Вы находитесь на странице: 1из 47

59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 4.1.1

Hasil Penelitian Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1.1 Sejarah PT. Kereta Api (Persero) Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen jumat tanggal 17 juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari kemijen menuju desa tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari sabtu, 10 Agustus 1867. Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara kemijen tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat

menghubungkan kota Semarang-Surakarta (110 km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA didaerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864-1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km. Selain dijawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874),

Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawesi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 km antara makasar Takalar, yang epngoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujung Pandang-Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA PontianakSambas (220 km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA. Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan di bongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA disana. Jenis jalan kereta api di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm;750 mm (di Aceh) dan 600 mm dibeberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan jepang (1942-1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan kereta api yang dibangun semasa jaman pendudukan jepang adalah 83 km antara Bayah-Cikara dan 220 km antara MuaroPekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya jalan kereta api Muaro-Pekanbaru diprogramkan sesuai pembangunannya selama 15 bulan yang dipekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang MuaroPekanbaru. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17

61

Agustus 1945, karyawan kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta Api (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya. Menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945, kekuasaan perekeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang jepang

diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Meskipun DKARI telah terbentuk, namun tidak semua perusahaan kereta api telah menyatu. Sedikitnya ada 11 perusahaan kereta api swasta di Jawa dan 1 di swasta (Deli Spoorweg Maatschapij) di Sumatera Utara yang masih terpisah dengan DKARI. Lima tahun kemudian, berdasarkan pengumuman Menteri Perhubungan, tenaga dan pekerjaan umum No. 2 tanggal 6 Januari 1950, ditetapkan bahwa mulai 1 Januari 1950 DKARI dan Staat-spoor wegwn en verenigde spoorwege bedriff (SS/VS) digabung menjadi satu perusahaan kereta api bernama Djawatan kereta api (DKA). Dalam rangka pembenahan bahan usaha, pemerintah mengeluarkan UU No. 19 tahun 1960, yang menetapkan bentuk usaha BUMN. Atas dasar UU ini, dengan peraturan pemerintah No. 22 tahun 1963, tanggal 25 Mei 1963 dibentuk Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA), sehingga Djawatan Kereta Api dilebur kedalamnya. Sejak itu, semua perusahaan kereta api di

Indonesia terkena Integrasi kedalam satu wadah PNKA, termasuk kereta api di Sumatera Utara yang sebelumnya dikelola oleh DSM. Masih dalam rangka pembenahan BUMN, pemerintah mengeluarkan UU No. 9 tahun 1969 tanggal 1 Agustus 1969, yang menetapkan jenis BUMN menjadi tiga Perseroan, perusahaan umum dan perusahaan jawatan. Sejalan dengan UU dimaksud, berdasarkan peraturan pemerintah No. 61 tahun 1971 tanggal 15 September 1971, bentuk perusahaan PNKA mengalami perubahan menjadi Perusahaan Jawatan kereta Api (PJKA). Selanjutnya, berdasarkan peraturan pemerintah No. 57 tahun 1990, pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA mengalami perubahan menjadi perusahaan umum kereta api disingkat Perumka. Sejalan dengan perubahan status ini, kinerja perkeretaapian di Indonesia kian membaik. Berikutnya, dalam rangka Loan Agreement No. 4106-IND tanggal 15 Januari 1997 berupa bantuan proyek dari Bank Dunia, yamg kemudian lebih dikenal dengan proyek efisiensi perkeretaapian atau Railway Eficiency Project (REP), dirumuskan langkah-langkah pengembangan perkeretaapian. Sasaran pengembangan diarahkan pada peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan, yang ditempuh melalui 8 kebijakan yaitu : i) Memperjelas peranan antar pemilik (Owner), pengatur (Regulator) dan pengelola (Operator); j) Melakukan restrukturisasi perumka, termasuk merubah status perusahaan umum menjadi perseroan terbatas; k) Kebijaksanaan pentarifan dengan pemberian kompensasi dari pemerintah

63

kepada Perumka atas penyediaan KA non komersial, yang tarifnya ditetapkan oleh pemerintah; l) Rencana jangka panjang dituangkan dalam perencanaan perusahaan (Corporate Planning), yang dijabarkan kedalam rencana kerja anggaran perusahaan secara tahunan; m) Penggunaan peraturan dan prosedur dalam setiap kegiatan; n) Peningkatan peran serta sektor swasta; o) Peningkatan sumber daya manusia; p) Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan keselamatan masyarakat. Sejalan dengan maksud dari REP tersebut, dengan peraturan pemerintah No. 19 tahun 1998, tanggal 3 Februari 1998, pemerintah menetapkan pengalihan bentuk Perusahaan Umum (PERUM) kereta api menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Prosesi perubahan status perusahaan dari Perum menjadi Persero secara De-Facto dilakukan tanggal 1 Juni 1999, saat Menteri Perhubungan Giri S. Hadiharjono mengukuhkan susunan Direksi PT. Kereta Api (Persero) di Bandung.

4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan dan Uraian Tugas PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung adalah satuan organisasi dilingkungan PT. Kereta Api (Persero) yang berada dibawah Direksi PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung dipimpin oleh seorang kepala daerah operasi (Kadaop) yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Direksi PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung. Berdasarkan SK Direksi Nomor : KEP. U/OT.003/IV/1/KA-2004 tanggal 1 April 2004, Struktur Organisasi PT. Kereta Api (Persero) daerah Operasi 2 Bandung terdiri dari : 1. Kepala Daerah (Kadaop) 2. Seksi Sumber Daya Manusia dan Umum a) b) c) d) Sub Seksi Sumber Daya Manusia. Sub Seksi Kerumahtanggaan dan Umum. Sub Seksi Hukum. Sub Seksi Higiene Perusahaan, Kesehatan Lingkungan Kerja (Hiperkas) dan Keselamatan Kerja. e) Sub Seksi Unit Pelayanan Kesehatan (UPK).

3. Seksi Keuangan a) b) Sub seksi Administrasi keuangan. Sub Seksi Anggaran dan Akuntansi.

4. Pemeriksaan Kas Daerah a) b) Urusan Tata Usaha. Pemeriksaan Kas Stasiun (PKS).

5. Hubungan Masyarakat Daerah (Humasda). 6. Seksi Jalan Rel dan Jembatan. a) b) c) Pengawas. Sub Seksi Program Jalan Rel dan Jembatan. Sub Seksi Kontruksi Jalan Rel.

65

d) e) f)

Sub Seksi Kontruksi Jembatan. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Resor jalan Rel. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Resor jembatan.

