperplasia,
peningkatan vaskulariasi, dan ilIiltrasi sel-sel pencetus inIlamasi, terutama sel T
CD4. Sel T CD4 ini sangat berperan dalam respon immun. Pada penelitian
terbaru di bidang genetik, reumatoid artritis sangat berhubungan dengan major-
histocompatibility-complex class II antigen HLA-DRB1*0404 dan DRB1*0401.
Fungsi utama dari molekul HLA class II adalah untuk mempresentasikan
antigenic peptide kepada CD4 sel T yang menujukkan bahwa reumatoid artritis
disebabkan oleh arthritogenic yang belim teridentiIikasi. Antigen ini bisa berupa
antigen eksogen, seperti protein virus atau protein antigen endogen. Baru-baru ini
sejumlah antigen endogen telah teridentiIikasi, seperti citrullinated protein dan
human cartilage glycoprotein 39.

PatoIisiologi Artritis Reumatoid
Antigen mengaktivasi CD4 sel T yang menstimulasi monosit, makroIag dan
syinovial Iibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-u
untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan
bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti
interIeron- dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-u merupakan
kunci terjadinya inIlamasi pada rheumatoid arthritis.
ArktiIasi CD4 sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung
dan ikatan dengan u
1

2
integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi
immunoglobulin meliputi rheumatoid Iaktor. Sebenarnya Iungsi dari rhumetoid
Iaktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara
pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid Iaktor mengaktiIlkan berbagai
komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktiIasi CD4 sel T juga
mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan
gangguan sendi. AktiIasi makroIag, limIosit dan Iibroblas juga menstimulasi
angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada
synovial penderita reumatoid artritis.
Komplikasi Artritis Reumatoid
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inIlamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modiIying
antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi Iaktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraI yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
Diagnostik Artritis Reumatoid

Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada Ioto rontgen.
Kriteria artritis rematoid menurut American reumatism Association ( ARA )
adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning StiIIness ).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh eIusi cairan ) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersiIat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran Ioto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi Iaktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
O Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu
O DeIinitiI : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu.
O Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama 4 minggu.
Penatalaksanaan / Perawatan Artritis Reumatoid

Oleh karena kausa pasti arthritis reumatoid tidak diketahui maka tidak ada
pengobatan kausatiI yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-
benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang
diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresiIvtas
penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :
O Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
O Untuk mempertahankan Iungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita
O Untuk mencegah dan atau memperbaiki deIormitas yang terjadi pada sendi
O Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :
a. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan
pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa
saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi
pengertian, patoIisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan
(prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk
regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit
ini dan metode eIektiI tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana
penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu
seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa
istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesiIik dapat bermanIaat dalam mempertahankan Iungsi sendi. Latihan
ini mencakup gerakan aktiI dan pasiI pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua
kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai
latihan. Kompres hangat pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Mandi paraIin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi
dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi
ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan
khusus, seperti ahli terapi Iisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat
merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya
penyakit.
d. Diet/ Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian
diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti
kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
e. Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan
penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Konsep Keperawatan Artritis Reumatoid

Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi Iungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atroIi otot, kulit, kontraktur/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-Iaktor stres akut/ kronis: mis; Iinansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, Iaktor-Iaktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ )
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.
Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap
Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja )
Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan arthritis tanpa
pengujian.
Riwayat perikarditis, lesi katup, Iibrosis pulmonal, pleuritis.
Pertimbangan : DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.
Rencana Pemulanagan: Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi,
aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Pemeriksaan Diagnostik Artritis Reumatoid

Faktor Reumatoid : positiI pada 80-95 kasus.
Fiksasi lateks: PositiI pada 75 dari kasus-kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi : PositiI pada lebih dari 50 kasus-kasus khas.
LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat
Protein C-reaktiI: positiI selama masa eksaserbasi.
SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inIlamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi Iormasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida : identiIikasi peradangan sinovium
Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inIlamasi, produk-
produk pembuangan degeneratiI ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inIlamasi dan perkembangan
panas.
Prioritas Keperawatan
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilitas.
3. Meningkatkan monsep diri yang positiI
4. mendukung kemandirian
5. Memberikan inIormasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan
pengobatan.

Tujuan Pemulangan
1. Nyeri hilang/ terkontrol
2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.
4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.
Pohon Masalah

Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid

1. Nyeri Akut/ Kronis
Dapat dihubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inIlamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri,ketidaknyamanan, kelelahan.
BerIokus pada diri sendiri/ penyempitan Iokus
Perilaku distraksi/ respons autonomic
Perilaku yang bersiIart ahti-hati/ melindungi
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Mengikuti program Iarmakologis yang diresepkan
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional:
a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat Iaktor-
Iaktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu
dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keeIektiIan program)
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinIlamasi/nyeri)
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi)
d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi,
dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada
panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan)
I. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)
g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi
progresiI,sentuhan terapeutik, bioIeed back, visualisasi, pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan
rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping)Libatkan dalam
aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. (R/ MemIokuskan kembali
perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan
perasaan sehat)
h. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/
Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk
ikut serta dalam terapi)
i. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/
sebagai anti inIlamasi dan eIek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.)
j. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat
menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut)
2. Mobilitas Fisik,M Kerusakan
Dapat dihubungkan dengan : DeIormitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan
Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan
untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan Iisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan
otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).
asil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mempertahankan Iungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan Iungsi dari dan/ atau
konpensasi bagian tubuh.
Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inIlamasi/ rasa sakit pada sendi (R/
Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses
inIlamasi)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh
Iase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktiI/pasiI, demikiqan juga latihan resistiI dan
isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan Iungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/
bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/
Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/
Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi
sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
I. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah Ileksi leher)
g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan (R/ Memaksimalkan Iungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan
pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera
akibat kecelakaan/ jatuh)
i. Kolaborasi: konsul dengan Iisoterapi. (R/ Berguna dalam memIormulasikan
program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengidentiIikasikan alat)
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan
pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas)
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin
dibutuhkan untuk menekan sistem inIlamasi akut)
3. Gangguan Citra Tubuh/ Perubahan Penampilan Peran
Dapat dihubungkan dengan : Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-
tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan Iungsi dari bagian-bagian yang sakit.
Bicara negatiI tentang diri sendiri, Iokus pada kekuatan masa lalu, dan
penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan Iisik untuk melanjutkan peran, kehilangan
pekerjaan, ketergantungan p|ada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.
asil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan
masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentiIikasi rasa takut/ kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung)
b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memIungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. (R/MengidentiIikasi bagaimana
penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan
menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri
konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi)
e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode
koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)
I. Susun batasan pada perilaku mal adaptiI. Bantu pasien untuk mengidentiIikasi
perilaku positiI yang dapat membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri)
g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam terapi)
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankan
penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
i. Berikan bantuan positiI bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien untuk merasa
senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positiI. Meningkatkan rasa
percaya diri)
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri,
psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-
obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya
depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih
eIektiI)
4. Kurang Perawatan Diri
Dapat dihubungkan dengan : Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan,
daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.

