Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Fenomena di Masyarakat Tentang Bom Bunuh Diri

elakangan ini, kita sering menerima informasi dari berbagai media massa tentang istilah bom bunuh diri yang cenderung dilekatkan dengan gerakan

perlawanan Islam. Kemudian, secara faktual, banyak orang yang tidak atau belum mengerti tentang keberadaan bom bunuh diri. Antara lain, tetang hukum kegiatan bom bunuh diri menurut syara. Sehingga, banyak pihak yang dengan enteng mengatakan bahwa perbuatan bom bunuh diri adalah dosa besar. Dengan alasan, perbuatan bunuh diri adalah dosa sebab mendahului kehendak Allah SWT. Ya memang, secara harfiah setiap perbuatan bunuh diri adalah dosa. Namun, yang jadi permasalahan adalah siapa yang menerapkan istilah bom bunuh diri itu dan dengan maksud apa, sehingga pengertiannya menjadi rancu? Jika istilah bom bunuh diri dipredikatkan kepada para mujahid yang rela mati dalam jihad fi sabilillah, itu salah kaprah. Alangkah bodohnya kita jika berpendapat seperti itu. Apakah para mujahid yang kemudian banyak yang gugur di medan jihad (syahid) adalah sekumpulang orang yang tidak faham hukum Allah (syara)? Apakah iya, mereka mau mati sia-sia, bahkan ganjarannya adalah neraka jahannam lantaran bunuh diri? Nah, ini harus dikaji dan didudukkan dalam proporsi yang sebenarnya, agar umat mengerti keberadaan istilah bom bunuh diri yang sebenarnya.

2.2. Pengamatan Tentang Istilah Bom Bunuh Diri

enurut pengamatan, istilah bom bunuh diri sengaja dibuat dan disiarkan oleh musuh Islam. Dengan kemampuan pers dan teknologi komunikasi yang

canggih, mereka mampu membentuk opini masyarakat dunia bahwa perbuatan orang Islam yang meledakkan objek dengan bom yang mereka bawa dengan kendaraan atau dilekatkan di tubuh mereka adalah perbuatan bunuh diri. Dengan tujuan yang akan dicapai adalah agar orang Islam yang berbuat seperti itu bercitra buruk, yang pada akhirnya adalah tidak ada lagi orang Islam yang melakukan hal seperti itu. Apabila tujuan mereka tercapai, maka padamlah semangat jihad di dalam jiwa kaum muslimin. Ironisnya, pers kita justru menelan mentah-mentah informasi fitnah yang musuh Islam lontarkan. Padahal, mayoritas penduduk republik ini dan mayoritas insan pers kita yang katanya berprinsip bebas dan bertanggung jawab mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Sungguh menyedihkan! Mari kita beranalogi. Dulu, ketika Rasulullah SAW menyebarkan agama Islam, kaum musyrikin Quraisy menyebut beliau dengan sebutan si penyebar Bidah. Kaum muslimin masa itu tidak ikut-ikutan menyebut Nabi mereka sebagaimana yang dikatakan oleh mush Allah. Mereka menyebut Muhammad sebagai pembawa risalah samawiyyah (pembawa berita dari langit). Yaitu, wahyu Allah. Yang dekat dengan kita adalah ketika bangsa kita dijajah kolonial Belanda, para pejuang tanah air mereka sebut ekstrimis (pemberontak). Termasuk di dalamnya Pengeran Diponegoro. Nah, apakah kita membebek bangsa penjajah itu dengan menyebut pejuang yang rela menyambung nyawa dengan sebutan pemberontak? Kan, tidak? Sampai sekarang, kita menyebut mereka adalah para pejuang. 2

