Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Istilah salafi berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu. Menurut
ahlussunnah yang dimaksud salaf adalah para ulama' empat madzhab dan
ulama sebelumnya yang kapasitas ilmu dan amalnya tidak diragukan lagi
dan mempunyai sanad (mata rantai keilmuan) sampai pada Nabi SAW.
Namun belakangan muncul sekelompok orang yang melabeli diri dengan
nama salafi dan aktif memakai nama tersebut pada buku-bukunya.
Kelompok yang berslogan "kembali" pada Al Qur'an dan sunnah tersebut
mengaku merujuk langsung kepada para sahabat yang hidup pada masa Nabi
SAW, tanpa harus melewati para ulama empat madzhab.
Bahkan menurut sebagian mereka, diharamkan mengikuti madzhab tertentu.
Sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz dalam salah
satu majalah di Arab Saudi, dia juga menyatakan tidak mengikuti
madzhab Imam Ahmad bin Hanbal.
Ironis sekali memang, apakah berarti Imam Ahmad bin Hanbal dan para
imam lainnya tidak berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah? sehingga
kelompok ini tidak perlu mengikuti para pendahulunya dalam
bermadzhab?. Apabila mereka sudah mengesampingkan kewajiban bermadzhab
dan tidak mengikuti para salafnya, layakkah mereka menyatakan dirinya
salafy?
Pemalsuan juga mereka lakukan terhadap kitab Hasyiah Shawi atas Tafsir
Jalalain dengan membuang bagian-bagian yang tidak cocok dengan
pandangannya. Hal itu mereka lakukan pula terhadap kitab Hasyiah Ibn
Abidin dalam madzhab Hanafi dengan menghilangkan pasal khusus yang
menceritakan para wali, abdal dan orang-orang sholeh.
Parahnya, kitab karya Ibnu Taimiyah yang dianggap sakral juga tak
luput dari aksi mereka. Pada penerbitan terakhir kumpulan fatwa Syekh
Ibnu Taimiyah, mereka membuang juz 10 yang berisi tentang ilmu suluk
dan tasawwuf. (Alhamdulilah, penulis memiliki cetakan lama)
Bukankah ini semua perbuatan dzalim? Mereka jelas-jelas melanggar hak
cipta karya intelektual para pengarang dan melecehkan karya-karya
monumental yang sangat bernilai dalam dunia islam. Lebih dari itu,
tindakan ini juga merupakan pengaburan fakta dan ketidakjujuran
terhadap dunia ilmu pengetahuan yang menjunjung tinggi sikap
transparansi dan obyektivitas.
MENGIKUTI SALAF?
Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan masalah tasawwuf,
maulid, talqin mayyit, ziarah dan lain-lain yang terdapat dalam
kitab-kitab para ulama pendahulu wahhabi. Ironisnya, sikap mereka
sekarang justru bertolak belakang dengan pendapat ulama mereka sendiri.
Pertama, tentang tasawuf. Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal 507 Syekh
Ibnu Taimiyah berkata, "Para imam sufi dan para syekh yang dulu
dikenal luas, seperti Imam Juneid bin Muhammad beserta pengikutnya,
Syekh Abdul Qadir al-Jailani serta lainnya, adalah orang-orang yang
paling teguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani, kalam-kalamnya secara keseluruhan berisi
anjuran untuk mengikuti ajaran syariat dan menjauhi larangan serta
bersabar menerima takdir Allah.
Muhammad bin Abdul Wahhab berkata dalam kitab Fatawa wa Rosail hal. 31
masalah kelima. "Ketahuilah -mudah-mudahan Allah memberimu petunjuk -
Sesungguhnya Allah SWT mengutus Nabi Muhammad dengan petunjuk berupa
ilmu yang bermanfaat dan agama yang benar berupa amal shaleh. Orang
yang dinisbatkan kepada agama Islam, sebagian dari mereka ada yang
memfokuskan diri pada ilmu dan fiqih dan sebagian lainnya memfokuskan
diri pada ibadah dan mengharap akhirat seperti orang-orang sufi. Maka
sebenarnya Allah telah mengutus Nabi-Nya dengan agama yang meliputi
dua kategori ini (Fiqh dan tasawwuf)". Demikianlah penegasan Syekh
Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa ajaran tasawuf bersumber dari Nabi SAW.