asil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
MengidentiIikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:
a. Diskusikan tingkat Iungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat
melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada
keterbatasan saat ini).
b. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/
Mendukung kemandirian Iisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. IdentiIikasi /rencana
untuk modiIikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian,
yang akan meningkatkan harga diri)
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan
alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing,
menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk
mandi pancuran)
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan
evaluasi setelahnya. (R/ MengidentiIikasi masalah-masalah yang mungkin
dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)
I. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan
rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk
persiapan situasi di rumah)
5. Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah, Keruasakan, Resiko Tinggi
Terhadap
Faktor risiko meliputi : Proses penyakit degeneratiI jangka panjang, sistem
pendukung tidak adekuat.
Dapat dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala
membuat diagnosa menjadi aktual)
asil yang dihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.
Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang eIektiI dan tepat.
Intervensi dan Rasional:
a. Kaji tingkat Iungsi Iisik (R/ MengidentiIikasi bantuan/ dukungan yang
diperlukan)
b. Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri
sendiri. (R/ Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan
rumah untuk memenuhi kebutuhan individu)
c. Tentukan sumber-sumber Iinansial untuk memenuhi kebutuhan situasi
individual. IdentiIikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, mis:
membagi tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga. (R/ Menjamin bahwa
kebutuhan akan dipenuhi secara terus-menerus)
d. IdentiIikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: liIt, peninggian dudukan
toilet. (R/ Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang)
e. Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi. (R/
BermanIaat untuk mengidentiIikasi peralatan, cara-cara untuk mengubah tugas-
tugas untuk mengubah tugas-tugas untuk mempertahankan kemandirian)
I. Kolaborasi: IdentiIikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan pembantu
rumah tangga bila ada. (R/ Memberikan kemudahan berpindah pada/mendukung
kontinuitas dalam situasi rumah).
6. Kurang Pengetahuan ( Kebutuhan Belajar ), Mengenai Penyakit,
Prognosis, Dan Kebutuhan Pengobatan.
Dapat dihubungkan dengan : Kurangnya pemajanan/ mengingat.
Kesalahan interpretasi inIormasi.
Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan inIormasi, pernyataan kesalahan
konsep.
Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
asil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modiIikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi dan Rasional:
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. (R/ Memberikan
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan inIormasi)
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui
diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/ Tujuan
kontrol penyakit adalah untuk menekan inIlamasi sendiri/ jaringan lain untuk
mempertahankan Iungsi sendi dan mencegah deIormitas)
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi Iisik, dan manajemen stres. (R/
Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks)
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen Iarmakoterapeutik. (R/
Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada
waktu tidur. (R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan
meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)
I. IdentiIikasi eIek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan
gastrointestinal, dan ruam purpuruik. (R/ Memperpanjang dan memaksimalkan
dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan
kadar terapeutik darah yang tinggi)
g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan
obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter. (R/ Banyak produk
mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak
obat/ eIek samping yang berbahaya)
h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi. (R/ Meningkatkan perasaan sehat
umum dan perbaikan jaringan)
i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan inIormasi
penurunan berat badan sesuai kebutuhan. (R/ Pengurangan berat badan akan
mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak
kaki)
j. Berikan inIormasi mengenai alat bantu (R/ Mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih
nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)
k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk
mempersiapkan makanan dan mandi (R/ Mencegah kepenatan, memberikan
kemudahan perawatan diri, dan kemandirian)
l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat
maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap
meregang , tidak Ileksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan,
menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser
daripada mengangkat benda jika memungkinkan. ( R: mekanika tubuh yang baik
harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan
nyeri ).
m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah
bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat. ( R:
mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit )
n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis:
LED, Kadar salisilat, PT. ( R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/
perbaikan yang terus menerus untuk menjamin eIek optimal dan mencegah takar
lajak, eIek samping yang berbahaya.
o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan ( R: InIormasi mengenai posisi-
posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual
mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya
diri.).
p. IdentiIikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R:
bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal).
ibliograpby
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Afar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta:
EGC.
Marilynn E. Doenges dkk. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC,
1999.
Mansjoer, AriI. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilik 2. Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan. Jakarata : EGC, 1999

Askep Artritis
BAB I
PENDAULUAN
I.1 Latar Belakang
Artritis reumatoid merupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan.
Bisanya terdapat banyak tanda- tanda Iisik. Diagnosa penyakit ini mudah
ditegakkan. Tata laksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari
artritis reumatoid terjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat
pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki- laki. Terdapat insiden Iamilial (
HLA DR-4 ditemukan pada 70 pasien ).
Artritis reumatoid diyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang
tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin juga terdapat
predisposisi terhadap penyakit.
I.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Artritis
Reumatoid, dan sebagai bahan literatur bagi mahasiswa keperawatan.
1.2.2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dan
mahasiswa keperawatan dalam :
1. MengidentiIikasi tanda dan gejala Artritis Reumatoid.
2. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada penderita Artritis
Reumatoid.
3. Mencegah untuk tidak terjadinya komplikasi pada penderita Artritis.
BAB II
TIN1AUAN PUSTAKA
2.1. PENGERTIAN
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inIlamasi dalam
membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deIormitas
lebih lanjut.
( Susan Martin Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inIlamasi yang terutama
mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai
dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.
( Diane C. Baughman. 2000 )
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inIlamasi kronik dengan
maniIestasi utama poliartritis progresiI dan melibatkan seluruh organ tubuh.
( AriI Mansjour. 2001 )
2.2. INSIDEN
AR terjadi antara usia 30 tahun dan 50 tahun dengan puncak insiden
antara usia 40 tahun dan 60 tahun. Wanita terkena dua sampai tiga kali lebih
sering dari pada pria.
2.3. ETIOLOGI
AR adalah suatu penyakit otoimun yang timbul pada individu individu
yang rentang setelah respon imun terhadap agen pencetus yang tidak diketahui.
Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang
menginIeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon
antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai oleh IgG. Walaupun respon
ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR
mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi Ig G
semula. Antibodi ynng ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut Iaktor
rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan
kronik dan destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik
terhadap penyakit autoimun.