Zionis Israel dan Salibis Amerika menyebut para pejuang Palestina dengan sebutan teroris (pengacau). Apakah kita langsung ikut menyebut sebagaimana yang mereka sebut? Kalau ya, berarti kita bagian dari mereka. Mudah-mudahan tidak, sebab mereka yang berjuang di Palestina, termasuk para pemuda, remaja, dan anak-anak dengan gerakan intifadhah-nya (berjuang dengan bersenjatakan batu) adalah para mujahid bukan teroris. Namanya kaum kafirun, di mana pun dan kapan pun, mereka berupaya untuk memurtadkan kaum muslimin. Mereka belum berhenti, sebelum kaum muslimin murtad dari agama yang hak, yaitu Islam. Bagaimana cara yang mereka lakukan dalam memurtadkan kaum muslimin, Dari cara yang lunak sampai kepada yang keras, yaitu dengan kekuatan militer. Misalnya Afghanistan. Setelah pemerintahan Taliban runtuh, Salibis Amerika dan para sekutunya, dengan alasan HAM dan emansipasi, kaum muslimah Afghanistan dibujuk untuk menanggalkan jilbabnya dan kaum muslimin mencukur jenggotnya. Khusunya cara yang lunak adalah cara yang paling efektif. Sebab perlahan tapi pasti mereka berhasil memurtadkan kaum muslimin, minimal mensekulerkan atau sejalan dengan pemikiran mereka. Medan perang yang mereka gelar pun di berbagai sektor. Antara lain, sektor politik, ekonomi dan budaya. Negara miskin beriman lemah gampang sekali mereka murtadkan. Mereka bagaikan Dajjal, melalui jalan bantuan ekonomi, tangan kanan menawarkan air, tangan kiri menawarkan api. Mau bantuan tetapi harus ikut segala keinginan mereka. Termasuk menjejali faham bahwa agama tidak mengatur kehidupan bernegara dan bermasyarakat (sekuler). Sehingga, hukum Allah tidak diberlakukan di kedua bidang itu.

Pemurtadan via sektor budaya, gampang sekali di tandai. Lihat saja sajian media massa kita. Apakah kita tidak menyadari bahwa kita sedang dicecoki dan digiring ke arah perbuatan murtad minimal sekuler. Misalnya, film Dracula yang memvisualisasikan salib mampu mengusir setan. Nah, dampaknya, banyak anak muda muslim yang bangga berkalung salib. Belum lagi sajian media massa dalam bentuk lainnya yang mensuperiorkan kaum kafirun. Sehingga, pada gilirannya, generasi kita akan menjadi generasi yang rendah diri, pengecut, dan bermental budak. Sayang ruang medium kiata sempit untuk membahas masalah ini. Semua upaya pemurtadan dan pensekuleran itu, mereka sebut dengan gerakan globalisasi.

2.3. Pendapat Tokoh Islam Mengenai Istilah Bom Bunuh Diri

ari kita kembali ke pokok permasalahan. Yaitu tentang bom bunuh diri dan bom jihad. Tersebut Jusril Ihza Mahendra, tokoh Islam bergelar

profesor bidang hukum tata negara, dan Mentri Kehakiman dan HAM RI. Ketika reporter salah satu stasiun televisi bertanya tentang keabsahan bom bunuh diri, ia menjawab ringkas bahwa perbuatan para pejuang dengan bom bunuh diri adalah sah sebab mereka tidak berkemampuan selain dengan jalan itu untuk melawan musuh berjumlah besar dengan persenjataan mutakhir yang canggih. Sehubungan dengan topik yang kita bicarakan, mari kita simak pernyataan Abubakar Baasyir, Amir Majelis Mujahidin Indonesia ketika menjawab pertanyaan reporter koran Australia, The Sydney Morning Herald, 13 Desember 2002, yang terjemahannya sebagai berikut: Apakah Ustadz percaya bom bunuh diri adalah perbuatan mulia atau jihad? 4

