Oleh : Kelompok 6 Hastin Wulansari G1D007091 Yeliska Ulil Albar G1D0080 Putri Siska Permana G1D008074 Siti Septriani S G1D008114 Nastian Nurdiansyah G1D008100 Asep Andri Fajar S G1D009003 Puruhita AD G1D009049
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS 1ENDERAL FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN 1URUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2011
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Demam typhoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Sumber penularan penyakit demam typhoid adalah penderita yang aktiI, penderita dalam Iase konIalesen, dan kronik karier. Demam typhoid juga dikenali dengan nama lain yaitu, Typhus Abdominalis, Typhoid Iever, atau enteric Iever. Demam typhoid adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteristik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu, yang juga disertai perut membesar, limpa dan erupsi kulit. Demam typhoid (termasuk para typhoid) disebabkan oleh kuman salmonella typhi, S paratyphy A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S paratyphy, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi. Demam typhoid abdominalis atau demam typhoid masih merupakan masalah besar di indonesia bersiIat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam typhoid di Indonesia, cukup tinggi berkisar antara 354-810/100.000 penduduk pertahun. Di Palembang dari penelitiaan retrospektiI selama periode 5 tahun (2003-2007) didapatkan sebanyak 3 kasus (21,5)2 penderita demam typhoid dengan hasil biakan darah salmonella positiI dari penderita yang dirawat dengan klinis demam tiIoid ( Dangoes, 1993). Penyakit thypoid termasuk penyakit yang mengakibatkan angka kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Tengah, pada tahun 2003 menempati urutan ke 21 dari 22 (4,6) penyakit yang tercatat. Meskipun hanya menempati urutan ke 21, penyakit thypoid memerlukan perawatan yang komprehensiI, mengingat penularan salmonella thypi ada dua sumber yaitu pasien dengan demam thypoid dan pasien dengan carier. Pasien carier adalah orang yang sembuh dari demam thypoid dan terus mengekspresi salmonella thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. (Depkes, 2008).
B. Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : a. Mengetahui pengertian Thypoid b. Mengetahui penyebab terjadinya penyakit thypoid pada anak c. Mengetahui diagnosa yang muncul yang akan diberikan pada penderita Thypoid
BAB II PEMBAHASAN
A. Kasus ona M umur 19 tahun mengeluh pusing, demam pada malam hari, mengalami mual dan muntah, naIsu makan berkurang, diare, pemeriksaan menunjukan suhu 390 C, nadi 70/menit, RR 30/menit, TD 110/80, mengalami hipertermi, dan lidahnya pucat, terlihat anemis, mata terlihat cekung, Setelah dirawat selama 3 hari di beri RL 20 tetes permenit, dan diberi kloramIenikol 250 mg sebanyak 4 kali dalam sehari.
B. Definisi Typhoid atau biasa disebut dengan demam typhoid adalah suatu inIeksi virus yang mencakup seluruh tubuh dan menyerang pada usus halus. Penyakit ini disebabkan oleh virus Salmonella typhosa. penyakit ini menular melalui air dan makanan yang tercemar oleh air seni atau kotoran penderita typhoid. Virus ini biasanya di bawa oleh penderita yang sudah mendapat pengobatan, tetapi di dalam air seni dan kotorannya masih mengandung virus, penderita ini disebut sebagai pembawa (carrier) kemudian menularkannya pada orang lain. Selain itu virus ini bisa masuk ketubuh kita melalui perantara lalat, kecoa, juga tikus. Kuman tersebut bersarang di usus halus, lalu menggerogoti diding usus, kemudian usus akan mengalami luka dan sewaktu-waktu tukak tipus bisa jebol dan usus jadi bolong. Gejala penyakit ini baru bisa diketahui secara spesiIik setelah virus telah cukup berkembang biak di organ, yang kadang kurang memicu kesadarn jadi sering kali baru diobati dgn benar setelah gejala terindentiIikasi dengan spesiIik dan jelas, bahkan ketika gejala stadium penyakit sudah cenderung kritis, (Lynda, 2000) Gejala awal yang perlu dikenali, yang dialami selama beberapa hari yaitu : O Demam lebih seminggu, mulainya seperti Ilu akan tetapi jika tipus umumnya muncul sore dan malam hari. O Demam sukar turun O yeri kepala hebat O Perut terasa tidak eanak O Tidak bisa buang air besar
Gejala tipus ringan (paratipus), yaitu: O Mengalami buang-buang air O Lidah tampak putih susu, bagian tepinya merah terang O Bibir kering O Kondisi Iisik lemah Gejala typhoid stadium lanjut, yaitu: muncul gejala kuning, karena pada tipus organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis. Sedangkan komplikasi yang akan terjadi pada penyakit tipus, pada umumnya muncul setelah minggu kedua demam, yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka sakit sudah sembuh, sementara itu denyut nadi makin meinggi, perut melilit dan pasien tampak sakit berat. Kondisi seperti membutuhkan pertolongan gawat darurat, karena isi usu yang tumpah ke ronggo perut harus secepatnya dibersikan.