2.4. PATOFISIOLOGI
Faktor genetik, inIeksi

Sasaran primer Sinovium

Sinovitis ProliIeratiI




Pelepasan kolagenesa & produksi lisozim o/ Iagosit Pembengkakan, kekakuan pergelangan tangan & sendi
jari tangan

Erosi sendi & periartikularis P`katan tekanan sendi distensi serta putusnya kapsula &
ligamentum






Kista dan kolaps sendi Sublaksasi sendi MCP & p`kembangan penyimpangan ulna klasik
sering timbul



Hiperekstensi / deIormitas Ileksi bisa b`kembang dlm sendi IP ibu
jari tangan, sendi PIP jr tgn, sendi MCP & IP jr tgn

Tenosinovitis, jari tng pelatuk, rupture tendo & sindroma
terowongan kaspal lazim di temukan

2.5. MANIFESTASI KLINIS
1. Ditetapkan dengan tahapan dan keparahan penyakit.
2. Nyeri sendi, bengkak, hangat, eritema, dan kurang berIungsi adalah
gambaran klinis yang klasik.
3. Palpitasi persendian menunjukan jaringan spon atau boggi.
4. Seringkali dapat diaspirasi cairan dari sendi yang mengalami
pembengkakan.

Pola karakteristik dari persendian yang terkena
1. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.
2. Secara progresiI menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku,
pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
3. Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.




4. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari
berlangsung selama lebih dari 30 menit.
5. DeIormitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Gambaran Ekstra-artikular
1. Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia
2. Fenomena Raynaud.
3. Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di
temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.
2.6. EVALUASI DIAGNOSIS
1. Beberapa Iaktor yang menujang diagnosa AR: nodulus reumatoid,
inIlamasi sendi, temuan laboraturium.
2. Faktor reumatoid ( FR ) terdapat lebih dari 80 pada darah pasien.
3. jumlah sel darah merah dan komponen komplemen C4 menurun.
2.7. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum yang lengkap penting di lakukan. Disamping menilai
adanya sinovasi pada setiap sendi, perhatian juga hal hal berikut ini :
1. Keadaan umum komplikasi steroid, berat badan.
2. Tangan meliputi vaskulitasi dan Iungsi tangan.
3. Lengan siku dan sendi bahu, nodul rematoid dan pembesaran kelenjar
limIe aksila.
4. Wajah. Periksa mata untuk sindroma Sjorgen, skleritis, episkleritis,
skleromalasia perIorans, katarak, anemia dan tanda tanda hiperviskositas
pada Iundus. Kelenjar parotis membesar ( sinroma Sjogren ). Mulut (
kering, karies dentis, ulkus ), suara serak, sendi temporomandibula (
krepitus ). Catatan : artritis rematoid tidak menyebabkan iritasi.
5. Leher adanya tanda tanda terkenanya tulang servikal.
6. Toraks. Jantung ( adanya perikarditis, deIek konduksi, inkompetensi katup
aorta dan mitral ). Paru paru ( adanya eIusi pleural, Iibrosis, nodul inIark,
sindroma Caplan ).
7. Abdomen adanya splenomegali dan nyeri tekan apigastrik.
8. Panggul dan lutut.
9. Tungkai bawah adanya ulkus, pembengkakan betis ( kista Baker yang
reptur ) neuropati, mononeuritis multipleks dan tanda tanda kompresi
medulla spinalis.
10.Kaki.
11.Urinalisis untuk protein dan darah, serta pemeriksaan rektum untuk
menentukan adanya darah.
2.8. PEMERIKSAAN PENUN1ANG
Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan diagnosa
klinis)
1. Tes serologik
(a) Iaktor rematoid 70 pasien bersiIat seronegatiI.
Catatan: 100 dengan Iactor rematoid yang positiI jika terdapat nodul
atasindroma
Sjogren
(b) Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positiI terdapat pada kira-kira
20 kasus
2. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang
dapat di te
mukan adalah:
(a) pembekakan jaringan lunak;
(b) penympitan rongga sendi;
(c) erosi sendi;
(d) osteoporosis juksta artikuler;

Untuk menilai aktivitas penyakit:
1. Erosi progresiI pada Ioto sinar X serial.
2. LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada
artritis reumatoid meliputi :
(a) penyakit aktiI ;
(b) amiloidosis ;
(c) inIeksi ;
(d) sindroma Sjorgen ;
3. Anemia berat ringannya anemia normakromik biasanya berkaitan
dengan aktiIitas.
4. Titer Iactor rematoid makin tinggi titernya makin mungkin terdapat
kelainan ekstra artikuler. Faktor ini terkait dengan aktiIitas artritis.
2.9. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan
ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inIlamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modiIying
antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi Iaktor penyebab morbiditas dan
mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraI yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
2.10. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan termasuk penyuluhan, keseimbangan antara istirahat
dan latihan, dan rujukan lembaga di komunitas untuk mendapatkan dukungan.
1. AR dini : penatalaksanaan pengobatan termasuk dosis terapeutik salisilat
atau obat obat antiinIlamasi nonsteroid ( NSAIDS ); antimalaria emas,
pensilamin, atau sulIasalazin, methotreksat; analgetik selama periode nyeri
hebat.
2. AR sedang , erosit: program Iormal terapi okupasi dan terapi Iisik.
3. AR persisten, erisiI; pembedahan rekonstruksi dan kortikosteroid.
4. AR tahap lanjut yang tak pulih: preparat immunosupresiI, seperti
metotreksat, siklosIosIamid, dan azatioprin.
5. Pasien AR sering mengalami anoreksia, penurunan berat badan, dan
anemia, sehingga membutuhkan pengkajian riwayat diit yang sangat
cermat untuk mengidntiIikasi kebiasaan makan dan makanan yang disukai.
( kortikosteroid dapat menstimulasi napsu makan dan menyebabkan
penambahan berat badan ).
2.11. PROGNOSIS
Perjalanan penyakit artritis reumatoid sangat bervariasi, bergantung pada
ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu lama. Sekitar 50 70 pasien
artritis reumatoid akan mengalami prognosis yang lebih buruk. Golongan ini
umumya meninggi 10 15 tahun lebih cepat dari pada orang tanpa arthritis
rheumatoid. Penyebab kematiannya adalah inIeksi, penyakit jantung, gagal
pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit saluran cerna. Umumnya mereka memiliki
keadaan umum yang buruk, lebih dari 30 buah sendi yang mengalami peradangan,
dengan maniIestasi ekstraartikuler, dan tingkat pendidikan yang rendah. Golongan
ini memerlukan terapi secara agresiI dan dini karena kerusakan tulang yang luas
dapat terjadi dalam 2 tahun pertama.