Ya, bom syahid itu adalah perbuatan mulia yang merupakan jihad yang tinggi nilainya kalau itu terpaksa, seperti umpamanya di Palestina, itu tidak ada jalan lain untuk membela diri dan membela Islam. Dan semua ulama membenarkan, bom syahid itu karena terpaksa, tidak ada jalan lain untuk membela diri dan agama Islam. Seperti saudara saya kaum muslimin yang di Palestina di dalam menghadapi Israel terpaksa harus berbuat macam itu karena tidak seimbangnya senjata. Sedangkan Israel dipasok senjata oleh musuh Allah, pemerintah Amerika, sedangkan kaum Palestina tidak mempunyai senjata yang mampu untuk bisa melawan, maka tidak ada jalan lain kecuali dengan jalan bom mati syahid. Itu adalah merupakan perbuatan yang terpuji karena di dalam Islam kalau sampai Islam itu diserang, kita wajib membela diri dan menyerang orang yang menyerang Islam itu dan di dalam Islam tidak ada kamus angkat tangan, tidak ada kamus menyerah. Kamus hanya ada dua, menang atau mati. (Konspirasi di Balik Bom Bali; Skenario Membungkam Gerakan Islam, Ir. Dedi Junaedi, Bina Wawasan Press, Jakarta 2003, hlm. 115-132). Insya Allah, pernyataan dari kedua tokoh Islam itu dapat membuka wawasan kaum muslimin tentang istilah bom bunuh diri. Jadi, jika para mujahid di dalam upaya membela diri dan membela Islam terpaksa menggunakan bom dengan kendaraan atau dilekatkan pada tubuhnya sehingga ia sendiri gugur, maka ia bukan disebut bunuh diri tetapi mati syahid. Sedangkan istilah yang pas adalah bom syahid atau bom jihad, bukan bom bunuh diri. Sebab, Islam tidak mengenal istilah pasukan bunuh diri, yang ada adalah pasukan berani mati yang kini semakin populer dengan sebutan fedayeen atau fadain. Pasukan berani mati inilah yang bikin takut nyali musuh Allah termasuk Amerika Serikat yang mengklaim dirinya sebagai negara adidaya dengan persenjataan

yang super canggih. Apalagi para sekutunya, antara lain Israel, Inggris, Australia, dan Singapura. Oleh sebab itu, mereka berupaya keras dengan akal liciknya mempengaruhi opini masyarakat dunia untuk memojokkan kaum muslimin melalui perang pemikiran.

2.4. Kisah Perjuangan Para Sahabat Nabi, dan Nash al-Quran Sebagai Rujukan

etelah kita membahas fenomena yang berkembang dimasyarakat tentang keberadaan istilah bom bunuh diri dengan mengemukakan analisis berdasarkan

pengamatan penulis dan pendapat tokoh Islam di republik ini, maka pada kesempatan ini, kita akan menelaah kisah heroik para fedayeen (pasukan berani mati) pada zaman para sahabat Rasulullah SAW. Terutama, sosok mujahid beken , al-Barra bin Malik, agar kita mengambil pelajaran (ibrah) kepada yang haq bukan kepada ocehan bathil para kafirun musuh Allah yang didukung kaum sekuler yang bersembunyi di balik selimut Islam, yang tingkat bahayanya lebih dahsyat dari kaum kafirun. Sebab, mereka berkategori munafikun. Merekalah yang disebut orang Islam tetapi memusuhi Islam. Marilah kita simak informasi kisah al-Barra bin Malik al-Anshari yang dikutip dari buku Shuwarum min Hayatis Shahabah, karya Abdurrahman Rafat Basya, diterjemahkan oleh H. Mamur daud, dengan Judul Kepahlawanan Generasi Shahabat Rasulullah SAW, jil. 1, Media Dakwah Jakarta, 1984, hlm. 47-54).

ambutnya kusut dan berdebu, bertubuh kurus dengan tulang menonjol., kerempeng dan berkulit hitam. Orang melecehkan dan segan bertemu dia.

Tetapi, walaupun begitu, dia telah membuktikan keberanian sanggup menewaskan

ratusan orang musyrik dalam beberapa kali perang tanding satu lawan satu (duel). Belum termasuk musuh yang ia tewaskan dalam kecamuk perang. Sesungguhnya dia pemberani dan pantang mundur. Khalifah Umar bin Khatab pernah menulis surat kepada para panglima, supaya tidak mengangkat al-Bara bin Malik menjadi komandan pasukan, karena di khawatirkan dengan keberanian yang luar biasa itu, ia akan membahayakan tentara muslimin. Al-Bara bin Malik adalah saudara kandung Anas bin Malik, Khadam Rasulullah. Dalam kesempatan ini, kita akan menulusuri salah satu kisah kepahlawanan al-Bara. Kisah ini terjadi tidak beberapa lama setelah Rasulullah wafat. Yaitu, ketika beberapa kabilah Arab murtad dari agama Islam secara beramai-ramai, sebagaimana mereka masuk Islam secara beramai-ramai. Akhirnya, yang tinggal dalam Islam hanyalah para penduduk Makkah, Madinah, Thaif, dan beberapa kelompok yang terpencar di sana sini. Mereka orang yang teguh dan mantap imannya. Khalifah Abu Bakar menghendaki agar ancaman terhadap eksistensi Islam itu di tanggulangi sampai tuntas. Maka, dibentuk pasukan, terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Lalu, dikirim ke seluruh Jazirah Arab, untuk mengembalikan orang yang murtad dan memerangi yang membangkang. Kelompok orang murtad yang paling jahat dan besar ialah kelompok Banu Hanifah yang dipimpin Musailamah al-Kazzab. Jumlah mereka tak kurang dari 40.000 orang, terdiri dari prajurit tangguh dan berpengalaman. Kebanyakan mereka murtad dan mengikuti Musailamah karena fanatik kesukuan, bukan karena percaya kepada kenabian Musailamah.

