Вы находитесь на странице: 1из 8

KEBERADAAN JUDI PADA ACARA PERNIKAHAN MASYARAKAT JAWA (Studi Kasus: di desa sungai asam Kecamatan Kayu Aro,

Kerinci-Jambi)

A. LATAR BELAKANG Kayu aro adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi yang merupakan kawasan perkebunan teh BUMN PTP Nusantara VI (persero). Teh yang ditanam di kebun teh Kayu Aro memiliki luas 3.020 Ha, berada di ketinggian 1.400-1.600 dpl yang tumbuh di kaki Gunung Kerinci. Perkebunan teh Kayu Aro merupakan salah satu perkebunan teh terluas di dunia dan tertinggi kedua setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya. Perkebunan Teh Kayu aro dibuka pada tahun 1925 oleh perusahaan Belanda NVHVA (Namlodse Venotchhaaf Handle Veriniging Amsterdam). (http://lipsus.kompas.com/jalan

jalan/read/2011/04/18/16364279/Kayuaro.dan.Danau.Gunung.Tujuh(diakses17/10/20 11). Setelah kemerdekaan Indonesia perkebunan teh kayu aro di ambil alih oleh pemerintah Indonesia, Sekarang Perkebunan Teh Kayu aro dikelola BUMN PTP Nusantara VI (persero). Masyarakat yang bekerja pada perkebunan teh sebagian besar adalah mayarakat jawa yang telah lama tinggal di kayu aro dari zaman penjajahan Belanda. Mayarakat yang berada di Kayu Aro sebagian besar adalah masyarakat jawa yang merupakan masyarakat trasmigrasi pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Masyarakat jawa yang dipindahkan Belanda dari Pulau Jawa ke Kerinci

bertujuan untuk membuka dan mengelola perkebunan teh di Kabupaten Kerinci. Dari tahun 1925 Sampai sekarang ini mereka masih berada di Kayu Aro. Masyarakat jawa di kayu aro juga masih mempertahan kebudayaan asli mereka, di antaranya yang menonjol dapat kita lihat pada penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi masyarakat jawa yang menggunakan bahasa jawa, selain itu pada acara perkawinan masyarakat jawa yang megah dan masih menggunakan atribut serta tatacara pelaksanaan asli jawa, dalam pelaksanaan pesta perkawinan masyarakat jawa di kayu aro, pesta bisa berlangsung tujuh hari tujuh malam, sesuai dengan tingkat ekonomi masyarakat. Pada acara perkawinan masyarakat jawa yang bisa berlangsung tujuh hari tujuh malam di kayu aro, namun ada yang tak lazim dilakukan setelah pesta perkawinan selesai pada malam harinya yaitu perjudian apabila pesta dilakukan tujuha hari tujuh malam maka perjudian akan berlangsung selama tujuh malam berturut-turut di tempat pesta perkawinan, setelah pesta selesai dan beberapa undangan telah meninggalkan tempat di mana pesta diselenggarakan barulah perjudian dilakukan yang mempertaruhkan uang, pertaruhan tersebut bisa mencapai ratusan ribu rupian dan bahkan jutaan rupiah, sedangkan jenis judi yang dilakukan adalah judi kartu dan domino. Dalam kegiatan perjudia ini pihak yang menyelenggarakan pesta tidak melarang adanya kegiatan perjudian, malah pihak yang menyelenggarakan pesta yang menyediakan peralatan seperti kartu dan domino untuk berjudi, selain itu pihak yang menyelenggarakan pesta atau pihak sepangkalan juga

ikut serta dalam perjudian tersebut. Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja; yang mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak/belum pasti hasilnya. (Kartini Kartono 1992: 56). Sedangkan menurut Kitab Undang-Umdang Hukum Pidana Pasal 303 Ayat 4, perjudian dinyatakan sebagai berikut: Yang dikatakan main judi yaitu tiap-tiap permainan, yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepeda untung-untungan saja, dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain. Yang juga terhitung masuk main judi ialah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala peraturan yang lain-lain (R.Soesilo 1996: 222). Dengan demikian perjudiaan atau judi adalah perbuatan atau permainan yang menang atau kalahnya tergantung pada untung-untungan saja, Perjudian merupakan suatu perilaku menyimpang karena bertentangan dengan undang-undang dan norma agama yang berlaku di masyarakat, masyarakat jawa kayu aro merupakan masyarakat yang mayoritasnya pemeluk agama islam yang paling penting adalah, Ajaran Islam, jelasjelas melarang praktik perjudian. Firman Allah Swt.:

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan salat;
3

maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS alMa'idah [5]: 90-91). Surat Al-Maidah menjelaskan bahwa perjudian memang tidak di bolehkan dalam ajaran islam karena perjudian merupakan, segala hal yang bertentangan dengan hukum dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat merupakan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar, bertentangan, menyimpang dari aturan-aturan normatif dari pengertian-pengertian normatif maupun harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan (Erianjoni 2003: 5). Pemerintah Indonesia juga melarang tindakan perjudian, Bagi siapapun yang melakukan ataupun menyelenggarakan perjudian akan mendapat sanksi, di tegaskan dalam KUHP sanksi orang yang ikut bermain judi maupun orang yang dengan sengaja menyediakan tempat untuk berjudi dapat dilihat pada Pasal 303 Ayat 1 yaitu; Dengan hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah dihukum barang siapa dengan tidak behak: 1e. menuntut pencaharian dengan jalan sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi, atau sengaja turut campur dalam perusahaan main judi; 2e. sengaja mengadakan atau memberi kesempatan untuk main judi kepada umum, atau sengaja turut campur dalam perusahaan untuk itu, birpun ada atau tidak ada perjanjiannya atau caranya apa jugapun untuk memakai kesempatan itu. 3e. turut main judi sebagai pencarian. (R.Soesilo 1996: 221-222).

Judi yang telah mendarah daging pada masyarakat jawa di kayu aro sulit untuk di hilangkan karena judi pada pesta perkawinan masyarakat jawa di kayu aro sudah lama ada di tengah-tengah masyarakat. Menurut antropolog dari Universitas Diponegoro Semarang, Nurdin H. Kistanto mengatakan Sangat sulit untuk mampu memisahkan perilaku judi dari masyarakat kita. Terlebih orang Indonesia atau orang Jawa khususnya judi telah benar-benar mendarah daging (Sugeng Tiyarto, Tesis 2006: 38). Dalam keseharian banyak sekali orang Jawa yang tidak tahu besok makan apa, hal itu sudah merupakan bentuk judi dengan nasib. Aspek kultural tersebut menurut beliau yang semakin menyuburkan perjudian. Perjudian pada acara pernikahan masyarakat jawa di kayu aro tidak hanya melibatkan masyarakat disekitar tempat acara pernikahan saja, namun ada juga yang berasal dari luar ikut dalam perjudian tersebut, pada hal mereka tidak diundang namun mereka ikut berjudi, ada juga orang yang dengan sengaja menunggu momen pernikahan pada masyarakat jawa kayu aro untuk bermain judi. Jadi secara tidak langsung pada acara pernikahan masyarakat jawa di kayu aro merupakan tempat bermain/terselenggaranya judi bagi sebagian masyarakat. Perjudian di kayu aro sudah merupakan kebiasaan masyarakat, ada yang menganggap perjudian tersebut sebagai hiburan, ada juga yang menganggap perjudian tersebut untuk mencari uang, menurut Kepala Desa Sungai Asam, Kamiyanto perjudian yang ada pada acara perkawinan tersebut memang sudah lama berlangsung di tengah-tengah masyarakat setiap pernikahan, hanya saja judi itu untuk

hiburan sekaligus ronda dalam rangka mengamankan atribut pernikahan seperti pelaminan, pentas yang ada diluar rumah. Perjudian pada masyarakat kayu aro adalah perbuatan yang melanggar hukum baik dengan alasan apapun lihat KUHP pasal 303.

Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang di lakukukan oleh Adrison dengan judul Perjudian Ditengah Masyarakat Suatu Kajian Sosiologis Perilaku Menyimpang di Desa Koto Tuo di Kecamatan X Koto, Kabuaten Tanah Datar. Penelitian yang dilakukan Adrison untuk mengetahui hal apa saja yang menyulikan pejudi lepas dari kebiasaan judi, dan bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi di antara kalangan kelompok perjudiaan dan dengan kelompok lain yang ada di sekitar mereka. Dalam penelitian yang dilakukan Adrison ini, jenis judi ada dua judi kartu (koa dan remi) dan batu (domino dan dadu). Hasil penelitian Adrison adalah dia melihat bahwa perjudian sangat sulit di lepas dari seseorang karena lingkungan pergaulan, dan kecandua (kebiasaan). Perjudian di masyarakat Koto Tuo sulit di atasi karena orang yang bermain judi juga merupakan orang yang aktif dalam segala kegiatan-kegiatan yang di adakan di desa, baik dalam bentuk lembaga yang ada di desa maupun kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Penelitia Adrison bertujuan untuk mengetahui hal apa saja yang menyulikan pejudi lepas dari kebiasaan judi, dan bagaimana pola interaksi sosial yang terjadi di antara kalangan kelompok perjudiaan dan dengan kelompok lain yang ada di sekitar mereka. Peneliti tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul Keberadaan Judi Pada Acara Pernikahan Masyarakat Jawa di desa sungai asam kayu aro kabupaten
6

kerinci, dengan masalah yang sama tempat yang berbeda dengan adrison maka peneliti ingin mengetahui Apa yang menyebabkan keberadaan judi di Kayu Aro Kerinci dapat bertahan, dan Bagaimana pandangan serta peran kontrol sosial dalam menanggulanginya.

B. RUMUSAN MASALAH Fokus penelitian ini adalah perjudiaan pada acara pernikahan masyarakat jawa di Kayu Aro Kerinci yang berjudul Keberadaan Judi Pada Acara Pernikahan Masyarakat Jawa Studi Kasus: di desa Sungai Asam Kecamatan Kayu Aro KerinciJambi. Pada acara pernikahan judi tidak bisa dilepaskan dengan masyarakat di kayu aro, karena rudi merupakan rutinitas dan kebiasaan masyarakat, judi yang merupakan perilaku menyimpang yang bertentangan dengan hukum dan norma agama dapat bertahan di tengah-tengah masyarakat, seharusnya dengan adanya hukum serta norma agama yang berlaku di masyarakat judi tidak boleh di adakan akan judi dapat bertahan di tengah-tengan hukum dan norma yang ada. Bertolak dari fokus tersebut dapat ditegaskan pokok permasalahan dalam penelitian, yang menarik untuk mencari jawaban dari pertanyaan berikut: Apa yang menyebabkan keberadaan judi di Kayu Aro Kerinci dapat bertahan? Bagaimana pandangan serta peran kontrol sosial khususnya alim ulama, tokoh masyarakat dan kepolisian dalam penanggulan judi di kayu aro.

DAFTAR PUSTAKA Erianjoni. Buku Ajar Perilaku Menyimpang, UNP, Padang, 2003 Kartono, Kartini. Patologi Sosial, jilid I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Soesilo, R. KUHP serta komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal, Politeia, Bogor, 1996. Skripsi: Adrison. Perjudian di Tengah Masyarakat Suatu Kajian Sosiologis Perilaku Menyimpang di Desa Koto Tuo di Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, FISIP UNAND, Padang, 1997. Situs Internet: http://lipsus.kompas.com/jalanjalan/read/2011/04/18/16364279/Kayuaro.dan.Danau. Gunung.Tujuh (diakses17/10/2011) Tesis: Tiyarto, Sugeng. Kebijakan Penegakan Hukum Pidana Dalam Rangka Penanggulangan Perjudian. Semarang: Universitas Diponogoro. 2006 http://eprints.undip.ac.id/15905/1/Sugeng_Tiyarto.pdf diakses (17/10/2011)

Вам также может понравиться