BAB III
PROSES KEPERAWATAN
3.1. PENGKA1IAN
1. Kaji citra diri pasien yang berhubungan dengan perubahan muskuloskletal
dan tetapkan apakah pasien mengalami keletihan yang tidak lazim,
kelemahan umum, nyeri, kaku pada pagi hari, demam, atau anoraksia.
2. Kaji sistem kardiovaskular, pulmonal, dan renal.
3. Kaji persendian dengan pengamatan, palpasi, penyelidikan adanya nyeri
tekan, bengkak , dan kemerahan pada sendi yang terkena.
4. Kaji mobilitas sendi, batasan gerak, dan kekuatan otot.
5. Fokuskan pada pengidentiIikasi masalah dan Iaktor Iaktor pasien.
6. Kaji kepatuhan terhadap pengobatan dan penatalaksanaan diri.
7. Kumpulan inIormasi mengenai pemahaman pasien, motivasi, pengetahuan,
kemampuan koping, penglaman masa lalu, persepsi dan ketakutan yang
tidak diketahui.
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri yang berhubungan dengan inIlamasi, kerusakan jaringan, dan
immobilitas sendi.
2. Kerusakan immobilitas Iisik yang berhubungan dengan keterbatasan
gerakan sendi.
3. Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketergantungan Iisik dan
psikologis dari penyakit kronis dan kehilangan kebebasan.
3.3. INTERVENSI
DX I :
1. Kaji tingkat nyeri
2. Ajarkan dan lakukan teknik teknik penatalaksanan nyeri untuk
penatalaksanaan jangka pendek segera ( misal gunakan kompres panas dan
dingin, istirahat, dan analgesik ).
3. Ajarkan tentang penatalaksaan nyeri jangka panjang ( misal penggunaan
obat obat antiinIlamasi, menetapkan regimen latihan untuk
mempertahankan mobilitas sendi, dan teknik teknik relaksasi ).
4. Berikan tindakan yang menghasilkan rasa nyaman ketika memberikan
perawatan.
5. Buat pengharapan yang realitis sehingga pasien dan orang terdekat
mengenali bahwa nyeri dapat dikontrol tergantung pada aktivitas penyakit.
DX II :
1. Hilangkan nyeri menetap dan kekakuan pada pagi hari untuk
meningkatkan kemampuan mobilitas dan perawatan diri pasien.
2. Bantu dan ajarkan dan / atau latihan rentang gerak aktiI setelah tindakan
kompres panas.
3. Kembangkan dan ajarkan rencana program latihan setiap hari
4. Observasi toleransi pasien terhadap program latihan.
5. Dorong aktivitas perawatan diri dan kemandirian.
6. Pertahankan periode istirahat terencana.
7. Pertahankan lingkungan yang aman.
DX III :
1. Coba untuk memahami reaksi emosional pasien terhadap penyakit.
2. Beri semangat untuk melakukan komunikasi sehingga pasien dan keluarga
dapat mengungkapkan perasaan, persepsi, dan ketakutannya yang
berhubungan dengan penyakit.
3. Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk patuh terhadap program
penatalaksanaan sehingga memungkinkan untuk mencapai hasil yang lebih
positiI.
4. Anjurkan mengungkapkan rasa takut dan ansietes terhadap proses
penyakit.
5. Bantu pasien dalam memilih keterampilan.
6. Terima perubahan prilaku: menyangkal, ketidakberdayaan, ansietas,
ketergantungan.
7. Bersikap suportiI tetapi tegas dalam menyusun tujuan.
8. Tingkatkan perawatan diri dan libatkan dalam perencanaan perawatan.
9. Dorong kemandirian dan berikan penghargaan trhadap penyelesaian tugas.
10.Modivikasi lingkungan dan sediakan waktu untuk pasien mencapai tujuan.
11.Diskusikan perlunya pembatasan dan perubahan gaya hidup ; berikan
empati dan pemahaman.

Askep Artritis Reumatoid
I. KONSFP MFIS

. PFN0FR1IN

Penyakit reumatik adalah penyakit inIlamasi non- bakterial yang bersiIat sistemik,
progesiI, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165)
B. PFNYFBB , F1IOIO0I

Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti. Ada
beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu:
O InIeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
O Endokrin
O Autoimmun
O Metabolik
O Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh Iaktor autoimun dan
inIeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; Iaktor inIeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup diIterioid
yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
. FPIFMIOIO0I

Penyakit Artritis Rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan
tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis
rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria
sebesar 3: 1. kecenderungan wanita untuk menderita Artritis rheumatoid dan
sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan
dugaan terdapatnya Iaktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu Iaktor yang
berpengaruh pada penyakit ini.

. MNIFFS1SI KIINIK

Ada beberapa gambaran / maniIestasi klinik yang lazim ditemukan pada penderita
Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat
bervariasi.
a. efala-gefala konstitusional, misalnya lelah, kurang naIsu makan, berat
badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian
hebatnya.
b. !oliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama
pada sendi periIer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak
melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua
sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat
terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 fam, dapat bersiIat umum tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan
sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya
hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada
gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan
pengikisan ditepi tulang .
e. eformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang
telapak tangan dan jari, deIormitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deIormitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada
kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari
subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan
gerakan ekstensi.
I. odula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling
sering dari deIormitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di
sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan)
ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula
ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktiI dan lebih
berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat
menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato
konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom Sjgren, sistem
cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktiI yang berat, lesi
inIlamatiI yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada
myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disIungsi
katup, Ienomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

F. I0NOS1IK

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada Ioto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American reumatism Association (ARA)
adalah:
O Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning StiIIness).
O Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada
satu sendi.
O Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh eIusi cairan )
pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
O Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
O Pembengkakan sendi yanmg bersiIat simetris.
O Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
O Gambaran Ioto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
O Uji aglutinnasi Iaktor rheumatoid
O Pengendapan cairan musin yang jelek
O Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
O gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
4 Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 6 minggu
4 Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 6 minggu.
4 Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan
berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

F. PFN1IKSNN , PFR1N

Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada
pengobatan kausatiI yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-
benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang
diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresiIvtas
penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan / perawatan adalah sebagai berikut :
O Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
O Untuk mempertahankan Iungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita
O Untuk mencegah dan atau memperbaiki deIormitas yang terjadi pada sendi
O Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :
a. !endidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan
pendidikan yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya
dan siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang
diberikan meliputi pengertian, patoIisiologi (perjalanan penyakit),
penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua
komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan
metode eIektiI tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
b. stirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang
hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada
masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang
diikuti oleh masa istirahat.
c. atihan Fisik dan 1ermoterapi
Latihan spesiIik dapat bermanIaat dalam mempertahankan Iungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktiI dan pasiI pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu
diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit
dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi paraIin dengan
suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat
dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh
pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli
terapi Iisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak
struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
d. iet/Cizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara
pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya
belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet
seimbang adalah penting.
e. -at-o-atan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk
mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah
perjalanan penyakit.

