Вы находитесь на странице: 1из 18

BESI (Fe)

Oleh pu2t pada fkg, tugas. Tinggalkan sebuah Komentar 3. BESI (Fe) Dalam tubuh orang dewasa 70 kg mengandung 3-4 gr besi. Fungsi utama adalah un-tuk transpor oksigen oleh hemoglobin. Terdapat pada daging organ, tumbuhan polong, tetes tebu, kerang-kerangan, dan daun sup. Pada makanan, besi berbentuk feri yang terikat molekul organik. Dalam lambung, jika pH kurang dari 4, Fe berdisosiasi dan bereaksi dengan senya-wa BM rendah seperti fruktosa, asam askorbat, asasm sitrat, dan asam amino untuk mem-bentuk kompleks yang memungkinkan Fe larut dalam pH netral cairan usus. Biasanya kehilangan besi pada laki-laki sekitar 1 mg/hari akibat lepasnya sel-sel usus dan sel lainnya yang mengandung besi. Wanita yang menstruasi, kehilangan besi bersama darah menstruasi, sekitar 2 mg. Metabolisme Besi hem diabsorpsi oleh sel mukosa usus, dan hem kemudian dipecah dan besi dibe-baskan dalam sel. Besi non hem diabsorpsi dalam bentuk ferro. Fe diabsorpsi ke da-lam sel mukosa duodenum dan jejunum proksimal dan segera dioksidai menjadi Fe . Ion feri terikat oleh molekul pengemban intraseluler. Dalam sel molekul karier membawa Fe ke mitokondria dan kemudian, tergantung pada keadaan metabolisme besi indivi-dual, mendistribusikan Fe dalam proporsi spesifik ke apoferitin atau apotransferin. Apoferitin, suatu molekul dengan BM sekitar 500.000, tersusun dari 24 subunit identik dengan BM 18.000 . Menyusun 4300 atom besi kedalam molekul tunggal untuk mem-bentuk feritin, protein penyimpan besi utama dan paling banyak tersedia. Apotransferin, suatu protein BM 90.000 yang mengikat 2 atom besi untuk membentuk transferin. Transferin adalah pengangkut besi sejati, sebagai suatu beta globulin, yang terdapat dalam plasma Pada keadaan difisiensi besi, kapasitas karier besi intraseluler bertambah, dan lebih banyak besi diabsorpsi bila tersedia dalam makanan. Kelebihan besi, kapasitas dan kejenuhan karier besi intraseluler berkurang. Transpor Besi ditranspor ke tempat penyimpanan dalam sumsum tulang dan sampai batas ter-tentu ke hati dalam bentuk Fe , terikat pada transferin plasma. Pada tempat penyimpa-nan, Fe diubah menjadi apoferitin sebagai bentuk cadangan yang stabil tetapi dapat mengalami pertukaran. Feritin dalam system retikuloendotelial merupakan cadangan besi yang dapat diambil. Feritin dapat mengalami denaturasi, kehilangan subunit apoferitin dan kemudian beragre-gasi (berkumpul) ke misel-misel hemosiderin. Hemosiderin mengandung lebih banyak besi dibandingkan feritin dan terdapat sebagai partikel-partikel. Besi dalam hemosiderin tersedia untuk pembentukan hemoglobin. Mobilisasi besi besi lebih lambat dari hemosi-derin dibanding feritin. Pembentukan feritin dari apofeeritin mula-mula memerlukan pengikatan Fe pada permukaan kulit apoferitin.Apoferitin bekerja sebagai feroksidase dan mengoksidase Fe menjadi Fe , yang terikat pada apofereitin. Supaya dapat dilepaskan dari feritin, besi harus direduksi dari Fe menjadi Fe Cacat heriditer pada absorpsi besi oleh mukosa menyebabkan sindroma kelebihan be-si ,

dinamakan hemokromatosis. Besi yang ditimbun sebagai endapan hemosiderin dalam hati, pancreas, kulit, dan sendi, menyebabkan penyakit. Bila cadangan besi ber-tambah dan endapan hemosiderin tersebar luas, dinamakan hemosiderosis. Ini disebabkan oleh intake besi makanan yang bertambah atau lisis sel-sel darah merah yang bertambah dan peningkatan absorpsi besi yang menyertai eritropoisis. Bila endapan hemosiderin mulai mengganggu fungsi sel dan orgam normal, kelainan disebut hemokramatosis.Bagan metabolisme besi Besi pd Makanan 15 mg/hr Absorsi besi 1,5 3 mg/hr Besi sumsum Besi transferin besi yg melakukan Tulang 4 mg fungsi 0,5 g Besi eritrosit atau kehilangan besi besi cadangan Besi hemoglobin 3 g 1 2 mg/hr 0,8 g 4 Mei