Lebih lanjut pada juz 24 hal 366 Ibnu Taimiyah menafsirkan firman Allah
"dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya." (QS an-Najm [53]: 39)
ia menjelaskan, Allah tidak menyatakan bahwa seseorang tidak bisa
mendapat manfaat dari orang lain, Namun Allah berfirman, seseorang
hanya berhak atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan hasil usaha orang
lain adalah hak orang lain. Namum demikian ia bisa memiliki harta
orang lain apabila dihadiahkan kepadanya.
Keempat, masalah talqin. Dalam kumpulan fatwa juz 24 halaman 299 Ibnu
Taimiyah menyatakan bahwa sebagian sahabat Nabi SAW melaksanakan
talqin mayit, seperti Abu Umamah Albahili, Watsilah bin al-Asqa' dan
lainnya. Sebagian pengikut imam Ahmad menghukuminya sunnah. Yang
benar, talqin hukumnya boleh dan bukan merupakan sunnah. (Ibnu
Taimiyah tidak menyebutnya bid'ah)
Dalam kitab AhkamTamannil Maut Muhammad bin Abdul Wahhab juga
meriwayatkan hadis tentang talqin dari Imam Thabrani dalam kitab Al
Kabir dari Abu Umamah.
Kelima, tentang ziarah ke makam Nabi SAW. Dalam qasidah Nuniyyah (bait
ke 4058) Ibnul Qayyim menyatakan bahwa ziarah ke makam Nabi SAW adalah
salah satu ibadah yang paling utama
"Diantara amalan yang paling utama dalah ziarah ini.
Kelak menghasilkan pahala melimpah di timbangan amal pada hari kiamat".
Sebelumnya ia mengajarkan tata cara ziarah (bait ke 4046-4057).
Diantaranya, peziarah hendaklah memulai dengan sholat dua rakaat di
masjid Nabawi. Lalu memasuki makam dengan sikap penuh hormat dan
takdzim, tertunduk diliputi kewibawaan sang Nabi. Bahkan ia
menggambarkan pengagungan tersebut dengan kalimat "Kita menuju makam
Nabi SAW yang mulia sekalipun harus berjalan dengan kelopak mata (bait
4048).
Hal ini sangat kontradiksi dengan pemandangan sekarang. Suasana
khusyu' dan khidmat di makam Nabi SAW kini berubah menjadi seram.
Orang-orang bayaran wahhabi dengan congkaknya membelakangi makam Nabi
yang mulia. Mata mereka memelototi peziarah dan membentak-bentak
mereka yang sedang bertawassul kepada beliau SAW dengan tuduhan syirik
dan bid'ah. Tidakkah mereka menghormati jasad makhluk termulia di
semesta ini..? Tidakkah mereka ingat firman Allah "Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi,
dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras, sebagaimana
kerasnya suara sebagian kamu terhadap yang lain, supaya tidak hapus
(pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. "Sesungguhnya
orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka
itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk
bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar" (QS Al Hujarat,
49: 2-3).
Data-data di atas adalah sekelumit dari hasil penelitian obyektif pada
kitab-kitab mereka sendiri, sekedar wacana bagi siapa saja yang ingin
mencari kebenaran. Mudah mudahan dengan mengetahui tulisan-tulisan
pendahulunya, mereka lebih bersikap arif dan tidak arogan dalam
menilai kelompok lain.
(Ibnu KhariQ)
Referensi
- Majmu' fatawa Ibn Taimiyah
- Qasidah Nuniyyah karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah
- Iqtidha' Shirathil Mustaqim karya Ibn Taimiyah cet. Darul Fikr
- Ar-Ruh karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, cet I Darul Fikr 2003
- Ahkam Tamannil Maut karya Muhammad bin Abdul Wahhab, cet. Maktabah
Saudiyah Riyadh Nasihat li ikhwanina ulama Najd karya Yusuf Hasyim
Ar-Rifa'i
Diambil dari rubrik Ibrah, Majalah Dakwah Cahaya Nabawiy Edisi 60 Th.