II. KONSFP KFPFR1N

. PFN0KIN

Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
O Aktivitas / istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
simetris. Limitasi Iungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise, Keterbatasan rentang gerak; atroIi otot, kulit, kontraktor/
kelaianan pada sendi.
O Kardiovaskuler
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
O Integritas ego
Gejala: Faktor-Iaktor stres akut / kronis: mis; Iinansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, Iaktor-Iaktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan), Ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
O Makanan / cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi makanan /
cairan adekuat: mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah (keterlibatan
TMJ)
Tanda: Penurunan berat badan, Kekeringan pada membran mukosa.
O Hygiene
Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan
O Neurosensori
Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Gejala: Pembengkakan sendi simetris
O Nyeri / kenyamanan
Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
O Keamanan
Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan ringan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap. Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
O Interaksi sosial
Gejala: Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.
O Penyuluhan / pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja). Penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, ' penyembuhan ' arthritis tanpa pengujian.
Riwayat perikarditis, lesi katup, Iibrosis pulmonal, pleuritis.

Pertimbangan: DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.
Rencana Pemulangan: Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi,
aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah tangga.

B. PFMFRIKSN I0NOS1IK

O Faktor Reumatoid : positiI pada 80-95 kasus.
O Fiksasi lateks: PositiI pada 75 dari kasus-kasus khas.
O Reaksi-reaksi aglutinasi : PositiI pada lebih dari 50 kasus-kasus khas.
O Laju Endap Darah: Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
O Protein C-reaktiI: positiI selama masa eksaserbasi.
O Sel Darah Putih: Meningkat pada waktu timbul prosaes inIlamasi.
O Haemoglobin: umumnya menunjukkan anemia sedang.
O g (Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab AR.
O Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan
(perubahan awal) berkembang menjadi Iormasi kista tulang, memperkecil
jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
O Scan radionuklida : identiIikasi peradangan sinovium
O Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi
O Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar
dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inIlamasi,
produk-produk pembuangan degeneratiI); elevasi SDP dan lekosit,
penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4).
O Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inIlamasi dan
perkembangan panas.

. PRIORI1S KFPFR1N

O Menghilangkan nyeri
O Meningkatkan mobilitas.
O Meningkatkan monsep diri yang positiI
O mendukung kemandirian
O Memberikan inIormasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan
keperluan pengobatan.

. 1UUN PFMUIN0N

O Nyeri hilang/ terkontrol
O Pasien menghadapi saat ini dengan realistis
O Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.
O Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.

F. I0NOS KFPFR1N

I. NYERI AKUT/ KRONIS

Dapat dihubungkan dengan:
4 Agen pencedera
4 Distensi jaringan oleh akumulasi cairan / proses inIlamasi
4 Destruksi sendi.

Dapat dibuktikan oleh:
4 Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan.
4 BerIokus pada diri sendiri/ penyempitan Iokus
4 Perilaku distraksi/ respons autonomic
4 Perilaku yang bersiIart ahti-hati/ melindungi

asil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan:
4 Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
4 Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan.
4 Mengikuti program Iarmakologis yang diresepkan
4 Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke
dalam program kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional:
4 Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10).
Catat Iaktor-Iaktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit
non verbal
Rasional: Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen
nyeri dan keeIektiIan program
4 Berikan matras / kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan
Rasional: Matras yang lembut / empuk, bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen
tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinIlamasi/nyeri
4 Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace.
Rasional: Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat
menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi
4 Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari
gerakan yang menyentak.
Rasional: Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan
sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada
sendi
4 Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada
waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat
untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
Rasional: Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari.
Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan
4 Berikan masase yang lembut
Rasional: Meningkatkan relaksasi / mengurangi nyeri
4 Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi
progresiI, sentuhan terapeutik, bioIeed back, visualisasi, pedoman
imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
Rasional: Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan kemampuan koping
4 Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu.
Rasional: MemIokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi,
dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat
4 Beri obat sebelum aktivitas / latihan yang direncanakan sesuai
petunjuk.
Rasional: Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/
spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
4 Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil
salisilat)
Rasional: Sebagai anti inIlamasi dan eIek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
4 Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan
Rasional: Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak
selama periode akut

II. MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN

Dapat dihubungkan dengan :
4 DeIormitas skeletal
4 Nyeri
4 Ketidaknyamanan
4 Intoleransi aktivitas
4 Kenurunan kekuatan otot.

Dapat dibuktikan oleh:
4 Keengganan untuk mencoba bergerak / ketidakmampuan untuk
dengan sendiri bergerak dalam lingkungan Iisik
4 Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi,
penurunan kekuatan otot / kontrol dan massa (tahap lanjut).

asil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan:
4 Mempertahankan Iungsi posisi dengan tidak hadirnya / pembatasan
kontraktur.
4 Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan Iungsi dari
dan/ atau konpensasi bagian tubuh.
4 Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan
melakukan aktivitas

Intervensi dan Rasional:
4 Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inIlamasi/ rasa sakit pada
sendi
Rasional: Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/
resolusi dari peoses inIlamasi
4 Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus
dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.
Rasional: Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan
seluruh Iase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan
4 Bantu dengan rentang gerak aktiI/pasiI, demikiqan juga latihan
resistiI dan isometris jika memungkinkan
Rasional: Mempertahankan / meningkatkan Iungsi sendi, kekuatan
otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi,
karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi
4 Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
Demonstrasikan / bantu tehnik pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas, mis, trapeze
Rasional: Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi
kulit
4 Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat,
brace
Rasional: Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera) dan
memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran
tubuh, mengurangi kontraktor
4 Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
Rasional: Mencegah Ileksi leher
4 Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, dan berjalan
Rasional: Memaksimalkan Iungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas
4 Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi,
menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
Rasional: Menghindari cidera akibat kecelakaan / jatuh
4 Kolaborasi: konsul dengan Iisoterapi.
Rasional: Berguna dalam memIormulasikan program latihan /
aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengidentiIikasikan alat
4 Kolaborasi: Berikan matras busa / pengubah tekanan.
Rasional: Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah
untuk mengurangi risiko imobilitas
4 Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inIlamasi akut