saliva
Oleh pu2t pada fkg, tugas. Tinggalkan sebuah Komentar SALIVA Pengertian saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar khusus dan disebarkan ke dalam cavitas oral. Kelenjar saliva dibagi menjadi 2: 1. Glandula salivarius mayor, terdiri dari: Sub mandibulla Glandula sub mandibullaris terdiri atas pars superficialis dan pars profunda yang saling berhubungan pada tepi posterior musculus mylohyoideus. Pars superficialis terletak di dalam trigonum sub mandibulare dan meluas ke atas ditutupi oleh corpus mandibulae. Sub lingua Glandula sub lingualis terletak di bawah lidah. Parotid Glandula parotis terletak di bawah meatus acusticus eksternus dan berada dalam suatu lekuk, dibawah dan di belakang ramus mandibula serta di depan musculus sternocleidomastoideus. 2. Glandula salivarius minor, terdiri dari: Glandula bukalis Glandula palatinalis Glandula lingualis Glandula labialis, dll.

Komposisi saliva: Komposisi dari saliva meliputi komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva penyusun utamanya adalah air. Komponen anorganik terbanyak adalah sodium, potassium (sebagai kation), khlorida, dan bikarbonat (sebagai anion-nya). Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Selain itu, saliva juga mengandung gas CO2, O2, dan N2. Saliva juga mengandung immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg% Fungsi saliva: i Menghaluskan makanan i Membentuk makanan menjadi bolus-bolus sehingga dapat ditelan dengan mudah. i Memecah karbohidrat menjadi maltosa dan dextrin ( Karena adanya enzim amilase dalam saliva). i Mencegah kerusakan dan erosi pada gigi. i Meminimalisir keasaman rongga mulut dan mencegah kerusakan struktur gigi saat terjadi muntah. i Ion-ion seperti Ca, P, dan F yang terkandung dalam saliva berperan penting pada proses remineralisasi. i Mempertahankan mulut tetap lembap. i Membantu proses bicara dengan memudahkan gerakan bibir dan lidah. i Mempertahankan mulut dan gigi tetap bersih. i Mekanisme pertahanan tubuh (mempunyai daya anti-bakteri) dan sebagai anti oksidan. Fungsi Efek Komponen yang berperan Proteksi Membersihkan Pelumas Thermis Pembentukan pelikel Air Mucin dan glikoprotein Mucin Protein, glikoprotein, mucin Penyeimbang PH Menstabilkan PH Menetralisir asam Bikarbonat, fosfat Protein dasar, urea, amonia Keutuhan gigi Pemasakan email dan perbaikan email Kalsium, fosfat, fluoride, statherin, protein kaya prolin Anti mikroba Phisycal barrier Immune defense Nonimmune defense Mucin Sekresi Ig A Peroksidase, lisosim, laktoferin, histatin, mucin, dan aglutinin Perbaikan jaringan Penyembuhan luka dan regenerasi epitel Faktor pertumbuhan dan protein trefoil

Pencernaan Pembentukan bolus Pencernaan karbohidrat dan trigliserida Mucin dan air Amilase dan lipase Perasa Memelihara kondisis indera pengecap Faktor pertumbuhan epidermal dan karbonik hidrase VI Mekanisme sekresi saliva Di kelenjar saliva, granula ssekretorik (zymogen) yang mengandung enzim-enzim saliva dikeluarkan dari sel-sel asinar ke dalam duktus. Karakteristik ketiga kelenjar saliva pada manusia dapat diringkas sebagai berikut: Kelenjar Jenis histologi sekresi Persentase saliva total pd manusia (1.5 L per hari) Parotis Serosa Air 20 Sub mandibulla Campuran Agak viskous 70 Sub lingua mucus vikous 5 Regulasi sekresi saliva Sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf. Rangsangan pada (1) Inervasi saraf parasimpatik memegang peran utama stimulus sekresi saliva, dan berpengaruh terhadap komposisinya. Saraf parasimpatis dari nukleus salivatorius superior(bagian dari nervus fasialis dan berlokasi di pontine tegmentum) menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organik yang rendah. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoactive intestine polipeptide). Polipeptida ini adalah cotransmitter dengan asetilkolin pada sebagian neuron parasimpatis pascaganglion. Rangsangan (2) Saraf simpatis cenderung mempengaruhi volume sekresinya. Saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang akan bahan organik dari kelenjar submandibulais. Pada kelenjar sub lingual dan kelenjar-kelenjar minor, lebih dipengaruhi oleh respon kolinergik, sedangkan pada kelenjar lainnya cenderung ke inervasi adrenergik. . Selain dari perbedaan tipe reseptor autonom yang aktif, terdapat dua faktor lain yang berpengaruh terhadap komposisis saliva, yaitu intensitas dan durasi stimulasi ke kelenjar. Perbedaan tersebut berpengaruh langsung kepada permeabilitas membran sel-sel sekretori sebagai akibat dari hilangnya elektrolit sel tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi saliva: Kelenjar saliva dapat dirangsang dengan cara-cara berikut: Z Mekanis, misalnya mengunyah makanan keras atau permen karet Z Kimiawi, oleh rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit, dan pedas. Z Neuronal, melalui sistem saraf autonom baik simpatis maupun parasimpatis. Z Psikis, stress menghambat sekresi, ketegangan dan kemarahan dapat bekerja sebagai stimulasi. Z Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa yang dapat menstimulasi sekresi. Kelainan saliva 1. Syndroma Sjogren Penyakit ini ditandai dengan : Z Sekresi ludah dan sekresi kelenjar air mata yang menurun Z Pembengkaan glandula parotis