7. Seksi Operasi dan Pemasaran. a) b) c) d) e) f) Pengawas Operasi dan Pemasaran. Sub Seksi Operasi Teknis dan Perjalanan Kereta Api Sub Seksi Pemasaran dan Angkutan Penumpang. Sub Seksi Pemasaran dan Angkutan Barang. Sub Seksi Keamanan dan Ketertiban. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengendalian Operasi Kereta Api Terpusat (POKAT). g) Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Operasi Sarana

Telekomunikasi. h) i) Unit Pelaksana Teknis (UPT) Stasiun Unit Pelaksana Teknis (UPT) Reservasi.

8. Seksi Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik. a) b) c) d) e) f) g) Pengawas Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik. Sub Seksi Program. Sub Seksi Sinyal. Sub Seksi Telekomunikasi dan Listrik. UPT Resor Sinyal. UPT Resor Telekomunikasi. UPT Resor Listrik Umum.

9. UPT Terminla Peti Kemas Gedebage Bandung. a) b) c) d) e) f) g) Urusan Tata Usaha. Sub Seksi Jasa Terminal. Sub Seksi Teknik Pemeliharaan dan Perawatan. Sub Seksi Angkutan Impor/Ekspor dan Domestik. Sub Seksi Pemasaran dan Klaim. Sub Seksi Perwakilan TPKB Gedebage Bandung dan Pasoso. Pembendaharaan. Adapun uraian tugas berdasarkan struktur organisasi PT. Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung adalah sebagai berikut : 1. Kepala Daerah Operasi (Kadaop), mempunyai tugas pokok memimpin Daerah Operasi 2 Bandung dan berada dibawah serta bertanggung jawab kepada Direksi PT. Kereta Api (Persero). 2. Seksi Sumber Daya Manusia dan Umum. a) Sub Direksi Sumber Daya Manusia (SDM),

mempunyai tugas pokok melaksanakan perencanaan kebutuhan SDM, administrasi dan sistem informasi SDM, serta melaksanakan pengendalian, pembinaan, pelatihan, sertifikasi dan evaluasi kinerja SDM. b) Sub Seksi Kerumahtanggaan dan Umum, mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan protokoler, tata usaha, pengadaan perlengkapan dan keperluan kantor, serta alat tulis kantor (ATK), pencatatan barang-barang

67

inventaris, pengaturan dan pelaksanaan transportasi (Pool Mobil) dan akomodasi perkantoran, pengurusan wisma/mess, serta pengarsipan surat menyurat dan peraturan-peraturan perkeretaapian. c) Sub Seksi Hukum, mempunyai tugas pokok

melaksanakan pemberian pertimbangan dan bantuan hukum didalam dan diluar pengadilan, serta menjadi sumber informasi hukum dan peraturan bagi pegawai. d) Sub Seksi Hiperkes dan Keselamatan Kerja,

mempunyai tugas pokok melaksanakan penelitian, pengujian dan pembinaan Hygiene perusahaan dan kesehetan (Hiperkes), ergonomi dan psikologi kerja, melaksanakan pengujian kesehatan SDM,

melaksanakan pelatihan dan pembinaan keselamatan kerja, perlindungan kerja dan pencegahan kecelakaan kerja dari berbagai peralatan kerja dan bahan kerja yang berbahaya, serta menyediakan bahan dan alat keselamatan kerja. e) Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), mempunyai tugas pokok melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan kepada pegawai dan keluarga yang masih menjadi tanggungannya, khusus pada UPK Bandung

memberikan tambahan pelayanan kesehatan gigi.

3. Seksi Keuangan. a) Sub Seksi Administrasi Keuangan, mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan, pengesahan pembayaran gaji pegawai dan non pegawai, pengesahan pembayaran kepada pihak ketiga, serta penyelesaian dokumentasi analisa dan tata usaha keuangan. b) Sub Seksi Anggaran dan Akuntasi, mempunyai tugas pokok mengkoordinasi penyusunan rencana pokok anggaran tahunan daerah operasi, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan rencana serta pelaksanaan anggaran, akuntansi dan penyusunan laporan keuangan daerah operasi. 4. Pemeriksaan Kas daerah. a) Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan jadwal dan mekanisme kerja pemeriksaan kas stasiun atau perbendaharaan kas stasiun atau perhentian, kas terminal peti kemas, kas restorka dan kas besar, pemeriksaan diatas kereta api, serta melaksanakan penatausahaan pemeriksaan kebenaran setoran pendapatan ke Bank Koordinator Daerah. b) Pemeriksaan kas stasiun (PKS), mempunyai tugas pokok

melaksanakan pemeriksaan kas stasiun atau perbendaharaan kas stasiun atau perhatian, kas terminal peti kemas, kas restorka, kas besar dan melaksanakan pemeriksaan diatas kereta, pemeriksaan kebenaran setoran pendapatan ke BKD, serta menyusun laporan hasil

69

pemeriksaan (LHP) sesuai jadwal atau rencana yang telah ditetapkan oleh PKD. 5. Hubungan Masyarakat Daerah ( Humasda), mempunyai tugas pokok melaksanakan hubungan masyarakat, penyuluhan dilingkungan perusahaan (Internal) dan dengan media massa diluar perusahaan (Eksternal). 6. Seksi Jalan Rel dan Jembatan. a) Pengawas 1. Pengawas teknik (Wastek) jalan rel dan jembatan 2 Bandung, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan dan pembinaan mutu teknis pemeliharaan jalan rel dan jembatan pada seluruh UPT restor jalan rel dan UPT restor jembatan di Daop 2 Bandung, serta mengadakan kordinasi dengan para pengawas dibawah seksi jalan rel dan jembatan dan pengawas dibawah seksi lain yang terkait. 2. Pengawas Jalan Rel 2.A Bandung, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan, dan

pembinaan mutu teknis pemeliharaan jalan rel yang wilayah pengawasannya meliputi UPT Resor Jalan Rel 2.1 Cianjur, UPT Resor Jalan Rel 2.2 Purwakarta dan UPT Resor Jalan Rel 2.3 Bandung, beserta Distrik Jalan Relnya. 3. Pengawas Jalan Rel 2.B Tasikmalaya, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan, dan

pembinaan mutu pekerja teknis pemeliharaan jalan rel yang wilayah pengawasannya meliputi UPT Resor Jalan Rel 2.4 Cibatu dan UPT Jalan Rel 2.5 Tasikmalaya, beserta Distrik Jalan Relnya. 4. Pengawasan Jembatan 2 Bandung mempunyai tugas pokok melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan dan

pembinaan mutu teknis pemeliharaan jembatan yang wilayah pengawasannya meliputi UPT Resor Jembatan 2.1 Purwakarta, UPT Resor Jembatan 2.2 Padalarang dan UPT Jebatan 2.3 Banjar. b) Sub Seksi Program, mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyusunan program anggaran dan evaluasi kinerja pemeliharaan jalan rel, sepur simpang dan jembatan. c) Sub Seksi Konstruksi Jalan Rel, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan perencanaan teknik pemeliharaan jalan rel dan sepur simpang, serta pengendalian pengoperasian mesin berat atau ringan perawat jalan rel. d) Jalan Seksi Konstruksi Jembatan, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan perencanaan teknik pemeliharaan jembatan. e) UPT Resor Jalan Rel, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeliharaan dan menjamin kelaikan jalan rel diwilayah kerjanya dengan dibantu Distrik