Sebagian mereka berkata, Saya tahu Musailamah itu bohong dan Muhammadlah Nabi yang benar. Tetapi kebohongan Bani Rabiah (Musailamah) lebih saya sukai dari pada kebenaran Bani Mudhar (Muhammad). Tentara muslimin yanag pertama datang menyerang Musilamah dipimpin oleh Ikrimah dapat dikalahkan tentara Musialamah, sehngga lari kucar-kacir dan Ikrimah sendiri tewas sebagai syahid. Setelah itu, dikirim oleh Khalifah Abu Bakar Shiddiq pasukan kedua yang dipimpin Khlid bin Walid. Dalam pasukan Khalid ini terdapat para pahlawan Anshar dan Mujahirin. Diantara mereka, terdapat al-Barra bin Malik al-Anshary, dan beberapa pendekar muslim lainnya. Pasukan Khalid bertemu dengan pasukan Musailamah di Yamamah. Pertempuran segera terjadi. Belum lama kedua pasukan itu bertempur, ternyata pasukan Musailamah lebih unggul. Mereka dapat mendesak mundur pasukan Khalid dari posisinya, hingga pasukan Musailamah berhasil menyerbu sampai ke perkemahan Khalid bin Walid dan menghancurkan perkemahan itu, seandainya tidak sempat diselamatkan pengawal. Melihat situasi yang tidak menguntungkan, Khalid melompat ke tengah-tengah pasukannya dan mengubah susunan pasukan. Kaum Mujahirin, kaum Anshar, dan prajurit yang terdiri dari anak desa di pisah-pisah menurut kelompok masing-masing. Tiap-tiap kelompok dikepalai salah seorang dari kelompoknya sendiri. Dengan begitu Khalid dapat mengetahui kesanggupan masing-masing kelompok, serta dapat mengontrol letak kelemahan tentara muslimin. Kini, kedua pasukan baku hantam dan baku tebas dengan sengit dan mengerikan. Kaum muslimin memperlihatkan kemampuan yang belum diperlihatkan sebelumnya.

Tentara Musailamah bertahun dimedan tempur bagaikan gunung, kokoh dan kuat. Mereka tidak peduli walaupun kurban banyak jatuh dipihak mereka. Kaum muslimin memperlihatkan kemampuan luar biasa. Peristiwa ini sungguh sangat mengerikan.

T
syuhada.

sabit bin Qais yang memanggul bendera Anshar melilit tubuhnya dengan kain kafan, kemudian menggali lubang setinggi betis. Lalu, dia masuk ke lubang

itu. Dia bertahan di lubang itu mengibarkan bendera kaumnya sampai tewas sebagai

Zaid bin Khattab, saudara Umar bin Khattab RA, memanggil kaum muslimin, Wahai kaum muslimin, bertempurlah dengan gigih. Tewaskan musuh-musuh kalian dan terus maju. Wahai manusia, demi Allah, saya tidak akan berbicara lagi setelah ini, sampai Musailamah dihancurkan, atau saya syahid menemui Allah. Saya akan perlihatkan kepada Allah bukti bahwa saya betul-betul syahid! Kemudian, dia maju menyerang musuh, bertempur sampai tewas sebagai syuhada. Lain pula dengan Salim, maula Abu Hudzaifah, pembawa bendera kaum Muhajirin. Kaumnya khawatir dia lemah atau takut. Kata mereka kepada Salim, Kami sangsi dengan keberanian Anda menghadapi musuh. Jawab Salim, Jika kalian sangsi terhadap saya, percuma saya menjadi pembawa bendera al-Quran. Kemudian, dia menyerbu musuh-musuh Allah dengan berani sehingga ia tewas pula sebagai syuhada. Kepahlawanan mereka belum seberapa dibandingkan dengan kepahlawanan alBarra bin Malik.