Z Artritis Sebab terjadinya sindroma tersebut tidak dikatakan secara jelas. Mungkin ini adalah suatu penyakit autoimune atau dapat pula disebabkan oleh virus. Sekitar 90% penderitanya berusia 40 60 tahun, 50-60 % diantaranya juga mempunyai gangguan jaringan ikat. Penderita sindroma ini sering mengeluh rasa terbakar di lidah, bibir, dan pipi. Pada sindroma ini terjadi perubahanperubahan pada ludah yaitu pada atrofi sel sel asinar kelenjar ludah yang melanjut pada sekresi kelenjar ludah diikuti oerubahan konsentrasi beberapa komponen organik atau anorganik. Disamping itu terjadi perubahan imunologis kelenjar ludah. 2.Fibrosis Sistik Tiga gejala klasik pada diagnosisi penyakit ini adalah Z Konsentrasi klorida keringat meningkat kira kira 5 x lipat dari harga normal Z Gangguan penyumbatan paru paru kronis Z Pankreas tiodak berfungsi Kelenjar ludah yang terserang penyakit ini memeliki susunan yang abnormal, walaupun secara klinis perubahannya kecil. Kadar Ca 2+ yang meningkat dapat menjadi penyebab naiknya pertumbuhan karang gigi, yang terjadi pada 90 100% penderita fibrosis sistik. Kelainan gigi pada penderita penyakiyt ini diperkirakan disebabkan karena faktor-faktor lain yang abnormal dalam ludah 3. Tumor kelenjar ludah Pada pertumbuhan tumor dikelenjar ludah sering terjadi perubahan perubahan tiak spesifik, misalnya karena pendesakan sel asinar, sehingga sintesis komponen ludah dan sekresi ludah menurun. OBAT ANTI KANKER/ ANTINEOPLASTIK Sel tumor berasal dari sel tubuh yang normal. Obat anti kanker berkerja tidak selektif terhadap sel kanker, sehingga sel tubuh yang normalpun akan menjadi sasaran yang membahayakan. Perbedaan sel normal dan sel kanker hanya terdapat pada jumlah dan progesifitas tahapan pembelahan. Cara kerja obat kanker : 1. Menghambat proliferasi sel (sebagian besar anti kanker), menghancurkan DNA dengan cara : a. Mencegah pemisahan rantai DNA b. Menghambat perbaikan DNA karena adanya ikatan gugus alkil dengan basa DNA c. Menyerupai basa DNA, sehingga terjadi penggabungan obat kedalam DNA dan pemutusan rantai DNA serta umpan balik negatif enzim yang mensintesis dan mendaur ulang purin d. Membuat radikal oksigen bebas yang menghancurkan DNA Menghambat pembelahan sel yang dengan cara mengganggu sintesa protein, DNA, RNA, dan mikrotubulus pada mitosis (disebut zat spesifik siklus sel) Ada 5 tahap siklus replikasi sel, yaitu: a) G1 : Memproduksi enzim yang diperlukan DNA b) S1 : Sintesis dan replikasi DNA c) G2 : Tahap RNA dan sintesa protein d) M : Tahap pembelahan e) G0 : Fase istirahat Beberapa obat kanker bkerja pada semua tahap disebut on spesifik siklus sel atau NSSS, tetapi ada yang hanya bekerja pada tahap tertentu saja disebut spesifik siklus sel atau SSS. Yang termasuk kelompok obat NSSS adalah obat-obat alkilasi, antibiotik anti tumor, dan antikanker

hormon. Termasuk SSS adalah antimetabolit (efektif pada tahap S) dan alkaloid vinka (efektif pada tahap M). 2. Mengantagonis reseptor, atau mengagonis reseptor terutama anti kanker hormonal, yang keduanya menyebabkan terjadinya pencegahan pertumbuhan endogen sel.( Sutedjo. 2008)