71

Jalan Rel. f) UPT Resor Jembatan, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeliharaan dan menjamin keliakan jembatan diwilayah kerjanya. 7. Seksi Operasi dan Pemasaran. a) Pengawas Operasi dan Pemasaran, Pengawasan, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan dan pembinaan mutu pekerjaan teknis operasi dan pelayanan di stasiun dan di dalam kereta api, administrasi teknis operasional dan keuangan UPT Stasiun, UPT Reservasi, UPT Pengendalian Operasi Kereta Api Terpusat dan UPT Pelayanan Operasi Sarana Telekomunikasi di seluruh Daop 2 Bandung, serta mengadakan koordinasi dengan para pengawas di bawah seksi operasi dan pengwasan pada seksi lainnnya. b) Sub Seksi Operasi Teknis dan Perjalanan Kereta Api, mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan, pemantauan kereta dan gerbong yang siap operasi, merumuskan pemanfaatan dan pembagian kereta dan gerbong, pengaturan dan evaluasi kinerja pelaksanaan program perjalanan kereta api, serta melaksanakan tata usaha telekomunikasi atau telegram maklumat

(TEM). c) Sub Seksi Pemasaran Angkutan Penumpang,

mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan program dan avaluasi kenerja pemasaran angkutan penumpang, menganalisis dan melakukan negosiasi tarif, menanggapi dan menganalisis keluhan

penggunaan jasa, serta melaksanakan pembinaan pelanggan. d) Sub Seksi Operasi Angkutan Barang, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan program evaluasi kinerja dan pemasaran melakukan angkutan negosiasi barang, tarif,

menganalisis

menanggapi dan menganalisis keluhan pengguna jasa serta melaksanakan pembinaan pelanggan. e) Sub Seksi Keamanan dan Ketertiban, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemantauan dan

pengendalian keamanan dan ketertiban operasi (diatas kereta api dan di statiun) dan lingkungan Daop. f) UPT pengendalian Operasi Kereta Api Terpusat (POKAT), mempunyai tugas pokok melaksanakan pengendalian operasi kereta secara terpusat dan terpadu di seluruh lintas wilayah Daop. g) UPT Pelayanan Operasi Sarana Telekomunikasi

73

(POST), mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan operasi sarana telekomunikasi, memproses dan melaksanakan pemberian informasi atau

telegram. h) UPT Stasiun, mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan operasi angkutan kereta api dan pelayanan kepada pengguna jasa angkutan kereta api, menjamin keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran dalam kegiatan operasi angkutan kereta dan api,

melakukan

penjualan

langsung

menjaga

persediaan karcis beserta tertib administrasinya, serta menjamin kemudahan, kenyamanan kebersihan,

keindahan dan kejelasan informasi kepada pengguna jasa angkutan kereta api, serta mengelola dan mempertanggungjawabkan keuangan stasiun. i) UPT Stasiun dipimpin oleh Kepala Stasiun (KS), setiap UPT Stasiun Kelas Besar dipimpin oleh Kepala Stasiun Besar (KSB) dan dibantu oleh Wakil Kepala Stasiun Besar (WKSB). j) UPT Stasiun dilinhkungan Daop 2 Bandung yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh penguasa perbendaharaan (PDB) stasiun, yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penerimaan, penyimpanan, mengeluarkan uang baik pendapatan maupun biaya untuk keperluan dinas dan mempertanggungjawabkan, serta

menerima dan menyetorkan pendapatan dan melaksanakan proses akuntansinya. k) UPT Reservasi Bandung, mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan pemesanan atau penjualan karcis kelas eksekutif dan bisnis, memberi informasi jadwal perjalanan kereta api dan tarif harga karcis kereta api, serta menangani pengaduan dan klaim pelanggan. 8. Seksi Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik. a. Pengawas sinyal, telekomunikasi dan listrik, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan dan pembinaan mutu pekerjaan teknis sinyal, telekomunikasi dan listrik diwilayah kerjanya yang meliputi seluruh UPT Resor Sinyal, UPT Resor Telekominikasi dan UPT Resor Listrik di Daop 2 Bandung. b. Sub Seksi Program, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan program anggaran dan evaluasi kinerja pemeliharaan sinyal, telekomunikasi dan listrik umum. c. Sub Seksi Sinyal, mepunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan program pemeliharaan sinyal. d. Sub Seksi Telekomunikasi dan Listrik, mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan program pemeliharaan telekomunikasi dan listrik. e. UPT Resor Sinyal, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeliharaan dan menjamin kelaikan peralatan sinyal dalam wilayah

75

kerjanya. f. UPT Resor Telekomunikasi, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeliharaan dan menjamin kelaikan peralatan telekomunikasi dan wilayah kerjanya. g. UPT Resor Listrik Umum, mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan menjamin kelaikan instalasi listrik umum, terdiri dari UPT Resor Listrik Umum 2.1 Bandung (BD). 9. UPT Terminal Peti Kemas (TPKB) Gedebage Bandung. a. Urusan Tata Usaha, mempunyai tugas pokok melaksanakan keamanan dan ketertiban serta keuangan TPKB. b. Sub Seksi Jasa Terminal, mempunyai tugas pokok mengatur dan mengawasi pelaksanaan bongkar muat, penimbunan di container yard dan penyerahan peti kemas. c. Sub Seksi Teknik Pemeliharaan dan perawatan, mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeliharaan dan perawatan atas alat bongkar muat, alat pengangkutan, lapangan penimbunan peti kemas serta peralatannya. d. Sub Seksi Angkutan Ekspor Impor dan Domestik, mempunyai tugas pokok mengawasi administrasi pengangkutan peti kemas ekspor impor dan domestik ke Tanjung Priuk dan sebaliknya TPKB serta melaksanakan penerimaan atau penyerahan barang. e. Sub Seksi Pemasaran dan Klaim, mempunyai tugas pokok mengatur dan mengelola pemasaran jasa terminal peti kemas, mengurus

pentafsiran serta mengurus klaim. f. Sub Seksi Perwakilan TPKB di Tanjung Priuk, mempunyai tugas pokok mewakili TPKB dalam urusan kelancaran pengangkutan peti kemas dari dan ke PTKP di Tanjung Priuk. g. Perbendaharaan (PDB) TPKB, mempunyai tugas pokok : 1. Menerima, menyimpan, mengeluarkan dan mempertanggung

jawabkan keuangan biaya, serta melaksanakan proses akuntansi 2. Menerima dan menyetorkan pendapatan.