III. GANGGUAN CITRA TUBU/ PERUBAAN PENAMPILAN
PERAN

Dapat dihubungkan dengan :
4 Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum
4 Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas

Dapat dibuktikan oleh:
4 Perubahan Iungsi dari bagian-bagian yang sakit.
4 Bicara negatiI tentang diri sendiri, Iokus pada kekuatan masa lalu,
dan penampilan.
4 Perubahan pada gaya hidup / kemapuan Iisik untuk melanjutkan
peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat
4 Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
4 Perasaan tidak berdaya, putus asa.

asil yang dihapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
4 Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan
untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan
kemungkinan keterbatasan.
4 Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi dan Rasional:
4 Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan.
Rasional: Berikan kesempatan untuk mengidentiIikasi rasa takut/
kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung
4 Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang
terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam
memIungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek
seksual.
Rasional: MengidentiIikasi bagaimana penyakit mempengaruhi
persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan
kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut
4 Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan.
Rasional: Isyarat verbal / non verbal orang terdekat dapat
mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang
dirinya sendiri
4 Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
Rasional: Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan
bermusuhan umum terjadi
4 Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan perubahan.
Rasional: Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping
maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut
4 Susun batasan pada perilaku mal adaptiI. Bantu pasien untuk
mengidentiIikasi perilaku positiI yang dapat membantu koping.
Rasional: Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri,
yang dapat meningkatkan perasaan harga diri
4 Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat
jadwal aktivitas.
Rasional: Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong
kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi
4 Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
Rasional: Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan
citra diri
4 Berikan bantuan positiI bila perlu.
Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya
sendiri. Menguatkan perilaku positiI. Meningkatkan rasa percaya
diri
4 Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
Rasional: Pasien / orang terdekat mungkin membutuhkan
dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang /
ketidakmampuan
4 Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas
dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
Rasional: Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat
sampai pasien mengembangkan kemampuan koping yang lebih
eIektiI

IV. KURANG PERAWATAN DIRI

Dapat dihubungkan dengan :
4 Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri
pada waktu bergerak, depresi.

Dapat dibuktikan oleh:
4 Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.

asil yang dihapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan :
4 Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten
dengan kemampuan individual.
4 Mendemonstrasikan perubahan teknik / gaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri.
4 MengidentiIikasi sumber-sumber pribadi / komunitas yang dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:
4 Diskusikan tingkat Iungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/
eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang
diantisipasi.
Rasional: Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan
melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.
4 Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program
latihan.
Rasional: Mendukung kemandirian Iisik/emosional
4 Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri.
IdentiIikasi / rencana untuk modiIikasi lingkungan.
Rasional: Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang
akan meningkatkan harga diri
4 Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
Rasional: Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi
kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat
bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi
pancuran
4 Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan
dengan evaluasi setelahnya.
Rasional: MengidentiIikasi masalah-masalah yang mungkin
dihadapi karena tingkat kemampuan aktual
4 Kolaborasi: atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan
perawatan rumah, ahli nutrisi.
Rasional: Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan
untuk persiapan situasi di rumah

V. PENATALAKSANAAN PEMELIARAAN RUMA,
KERUASAKAN, RESIKO TINGGI TERADAP

Faktor risiko meliputi:
4 Proses penyakit degeneratiI jangka panjang, sistem pendukung
tidak adekuat.

Dapat dibuktikan oleh:
4 (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala membuat
diagnosa menjadi aktual)

asil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, Pasien akan :
4 Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan
pertumbuhan.
4 Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang eIektiI dan
tepat.

Intervensi dan Rasional:
4 Kaji tingkat Iungsi Iisik
Rasional: MengidentiIikasi bantuan/ dukungan yang diperlukan
4 Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan
untuk diri sendiri.
Rasional: Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan
susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan individu
4 Tentukan sumber-sumber Iinansial untuk memenuhi kebutuhan
situasi individual. IdentiIikasi sistem pendukung yang tersedia
untuk pasien, mis: membagi tugas-tugas rumah tangga antara
anggota keluarga.
Rasional: Menjamin bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terus-
menerus
4 IdentiIikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: liIt, peninggian
dudukan toilet.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan
sebelum pulang
4 Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi
okupasi.
Rasional: BermanIaat untuk mengidentiIikasi peralatan, cara-cara
untuk mengubah tugas-tugas untuk mengubah tugas-tugas untuk
mempertahankan kemandirian
4 Kolaborasi: IdentiIikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan
pembantu rumah tangga bila ada.
Rasional: Memberikan kemudahan berpindah pada / mendukung
kontinuitas dalam situasi rumah

VI. KURANG PENGETAUAN (KEBUTUAN BELA1AR),
MENGENAI PENYAKIT, PROGNOSIS, DAN KEBUTUAN
PENGOBATAN.

Dapat dihubungkan dengan :
4 Kurangnya pemajanan / mengingat.
4 Kesalahan interpretasi inIormasi.

Dapat dibuktikan oleh:
4 Pertanyaan / permintaan inIormasi, pernyataan kesalahan konsep.
4 Tidak tepat mengikuti instruksi / terjadinya komplikasi yang dapat
dicegah.

asil yang diharapkan / kriteria Evaluasi, pasien akan :
4 Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
4 Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk
modiIikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau
pembatasan aktivitas.