Ketika Khalid melihat api pertempuran semakin berkobar, dia berpaling kepada al-Barra. Kata Khalid memerintah, Kerahkan mereka, hai pemuda Anshar! Al-Barra berteriak memanggil kaum Anshar, Hai kaum Anshar, jangan kalian berpikir-pikir hendak kembali ke Madinah setelah hari ini. Ingatlah kepada Allah sematamata, kemudian ingat surga. Sesudah berkata begitu, dia maju mendesak kaum musyrikin, diikuti prajurit Anshar. Pedangnya menari lincah menebas kuduk musuhmusuh Allah. Melihat pasukannya banyak yang gugur, Musailamah dan pasukannya menjadi gentar. Karena itu, mereka lari berlindung dalam sebuah kebun. Kebun itu kemudian terkenal dalam sejarah dengan nama Kebun Maut karena banyak manusia yang terbunuh di situ. Kebun maut itu adalah tempat lari terakhir bagi Musailamah dan tentaranya. Berpagar tinggi dan kokoh. Musailamah dan puluhan ribu tentaranya mengunci pintu rapat-rapat. Mereka bertahan dalam kebun itu seolah-olah dalam benteng. Dari puncak pagar mereka menghujani kaum muslimin yang berusaha untuk masuk ke kebun dengan panah. Kata al-Barra, Angkat saya dengan galah dan lindungi saya dengan perisai dari panah musuh. Setelah itu, lemparkan saya ke kebun itu, di dekat pintu. Biarlah saya syahid untuk membukakan pintu bagi kalian. Dalam sekejap, al-Barra telah berada di ujung sebatang galah. Tubuhnya enteng, karena ia berperawakan kurus dan kecil. Sepuluh orang pemanah melemparkannya ke dalam kebun maut. Al-Barra meluncur di atas ribuan tentara Musailamah. Kehadirannya menyebabkan mereka ngeri bagaikan disambar petir di siang bolong. Sementara itu, al-

10

Barra berhasil menewaskan 10 orang penjaga pintu. Dan, segera ia buka pintu kebun itu agar kaum muslimin bisa masuk. Namun al-Barra kena sabetan pedang dan goresan panah yang menyebabkan sembilan luka menganga di tubuhnya. Kaum muslimin tumpah ruah menyerbu ke dalam kebun maut. Pedang mereka berkelebat di kuduk orang-orang murtad. Lebih kurang 20.000 orang korban tewas di pihak mereka. Termasuk pemimpin mereka, Musailamah al-Kahzab.

l-Barra segera dinaikkan kawan-kawannya ke kendaraan untuk diobati. Sebulan lamanya Khalid merawat dan mengobati al-Barra sampai Allah

menyembuhkan luka-lukanya. Dia memuji dan bersyukur kepada Allah yang telah memberi kemenangan bagi kaum muslimin. Al-Barra bin Malik al-Anshari sangat merindukan kematian sebagai syahid. Dia kecewa karena gagal memperolehnya di Kebun Maut. Maka, sejak itu dia selalu menceburkan diri dalam peperangan untuk mencapai cita-cita besarnya karena rindu hendak segera bertemu dengan nabinya yang mulia. ketika penaklukan perang Kota Tustar di Persia, tentara Persia berlindung dalam sebuah puri. Puri itu merupakan benteng yang kokoh bagi tentara Persia. Temboknya tinggi dan besar. Semua pintunya kuat dan kokoh. Kaum muslimin mengepungpuri dengan ketat. Setelah terkepung begitu lama, akhirnya mereka mendapat kesulitan. Mereka mengulurkan kait besiyang panas mebara dari puncak pilar yang untuk mengait tentara muslimin. Tentara muslimin yang terkait mereka angkat. Adakalanya, langsung tewas atau pingsan.