C. Patofisiologi Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu, (Mansjoer, 1999). Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inIlamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. 1. Gejala Klinis Gejala klinis demam typhoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas 7-14 (rata-rata 4 30) hari, 4 hari jika inIeksi melalui makanan dan 30 hari melalui minuman. Selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) : O Perasaan tidak enak badan O Lesu O yeri kepala O Pusing O Diare O Anoreksia O Batuk O yeri otot (Mansjoer, AriI 1999). Menyusul gejala klinis yang bisa ditemukan : Demam Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu pada minggu pertama. BersiIat Iebris remiten dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga, suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ke-3.
DIBAWAH INI ADALAH PATHWAY THYPOID
D. Etiologi Demam typhoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri tersebut tergolong dalam Iamily Enterobacteriaceae dari genus Salmonella. Salmonella typhi merupakan bakteri gram negative, berbentuk batang, tidak berspora, motil, berIlagella (bergerak dengan rambut getar), dan berkapsul. Bakteri ini tahan terhadap pembekuan selama beberapa minggu, namun mati pada pemanasan suhu 54,4c selama 1 jam dan 60c selama 15 menit. Salmonella typhi mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu: 1. Antigen dinding sel/somatic (O) yang terletak pada lapisn luar tubuh bakteri. Bakteri ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol, namun tidak tahan terhadap Iormaldehid. 2. Antigen Ilagella (H) yang merupakan komponen protein dan berada dalam Ilagella. Antigen ini tahan terhadap Iormaldehid, tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol. 3. Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang melindungi seluruh permukaan sel. Antigen ini dapat menghambat proses aglutinasi (proses pembentukan antibody terhadap antigen) dan melindungi bakteri dari proses Iogositosis. Ketiga macam antigen tersebut, didalam tubuh penderita akan membentuk tiga macam anti body yang disebut agglutinin, (Rahmad, 1996). E. Komplikasi a. Komplikasi intestinal 1. Perdarahan usus 2. Perporasi usus 3. Ilius paralitik b. Komplikasi extra intestinal 1. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis. 2. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik. 3. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis. 4. Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis. 5. Komplikasi ginjal : glomerulus neIritis, pyelonepritis dan perinepritis. 6. Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis. 7. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis periIer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia. E. Manifestasi Klinik MeniIestasi klinis demam tiIoid sangat luas dan bervariasi, dari maniIestasi yang atipikal hingga klasik, dari yang ringan hingga complicated. Penyakit ini memiliki kesamaan dengan penyakit demam yang lainnya terutama pada minggu pertama sehingga sulit dibedakan, maka untuk menegakkan diagnosa demam tiIoid perlu ditunjang pemeriksaan laboratorium penunjang. Demam tiIoid pada umumnya menyerang penderita kelompok umur 5 30 tahun, laki laki sama dengan wanita resikonya terinIeksi. Jarang pada umur dibawah 2 tahun maupun diatas 60. Masa inkubasinya umumnya 3-60 hari, (Rahmad, 1996). ManiIestasi klinis secara umum bekaitan dengan perjalanan inIeksi kuman. 1. Panas badan. Pada demam typhoid, pola panas badan yang khas adalah tipe step ladder pattern dimana peningkatan panas terjadi secara perlahan-lahan, terutama pada sore hingga malam hari. Biasanya pada saat masuk rumah sakit didapatkan keluhan utama demam yang diderita kurang lebih 5-7 hari yang tidak berhasil diobati dengan antipiretika. 2. Lidah tiIoid. Pada pemeriksaan Iisik, lidah tiIoid digambarkan sebagai lidah yang kotor pada pertengahan, sementara hiperemi pada tepinya, dan tremor apabila dijulurkan. 3. Bradikardi relatiI. Pada penderita tiIoid peningkatan denyut nadi tidak sesuai dengan peningkatan suhu, dimana seharusnya peningkatan 10 C diikuti oleh peningkatan denyut nadi sebanyak 8 kali/menit. Bradikardi relatiI adalah keadaan dimana peningkatan suhu 10 C diikuti oleh peningkatan nadi 8 kali/menit. 4. Gejala saluran pencernaan (anoreksia, mual, muntah, obstipasi, diare, perasaan tidak enak di perut dan kembung, meteorismus). 5. Hepatosplenomegali. 6. Gejala inIeksi akut lainnya ( nyeri kepala, pusing, nyeri otot, batuk, epistaksis). 7. Ganguan mental berupa samnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. 8. Demam tiIoid 10-14 hari, meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. 9. Malaise 10. Gejala mirip inIluenza seperti menggigil, nyeri kepala bagian Irontal, malaise, anorexia, nausea, nyeri abdominal yang tidak terlokalisir, batuk kering, dan myalgia. 11. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) akan tetapi sering tidak terlihat pada pasien berwarna kulit gelap. F. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari : O Pemeriksaan leukosit Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatiI tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau inIeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid. O Pemeriksaan SGOT DAN SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid. O Biakan darah Bila biakan darah positiI hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatiI tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa Iaktor : 1. Teknik pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung. 2. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit. Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positiI pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positiI kembali. 3. Vaksinasi di masa lampau Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatiI. 4. Pengobatan dengan obat anti mikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatiI.