4.1.1.3 Aktivitas PT. Kereta Api (Persero) A. Kedudukan PT. Kereta Api (Persero) 1. PT. Kereta Api (Persero) adalah badan usaha yang bernaungan didalam lingkungan departemen perhubungan sebagai regulator,

dipimpin oleh suatu jajaran direksi yang bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan. 2. Menteri Perhubungan bersama Menteri Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN dengan dibantu oleh Direktur Jenderal

Pehubungan Darat, terlibat langsung dalam pembinaan PT. Kereta Api tersebut. 3. Dewan Pengawas pada PT. Kereta Api bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan PT. Kereta Api, sesuai perundang-undangan yang berlaku.

77

B. Tugas PT. Kereta Api (Persero) PT. Kereta Api selain berorientasi sebagai badan usaha yang mencari laba juga mempunyai tugas pokok sebagai penyelenggara pengusahaan jasa angkutan kereta api dalam rangka memperlancar arus perpindahan orang dan atau barang secara masal untuk menunjang pembangunan nasional. C. Fungsi PT. Kereta Api (Persero) Untuk melaksanakan tugas tersebut PT. Kereta Api menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1. Penyediaan, pengoperasian, pendayagunaan, pemeliharaan, perbaikan, pengendalian dan pengembangan sarana

angkutan diatas rel dan usaha lainnya yang dapat menunjang tujuan perusahaan. 2. Pemeliharaan, perbaikan dan pendayagunaan prasarana pokok berupa jalan kereta api, perlintasan, terowongan perangkat instalasi persinyalan dan telekomunikasi,

instalasi sentral aliran listrik atas dan bawah dimana bangunan tersebut terletak serta tanah daerah milik dan manfaat jalan kereta api. 3. Pengoperasian, pendayagunaan, pengendalian, pengusahaan stasiun-stasiun dan bangunan-bangunan lainnya untuk pemberangkatan, penurunan dan atau penaikan penumpang maupun barang, serta jasa angkutan lainnya yang terkait. 4. Pengelolaan dan pendayagunaan keuangan perusahaan.

5. Pengelolaan, pendayagunaan dan pengembangan sumber daya manusia. 6. Pengawasan internal.

4.1.2

Penerapan Anggaran Penjualan PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung PT. Kereta Api (Persero) Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung

merupakan daerah operasi atau merupakan perusahaan cabang yang tidak mempunyai wewenang untuk menyusun anggaran sendiri. Anggaran disusun dikantor pusat dalam rapat besar anggaran yang dihadiri oleh panitia penyusunan anggaran dan seluruh kepala daerah operasi. Sebelum rapat penyusunan anggaran, setiap daerah operasi khususnya Daop 2 Bandung akan menyusun RKAD (Rencana Kerja Anggaran Daerah) yang terdiri dari usulan-usulan mengenai rencana program kerja dan anggaran kerja untuk periode selanjutnya. Setiap unit di Daop mengajukan rencana/program kerja untuk unitnya masing-masing kepada Kadaop lainnya dan panitia penyusunan anggaran di kantor pusat untuk menentukan program pelaksanaan kerja setiap Daop dan memutuskan usulan dari unit Daop disetujui atau tidak. Setelah disusun program pelaksanaan kemudian kantor pusat akan memberikan dana pelaksanaan berdasarkan SOPI/T (Surat Otorisasi Perusahaan Induk/Tambahan). Tanggung jawab Daop adalah melaksanakan program kerja yang telah didiskusikan dan disetujui sebatas anggaran dana

79

yang disediakan oleh kantor pusat. Jika pada kenyataan anggaran dana yang disediakan tidak mencukupi dalam pelaksanaannya, maka dapat mengajukan tambahan sebatas tambahannya tidak signifikan. Jadi tugas pokok Daop hanyalah melaksanakan program kerja atau anggaran kerja yang telah disusun dikantor pusat dan Daop tidak berwenang untuk menyusun anggaran. Setelah anggaran penjualan disusun dan disahkan, maka anggaran penjualan mulai dilaksanakan dalam perusahaan sebagai pedoman

pelaksanaan kerja. Anggaran tersebut dilaksanakan agar penggunaan anggaran tunai tidak melampaui anggaran operasi dalam satu tahun anggaran setiap sub pos anggaran. Adapun sarana yang disediakan oleh perusahaan didalam

melaksanakan anggaran sekaligus sebagai alat pengendalian Break Down per triwulan dari RAKD yang diterima, yang digunakan dalam masa satu tahun, jadi dalam satu tahun dibuat empat triwulan untuk setiap sub pos anggaran. Pos anggaran dibagi menjadi sub pos program dan sub pos realisasi pada setiap triwulannya, yang digunakan untuk membandingkan pada periode sebelumnya dan untuk mengetahui tingkat persentase dari tiap-tiap pos. Tingkat persentase yang paling menonjol terdapat pada pos pendapatan operasi. Anggaran penjualan merupakan rencana kerja penjualan yang akan dilaksanakan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dan dinyatakan dalam bentuk uang. Anggaran penjualan ini mencakup proyeksi pendapatan dan biaya operasi yang berpengaruh terhadap kegiatan penjualan dalam kurun

waktu satu tahun anggaran. Pada proyeksi pendapatan digambarkan pendapatan hasil jasa, yaitu pendapatan kereta api penumpang dan barang, restorka, tuslah, dan pendapatan operasi lainnya. Sedangkan biaya operasi merupakan biaya sehari-hari untuk keperluan penjualan. Berikut ini Penulis menyajikan tabel mengenai anggaran penjualan yang diperoleh pada Kasi Keuangan Daop 2 Bandung, sebagai berikut : Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Penjualan PT. Kereta Api (persero) Tahun 2002 s/d 2006 Tahun 2002 2003 2004 2005 Anggaran Penjualan 150.324.109.168 170.938.103.868 175.956.068.860 151.324.109.169 Realisasi Anggaran Penjualan 145.284.037.311 160.322.014.451 173.584.998.238 154.074.652.146 %Pencapaian 96.65% 93.79% 98.65% 101.82% 84.40%

2006 164.632.315.015 138.956.068.860 Sumber : Diolah dari Laba Rugi PT. Kereta Api (Persero)