11

Naas bagi Anas bin Malik, dia terkait pengait berapi itu. Kemudian, al-Barra, saudaranya melompat ke dinding benteng dan melepaskan pengait dari tubuh Anas. Tangan al-Barra terbakar dan melepuh memegang pengait yang panas membara. Tetapi, dia tidak peduli asal saudaranya lepas dari pengait itu. Kemudian, dia berhasil turun dengan daging jari tangannya terkelupas. Dalam Perang Tustar, ini dia berdoa kepada Allah, semoga dia diberi rezeki sebagai syuhada. Dan, Allah memperkanankan doanya. Dia syahid menemui Allah dengan senyum bahagia. Semoga Allah menjadikan wajahnya gemerlapan di surga, dan menyejukkan pandangannya menemui Nabinya, Muhammad SAW. Dalam rida-Nya. Aamiin! Demikian sajian kisah buku apik yang terdiri dari empat jilid. Alangkah baiknya jika kaum muslimin, terutama para anak muda memiliki atau minimal menelaah buku berukuran saku itu, agar dapat mengambil pelajaran dan mencontoh bagaimana perjuangan muslimin generasi terdahulu yang berjuang dengan ikhlas dan hanya mengharapkan rida Allah semata demi tegaknya Islam. Adapun hujjah dari al-Quran yang memperbolehkan bom jihad, antara lain: 1. Firman Allah SWT : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri, dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur`an. (QS. At-Taubah (9): 111) Point dari dalil ayat ini adalah, bahwa perang di jalan Allah mempunyai resiko besar berupa kematian. Padahal kematian ini merupakan sesuatu yang kemungkinan 12

besar atau pasti akan terjadi pada aksi bom manusia. Akan tetapi meski demikian, Allah SWT tetap memerintahkannya dan memberikan pahala surga bagi yang

melaksanakannya. Perintah Allah SWT ini menunjukkan izin dari Allah untuk melaksanakannya.

2. Firman Allah SWT :

Barang siapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur (terbunuh) atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar. (QS. AnNisa (4): 74)

Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah SWT menyamakan pahala orang yang gugur dengan pahala orang yang mampu mengalahkan musuh karena membela agama Allah. Dan orang yang melakukan aksi bom manusia, dalam hal ini termasuk dalam kategori orang yang gugur di jalan Allah tadi, bukan termasuk orang yang bunuh diri. Sebab andaikata termasuk orang yang bunuh diri, Allah tidak akan memberikan pahala besar baginya, tetapi malah akan memasukkannya ke dalam neraka, seperti keterangan dalam hadits-hadits Nabi SAW.

3. Firman Allah SWT :

13

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya namun Allah mengetahuinya. (QS. Al-Anfal (8): 60)

Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan bahwa aksi-aksi bom manusia termasuk dalam bentuk jihad yang paling besar. Aksi ini termasuk dalam aksi-aksi teror (irhab) sebagaimana yang tertera dalam ayat di atas. 4. Hadits Nabi SAW sebagaimana riwayat Imam Muslim berikut :


Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah pernah pada Perang Uhud hanya bersama tujuh orang Anshar dan dua orang dari kaum Quraisy. Ketika musuh mendekati Nabi SAW, beliau bersabda, Barangsiapa bisa menyingkirkan mereka dari kita, ia akan masuk surga, atau ia bersamaku di surga. Kemudian satu orang dari Anshar maju dan bertempur sampai gugur. Musuh mendekat lagi dan Rasulullah bersabda lagi, Barangsiapa bisa menyingkirkan mereka dari kita, ia akan masuk surga, atau ia bersamaku di surga. Kemudian satu orang dari Anshar maju dan

14

bertempur sampai gugur. Dan hal ini terus berlangsung sampai ketujuh orang Anshar tersebut terbunuh.