O Uji Widal Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesiIik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat inIeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu : 1. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman). 2. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari Ilagel kuman). 3. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman) Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid. Faktor Iaktor yang mempengaruhi uji widal : a. Faktor yang berhubungan dengan klien : 1. Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi. 2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6. 3. Penyakit penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut. 4. Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi. 5. Obat-obatan imunosupresiI atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial. 6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik. 7. InIeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positiI, walaupun dengan hasil titer yang rendah. 8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit inIeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu. b. Faktor-Iaktor Teknis 1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain. 2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal. 3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain. 4. G. Penatalaksanaan a. Perawatan 1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. 2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranIusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet 1. Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein. 2. Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. 3. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. 4. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari. c. Obat-obatan 1. Klorampenikol 2. Tiampenikol 3. Kotrimoxazol 4. Amoxilin dan ampicillin
I. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Biodata klien b. Riwayat kesehatan masa lalu Riwayat gejala thipoid c. Riwayat masa sekarang Makanan dan cairan : kehilangan naIsu makan, sulit menelan, anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, dan membrane mukosa kering.
Data Etiologi Problem Do : O Suhu 39 o C O adi 70/menit O RR 18/menit O TD 110/80 O Lidah Pucat
Ds: O Mengeluh demam tinggi jika malam hari. O Mengeluh pusing.
Agen Biologi (salmonella thypii) Hypertermi
Do : O Pucat O Konjungtiva anemis O Mata cekung
Ds : O Muntah O Mual O Diare O aIsu makan berkurang Mual dan muntah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Diagnosa keperawatan 1. Hipertermi berhubungan dengan agen biologi (salmonella thypii) 2. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
No. Diagnosa NOC NIC 1. Hipertermi berhubungan dengan agen biologi (salmonella thypii)
a. Thermoregulasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2X24 jam pasien di harapkan : O Temperature kulit dalam batas normal (4) O Suhu tubuh norma (5) O Tidak ada nyeri kepala (4) O Tidak ada perubahan warna kulit (4) O Denyut nadi normal (4) O Keseimbangan cairan adekuat (4) 1. Pengobatan deman : pengelolaan pasien dengan hipertermia yang disebabkan oleh Iactor- Iaktor yang bukan dari lingkungan O Berikan obat anti piretik, sesuai dengan kebutuhan. 2. Regulasi tubuh : mencapai dan atau mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal O Pantau suhu minimal setiap dua jam, sesuai dengan kebutuhan. O Pantau warna kulit dan suhu. 3. Pemantauan tanda vital : pengumpulan dan analisis data kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh untuk menentukan serta mencegah komplikasi. O Pantau tekanan darah, nadi, dan pernaIasan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
a. Status nutrisi Setelah dilakukanh asuhan keperawatan selama 2X24 jam pasien diharapkan : O Asupan nutrisi baik (4) O Asupan makanan cairan terkontrol (4) 1. anafemen nutrisi a. Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat alergi makanan b. Tanyakan tentang pilihan makanan yang sesuai c. Kerjasama dengan ahli gizi ,jika perlu untuk menentukan jumlah kalori dan tipe makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. d. Monitor kandungan nutrisi dan asupan kalori e. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. 2. anafemen cairan a. Pertahankan pencatatan intake dan output secara akurat b. Monitor status hidrasi (misalnya kelembaban membrane mukosa, denyut nadi, tekanan darat adekuat) c. monitor tanda-tanda vital d. Monitor konsumsi cairan / makanan dan minuman dan hitung intake kalori
BAB III KESIMPULAN
Thypoid adalah suatu inIeksi virus yang mencakup seluruh tubuh dan menyerang pada usus halus. Penyakit ini disebabkan oleh virus Salmonella typhosa. penyakit ini menular melalui air dan makanan yang tercemar oleh air seni atau kotoran penderita typhoid. Gejala awal yang perlu dikenali, yang dialami selama beberapa hari yaitu : O Demam lebih seminggu, mulainya seperti Ilu akan tetapi jika tipus umumnya muncul sore dan malam hari. O Demam sukar turun O yeri kepala hebat O Perut terasa tidak eanak O Tidak bisa buang air besar Gejala tipus ringan (paratipus), yaitu: O Mengalami buang-buang air O Lidah tampak putih susu, bagian tepinya merah terang O Bibir kering O Kondisi Iisik lemah Diagnosa keperawatan pada thypoid adalah : 1.Hipertermi berhubungan dengan agen bio salmonella thypii 2.Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
DAFTAR PUSTAKA
Dangoes Marilyn E. 1993. #encana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC: Jakarta. Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta. Mansjoer, AriI 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapis: Jakarta. Rahmad Juwono. 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. FKUI: Jakarta. SjaiIoellah oer, 1998. Standar Perawatan Pasie. Monica Ester: Jakarta.