IV Rabi'ul Awwal 1429 H / April 2008 M
Lampiran-lampiran :
4). Bait Diwan Imam Syafe’i yang dihilangkan oleh wahabi ****
Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mahu menjalani tasawuf, maka
hatinya tidak dapat merasakan kelazatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani
tasawuf tapi tidak mahu mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik?
http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=17&book=16
Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul Ad-Durar Al-
Kaminah Fi “ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s
148 dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-
Kutub Al-Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi
Funun Al-Adab nasnya:
وأما تقي الدين فإنه استمر في الجب بقلعة الجبل إلى أن وصل المير حسام الدين مهنا إلى البواب السلطانية في شهر
ربيع الول سنة سبع وسبعمائة ،فسأل السلطان في أمره وشفع فيه ،فأمر بإخراجه ،فأخرج في يوم الجمعة الثالث
والعشرين من الشهر وأحضر إلى دار النيابة بقلعة الجبل ،وحصل بحث مع الفقهاء ،ثم اجتمع جماعة من أعيان
العلماء ولم تحضره القضاة ،وذلك لمرض قاضي القضاة زين الدين المالكي ،ولم يحضر غيره من القضاة ،وحصل
البحث ،وكتب خطه ووقع الشهاد عليه وكتب بصورة المجلس مكتوب مضمونه :بسم ال الرحمن الرحيم شهد من
يضع خطه آخره أنه لما عقد مجلس لتقي الدين أحمد بن تيمية الحراني الحنبلي بحضرة المقر الشرف العالي المولوي
الميري الكبيري العالمي العادلي السيفي ملك المراء سلر الملكي الناصري نائب السلطنة المعظمة أسبغ ال ظله ،
وحضر فيه جماعة من السادة العلماء الفضلء أهل الفتيا بالديار المصرية بسبب ما نقل عنه ووجد بخطه الذي عرف
به قبل ذلك من المور المتعلقة باعتقاده أن ال تعالى يتكلم بصوت ،وأن الستواء على حقيقته ،وغير ذلك مما هو
مخالف لهل الحق ،انتهى المجلس بعد أن جرت فيه مباحث معه ليرجع عن اعتقاده في ذلك ،إلى أن قال بحضرة
شهود ) :أنا أشعري ( ورفع كتاب الشعرية على رأسه ،وأشهد عليه بما كتب خطا وصورته )) :الحمد ل ،الذي
أعتقده أن القرآن معنى قائم بذات ال ،وهو صفة من صفات ذاته القديمة الزلية ،وهو غير مخلوق ،وليس بحرف
ول صوت ،كتبه أحمد بن تيمية .والذي أعتقده من قوله ) :الرحمن على العرش استوى ( أنه على ما قاله الجماعة ،
أنه ليس على حقيقته وظاهره ،ول أعلم كنه المراد منه ،بل ل يعلم ذلك إل ال تعالى ،كتبه أحمد بن تيمية .والقول
في النزول كالقول في الستواء ،أقول فيه ما أقول فيه ،ول أعلم كنه المراد به بل ل يعلم ذلك إل ال تعالى ،وليس
على حقيقته وظاهره ،كتبه أحمد بن تيمية ،وذلك في يوم الحد خامس عشرين شهر ربيع الول سنة سبع
وسبعمائة (( هذا صورة ما كتبه بخطه ،وأشهد عليه أيضا أنه تاب إلى ال تعالى مما ينافي هذا العتقاد في المسائل
الربع المذكورة بخطه ،وتلفظ بالشهادتين المعظمتين ،وأشهد عليه بالطواعية والختيار في ذلك كله بقلعة الجبل
المحروسة من الديار المصرية حرسها ال تعالى بتاريخ يوم الحد الخامس والعشرين من شهر ربيع الول سنة سبع
وسبعمائة ،وشهد عليه في هذا المحضر جماعة من العيان المقنتين والعدول ،وأفرج عنه واستقر بالقاهرة
Saya terjemahkan beberapa yang penting dari nas dan kenyataan tersebut:
ووجد بخطه الذي عرف به قبل ذلك من المور المتعلقة باعتقاده أن ال تعالى يتكلم بصوت ،وأن الستواء على 1-
حقيقته ،وغير ذلك مما هو مخالف لهل الحق
Terjemahannya: “Dan para ulama telah mendapati skrip yang telah ditulis oleh Ibnu
Taimiah yang telahpun diakui akannya sebelum itu (akidah salah ibnu taimiah sebelum