Intervensi dan Rasional:
4 Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
Rasional: Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan inIormasi
4 Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit
melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan
istirahat.
Rasional: Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inIlamasi
sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan Iungsi sendi dan
mencegah deIormitas
4 Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang
realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi
Iisik, dan manajemen stres.
Rasional: Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada
waktu menangani proses penyakit kronis kompleks
4 Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen Iarmakoterapeutik.
Rasional: Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada
ketepatan dosis
4 Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau
antasida pada waktu tidur.
Rasional: Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS
akan meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari
4 IdentiIikasi eIek samping obat-obatan yang merugikan, mis:
tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
Rasional: Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat
mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan
kadar terapeutik darah yang tinggi
4 Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi
penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
Rasional: Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang
dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ eIek samping yang
berbahaya
4 Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang
banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.
Rasional: Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan
jaringan
4 Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan
inIormasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
Rasional: Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada
sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki
4 Berikan inIormasi mengenai alat bantu
Rasional: Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan
memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman
dalam aktivitas yang dibutuhkan
4 Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk dari pada berdiri
untuk mempersiapkan makanan dan mandi
Rasional: Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan
perawatan diri, dan kemandirian
4 Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat
istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya
menjaga agar sendi tetap meregang, tidak Ileksi, menggunakan
bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat
pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada
mengangkat benda jika memungkinkan.
Rasional: Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari
gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri
4 Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit
lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan
pemberian bantalan yang tepat.
Rasional: Mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit
4 Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan / pemeriksaan
laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT.
Rasional: Terapi obat-obatan membutuhkan pengkajian / perbaikan
yang terus menerus untuk menjamin eIek optimal dan mencegah
takar lajak, eIek samping yang berbahaya.
4 Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan
Rasional: InIormasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan
tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat
meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri / percaya
diri
4 IdentiIikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis (bila
ada).
Bantuan / dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan
pemulihan maksimal