Tahun 2002, anggaran penjualan tidak tercapai sebesar Rp. 145.284.037.311 atau 96.65% dari anggaran tahun 2002. Tidak tercapai diakibatkan pada tahun 2002, PT. Kereta Api kurangnya melakukan pengamanan sehingga banyak penumpang yang tidak mempunyai tiket. Tahun 2003, realisasi anggaran penjualan tercapai sebesar Rp. 160.322.014.451 atau 93.79%. Tercapainya realisasi anggaran penjualan tahun 2003 disebabkan terjadi peningkatan volume penjualan. Jika dibandingkan dengan tahun 2002, realisasi anggaran penjualan tahun 2003 mengalami

81

peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dari pelanggan dan kondisi ekonomi yang cukup stabil. Tahun 2004, realisasi anggaran penjualan tercapai

Rp.173.584.998.238 atau 98.65% dari anggaran penjualan tahun 2004. realisasi anggaran penjualan tahun 2001 mengalami peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah realisasi anggaran penjualan jasa PT. Kereta Api (Persero) adalah seringnya melakukan promosi penjualan Tahun 2005, realisasi anggaran penjualan mengalami penurunan sebesar Rp.154.074.652.146 atau hanya tercapai sebesar 101.82% tidak tercapainya disebabkan menurunnya penjualan serta turunnya permintaan para pelanggan. Realisasi anggaran penjualan tahun 2005 mengalami penurunan dibandingkan dengan realisasi anggaran penjualan tahun 2004. Hal ini diakibatkan kalah bersaing dengan perusahaan lain yang sama-sama bergerak dibidang jasa. Tahun 2006, realisasi anggaran penjualan mengalami penurunan sebesar Rp. 138.956.068.860 atau hanya tercapai sebesar 84.40% tidak tercapainya disebabkan tahun 2006 PT. Kereta Api (Persero) menurunnya permintaan pelanggan. Sehingga pada tahun 2006 penjualan mengalami penurunan. Batas toleransi anggaran penjualan adalah sebesar 80% untuk menghindari kerugian.

4.1.3

Laba Pada PT. Kereta Api (Persero) Laba atau rugi merupakan hasil yang diperoleh dari penjualan jasa

angkutan penumpang, angkutan barang yang dilakukan oleh PT. Kereta Api (Persero). Perhitungan rugi-laba akan memberikan informasi mengenai target penjualan yang telah dilakukan selama periode berlangsung. Perhitungan rugilaba sangat penting untuk informasi bagi manajemen maupun Kepala Divisi karena dengan adanya informasi mengenai rugi-laba maka manajemen dapat membuat acuan mengenai penyusunan anggaran untuk tahun yang akan datang. Selain itu pula untuk memberikan prestasi kerja yang diraih oleh Kasi Keuangan Daop 2 Bandung. Berikut ini Penulis menyajikan tabel mengenai laba yang diperoleh pada Kasi Keuangan Daop 2 Bandung, sebagai berikut : Tabel 4.2 Perhitungan Laba PT. Kereta Api Indonesia Tahun 2002-2006 Tahun Laba

2002 2003 2004 2005 2006

75.394.931.398 96.391.628.912 16.164.130.818 35.702.587.319 100.963.558.155

Berdasarkan tabel mengenai laba pada Divisi Keuangan Daop 2 Bandung, Penulis dapat menyimpulkan bahwa laba yang diperoleh setiap tahunnya mengalami perubahan naik dan turun. Diakibatkan PT. Kereta Api (Persero) besarnya laba yang diperoleh dipengaruhi oleh besar kecilnya

83

penjualan, harga pokok penjualan serta biaya usaha.

4.2 4.2.1

Pembahasan Analisis Penerapan Anggaran Penjualan Pada PT. Kereta Api (Persero). Anggaran penjualan merupakan dasar bagi penyusunan anggaran-

anggaran perusahaan lainnya. Oleh karena itu, dalam penyusunan anggaran penjualan ini harus dilakukan secara cermat dan hati-hati. Bila dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh PT. Kereta Api (Persero), maka proses penyusunan anggaran penjualan yang diterapkan telah dilaksanakan terhadap seluruh kegiatan kerja yang berasal dari proses kerja produksi itu sendiri Dalam proses penyusunan anggaran penjualan ini mencakup perusahaan, tujuan perusahaan serta analisi-analisis untuk meningkatkan penjualan itu sendiri. Adapun prosedur penyusunan anggaran penjualan adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan telah menentukan dasar-dasar anggaran, dimana isinya adalah penentuan relevan variabel yang mempengaruhi penjualan, penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan serta penentuan strategi dasar. 2. Dalam penyusunan rencana penjualan, perusahaan telah melakukan analisis ekonomi dengan mengadakan proyeksi terhadap aspek-aspek makro seperti moneter, kependudukan, kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang ekonomi.

3. Melakukan analisis penentuan prestasi penjualan yang akan datang. 4. Menyusun forecast penjualan yaitu meramalkan jumlah penjualan yang diharapkan dengan anggapan segala sesuatu berjalan seperti masa lalu. 5. Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan (Budgeted Sales) 6. Menghitung laba/rugi yang diperoleh (Budget Profit). 7. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang disetujui oleh pihak yang berkepentingan. Walaupun dalam pelaksanaannya masih harus ada perbaikanperbaikan terutama dalam bidang pengawasan terhadap pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumya. Pengawasan ini sangat penting bagi penyusunan kerja untuk menilai sampai dimana kinerja dari para pelaksananya. Selain itu juga pengawasan ini bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang akan terjadi dari kegiatan kerja para pegawainya. Pengawasan ini berguna untuk melakukan evaluasi hasil akhir kerja pada perusahaan. Evaluasi ini dilakukan agar rencana yang telah ditetapkan tercapai, kegiatan evaluasi biasanya diadakan rutin setiap tiga bulan sekali atau pertriwulan. Dari hasil evaluasi, kemudian dilakukan revisi-revisi dengan tujuan pelaksanaan kerja tidak terlalu jauh dari rencana yang telah ditetapkan, sehingga rencana ini dapat berjalan dengan tepat. Revisi dapat dilakukan di pertengahan periode atau selama perencanaan kerja sedang berlangsung. Gambar berikut ini menunjukan kenaikan dan penurunan anggaran penjualan pada perusahaan PT. Kereta Api (Persero) dari tahun 2002 sampai

85

dengan tahun 2006 adalah sebagai berikut :

GOCF,t= CFt OCFtOCFt

59

180000000000 175000000000 170000000000 165000000000 160000000000 155000000000 150000000000 145000000000 140000000000 135000000000 2002 2003 2004 2005 2006 Anggaran Penjualan