Ketika Nabi SAW mengatakan, Barangsiapa bisa menyingkirkan mereka dari kita, ia akan masuk surga adalah sebuah isyarat bahwa mereka akan terbunuh di jalan Allah, dan dalam hal ini kematian hampir dapat dipastikan. Peristiwa ini menunjukkan bolehnya mengorbankan diri sendiri dalam perang seperti halnya aksi bom bunuh diri dengan keyakinan akan mati di jalan Allah. Dasar-dasar tersebut di atas menjadi landasan bagi ulama yang memperbolehkan bom bunuh diri. Secara ringkas, mereka menganggap aksi bom bunuh diri tidaklah sama dengan bunuh diri yang biasa. Bom bunuh diri dalam pandangan mereka merupakan wujud pengorbanan seorang muslim bagi agamanya, seperti halnya yang terjadi dalam perang-perang melawan orang kafir yang jelas-jelas nyawa seorang muslim dipertaruhkan, bahkan dalam banyak perang yang jumlah muslimnya jauh lebih sedikit dari jumlah musuh, menurut perhitungan rasional dapat dikatakan bahwa kaum muslim mencoba bunuh diri dengan melawan pasukan yang berjumlah jauh lebih besar.

15

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan

etelah kita mengetahui perjuangan para sahabat Rasulullah SAW dan dalil dari al-Quran yang antara lain sebagaimana dipaparkan di atas, apakah kita masih

juga menuding perbuatan jihad sebagai perbuatan bunuh diri? Mudah-mudahan, tidak. Jika ya, sungguh naif dan sungguh menyedihkan. Apakah Naif bin Qais, pemanggul panji-panji kaum Anshar yang membalut tubuh dengan kain kafan kemudian membenamkan kaki di lobang agar tidak mundur setapak pun dari medan jihad sampai tewas, disebut bunuh diri? Apakah Salim, pembawa panji-panji kaum Muhajirin yang menyerbu musuh di medan jihad dengan gagah berani kemudian mati syahid, disebut bunuh diri? Apakah ketujuh sahabat Anshar yang berjuang bersama Nabi dalam peperangan Uhud yang kemudian mereka semua syahid, disebut bunuh diri? Apakah al-Barra bin Malik, mujahid bertubuh kerempeng yang berani menceburkan diri dalam benteng pertahanan musuh yang berjumlah puluhan ribu dengan hanya bersenjatakan sebilah pedang kemudian ia berhasil dengan sekejab membunuh 10 musuh dan berhasil membuka gerbang untuk jalan masuk laskar muslimin, namun ia sendiri terluka, apakah ia dikategorikan sebagai orang yang melakukan perbuatan bunuh diri? Memang kita harus banyak belajar dan pandai membilah-bilah permasalahan sehingga tidak mudah dihasut dan dikadali kaum kafirun yang didukung oleh kaum

16

orientalis dan kaum sekuler yang berupaya mengkecilkan Islam bahkan jika bisa memusnahkan Islam. Antara lain, upaya memadamkan semangat jihad Islam sebagai suatu kewajiban kaum muslimin. Tahukah anda? Menurut informasi, ada beberapa negara di Timur Tengah yang berhasil dihasut oleh Amerika Serikat sehingga bab jihad dihapus dari kurikulum sekolah. Maka, bukan mustahil jika kejadian serupa akan menimpa muslimin di negeri ini. Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dari kemungkaran. Aamiin! Jika kita telusuri kitab Sirah Nabawiyah, kita akan dapati informasi bagaimana Allah SWT menanamkan rasa takut pada para musuh kaum muslimin ketika perang melawan kaum muslimin. Dan, sekaligus Allah SWT mananamkan keberanian kepada laskar kaum muslimin. Itulah pertolongan Allah Yang Maha Agung kepada pembela Islam. Modal kaum muslimin yang sangat hebat dan amat ditakuti musuh adalah semangat jihad. Kaum kafirin dan musuh Islam lainnya tahu benar bahwa Islam itu unggul lantaran ajaran jihad sebagai suatu ibadah. Maka, mereka berusaha memadamkan semangat jihad di jiwa kaum muslimin. Dan, secara faktual, di negeri kita ini yang mayoritas penduduknya beragama Islam, musuh eksternal telah bekerjasama dengan musuh internal, termasuk kaum orientalis dan sekunder berusaha keras mematikan semangat jihad kaum muslimin Indonesia. Silakan, anda cermati ocehan mereka di berbagai media massa. Yang memprihatinkan, manusia seperti itu justru populer dan didudukan sebagai pemimpin. Dan, belakangan ini, banyak yang dinominasikan di papan atas sebagai calon pemimpin bangsa.