Read more: Askep Artritis Reumatoid





Asuban Keperawatan Pasien dengan Rbeumatoid Artritis
A.Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inIlamasi sistemik kronik yang
maniIestasi utamanya adalah poliartritis yang progresiI, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006). Artritis Rematoid adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki)
secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
2. Anatomi dan Fisiologi
Muskuloskeletal terdiri dari tulang, otot, kartilago, ligament, tendon, Iasia, bursae
dan persendian.
a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada bagian intra-seluler. Tulang berasal
dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses 'osteogenesis
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut Osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat menimbunya garam kalsium.
Fungsi tulang adalah sebagai berikut:
Mendukung jaringan tubuh dan menbuntuk tubuh.
Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru) dan jaringan lunak.
Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan )
Membuat sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hema topoiesis).
Menyimpan garam-garam mineral. Misalnya kalsium, IosIor.
Tulang dapat diklasiIikasikan dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya:
Tulang panjang (Iemur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epiIisis.
Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epiIisis dibentuk oleh spongi
bone (Cacellous atau trabecular )
Tulang pendek (carpalas) bentuknya tidak teratur dan cancellous (spongy)
dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.
Tulang yang tidak beraturan (vertebra) sama seperti tulang pendek.
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persendian dan didukung oleh tendon danjaringan Iasial,missal
patella (kap lutut)
b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan Iungsi utama untuk kontraksi dan untuk
menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot
terdiri dari:
Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berIungsi untuk
memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan sikap dan menghasilkan
panas
Otot Viseral (otot polos) didapatkan pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan dan pembuluh darah. Dipengaruhi oleh sisten saraI otonom dan
kontraksinya tidak dibawah control keinginan.
Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
c. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat. Kartilago
sangat kuat tapi Ileksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai kesel-sel
kartilago dengan proses diIusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di
perichondrium (Iibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat kolagen
didapatkan pada kartilago.
d. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan Iibros yang tebal dimana merupakan
ahir dari suatu otot dan dan berIungsi mengikat suatu tulang.
e. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus Iibrous yang membungkus
setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang
mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit.
Pembungkus ini dibatasi oleh membrane synoIial yang memberikan lumbrikasi
untuk memudahkan pergerakan tendon.
I. Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung longgar yang didapatkan
langsung dibawah kulit sebagai Iasia supervisial atau sebagai pembungkus tebal,
jaringan penyambung yang membungkus Iibrous yang membungkus otot, saraI
dan pembuluh darah.bagian ahair diketahui sebagai Iasia dalam.
g. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung dari suatu tempat,
dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi pada kulit dan
tulang, antara tendon dan tulang antara otot. Bursae bertindak sebagai penampang
antara bagian yang bergerak sepaerti pada olecranon bursae, terletak antara
presesus dan kulit.
h. Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak
ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, tatu letah dimana tulang
berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah
dan tipe pergerakan yang memungkinkan dan klasiIikasi didasarkan pada jumlah
pergerakan yang dilakukan.
Berdasarkan klasiIikasinya terdapat 3 kelas utama persendian yaitu:
Sendi synarthroses (sendi yang tidak bergerak)
Sendi amphiartroses (sendi yang sedikit pergerakannya)
Sendi diarthoses (sendi yang banyak pergerakannya)
Perubahan Iisiologis pada proses menjadi tua
Ada jangka periode waktu tertentu dimana individu paling mudah mengalami
perubahan musculoskeletal. Perubahan ini terjadi pada masa kanak-kanak atau
remaja karena pertumbuhan atau perkembangan yang cepat atau timbulnya terjadi
pada usia tua. Perubahan struktur system muskuloskeletal dan Iungsinya sangat
bervariasi diantara individu selama proses menjadi tua. Perubahan yang terjadi
pada proses menjadi tua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang
dimulai dari usia pertengahan. Jumlah total dari sel-sel bertumbuh berkurang
akibat perubahan jaringan prnyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari
jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan.
Perubahan Iisiologis yang umum adalah:
Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 6-10 cm. pada
maturasi usia tua.
Lebar bahu menurun.
Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha
3. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh Iaktor-Iaktor :
a. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan Iaktor
Rematoid
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan Iaktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
4. Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. SiIat trauma yang
menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan
jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus
privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan
menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa.
Pada penyakit Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak,
bengkak dan kekakuan.
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium DeIormitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresiI dan berulang kali, deIormitas
dan gangguan Iungsi secara menetap.
5. Tanda dan Gejala
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Rheumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
I. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. DeIormitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
Gejala Extraartikular :
a. pada jantung :
Rheumatoid heard diseasure
Valvula lesion (gangguan katub)
Pericarditis
Myocarditis
b. pada mata :
Keratokonjungtivitis
Scleritis
c. pada lympa : Lhymphadenopathy
d. pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
e. pada otot : Mycsitis
6. Pemeriksaan Diagnostik
Faktor Reumatoid : positiI pada 80-95 kasus.
Fiksasi lateks: PositiI pada 75 dari kasus-kasus khas.
Reaksi-reaksi aglutinasi : PositiI pada lebih dari 50 kasus-kasus khas.
LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal
sewaktu gejala-gejala meningkat
Protein C-reaktiI: positiI selama masa eksaserbasi.
SDP: Meningkat pada waktu timbul prosaes inIlamasi.
JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.
Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal
) berkembang menjadi Iormasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
Scan radionuklida : identiIikasi peradangan sinovium
Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inIlamasi, produk-
produk pembuangan degeneratiI ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inIlamasi dan
perkembangan panas.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada Ioto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA )
adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning StiIIness ).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh eIusi cairan ) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersiIat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran Ioto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi Iaktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu
DeIinitiI : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
minggu.
Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-
kurangnya selama 4 minggu.
7. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a) Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patoIisiologi, penyebab, dan
prognosis penyakit ini
b) Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c) Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inIlamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan Iungsi sendi pasien
d) Termoterapi
e) Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
I) Pemberian Obat-obatan :
Anti InIlamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada dosis
yang telah ditentukan.
Obat-obat untuk Reumatoid Artitis :
Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty
InIlamatory)
Indomethacin/Indocin(Analgetik, Anti InIlamatori)
IbuIropen/motrin (Analgetik, Anti InIlamatori)
Tolmetin sodium/Tolectin(Analgetik Anti InIlamatori)
Naproxsen/naprosin (Analgetik, Anti InIlamatori)
Sulindac/Clinoril (Analgetik, Anti InIlamatori)
Piroxicam/Feldene (Analgetik, Anti InIlamatori)
8. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
d. Terjadi splenomegali
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
Riwayat keluarga dengan RA
Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
Riwayat inIeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
Jenis, Irekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
Jenis aktivitas yang dilakukan
Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
Tidak mampu melakukan aktiIitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
Apakah ada gangguan tidur?
Kebiasaan tidur sehari
Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6.Pola Persepsi KognitiI
Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deIormitas/kaku sendi)?
Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Bagaimana hubungan dengan keluarga?
Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
Agama yang dianut?
Adakah gangguan beribadah?
Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inIlamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berIokus
pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic
Perilaku yang bersiIat hati-hati/ melindungi.
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan.
Mengikuti program Iarmakologis yang diresepkan
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional :
a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat Iaktor-
Iaktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu
dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keeIektiIan program)
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinIlamasi/nyeri)
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi)
d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi,
dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada
panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan)
I. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)
g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi
progresiI,sentuhan terapeutik, bioIeed back, visualisasi, pedoman imajinasi,
hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan
rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping)Libatkan dalam
aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. (R/ MemIokuskan kembali
perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan
perasaan sehat)
h. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/
Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk
ikut serta dalam terapi)
h. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/
sebagai anti inIlamasi dan eIek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.)
i. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan
nyeri dan bengkak selama periode akut)
2. Gangguan mobilitas Iisik berhubungan dengan deIormitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan
untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan Iisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan
otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mempertahankan Iungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan Iungsi dari dan/ atau
kompensasi bagian tubuh.
Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inIlamasi/ rasa sakit pada sendi (R/
Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses
inIlamasi)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk
memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak
terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh
Iase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktiI/pasiI, demikiqan juga latihan resistiI dan
isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan Iungsi sendi,
kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/
bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/
Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/
Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi
sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
I. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah Ileksi leher)
g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
berjalan (R/ Memaksimalkan Iungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan
pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera
akibat kecelakaan/ jatuh)
i. Kolaborasi: konsul dengan Iisoterapi. (R/ Berguna dalam memIormulasikan
program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengidentiIikasikan alat)
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan
pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas)
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin
dibutuhkan untuk menekan sistem inIlamasi akut).
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan Iungsi dari bagian-bagian yang sakit.
Bicara negatiI tentang diri sendiri, Iokus pada kekuatan masa lalu, dan
penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan Iisik untuk melanjutkan peran, kehilangan
pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:.
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan
masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentiIikasi rasa takut/ kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung)
b. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memIungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. (R/MengidentiIikasi bagaimana
penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan
menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima
keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)
d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri
konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi)
e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode
koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)
I. Susun batasan pada perilaku mal adaptiI. Bantu pasien untuk mengidentiIikasi
perilaku positiI yang dapat membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri)
g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam terapi)
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankan
penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
i. Berikan bantuan positiI bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien untuk merasa
senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positiI. Meningkatkan rasa
percaya diri)
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri,
psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-
obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya
depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih
eIektiI)
4. DeIisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yang diharapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
MengidentiIikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:
a. Diskusikan tingkat Iungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi
penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat
melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada
keterbatasan saat ini).
b. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/
Mendukung kemandirian Iisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. IdentiIikasi /rencana
untuk modiIikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian,
yang akan meningkatkan harga diri)
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan
alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing,
menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk
mandi pancuran)
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan
evaluasi setelahnya. (R/ MengidentiIikasi masalah-masalah yang mungkin
dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)
I. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan
rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk
persiapan situasi di rumah)
5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan
interpretasi inIormasi.
Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan inIormasi, pernyataan kesalahan
konsep.
Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :
Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modiIikasi gaya hidup
yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:.
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. (R/ Memberikan
pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan inIormasi)
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui
diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/ Tujuan
kontrol penyakit adalah untuk menekan inIlamasi sendiri/ jaringan lain untuk
mempertahankan Iungsi sendi dan mencegah deIormitas)
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat,
perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi Iisik, dan manajemen stres. (R/
Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks)
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen Iarmakoterapeutik. (R/
Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada
waktu tidur. (R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan
meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)
I. IdentiIikasi eIek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan
gastrointestinal, dan ruam purpuruik. (R/ Memperpanjang dan memaksimalkan
dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan
kadar terapeutik darah yang tinggi)
g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan
obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter. (R/ Banyak produk
mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak
obat/ eIek samping yang berbahaya)
h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi. (R/ Meningkatkan perasaan sehat
umum dan perbaikan jaringan)
i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan inIormasi
penurunan berat badan sesuai kebutuhan. (R/ Pengurangan berat badan akan
mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak
kaki)
j. Berikan inIormasi mengenai alat bantu (R/ Mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih
nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)
k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk
mempersiapkan makanan dan mandi (R/ Mencegah kepenatan, memberikan
kemudahan perawatan diri, dan kemandirian)
l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat
maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap
meregang , tidak Ileksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan,
menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser
daripada mengangkat benda jika memungkinkan. ( R: mekanika tubuh yang baik
harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan
nyeri ).
m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah
bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat. ( R:
mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit )
n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis:
LED, Kadar salisilat, PT. ( R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/
perbaikan yang terus menerus untuk menjamin eIek optimal dan mencegah takar
lajak, eIek samping yang berbahaya.
o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan ( R: InIormasi mengenai posisi-
posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual
mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya
diri.).
p. IdentiIikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R:
bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal).

Вам также может понравиться