bertaubat) berkaitan dengan akidahnya bahawa Allah ta’ala berkata-kata dengan suara,
dan Allah beristawa dengan erti yang hakiki (iaitu duduk) dan selain itu yang
bertentangan dengan Ahl Haq (kebenaran)”. Saya mengatakan : Ini adalah bukti dari para
ulama islam di zaman Ibnu Taimiah bahawa dia berpegang dengan akidah yang salah
sebelum bertaubat daripadanya antaranya Allah beristawa secara hakiki iaitu duduk.
Golongan Wahhabiyah sehingga ke hari ini masih berakidah dengan akidah yang salah ini
iaitu menganggap bahawa Istiwa Allah adalah hakiki termasuk Mohd Asri Zainul Abidin
yang mengatakan istawa bermakna duduk cuma bagaimana bentuknya bagi Allah kita tak
tahu. lihat dan dengar sendiri Asri sandarkan DUDUK bagi Allah di : http://abu-
syafiq.blogspot.com/2007/06/asri-menghidupkan-akidah-yahudi-allah.html . Sedangkan
ibnu Taimiah telah bertaubat dari akidah tersebut.
2- ) أنا أشعري ( ورفع كتاب الشعرية على رأسه: قال بحضرة شهود
Terjemahannya: ” Telah berkata Ibnu Taimiah dengan kehadiran saksi para ulama: ‘ Saya
golongan Asy’ary’ dan mengangkat kitab Al-Asy’ariyah di atas kepalanya
( mengakuinya)”. Saya mengatakan : Kepada Wahhabi yang mengkafirkan atau
menghukum sesat terhadap Asya’irah, apakah mereka menghukum sesat juga terhadap
Syeikhul islam mereka sendiri ini?! Siapa lagi yang tinggal sebagai islam selepas
syeikhul islam kamu pun kamu kafirkan dan sesatkan?! Ibnu Taimiah mengaku sebagai
golongan Asy’ary malangnya Wahhabi mengkafirkan golongan Asya’ry pula, rujuk bukti
Wahhabi kafirkan golongan As’y’ary :http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/hobi-
wahhabi-kafirkan-umat-islam.html.
3- أنه ليس على حقيقته، ) الرحمن على العرش استوى ( أنه على ما قاله الجماعة: والذي أعتقده من قوله
كتبه أحمد بن تيمية، بل ل يعلم ذلك إل ال تعالى، ول أعلم كنه المراد منه، وظاهره
Terjemahan khot tulisan Ibnu Taimiah dihadapan para ulama islam ketika itu dan mereka
semua menjadi saksi kenyataan Ibnu Taimiah : ” Dan yang aku berpegang mengenai
firman Allah ‘Ar-Rahman diatas Arasy istawa’ adalah sepertimana berpegangnya jemaah
ulama islam, sesungguhnya ayat tersebut bukan bererti hakikatnya(duduk) dan bukan atas
zohirnya dan aku tidak mengetahui maksud sebenar-benarnya dari ayat tersebut bahkan
tidak diketahui makna sebenr-benarnya dari ayat tersebut kecuali Allah.Telah menulis
perkara ini oleh Ahmad Ibnu Taimiah”. Saya mengatakan: Ibnu Taimiah telah bertaubat
dan mengatakan ayat tersebut bukan atas zohirnya dan bukan atas hakikinya iaitu bukan
bererti Allah duduk mahupun bertempat atas arash. ( Bukti Ibnu Taimiah pernah
dahulunya berpegang dengan akidah salah: ‘Allah Duduk’ sila rujuk: http://abu-
syafiq.blogspot.com/2007/05/penjelasan1-allah-duduk-atas-arasy.html ). Malangnya
kesemua tok guru Wahhabi sehingga sekarang termasuk Al-Bani, Soleh Uthaimien, Bin
Baz dan kesemuanya berpegang ayat tersebut secara zohirnya dan hakikatnya (duduk dan
bertempat atas arasy). Lihat saja buku-buku mereka jelas menyatakan sedemikian. Maka
siapakah syeikhul islam sekarang ini disisi Wahhabiyah atau adakah syeikhul islam anda
wahai Wahhabi telah kafir disebabkan taubatnya?!