SKENARIO Seorang pria berumur 25 tahun datang ke RSGM FKG UGM, mengeluh mengenai rasa kering dan tidak nyaman pada rongga mulutnya. Terdapat sariawan di bagian labia inferior. Pasien tersebut pernah mendapat vitamin dari dokter gigi namun eluhannya tidak berkurang. Berdasar catatan di rekam medis, pasien tersebut pernah menjalani terapi dengan mengkonsumsi beberapa obao-obatan anti kanker karena terdapat tumor di prostatnya. Kinerja obat anti kanker : 3. Menghambat proliferasi sel (sebagian besar anti kanker), menghancurkan DNA dengan cara : a. Mencegah pemisahan rantai DNA b. Menghambat perbaikan DNA karena adanya ikatan gugus alkil dengan basa DNA c. Menyerupai basa DNA, sehingga terjadi penggabungan obat kedalam DNA dan pemutusan rantai DNA serta umpan balik negatif enzim yang mensintesis dan mendaur ulang purin d. Membuat radikal oksigen bebas yang menghancurkan DNA Menghambat pembelahan sel yang dengan cara mengganggu sintesa protein, DNA, RNA, dan mikrotubulus pada mitosis (disebut zat spesifik siklus sel) Beberapa obat kanker bekerja pada semua tahap disebut on spesifik siklus sel atau NSSS, tetapi ada yang hanya bekerja pada tahap tertentu saja disebut spesifik siklus sel atau SSS. Yang termasuk kelompok obat NSSS adalah obat-obat alkilasi, antibiotik anti tumor, dan antikanker hormon. Termasuk SSS adalah antimetabolit (efektif pada tahap S) dan alkaloid vinka (efektif pada tahap M). 4. Mengantagonis reseptor, atau mengagonis reseptor terutama anti kanker hormonal, yang keduanya menyebabkan terjadinya pencegahan pertumbuhan endogen sel Kaitan penggunaan obat anti kanker terhadap adanya sariawan yang tidak sembuh-sembuh : 1. Saliva mengandung komponen organik yang meliputi protein, berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, mucin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Selain itu saliva juga mengandung immunoglobin, seperti IgA dan IgG dengan konsentrasi rata-rata 9,4 dan 0,32 mg%. Sedangkan obat anti kanker bekerja menghambat proliferasi sel dengan cara mengganggu sintesa protein. Dalam hal ini obat anti kanker membuat sintesa imunoglobulin A dan G yang termasuk dalam golongan protein menjadi terhambat. Padahal IgA dan IgG merupakan senyawa protein yang berperan dalam sistem imun sehingga adanya infeksi termasuk ulserasi berupa stomatitis dalam rongga mulut akan cepat sembuh jika sistem imun ini bekerja dengan baik. Obat anti kanker yang dikonsumsi berefek mengintervensi sistem imun tubuh oleh imunoglobulin. Protein juga berperan dalam proses regenerasi sel-sel epitel penyusun mkosa rongga mulut. Jika proses pembentukan protein itu sendiri terganggu maka regenerasi sel tidak akan berjalan dengan baik. Sehingga ketika diberi vitamin C oleh dokter gigi, sariawan pada pasien tersebut tidak berkurang. 2. Saliva diekskresikan oleh glandula salivarius sebagai suatu respon akan adanya rangsang yang diterima oleh reseptor di dalam rongga mulut. Kelenjar saliva dapat dirangsang dengan cara-cara

berikut: a. Mekanis, misalnya mengunyah makanan keras atau permen karet b. Kimiawi, oleh rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit, dan pedas. c. Neuronal, melalui sistem saraf autonom baik simpatis maupun parasimpatis. d. Psikis, stress menghambat sekresi, ketegangan dan kemarahan dapat bekerja sebagai stimulasi. e. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian protesa yang dapat menstimulasi sekresi Obat anti kanker berefek dalam mengantagonis reseptor. Dalam hal ini, reseptor dalam rongga mulut apabila mendapat rangsangan seperti tersebut di atas akan merangsang ekskresi saliva. Obat anti kanker inilah yang akan mengintervensi reseptor tersebut sehingga bekerja menjadi antagonis, yaitu berefek pada berkurangnya ekskresi saliva. Ekskresi saliva yang berkurang akan menyebabkan mulut menjadi kering atau xerostomia. Mulut kering lebih rentan terjadi adanya ulserasi pada mukosa rongga mulut sehingga menyebabkan terjadinya sariawan atau stomatitis.. Hal ini karena obat anti kanker yang pernah dikonsumsi berefek pada sedikitnya ekskresi glandula salivarius dan kandungan immunoglobulin di dalam saliva. DAFTAR PUSTAKA Sutedjo. 2008. Mengenal Obat-obatan secara Mudah & Aplikasinya dalam Perawatan. Amara Books : Yogyakarta. Indriyani, Wiwiek. 2007. Saluran Cerna. Surabaya http://rumahkanker.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=40. Diakses tanggal 01-12-08 jam 20.00 WIB Hasibuan, Sayuti. 2002. Keluhan Mulut Kering Ditinjau dari Faktor Penyebab, Manifestasi dan Penanggulangannya. USU digital library. Ganong,W.F.. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta. Guyton and Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC : Jakarta. 4 Mei

EFEK RADIOTERAPI PADA RONGGA MULUT


Oleh pu2t pada fkg, tugas. Tinggalkan sebuah Komentar SKENARIO I Seorang perempuan, 30 tahun datang ke RSGM FKG dengan keluhan bau mulut. Di beberapa region gigi terutama di bagian bukal terdapat kalkulus yang sudah menebal dan gigi geraham di region tersebut mengalami kegoyahan hingga derajad 2. Berdasar catatan di past medical history, pasien tersebut pernah menjalani radioterapi di bagian leher depan. PEMBAHASAN Saliva ialah sekelompok cairan yang oleh kelenjar ludah dikeluarkan di dalam rongga mulut dan disebarkan dari peredaran darah melalui celah diantara permukaan gigi dan gusi.