Grafik 4.1 Anggaran penjualan Dapat dilihat dari grafik 4.1 diatas bahwa anggaran penjualan mengalami kenaikan dan penurunan disebabkan oleh banyak hal. Selanjutnya penulis, melakukan perhitungan perkembangan anggaran penjualan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : GOCF,t : Perkembangan Anggaran Penjualan pada tahun ke t Pt Pt-1 : Anggaran Penjualan pada tahun ke t : Anggaran Penjualan pada tahun ke t-1 Berikut ini perkembangan anggaran penjualan pada PT. Kereta Api

(Persero) selama 5 tahun dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 adalah sebagai berikut Bagian yang dilibatkan dalam penyusunan anggaran penjualan adalah bagian keuangan dan penjualan. Mereka menganalisis data-data periode sebelumnya untuk dijadikan suatu data baru yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran penjualan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Laporan Anggaran penjualan & Realisasi Anggaran penjualan PT. Kereta Api (Persero) Tahun 2002 s/d 2006 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Anggaran penjualan 150.324.109.168 170.938.103.868 175.956.068.860 151.324.109.169 164.632.315.015 Kenaikan 20.613.994.70 0 5.017.965.000 133.082.059 Penurunan 246.319.597 Persentase (%) 1,5% 1,7% 1,75% 1,51%

Sumber : Diolah dari Laba Rugi PT. Kereta Api (persero) Berdasarkan tabel 4.1 yang disajikan diatas akan diuraikan sebagai berikut : Pada tahun 2002, anggaran penjualan adalah Rp 150.324.109.168. Untuk tahun 2003, anggaran penjualan mengalami kenaikan dari tahun 2002, yaitu sebesar Rp 20.613.994.700 atau 1,5 %, hal ini disebabkan karena seringnya melakukan promosi penjualan. Pada tahun 2003, anggaran penjualan adalah Rp 170.938.103.868. Untuk tahun 2004, anggaran penjualan mengalami kenaikan dari tahun 2003,

61

yaitu sebesar Rp 5.017.965.000 atau 1,7 %, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan volume penjualan tiket. Pada tahun 2004, anggaran penjualan adalah Rp. 175.956.068.860 Untuk tahun 2005, anggaran penjualan mengalami penurunan dari tahun 2004, yaitu sebesar Rp 246.319.597 atau 1,75%, hal ini disebabkan karena kalah bersaing dengan perusahaan lain yang sama-sama bergerak pada bidang jasa. Untuk tahun 2005, anggaran penjualan adalah Rp 151.324.109.169 Untuk tahun 2006, anggaran penjualan mengalami kenaikan dari tahun 2005, yaitu sebesar Rp 133.082.059 atau 1,51 %, Hal ini disebabkan karena permintaan pelanggan meningkat.

4.2.2

Analisis Laba PT. Kereta Api (Persero) Salah satu tujuan dari perusahaan adalah memperoleh laba yang

optimal. Perolehan laba yang optimal ini tentunya telah mereka perhitungkan dalam membuat anggaran yang telah dibuat oleh pihak manajemen. Oleh karena itu, anggaran sebagai alat bantu manajemen dalam perolehan laba yang optimal. Dimana laba diperoleh dari pendapatan penjualan (Realisasi anggaran penjualan) dikurangi dengan biaya-biaya operasional. Gambar berikut ini menunjukan kenaikan dan penurunan laba pada perusahaan PT. Kereta Api (Persero) dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 adalah sebagai berikut :

59

G120000000000 Pt-1 CD,t= Pt Pt


100000000000 80000000000 60000000000 40000000000 20000000000 0 2002 2003 2004 2005 2006

Laba

Grafik 4.2 Laba Dapat dilihat dari grafik 4.2 diatas bahwa Laba mengalami kenaikan dan penurunan yang disebabkan oleh banyak hal. Selanjutnya penulis, melakukan perhitungan perkembangan laba dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : GCD,t : Perkembangan Laba Pada Tahun ke t Pt Pt-1 : Laba pada tahun ke t : Laba pada tahun ke t-1 Berikut ini perkembangan laba pada PT. Kereta Api (Persero) selama 5 tahun dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Perhitungan Laba PT. Kereta Api (Persero) Tahun 2002 s/d 2006

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006

Laba 75.394.931.398 96.391.628.912 16.164.130.818 35.702.587.319 100.963.558.155

Kenaikan 20.996.697.51 4 19.538.456.50 1 65.260.970.83 6

Penurunan 80.227.498.09 4 -

Persentase (%) 7,5% 9,6% 1,6% 3,6%

Dari tabel 4.5 yang disajikan diatas akan diuraikan sebagai berikut : Pada tahun 2002, laba adalah Rp 75.394.931.398. Untuk tahun 2003, laba mengalami kenaikan dari tahun 2002, yaitu sebesar Rp 20.996.697.514 atau 7,5%, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan penjualan tiket kereta api. Untuk tahun 2003, laba adalah Rp. 96.391.628.912. Untuk tahun 2004, laba mengalami penurunan dari tahun 2003, yaitu sebesar Rp 80.227.498.094 atau 9,6%, hal ini disebabkan karena menurunnya penjualan tiket serta kondisi perekonomian masyarakat yang tidak stabil. Tahun 2004, laba adalah Rp 16.164.130.818. Untuk tahun 2005, laba mengalami kenaikan dari tahun 2004, yaitu sebesar Rp 19.538.456.501 atau 1,6 %. Kenaikan ini terjadi karena meningkatnya permintaan pelanggan terhadap jasa angkutan barang. Tahun 2005, Laba adalah Rp 35.702.587.319. Untuk Tahun 2006, laba mengalami kenaikan dari tahun 2005, yaitu sebesar Rp 65.260.970.836 atau 3,5 %. Kenaikan ini terjadi karena adanya kenaikan penjualan tiket

61

kereta api dan permintaan pelanggan terhadap jasa angkut barang.

