Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB IV TEKTONISME (DIASTROPISME)

Ditropisme adalah proses pembentukan kembali kulit bumi pembentukan gununggunung, lembah-lembah, lipatan lipatan dan retakan retakan. Proses pembentukan lembah kulit bumi tersebut karena adanya tenaga tektonik. Tektonisme adalah tenaga yang berasal dari kulit bumi yang menyebabkan perubahan lapisan permukaan bumi, baik mendatar maupun vertikal. Tenaga tektonik adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan gerak naik dan turun lapisan kulit bumi. Gerak itu meliputi gerak orogenetik dan gerak epirogenetik. (orogenesa dan epirogenesa). Gerak orogenesa adalah gerakan tenaga endogen yagn relatif cepat dan meliputi daerah yang relatif sempit. Gerakan ini menyebabkan terbentuknya pegunungan. Contohnya terbentuknya deretan lipatan pegunungan muda Sirkum Pasifik. a. Gerak Orogenetik Gerakan orogenetik membentuk dua bentukan lahan, yaitu lipatan dan patahan. Apabila lapisan batuan cenderung bersifat keras maka akan terjadi patahan, namun apabila lapisan batuan cenderung bersifat lunak, dimungkinkan akan menjadikan bentukan lahan lipatan. Lipatan, yaitu gerakan pada lapisan bumi yang tidak terlalu besar dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan lapisan kulit bumi berkerut atau melipat, kerutan atau lipatan bumi ini yang nantinya menjadi pegunungan. Punggung lipatan dinamakan aliklinal, daerah lembah (sinklinal) yang sangat luas dinamakan geosinklinal, lipatan meliputi, lipatan tegak miring, rebah, menggantung, isoklin dan kelopak. Perhatikan gambar: Gambar 2. Sinklinal dan Antiklinal Gambar 3. Bentuk-bentuk lipatan a. lipatan tegak d. lipatan menggantung b. lipatan miring e. lipatan isoklin c. lipatan rebah f. lipatan kelopak 1. Lipatan tegak yaitu lipatan yang mempunyai antiklinal dan sinklinal dengan letak yang simetrik terdapat sumbu lipatan di sampingnya. 2. Lipatan miring yaitu lipatan yang mempunyai antiklinal agak miring 3. Lipatan menggantung yaitu lipatan yang mempunyai antiklinal dan sinklinal yang lebih miring daripada lipatan miring. 4. Lipatan isoklinal yaitu lipatan yang mempunyai beberapa antikinal yang relatif sejajar. 5. Lipatan rebah yaitu lipatan yang terjadi karena adanya tekanan yang kuat yang mendorong bagian dasar dari lipatan. Patahan yaitu gerakan pada lapisan bumi yang sangat besar dan berlangsung yang dalam waktu yang sangat cepat, sehingga menyebabkan lapisan kulit bumi retak atau patah. Bagian muka bumi yang mengalami patahan seperti graben dan horst. Horst
Mustofa, S.Pd. >> Geomorfologi Dasar >> STKIP PGRI Pontianak 13

adalah tanah naik, terjadi bila terjadi pengangkatan. Graben adalah tanah turun, terjadi bila blok batuan mengalami penurunan. Patahan dibedakan dalam beberapa bentuk sebagai berikut: 1. Patahan normal yaitu patahan yang arah lempeng batuannya mengalami penurunan yang mengikuti arah gaya berat. 2. Patahan reverse yaitu patahan yang arah lempeng batuannya bergerak naik berlawanan dengan arah gaya berat. 3. Patahan slip fault yaitu patahan yang dipengaruhi oleh dua tenaga penggerak lapisan batuan yang saling bertemu berawanan arah. Perhatikan gambar! Gambar 4. Groben dan Horst Gambar 5. Arah tekanan pada proses patahan. Gambar 6. Macam macam bentuk patahan. b. Gerak epirogenetik yaitu gerak yang dapat menimbulkan permukaan bumi seolah turun atau naik, disebabkan karena gerakan di bumi yang lambat dan meliputi daerah yang luas gerak epirogenetik di bedakan menjadi dua, yaitu gerak epirogenetik positif dan

gerak epirogenetik negatif.