4- وتلفظ، وأشهد عليه أيضا أنه تاب إلى ال تعالى مما ينافي هذا العتقاد في المسائل الربع المذكورة بخطه
بالشهادتين المعظمتين
Terjemahannya berkata Imam Nuwairy seperti yang dinyatakan juga oleh Imam Ibnu
Hajar Al-Asqolany : ” Dan aku antara saksi bahawa Ibnu Taimiah telah bertaubat kepada
Allah daripada akidah yang salah pada empat masaalah akidah yang telah dinyatakan,
dan Ibnu Taimiah telah mengucap dua kalimah syahadah(bertaubat daripada akidah yang
salah pernah dia pegangi terdahulu)”. Saya mengatakan: Ibnu Taimiah telah memeluk
islam kembali dengan mengucap dua kalimah syahadah dan mengiktiraf akidahnya
sebelum itu adalah salah dan kini akidah yang salahnya itu pula dipegang oleh golongan
Wahhabiyah. Maka bilakah pula golongan Wahhabiyah yang berpegang dengan akidah
yang salah tersebut akan memluk agama islam semula seperti yang dilakukan oleh
rujukan utama mereka yang mereka sendiri namakan sebagai Syeikhul Islam?!. Jadikan
qudwah dan ikutan Ibnu Taimiah dalam hal ini wahai Wahhabiyah!. Ayuh! bertaubatlah
sesungguhnya kebenaran itu lebih tinggi dari segala kebatilan. Pintu taubat masih terbuka
bagi Wahhabi yang belum dicabut nyawa.
Selain Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi
“ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148 dan Imam As-
Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah juzuk
32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab yang
menyatakan kisah taubat Ibnu Taimiah ramai lagi ulama islam yang menyaksikan dan
menceritakan kisah pengakuan tersebut antaranya lagi :
-As-Syeikh Ibnu Al-Mu’allim wafat tahun 725H dalam kitab Najmul Muhtadi Wa Rojmul
Mu’tadi cetakan Paris nom 638.
Merekalah dan selain mereka telah menyatakan taubat Ibnu Taimiah daripada akidah
Allah Duduk dan bertempat di atas arasy. Kata-kata akhirku dalam penerangan kajian
ringkas berfakta ini.. Wahai Wahhabiyah yang berakidah Allah Duduk di atas arasy. Itu
adalah akidah kristian kafir dan yahudi laknat
Berpeganglah dengan akidah salaf sebenar dan khalaf serta akidah ahli hadith yang di
namakan sebagai akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah iaitu Allah tidak memerlukan kepada
mana-mana makhlukNya termasuk tempat dilangit mahupun tempat di atas arasy.
Semoga Allah merahmati hambaNya yang benar-benar mencari kebenaran. Wassalam. *
Saya mengharap komen diberikan atas artikel ini dengan syarat mestilah berfakta yang
telus dan ilmiah bukan melulu dan bersemborono khususnya kepada mereka yang
mengatakan ianya palsu. masih banyak lagi fatwa2 takfir wahabi alyahudiah….
ATAU: http://darulfatwa.org.au/languages/Malaysian/Ahlussunah.pdf
http://salafytobat.wordpress.com