4.2.3

Analisis Pengaruh Penerapan Anggaran Penjualan Terhadap Efektivitas Laba Pada PT. Kereta Api (Persero). Penelitian ini menggunakan paradigma sederhana, karena hanya

terdapat satu variabel independen (X) dan satu variabel dependen (Y) anggaran penjualan variabel X dan efektivitas laba merupakan variabel Y. Penelitian ini dilakukan pada PT. Kereta Api (Persero) karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa, yaitu layanan jasa angkutanpenumpang, angkutan barang. PT. Kereta Api (Persero) menyusun suatu anggaran penjualan agar mempunyai rencana kerja yang baik dan efisien, dimana hal ini dapat meningkatkan pendapatan dan hasil penjualan akan mempengaruhi berapa tingkat laba yang dihasilkan. Anggaran penjualan dan laba perusahaan pada PT. Kereta Api (Persero) mengalami fluktuasi diakibatkan harus bersaing dengan perusahaan jasa lainnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

59

200000000000.00 180000000000.00 160000000000.00 140000000000.00 120000000000.00 100000000000.00 80000000000.00 60000000000.00 40000000000.00 20000000000.00 0.00 2002 2003 2004 2005 2006 Anggaran Penjualan Laba

Grafik 4.3 Perbandingan Anggaran Penjualan Dan Laba Pada PT. Kereta Api (Persero) Periode 2002-2006 Berdasarkan Grafik 4.3 diatas biaya anggaran penjualan dan laba pada PT. Kereta Api (Persero) Periode 2002-2006, maka penulis melakukan pengujian statistik dengan program SPSS For Windows Versi 12.00 Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Analisis Regresi Linier Sederhana 2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment 3. Mencari Koefisien Determinasi 4. Uji Hipotesis Karena keterbatasan penulis dalam memperoleh data, penulis hanya bisa menyajikan data keuangan selama kurun waktu 5 tahun sebagai data untuk menganalisis pengaruh biaya anggran penjualan terhadap laba 4.2.4 Pengujian Hipotesis

Untuk membuktikan hubungan realisasi anggaran penjualan dengan laba, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis koefisien korelasi, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis.

4.2.4.1 Analisis Regresi Sederhana Analisis regresi sederhana adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Hasil output dari pengolahan data menggunakan program SPSS versi 12 for windows adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Statistik SPSS Anova
ANOVA(b) Sum of Squares Regressi 5576106918171530000000 on .000 Residual 4042706617205604000000 .000 Total 9618813535377140000000 .000 a Predictors: (Constant), realisasi b Dependent Variable: laba Model 1 df 1 3 4 Mean Square 55761069181715300000 00.000 13475688724018680000 00.000 F 4.138 Sig. .135(a)

Nilai probabilitas pengaruh anggaran penjualan terhadap laba perusahaan sebesar 0,00 dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Artinya nilai probabilitas tersebut yaitu koefisien regresi mempunyai arti, karena nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05.

Tabel 4.6

61

Tabel Statistik SPSS Koefisien


a Coefficients

Model 1

Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) -486823373182.0 211222570920.0 realisasi 2.774 1.363

Standardized Coefficients Beta .761

t -2.305 2.034

Sig. .105 .135

a. Dependent Variable: laba

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat diketahui koefisien a dan b sebagai berikut : a = -4.868 b = 2.774 Hasil perhitungan di atas pun menggambarkan persamaan regresi sebagai berikut : Y = a + bX Y = - (-4.868) + 2.774 X Di mana : Y = Laba X = Realisasi anggaran penjualan Tabel 4.7 Perhitungan Analisis Regresi Sederhana Tahun X Y X
2.11075E+22 2.57031E+22 3.01318E+22 2.3739E+22 1.93088E+22 1.1999E+23

Y
5.6844E+21 9.29135E+21 2.61279E+20 1.27467E+21 1.01936E+22 2.67053E+22

XY
1.09537E+22 1.54537E+22 2.80585E+21 5.50086E+21 1.40295E+22 4.87436E+22

2002 1.45284E+11 7.5395E+10 2003 1.60322E+11 9.6392E+10 2004 1.73585E+11 1.6164E+10 2005 1.54075E+11 3.5703E+10 2006 1.38956E+11 1.0096E+11
7.72222E+11 3.2462E+11

(Sumber: Data yang diolah)

Nilai a juga dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :


a=

( X )( Y ) ( X )( XY ) n X ( X)
2 2 2

a = (1.1999E+23) (-2.923E+11) (7.72222E+11) (-4.31319E+22) 5 (1.1999E+23) (5.96326E+23) a = (-3.500717E+34) (-3.33074E+34) (5.99951E+23) (5.96326E+23) a = -1.76436E+23 3.62423E+21 a = -4.86823373182.0 a = -4.868 Sedangkan nilai b dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

59

b=

n XY ( X )( Y ) n X 2 ( X)
2

b = 5 (-4.31319E+22) (7.72222E+11) (-2.923E+11) 5 (1.1999E+23) (5.96326E+23) b = (-2.15659E+23) (-2.25712E+23) 5.99951E+23 5.96326E+23 b = 1.00521E+22 3.62423E+21 b = 2.773592213 b = 2.774 Hasil yang diperoleh untuk perhitungan koefisien regresi adalah sebagai berikut : Y= -4.868 + 2.774X. Sedangkan perhitungan koefisien regresi dengan menggunakan SPSS For Windows Versi 12.

Tabel 4.8 Statistik SPSS Koefisien


a Coefficients

Model 1

Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) -486823373182.0 211222570920.0 realisasi 2.774 1.363

Standardized Coefficients Beta .761

t -2.305 2.034

Sig. .105 .135

a. Dependent Variable: laba

Berdasarkan pada table 4.8 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y= -4.868 + 2.774 Konstanta sebesar -4.868 mempunyai arti jika tidak ada anggaran penjualan maka laba perusahaan akan sebesar -4.868 koefisien regresi sebesar +2.774 mempunyai arti bahwa tiap penambahan 1 rupiah untuk anggaran

penjualan maka laba akan meningkat sebesar 2.774.

4.2.4.2 Analisis Koefisien Korelasi Pearson Berikut ini disajikan hasil perhitungan menggunakan program SPSS For Windows Versi 12 Tabel 4.9
Correlations laba Pearson Correlation Sig. (1-tailed) laba realisasi laba realisasi N laba realisasi 1.000 .761 . .067 5 5 realisasi .761 1.000 .067 . 5 5

59

Error: Reference source not foundBerdasarkan perhitungan analisa koefisien korelasi menggunakan program SPSS For Windows versi 12, dapat diketahui pengaruh anggaran penjualan terhadap efektivitas laba PT.Kereta Api (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung dan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara realisasi anggaran penjualan terhadap efektivitas laba PT.Kereta Api (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung diperoleh tingkat koefisien korelasi sebesar 0,761, berarti menunjukkan adanya hubungan korelasi yang sangat kuat antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y). Nilai korelasi realisasi anggaran penjualan 0.761 maka hubungan atau pengaruh diantara kedua variabel ini adalah hubungan yang positif atau memiliki hubungan yang searah artinya apabila realisasi anggaran penjualan meningkat maka efektivitas laba akan naik begitupun sebaliknya apabila

realisasi anggaran penjualan menurun maka efektivitas laba akan turun. Adapun untuk menentukan keeratan hubungan melalui nilai interval koefisien yaitu :