Saliva mempunyai sejumlah fungsi penting, antara lain memudahkan penelanan, mempertahankan mulut tetap lembab, bekerja sebagai pelarut molekul-molekul yang merangsang indera pengecap, membantu proses bicara dengan memudahkan gerakan bibir dan lidah, dan mempertahankan mulut dan gigi tetap bersih. Saliva juga mempunyai daya anti bakteri, dan penderita dengan defisiensi saliva (xerostomia) mempunyai insidensi karies gigi yang lebih tinggi dari normal. Sistem dapar dalam saliva mempertahankan pH mulut sekitar 7,0. Sistem ini juga membantu menetralkan asam lambung dan menghilangkan nyeri esofagal (heart burn). (Ganong, 1999) KELENJAR LUDAH Kelenjar ludah utama antara lain kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. 1. Kelenjar Parotis - Merupakan yang terbesar, mensekresi tipe serus, mengandung ptyalin dan air. - Sekretnya dituangkan ke dalam mulut melalui saluran parotis atau saluran Stensen 2. Kelenjar Submandibularis - Mensekresi tipe serus dan mucus yang mengandung mucin untuk pelumasan makanan dan perlindungan permukaan - Melalui saluran Warton 3. Kelenjar Sublingualis - Mensekresi tipe mucus - Terdiri dari dua kelenjar, yaitu sublingualis mayor dan minor. (Guyton and Hall, 1997) Kerja kelenjar ludah tanpa adanya rangsangan yang jelas disebebkan oleh stimulus konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar ludah. Sekresi basal ini penting untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu. (Sherwood, 2001) EFEK RADIOTHERAPHY Radiotherapy ialah terapi dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Setelah proses radiotheraphy dapat terlihat disfungsi lebih awal pada kelenjar Parotis dibanding pada kelenjar Submandibularis. Disfungsi pada kelenjar Parotis dapat menyebabkan penurunan sekresi saliva. Penurunan sekresi saliva dapat menyebabkan mulut kering (xerostomia). Fungsi saliva antara lain sebagai pembersih / sebagai self cleansing. Jika sekresi saliva terhambat, maka fungsi self cleansing berkurang sehingga oral hygiene pada penderita akan memburuk. Oral hygiene yang buruk dapat terlihat dari adanya peningkatan deposit kalkulus terutama pada regio bukal. Terbentuknya kalkulus dapat menyebabkan gigi goyah karena kalkulus menyebabkan perlekatan soket pada gigi berkurang. Kalkulus terjadi karena pengendapan garam kalsium fosfat, kalsium karbonat, dan magnesium fosfat. Komposisi kalkulus dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu pembentukan kalkulus. (Carranza, 1990) DAFTAR PUSTAKA Carranza F.A., Glickmans Clinical Periodontology., 7th ed. Tokyo: Igaku Shoin/Saunders, 1990 Ganong, W.F., 1999, Fisiologi Manusia, Edisi 3, EGC, Jakarta Guyton and Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Sherwood, L., 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, EGC, Jakarta

4 Mei

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN


Oleh pu2t pada fkg, tugas. 4 Komentar PERTEMUAN I PENGERTIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Didalam bidang kedokteran gigi istilah gigi tiruan/ dental prothetis meliputi Gigi tiruan sebagian lepasan/partial denture Gigi tiruan cekat/Fixed denture Gigi tiruan lengkap/Full denture Definisi gigi tiruan sebagian Osborne (1925) gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yg menggantikan sebagian dari pada gigi asli yang hilang dan dapat dilepas sendiri oleh sang pasien dari mulutnya Applegate (1925) gigi tiruan sebagian adlh suatu alat yg dapat dilepas menggantikan gigi asli yg hilang& memperoleh dukungan utama dr jaringan sadel dng suatu dukungan tambahan dr gigi asli yg masih tertinggal Mc.Cracken (1973) suatu restorasi prostetic yn menggantikan gg asli yg hilang&bagian lain dr rahang yg tak bergg sebagian,mendapat dukungaan terutama dr jaringan dibawahnya & sebagian dr gg asli yg masih tertinggal dipakai sebagai gg pegangan /abutment Glossary of prosthodontics (1999) GTS merupakan bag.prostodonsia yg menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dng gigi tiruan&didukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi-mukosa yang dipasang&dilepas oleh pasien Akibat kehilangan gigi Migrasi dan rotasi Hilangnya kesinambungan lengkung gg dpt menyebabkan pergeseran yaitu miring atau berputarnya gg sehingga tdk kuat menahan beban misalnya beban pengunyahan,hal ini dpt merusak srtuktur periodontal dan gigi mudah karises Erupsi berlebih Pada gigi yg tertinggal akan mengalami erupsi berlebih kearah daerah gigi yg hilang Penurunan energi kunyah Terutama pada kehilangan gigi posterior Ganguan pada TMJ Kehilangan gigi terutama pada posterior dpt menyebabkan berubahnya tomporo mandibul joint Terganggunya kebersihan mulut Pada kehilangan gigi terdapat celah antar gigi sehingga makanan dapat masuk,lama lama menimbulkan plak dan akhirnya karises Beban berlebih pada jaringan pendukung Kehilangan gigi,maka jumlah gigi akan berkurang dan menyebabkan berkurangnya daya tahan

