Вы находитесь на странице: 1из 8

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TEKNIK KIMIA

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMENT


KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
THIN LAYER CHROMATOGRAPHY (TLC)

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini kami harapkan mampu:
- Melakukan analisa sampel (zat warna) secara kromatografi lapis tipis.

2. ALAT YANG DIGUNAKAN
- Plat TLC
- Chamber Chromatography

3. GAMBAR ALAT (TERLAMPIR)

4. BAHAN YANG DIGUNAKAN
- Zat pewarna
- Etanol
- Metanol
- Aquadest

5. DASAR TEORI
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.
Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik
penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa
senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen
untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang
dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan
pereaksi pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa.
Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa
standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik
asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu
bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0. Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TEKNIK KIMIA

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMENT
sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam
atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk
kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat
berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan
gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang
berwarna hijau dan kuning.
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang
merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:
Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes
pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada
garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan
menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas
kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.
Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak
berada.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas
kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas
kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi
jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari
campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai
perbedaan bercak warna.
Gambar menunjukkan lempengan setalah pelarut bergerak setengah dari lempengan.
Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan
pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu
dari pelarut dan fase diam.
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu
terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu
proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa
semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.





POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TEKNIK KIMIA

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMENT




Distance travelled by
the solvent Distance travelled
by the various
oyes




R


}aiak yang uitempuh oleh komponen
}aiak yang tempuh oleh pelaiut


Dalam contoh yang sudah kita bahas, senyawa yang dapat membentuk ikatan
hidrogen akan menjerap lebih kuat daripada yang tergantung hanya pada interaksi van der
Waals, dan karenanya bergerak lebih jauh pada lempengan. Terdapat perbedaan bahwa
ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan
yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan
mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan
silika.












POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TEKNIK KIMIA

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMENT
6. PROSEDUR KERJA
a. Menyediakan pelat yang telah selesai dilapisi.
b. Meneteskan cuplikan dengan menggunakan pipa kapiler pada permukaan pelat.
c. Memasukkan pelat ke dalam chamber yang telah diisi dengan pelarut. Tetesan
yang berada pada pelat tidak boleh terendam pelarut. Bila perlu dapat digunakan
campuran metanol dan etanol (50:50).
d. Membiarkan pelarut naik perlahan-lahan sepanjang pelat hingga hampir dicapai
ujung yang lain dari pelat. Menandai batas perjalanan pelarut.
e. Membiarkan pelat kering dan membandingkan harga R
f
dari noda-noda yang
terbentuk.

7. DATA PENGAMATAN
No
.
Zat Pewarna (sampel)
Jarak
Pelarut
(cm)
Jarak
Komponen (cm)
Nilai R
f

Waktu
(menit)
1.
A (Biru) 1
A (Biru) 2
11,5
9,7
9,7
0,84
0,84
49.50
2.
B (Merah muda) 1
B (Merah muda) 2
5,5
5,6
0,47
0,48
11.34
3.
C (Campuran A dan
B)1
C (Campuran A dan
B)2
5,9
5,9
0,51
0,51
31.15









POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TEKNIK KIMIA

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMENT
8. PERHITUNGAN
- Nilai Rf untuk warna merah 1
Rf =


= 0.478
- Nilai Rf untuk warna merah 2
Rf =


= 0.478
- Nilai Rf untuk warna biru 1
Rf =


= 0.843
- Nilai Rf untuk warna biru 2
Rf =


= 0.843
- Nilai Rf untuk warna campuran 1 dan 2
Rf =


= 0.513






POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TEKNIK KIMIA

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMENT
9. ANALISA PERCOBAAN
Dari percobaan kromatografi lapis tipis yang telah dilakukan maka dapat
dianalisa bahwa pelarut yang digunakan pada percobaan kali ini adalah methanol dan
etanol dengan perbandingan 50:50 ml. Kedua pelarut tersebut dimasukkan ke dalam
chamber dan ditutup rapat supaya pelarut yang digunakan tidak menguap.
Pada percobaan kali ini cuplikan yang digunakan ada 3, yaitu cuplikan biru,
merah dan campuran (merah dan biru ). Pelat yang akan diteteskan dengan cuplikan,
sebelumnya diberi tanda agar jarak antar cuplikannya merata. Setelah cuplikan
diteteskan pada Pelat yang diberi tanda tersebut, pelat dimasukkan kedalam chamber,
ketika pelarut mulai membasahi plat / lempengan, pelarut pertama-tama akan
melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar.
Kemudian stopwatch di hidupakn untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan
cuplikan mencapai ujung plat. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada
lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut. Terlihat mulai ada
bercak terpisah-pisah, hal ini dikarenakan setelah sampel dilarutkan eluen maka sampel
akan ikut berinteraksi juga dengan silika yang ada dilempengan, senyawa yang
terperangkap dibagian paling bawah menunjukan bahwa senyawa tersebut paling tinggi
kepolarannya, senyawa ini dapat membentuk ikatan hidrogen yang akan melekat pada
silika lebih kuat dibanding senyawa lainnya. Kita dapat mengatakan bahwa senyawa ini
terjerap lebih kuat dari senyawa yang lainnya.
Data yang didapat pada percobaan kali ini didapat dari jarak pada masing-masing
sampel. Jarak pelarut yang didapat adalah 11,5. Sedangkan Sampel A (warna Biru) 1
dan 2 mempunyai jarak komponen 9,7 cm dengan nilai R
f
0,84 cm. Sampel B (warna
Merah muda) 1 dan 2 mempunyai jarak komponen 5,5 dan 5,6 cm dengan nilai R
f
0,47
cm dan 0,48 cm serta sampel C (gabungan sampel A dan B) mempunyai jarak
komponen 5,9 cm dengan nilai R
f
0,51 cm.
Dari percobaan dapat dilihat bahwa jarak dari setiap sampel sangat bervariatif dari yang
paling pendek hingga panjang, hal ini disebabkan karna semakin besar jarak kompenen
sampel itu berarti sampel tersebut polar terhadap plat yang dibuktikan dengan nilai R
f

yang kian besar. Sebaliknya, bila suatu sampel mempunyai nilai R
f
yang kecil atau
jarak komponen-nya kecil/pendek maka sampel tersebut dikatakan polar terhadap plat.



POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TEKNIK KIMIA

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMENT

10. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kromatografi lapis tipis adalah alat yang digunakan untuk menganalisa dan
memisahkan zat dalam jumlah yang sedikit.
2. Pada percobaan ini yang merupakan fase geraknya adalah campuran etanol dan
metanol, sedangkan fase diamnya adalah pelat.
3. Didapat jarak komponen sampel:
a) Sampel A 1 dan 2 : 9,7 cm
b) Sampel B 1 dan 2 : 5,5 cm dan 5,6 cm
c) Sampel C : 5,9 cm
4. Didapat nilai R
f
(retensi frekuensi):
a) Sampel A : 0,84cm
b) Sampel B : 0,47 cm
c) Sampel C : 0,51 cm
5. Panjang Pelarut yaitu 11,5 cm

















POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA TEKNIK KIMIA

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMENT



11. DAFTAR PUSTAKA
Rusdianansari. 2011. Modul Praktikum Kimia Analitik Instrumen.
Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
http://www.google.com

Вам также может понравиться