Tabel 4.10 jenis keeratan hubungan antar variabel r 0,00 r 0,25 0,25 r 0,50 0,50 r 0,75 0,75 r 1,00 Tingkat keeratan Korelasi sangat lemah (tidak ada) Korelasi cukup Korelasi kuat Korelasi sangat kuat

(Jonathan Sarwono: 2005;47)

Tabel 4.11 Perhitungan Korelasi Pearson Tahun X Y X


2.11075E+22 2.57031E+22 3.01318E+22 2.3739E+22 1.93088E+22 1.1999E+23

Y
5.6844E+21 9.29135E+21 2.61279E+20 1.27467E+21 1.01936E+22 2.67053E+22

XY
1.09537E+22 1.54537E+22 2.80585E+21 5.50086E+21 1.40295E+22 4.87436E+22

2002 1.45284E+11 7.5395E+10 2003 1.60322E+11 9.6392E+10 2004 1.73585E+11 1.6164E+10 2005 1.54075E+11 3.5703E+10 2006 1.38956E+11 1.0096E+11
7.72222E+11 3.2462E+11

(Sumber: Data yang diolah) Berdasarkan perhitungan tabel korelasi di atas, maka diperoleh : X = 7.72222E+11 Y = 3.2462E+11 X = 1.1999E+23 Y = 2.67053E+22 n =5 XY = 4.87436E+22 (X) = 5.96326E+23 (Y) = 1.0538E+23

Sehingga akan menghasilkan perhitungan sebagai berikut:

59

r=

[( X )( Y ) ] n( X ) ( X ) . n( Y ) ( Y )
n( XY )
2 2 2

r=

5 (-4.31319E+22) (7.72222E+11) (-2.923E+11) 5 (1.1999E+23) 5.96326E+23 . 5 (2.67053E+22) (8.54326E+22)

r=

(-2.15659E+23) (7.7222E+11) (-2.923E+11) (5.199951E+23) (5.96326E+23) . (1.33527E+23) (8.54326E+22)

r = (-2.15659E+23) (-2.25712E+23) (3.62423E+21) (4.80941E+22) r = 1.00521E+22 1.74304E+44 r = 0.761 Nilai r = 0.761 menunjukan adanya korelasi positif atau hubungan searah antara variabel X dan variabel Y kerana nilai r berada dalam batasbatas yang diterima yaitu antara -1 dan +1 atau -1 < r < +1. Ini berarti setiap nilai anggaran penjualan (X) dan diikuti dengan kenaikan nilai efektivitas pencapaian laba perusahaan (Y) dan setiap penurunan nilai X akan diikuti penurunan nilai Y.

4.2.4.3 Analisis Koefisien Determinasi Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya realisasi anggaran penjualan terhadap efektivitas laba. Untuk menghitungnya menggunakan program SPSS For Windows versi 12. Tabel 4.12
Model Summary(b)

Model 1

R .761(a)

R Square .580

Adjusted R Square .440

Std. Error of the Estimate 36709247777 .663

a Predictors: (Constant), realisasi b Dependent Variable: laba

Dapat dicari juga dengan menggunakan rumus koefisien determinasi sebagai berikut: Kd = r x 100% Dimana : Kd = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi

Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut: Kd = r x 100% = 0,761 x 100% = 57,9121 % 58 % Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh realisasi anggaran penjualan terhadap laba yang dilakukan oleh PT.Kereta Api (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung adalah sebesar 58 % dan sisanya sebesar 42 % merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain seperti fluktuasi harga dan kebijaksanaan pemerintah.

4.2.4.4 Uji Hipotesis Hipotesis merupakan suatu proporsi atau anggapan yang mungkin benar. Pengujian hipotesis statistik merupakan prosedur yang memungkinkan

61

keputusan dapat dibuat yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang diuji. Untuk menguji generalisasi (signifikansi hasil penelitian) dalam penelitian ini dilakukan tahapan-tahapan uji hipotesis sebagai berikut : 1. Menyatakan Ho dan H1 H o = = 0 Realisasi anggaran penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas laba.

H 1 = 0 Realisasi anggaran penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas laba.

2. Menentukan tingkat kepercayaan Tingkat siginifikansi ( ) merupakan nilai maksimum probabilitas kesalahan jenis satu (type 1 error) yaitu kesalahan yang disebabkan karena menolak hipotesis nol padahal hipotesis nol tersebut benar. Dalam penelitian ini digunakan tingkat kepercayaan dengan taraf nyata = 0,05 dimana df = n-2, dan t (/2; n-2) tabel distribusi t dengan uji dua pihak . /2 = 0,05/2 = 0,025 df = n 2 = 5 2 = 3 Sedangkan untuk t (0,025;3) = + 3.182 3. Menentukan t hitung Uji signifikan dengan jumlah sampel kurang dari 30 digunakan uji t

sebagai berikut : Tabel 4.13 Tabel Statistik SPSS Koefisien


a Coefficients

Model 1

Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) -486823373182.0 211222570920.0 realisasi 2.774 1.363

Standardized Coefficients Beta .761

t -2.305 2.034

Sig. .105 .135

a. Dependent Variable: laba

Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh t hitung sebesar 2.034. Sedangkan t hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

59

r n-2 t hitung = 1 r2

= r 0.761 5-2 1- 0.761 = 0.761 3


1 0.579121

= 0.761 x 1.732050808
0.420879

= 1.318090665 0.648751878 = 2.031733101 = 2.034 Nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel sebagai daerah kritis penerimaan atau penolakan hipotesis, merupakan himpunan nilai-nilai sampel yang akan mengarah kepada penolakan hipotesis. 4. Pengambilan keputusan Selanjutnya nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t pada tabel sebagai daerah kritis penerimaan atau penolakan hipotesis. Untuk mengetahui ditolak atau diterimanya hipotesis. Adapun kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : a. Apabila t hitung < t tabel, maka H0 diterima, H1 ditolak b. Apabila t hitung > t tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima Tingkat signifikan derajat kebebasan = n 2 Ho ditolak H1 diterima, bila t hitung > t (0,025;3) Maka dengan demikian dapat disimpulkan "Tidak Terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan antara anggaran penjualan terhadap efektivitas laba"

-2.034

-3.182

3.182 2.034

Gambar 4.4 Kurva Distribusi t Berdasarkan kurva tersebut, maka diperoleh t hitung sebesar 2.034 dan t
tabel

sebesar 3.182 dengan = 0,025, berarti t hitung > t tabel, sehingga H0 diterima tidak terdapat pengaruh yang

dan H1 ditolak yang menunjukkan bahwa

signifikan antara realisasi anggaran penjualan terhadap efektivitas laba.

Вам также может понравиться