Вы находитесь на странице: 1из 2

Perlindungan Konsumen Rumah Susun Lemah

Brigita Maria Lukita , hertanto , Rabu, 10 Februari 2010 , 10:59 WIB


1AKARTA, KOMPAS.com - Perlindungan terhadap konsumen perumahan hingga saat ini
masih lemah. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat, pengaduan konsumen
atas kasus perumahan selama tahun 2009 mencapai 72 kasus, atau meningkat 46 persen
dibandingkan tahun 2008, yaitu 49 kasus.
Kasus perumahan yang dilaporkan itu adalah puncak gunung es dari sekian banyak kasus
perumahan
Demikian dipaparkan Pengurus Harian YLKI Sudaryatmo di Jakarta, Rabu (10/2/2010).
Pengaduan kasus perumahan ke YLKI menempati urutan lima besar dalam kurun lima tahun
terakhir.
"Kasus perumahan yang dilaporkan itu adalah puncak gunung es dari sekian banyak kasus
perumahan," ujar Sudaryatmo.
Kasus perumahan yang dilaporkan, antara lain, meliputi sengketa antara penghuni dengan
pengembang rumah tinggal ataupun rumah susun. Muncul kecenderungan, konIlik rumah susun
bersumber dari persoalan pemanIaatan benda bersama.
Dijelaskan, rumah susun yang telah dihuni wajib diserahkan pengelolaannya kepada
Perhimpunan Penghuni Rumah Susun (PPRS). Namun, dalam praktiknya, sebagian pengembang
rumah susun ingin sekaligus menjadi pengelola hunian dengan menempatkan personelnya dalam
kepengurusan PPRS atau membentuk badan pengelola rumah susun yang teraIiliasi dengan
perusahaan pengembang.
Dampaknya, ujar Sudaryatmo, aspirasi penghuni menjadi terabaikan, sedangkan kepentingan
pengembang dalam pemanIaatan rumah susun menjadi dominan. Dicontohkan, peruntukan ruang
serba guna bagi penghuni rumah susun dialihIungsikan menjadi ruang komersial.
"Diperlukan regulasi yang tegas dan rinci mengenai aturan kepenghunian rumah susun guna
menghindari persoalan antara penghuni dengan pengembang," ujar Sudaryatmo.
Revisi aturan
Ketua Perhimpunan Penghuni Rumah Susun, Ibnu Taji, mengingatkan, pembenahan aturan
kepenghunian mendesak mengingat saat ini semakin banyak dibangun rumah susun dengan pola
hunian campuran.
Aturan kepenghunian perlu merinci tentang pembedaan tariI atau iuran antara penghuni rumah
susun yang bersubsidi dan nonsubsidi dalam hunian campuran. Hal itu guna meringankan beban
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Ibnu mengatakan, komposisi iuran wajib penghuni rumah susun meliputi tiga komponen.
Pertama, operasional gedung, di antaranya meliputi liIt, penerangan, jasa keamanan, kebersihan.
Kedua, perbaikan sarana gedung; dan ketiga, tabungan pembangunan kembali menara rumah
susun. Iuran wajib itu berlaku sama bagi setiap penghuni.
Adapun iuran pengelolaan Iasilitas tambahan, yakni Iasilitas kolam renang, lapangan mini golI,
pusat kebugaran, sarana hiburan perlu diatur dengan mekanisme subsidi silang antara penghuni
yang bersubidi dan nonsubsidi. Dengan demikian, penghuni berpenghasilan menengah ke bawah
tidak terbebani oleh iuran yang mahal.

Analisis
Pembangunan rumah susun dimana para pengembang rumah susun tersebut ingin sekaligus
menjadi pengelola rusun. Keadaan seperti jika dibiarkan lebih lama akan membuat kenyamanan
dalam menghuni rusun akan terganggu. Akibatnya adalah, akan ada banyak kerugian yang akan
didapat oleh para konsumen. Konsumen akan menderita, karena para pngelola rusun akan bebas
memanIaatkan rusun itu menjadi seperti apa yang mereka inginkan tanpa memperdulikan
keinginan atau hak-hak dari para penghuni rusun. Perlu dibentuk suatu undang-undang atau
aturan untuk melindungi konsumen penghuni rumah susun.

Вам также может понравиться