terhadap tekanan dan oleh karena itu jaringan pendukung bebannya menjadi bertambah,hal ini menyebabkan kerusakan membran priodontal yang pada akhirnya menyebabkan gigi-gigi tarsebut menjadi goyah Kelainan berbicara Labio dental adlh huruf yg diucapkan antara lidah dng gigi dpn atas.apabila kehilangan gigi depan maka huruf F,V,PH tidak dapat terucap dng baik.demikian juga pd huruf linguo-dental Penampilan buruk Atrisi/gigi erosi Pd pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan dapat menimbulkan efek: 1.Peningkatan akumulasi plak Kurangnya kebersihan pd pemakai GTSL maka plak mudah menempel dan dpt terjadi inflamasi pada jaringan periodontal kemudian terbentuk poket juga resorbsi tulang alveolar berlebihan 2.Trauma langsung pada gigi yg digunakan sebagai gigi pendukung / abutment, pembuatan klamer yg terlalu menekan gigi pendukung tersebut dapat merusak email 3.Distribusi gaya kunyah Gaya fungsional disalurkan oleh GTS ke jaringan yg berkontak&berada dibawahnya.Pada GTS hubungan gigi gaya ini diteruskan ke tulang alveolae melalui ligmen periodontal oleh karna itu disterbusi dapat merata 4.Permukaan okusal adanya kontak oklusi yg prematur mengakibatkan: A.Difungsi otot kunyah&wajah,bila pasien berusaha menghindari kontak dng cara mengubah pola gerak kunyahnya B.Terjadinya peradangan mukosa&resorbsi tulang bawahnya C.Kerusakan pada gigi atau jaringan periodontal Untuk menetralisir efek akibat pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan maka: A.Dokter gigi,harus dapat mendesain gigi tiruan tersebut dengan benar dan tepat B.Tehniker,harus bekerja sesuai intruksi dari perintah dokternya C.Pasien,harus dapat menjaga pemeliharaan gigi tiruan dengan benar terutama kebersihan PEMBAGIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Berdasarkan bahan yang dipakai untuk membuat a.vulcanite denture -dibuat dari vulkanit b.acrylic denture-dibuat dari akrilik c.frame denture-dibuat dari logam Dilepas/tidak dapat dilepas a.removable partil denture= GTS Lepasan b.fixed denture/bridge= GTC Saat pemasangan a.convesional-dipasang setelah gigi hilang b.immediete-dipasang segera setelah gigi hilang / dicabut Jaringan pendukung a.tooth borne-didukung oleh gigi b.mucosa / tissue borne-didukung mukosa

c.mucosa and tooth-didukung gigi&mukosa Letak daerah tak bergigi / sadel a.anterior tooth suported case b.all tooth suported case c.free and supotred case Memakai wing bagian bukal/labial atau tidak A.open face:GTS yg dibuat tanpa gusi tiruan labial, gigi tiruan tsb dibuat apabila 1.keadaan prosessus aleolaris masih baik 2.biasa pada gigi anterior 3.pasien mempunyai lebar mulut terlalu lebar B.close face:GTS yg dibuat gusi tiruan bagian labial, gigi tiruan tsb dibuat apabila 1.prosessus alveolaris telah mengalami absorbsi 2.perbaikan profil TUJUAN/FUNGSI PEMBUATAN GTS ADALAH: A.Mengembalikan fungsi estetik Estetik adlh cab.dari filosofi yg berhubungan dng keindahan dlm alam.dasar2dr estetik adlh keindahan,keaslian,keharmonisan Kosmetik adlh hny mementingkan keindahan sehingga kadang2berlebihan,tetapi kurang memikirkan keaslian dan keharmonisannya dalam prosthodonsi yg perlu diperhatikanadlh estetik membuat gigi tiruan secara 1.Hygiene 2.Harmonis dengan gigi asli 3.Tidak boleh kelihatan palsu B.Mengembalikan fungsi pengunyahan Secara teori,apabila gigi posterior hilang menyebabkan pengunyahan kurang baik sehingga mengakibatkan pencernaan terganggu dan akhirnya timbul macam2 penyakit pencernaan C.Mengembalikan fungsi bicara Ada 2 golongan huruf yaitu:s 1.huruf hidup / vokal: A,I,U,E,O 2.huruf mati / kongsonan: B,C,D,F.dll Alat bicara mempunyai 2 sifat: 1.sifat statis: gigi palatum 2. sifat dinamis: lidah,bibir,tali suara,mandibula suara berawal dari laring-palatum-dan dibantu gigi gelligi shg terbentuk suara.Ruang resonansi berada dalam rongga mulut dan sinus maksilaris. D. NB: seperti biasa yang di dalam kotak itu tambahan ya teman2. PERTEMUAN II DIAGNOSIS BIDANG PROSTODONSI