Mustofa, S.Pd. >> Geomorfologi Dasar >> STKIP PGRI Pontianak 14

1. Gerak epirogenetik positif adalah gerakan permukaan bumi turun dan seolah olah permukaan air laut naik. Contoh, turunya pulau-pulau di kawasan Indonesia timur (Kepulauan Maluku dan kepulauan Banda. 2. Gerak epirogenetik negatif adalah gerakan permukaan bumi seolaholah permukaan bumi naik dan seolah olah permukaan air turun. Contoh, naiknya dataran tinggi Colorado. Gambar 7. Gerak Epirogenetik Positip dan Negatif
Mustofa, S.Pd. >> Geomorfologi Dasar >> STKIP PGRI Pontianak 15

BAB V VULKANISME
A. Umum Pertumbuhan gunung api salah satu dari bentuk konstruksional. Setelah itu mengalami berbagai tahapan erosi muda hingga tua. Proses pembentukakn gunung api melalui letusan aliran lava, longsoran, injeksi kubah lava, dsb. Diselingi dengan erosi. Meskipun demikian pada arahnya, proses erosi berjalan lebih lambat dari proses pembentukan gunung api, sehingga nampaknya menjadi kurang jelas. Disamping itu, gunung api dapat mengalami proses konstruksi lain seperti sesar dan lipatan. Berbeda dengan konstruksi yang lain, pembnetukan gunung api lebih bersifat parozismal. Gunung api yang telah mencapai tahapan dewasa, oleh letusan baru dapat segera menjadi muda kembali. Perubahan-perubahan bentuk oleh kegiatannya dapat terjadi seperti pembentukan kubah lava, aliran lava, aliran lahar, pembentukan kerucut porositer, pembentukan kaldera, dsb. Tahapan erosi dewasa dapat dilihat pada gunung api yang telah mati. B. Bentuk-Bentuk Gunung Api Bentuk-bentuk gunung api dipengaruhi oleh dua sifat untama kegiatannya: letusan, dan aliran lava. Beberapa gunung api dipengaruhi hanya oleh letusan, beberapa lainnya oleh lelehan lava saja dan yang lain oleh kombinasi antara letusan dan lelehan. Masing-masing kemudian dapat mengalami tahapan muda, dewasa, dan tua. Bentuk-bentuk oleh erupsi letusan. Kegiatan letusan menghasilkan tuga dan breksi volkasnik dan memberi bentuk cinder cones. Composeite Cones terbentuk jika kegiatannya bergantian antara erupsi letusan dan aliran lava. Adventive atau Parasitic Cones merupakan hasil kerucut dari hasil erupsi di lambung gunung api. Kerucutkerucut rendah dengan kawah disebut naat, sering mempunyai danah kawah, tidak pernah tinggi, tanpa aliran lava. Kerucut gunung api sederhana mempunyai kawah (crater) denan dinding kawah tertutup. Jika dinding kawah sumbing karena penjebolan lava disebut brachet crater. Letusan-letusan yang berulang dan berpisah-pisah dalam suatu kawah akan menghasilkan kawah ganda (nested craters). Letusan dahsyat (misalnya tipe letusan ferret atau plinian) akan menghasilkan kaldera, suatu kawah yang sangat besar, berdinding terjal, dan umumnya mempunyai dasar kawah yang rata. Gunung api baru dapat tumbuh di dasar kaldera dan disebut Gunung Api Sekunder. Kerucut gunung api Dewasa yang telah mengalami pengikisan yang dalam pada badannya umumnya telah mati. Pada pengikisan lanjut, kadang- kadang samapai memperlihatkan struktur dalamnya bahkan korok-korok radial. Gunung api didalam tahapan tua sudah tidak memperlihatkan bentuk kerucut lagi. Hanya sisa diaterma saja yang kadang-kadang terlihat mencuat diantra dataran, dan disebut jenjang gunung api (volcanic necks). Bentuk bentuk oleh erupsi lelehan. Erupsi tenang dalam bentuk lelehan lava dapat melalui celah (fissures) atau korok,dan membentuk plateau lava, kubah lava, dan lapangan lava. Dalam beberapa keadaan lava mengalir didalam lembah dan menghasilkan lidah lava. Amblesan pada beberapa bagian lava menghasilkan lubang dengan didnding vertikan dan disebut lava sniles; melalui lubgan tersebut lava enter dapat terlihat pada dasarnya. Sehubungan dengan aliran lava ini, dapat terbentuk bentuk-bentuk detail seperti lava bridges, atau lava tunnel, spatter cones, driblet cones, lava caslades, turruli dan lava pahvohoe. Banyaka aliran lava, khususnya pada lava yang agak kental, mempunyai permukaan yang berbongkah-bongkah karena aliran dan disebut lava Aa atau lava bongkah. Di bagian dalamnya dapat saja masih cair dan mengalir terus meninggalkan