17

Apakah kita masih saja begok? Tidakkah kita mau berkaca dengan sejarah perjuangan bangsa kita dalam merebut kemerdekaan dari kaum penjajah jahanam itu? Hendaknya kitajangan terlena dengan kemampuan akal yang dangkal bahwa kita mampu mengusir penjajah hanya dengan bermodalkan bambu runcing. Memang itu fakta sejarah. Tetapi, jangan coba-coba kita menyampingkan pertolongan Allah di dalam berbagai peristiwa sejarah perjuangan bangsa ini. Campur tangan Allah atau kekuasaan Allah memang tidak selalu dapat dipecahkan hanya dengan kemampuan akal. Perhitungan di atas kertas, dengan persenjataan tradisional seadanya perjuangan kita pasti kalah melawan kekuatan musuh dengan senjata berteknologi canggih, antara lain : pistol, senapan mesin, granat, dan meriam. Diserang dari darat, dari laut, dan dari udara. Namun pada kenyataannya kita menang melawan tentara sekutu. Menghadapi fakta ini, para pakar militer sekutu terbengong-bengong. Di antara mereka ada yang berpendapat, pejuang Indonesia menang lantaran semangat keislaman yang membaja dan membara. Yaitu, jihad. Menurut para ulama, kemenangan bangsa kita melawan agresor adalah karena tayidullah ( kekuatan yang diberikan Allah ) kepada para pejuang. Tayidullah ini di karuniai Allah kepada orang yang bertakwa. Salah satunya adalah menjalankan ibadah jihad. Maukah Arek-arek Suroboyo yang berjuang habis-habisan menggempur serdadu agresor sekutu khususnya di Surabaya pada awal kemerdekaan RI disebut sebagai perbuatan bunuh diri yang tolol dan sia-sia? Tentu saja tidak. Ya. Itulah jihad! Memang mereka banyak yang gugur tetapi itulah perjuangan dalam modal persenjataan yang minim. Fakta historis ini jangan coba-coba dimanipulasi. Ia akan jadi aset bangsa yang

18

sewaktu-waktu dapat diangkat ke permukaan untuk menyegarkan kembali semangat jihad bukan semangat bunuh diri. Coba iseng-iseng putar ulang rekaman pidato Bung Tomo di dalam membangkitkan semangat juang Arek-Arek Suroboyo yang populer dengan sebutan peristiwa 10 November, kita pasti merinding. Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar! Jika perjuangan bangsa kita tidak mau dikecilkan, janganlah mengecilkan perjuangan saudara kita di belahan bumi lainnya, antara lain Palestina. Insya Allah, Allah SWT akan memberikan tayidullah kepada para mujahidin Palestina dan mujahidin di belahan bumi lainnya, dan di negeri ini. Tetapi harus diingat bahwa seperti halnya istilah bom bunuh diri yang salah kaprah itu janganlah hendaknya istilah bom jihad pun diracunkan. Sebab, tidak bisa dibilang sebagai perbuatan jihad apabila seseorang atau sekelompok orang bersenjata mengamuk atau meledakkan bom kepada orang atau sekelompok orang yang tidak memerangi Islam.

khirnya, kita bertanya, mengapa bangsa dan negara kita semakin terpuruk? Sebab, Allah SWT tidak melimpahkan tayidullah kepada kita. Mengapa?

Lantaran, barangkali kita tidak berada di sabilillah (di jalan Allah), jauh dari takwa. Wallaahu alam! Dan, faktor kepemimpinan adalah amat penting. Maka, kita harus berhati-hati memilih pemimpin. Jangan asal pilih. Aamiin!

19

DAFTAR PUSTAKA

Ir. Dedi Junaedi. Konspirasi di Balik Bom Bali; Skenario Membungkam Gerakan

Islam. Jakarta, 2003: Bina Wawasan Press H. Mamur Daud. Kepahlawanan Generasi Sahabat Rasulullah SAW. Jakarta,

1984: Media Dakwah. Drs. Caheruman. Plakat Mujahid. Depok, 2003: Lembaga Komunikasi Islamiyah Ismail Bin Umar bin Kathir, Tafsir Ibn Kathir. (Beirut: Dar al-Fikr, 1401 H), I,

230.

20

Вам также может понравиться