Diagnosis adalah proses yg dilakukan untuk mengenali / mengetahui terdapatnya keadaan yg tidak wajar / alamiah dan meneliti adanya abnormalitas serta menetapkan penyebabnya diterapkan untuk membuat rencana perawatan Tujuan diagnosis :Untuk mengetahui keadaan 1.Untuk dapat mempertahankan gigi-gigi yg ada 2.Memelihara jaringan pendukungnya 3.Menciptakan estetis yang harmonis dan memuaskan Cara diagnosis : evakuasi thd penderita (diskusi) anamnesis data diagnostik ANAMNESIS : Yaitu riwayat yg lalu dari suatu penyakit atau kelainan berdasarkan ingatan penderita pd waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik/dental Macam anamnesis : 1. Ditinjau dari cara penyampaian ada 2 macam Auto anamnesis : cerita mengenai keadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien Allo anamnesis : cerita yang tidak disampaikan sendiri oleh pasien yg bersangkutan melainkan melalui bantuan orang lain ( pasien bisu, kesulitan bahasa,anak ) 2. Ditinjau dari segi inisiatif penyampaian cerita : Anamnesis Pasif : pasien sendiri yang bercerita kepada si pemeriksa Anamnesis Aktif : pasien perlu dibantu pertanyaan dalam penyampaian ceritanya HAL-HAL YG DITANYAKAN PADA PENDERITA : 1. Nama penderita ; perlu diketahui untuk : membedakan seorang penderita dg yg lainnya mengetahui asal suku atau rasnya, karena ras berhubungan dg penyusunan gigi depan ( profil orang Eropa lurus, sedang pada Asia cembung ) 2. Alamat, untuk : menghubungi pasien bila terjadi sesuatu mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien shg dapat pula diketahui status sosialnya 3. Pekerjaan, untuk : keadaan sosial ekonomi pasien ( biasanya lebih tinggi lebih besar tuntutannta ) melakukan modifikasi jenis perawatan yg mungkin diperlukan sehubungan dg faktor jenis pekerjaan misal guru, artis 4. Jenis kelamin : wanita : lebih cenderung memperhatikan estetis bentuk gigi relatif lebih banyak lengkungan / membulat Pria : lebih cenderung membutuhkan protesa yg lebih kuat, sebab pria membutuhkan kekuatan mastikasi yg lebih besar bentuk gigi lebih besar menunujukan kejantanan 5. Usia , untuk menentukan bentuk, warna, ukuran gigi usia muda : lebih mudah dan cepat beradaptasi thd gigi tiruan usia tua : toleransi jaringan kesehatan mulut

adaptasi lebih sulit 6. Waktu dan letak gigi yg terakhir dicabut/hilang gts immediate 7. Pengalaman memakai gigi tiruan, adaptasi thd gigi tiruan baru: a. Penderita yg pernah memakai gigi tiruan : adaptasi mudah sering membanding-bandingkan gts barunya dg yang pernah dipakai sebelumnya b. Penderita yg belum pernah memakai gigi tiruan : belum mengetahui prosedur pembutan dan pemakaian gigi tiruan perlu penjelasan [ pencetakan, penentuan gigitan, awal pemakaian yang sering menimbulkan rasa sakit itulah sebabnya penerangan yang diberikan menjadi penting sekali ] 8. Tujuan pembuatan gigi tiruan lebih mementingkan pemenuhan faktor estetik atau fungsional ? 9. Kebiasaan / bad habid : bruksisma dianjurkan memakai gigi tiruan dimalam hari 10. Pemeriksaan status umum : DM, alergi, depresi mental, penyakit pendarahan 11. Pemeriksaan status lokal : Extra oral pembengkakan wajah Asimetri wajah jumlah gigi yg terlihat ketika pasien berbicara Besar kedua rahang sesuai / tidak ? Susunan gigi teratur / tidak ? bentuk muka profil mata hidung telinga bibir Intra oral keadaan umum : 1. OH [ plak, kalkulus, stain = baik, sedang, buruk] 2. Mukosa mulut 3. Frekwensi karies 4. Status gigi [ goyah, migrasi, malposisi] 5. Ro foto : Melihat/ memeriksa struktur tulang yg akan menjadi pendukung melihat bentuk , panjang, jumlah akar melihat kelainan bentuk pd residual ridge sisa akar keadaan vitalitas gigi keadaan kelainan periapikal