permukaaannya yang mulai mengeras. Terbentuklah lava tunel, lava bridges. Permukaan lava encer dapat berbentuk seperti lava atau lava pahoehoe. Dan jika permukaan lava membubung denrlihatkan banyak retakan dan mempunyai kenampakan kerak roti disebut tumulus. Pada keadaan yang jarang terjadi maka lava pada waktu muncul dari kawah langsung membeku dan menyumpat lubang kepundan: sumbat lava (lava plug) dan jika mencuat tinggi: jarum lava (jarum lava). Gunung galunggung dan gunung Merapi memperlihatkan sumbat lazi dan Monut Place (P.Martinique di Hindia Barat) memperlihatkan jarum lava (200-300 meter di atas kawah). Spatter cones terjadi apabila terdapat ledakan kecil gas di lambung kubah lava; dapat mencapai 3-4 meter diatas permukaan setempat.
Mustofa, S.Pd. >> Geomorfologi Dasar >> STKIP PGRI Pontianak 16

C. Tata Letak Gunung Api Gunung api dapat lahir dengan erupsi sentral, seolah berdiri sendiri tetapi yang sering adalah berderot dengan arah-arah kelurusan tertentu, saling sejajar atau berpotongan. (contoh: deratan gunung api sepanjang Bukit Barisan, P. Jawa, Eslandia, dsb). Penyebaran gunung api dapat pula berada dalam wilayah yang meluas (areal eruption) D. Aspek Geografi Gunung Api Gunung api terkenal memberi kesuburan kepada muka bumi. Selain itu ketinggiannya akan menyebabkan naiknya gerak angin yang membawa uap air dan terjadi pengembunan; selanjutnya menyebabkan besarnya hujan di daerah pegunungan tersebut. Sifat sarang dari tufa gunung api menyebabkan daerah in menjadi daerah rembesan air tanah yang baik. Banyak mata air dan sungai-sungai bermula dari daerah gunung api. Lava, bongkah-bongkah lahar, dan pasir lahar di banyak tempat digali untuk bahan baku bangunan. Tufanya yang bersifat hidrastik serta digunakan sebagai tras (semen trase) Bencana-bencana gunung api sangat tergantung pada sifat letusannya dan morfologinya. Beberapa bencana yang dapat timbul adalah aliran lava, jatuhan piroklasitik langsung, aliran lahar, baik lahar letusan ataupun lahar hujan, hembusan awan panas (nuce ardente) akumulasi dan hembusan gas-gas beracun (CO, CO2, H2SO4, HCl, HF, HBr, dsb) dan longsoran longsoran. Longsoran- longsoran tanah sering terjadi pada tebing- tebing terjal di daerah gunung api tua tahapan erosi dewasa (Hang layang, Larantuka-Flores, Marapi-Sumatera Bara, Ciremei-Jawa Barat).

Вам также может понравиться