berhubungan dg penentuan gigi pegangan 6. Oklusi 7. Artikulasi [ untuk mengetahua adanya hambatan oklusi] 8. Vestibulum 9. Frenulum 10. Kelainan gigi [ jumlah, warna, bentuk] 11.Macam gigi [ sulung, permanen] 12. Proc alveolaris 13. Bentuk palatum [ huruf U = menguntungkan karena stabilitas ,,, huruf V] 14. Torus palatinus [ dibebaskan ] 15. Lidah Pertemuan III KLASIFIKASI GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN Endang Wahyuningtyas 1. KLASIFIKASI DAERAH YANG TIDAK BERGIGI : Maksud utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang sebagian giginya sudah hilang adalah: agar dokter gigi dapat berkomunikasi sejelas mungkin tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan gigi tiruan Dasar klasifikasi : 1.Berdasarkan sadel/daerah yang tidak bergigi, klasifikasi menurut: a. Kennedy b. Swenson c. Austin Lidge d. Applegate Kennedy 2.Berdasarkan Retainer, klasifikasi menurut: a. Miller b. Cummer Sadel : Bagian dari prosessus alveolaris yang telah kehilangan gigi Tipe sadel : 1. Sadel ujung bebas/Free end Sadel 2. Sadel tertutup / Bounded sadel Klasifikasi Kennedy Syarat: 1. Klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan atau gigi yang diindikasikan untuk dicabut selesai dicabut 2. Bila gigi M3 hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak termasuk dalam klasifikasi. 3. Bila gigi M3 masih ada dan akan digunakan sebagai pengganti, gigi ini dimasukkan klasifikasi 4. M2 hilang tidak akan diganti jika antagonisnya sudah hilang. 5. Bagian tidak bergigi paling posterior menentukan Klas utama dalam klasifikasi. 6 Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya. 7. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak bergigi. 8. Tidak ada modifikasi pada klasifikasi Kennedy Klas IV. Klasifikasi Kennedy ada 4 Klas :

Kelas I Daerah tidak bergigi terletak dibagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi rahang / Bilateral Free End Kelas II Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian posterior gigi yg ada, pd 1 sisi rahang/unilateral free end. Kelas III Daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi yang masih ada dibagian posterior. Kelas IV Daerah yang tidak bergigi terletak dibagian anterior dan melewati garis tengah rahang/median line. Untuk kelas ini tidak ada modifikasi KLASIFIKASI APPLEGATE KENNEDY Kelas I a. Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy. b. Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun kehilangan gigi. c. Secara klinis dijumpai: 1. Derajat resorbsi residual ridge bervariasi. 2. Tenggang waktu pasien tidak bergigi akan mempengaruhi stabilitas gigi tiruan yang akan dipasang. 3. Jarak antar lengkung rahang bagian posterior biasanya sudah mengecil. 4. Gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi. 5. Gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat 6. Jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6 10 gigi. 7. Ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula. Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan perluasan basis distal Kelas II Daerah tidak bergigi sama dengan kelas II Secara klinis dijumpai keadaan : 1.Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak 2.Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur. 3.Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis. 4.Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka waktu tertntu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis. 5.Karena pengunyahan satu sisi, sering dijumpai kelainan sendi temporomandibula. Indikasi pelayanan prostodonsia: Gigi tiruan sebagian lepasan disain bilateral perluasan basis distal. Kelas III Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga, tidak lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.

Secara klinis dijumpai keadaan: 1. Daerah tidak bergigi sudah panjang. 2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai 3. Tulang pendukung mengalami resorbsi cervikal dan atau disertai goyangnya gigi secara berlebihan. 4. Beban oklusal berlebihan Indikasi pelayanan prostodonsi; Gigi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dengan desain bilateral. Kelas IV Daerah tidak bergigi sama dengan klas IV Kennedy. Pada umumnya untuk klas ini dapat dibuat gigi tiruan sebagian lepasan bila: 1. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma 2. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi pendukung. 3. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien dengan daya kunyah besar. 4.Diperlukan dukungan danretensi tambahan dari gigi penahan 5.Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor estetik Indikasi pelayanan Prosthodontic Klas IV : a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga masih kuat b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau jaringan atau kombinasi. c) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat GTSL Kelas V Daerah tak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah Kasus seperti ini banyak dijumpai pada rahang atas karena gigi caninus yang dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan Gigi bagian anterior kurang disukai sebagai gigi penahan, biasanya karena salah satu alasan berikut ini : 1. daerah tak bergigi sangat panjang 2. daya kunyah pasien berlebihan 3 bentuk atau panjang akar gigi penahan kurang memadai 4 tulang pendukung lemah penguatan dengan splin tidak diharapkan, dan sekalipun dilakukan tetap tidak memberikan dukungan yang memadai, tetapi tetap dirasakan perlunya mempertahankan geligi yang masih tinggal ini Indikasi pelayanan Prosthodontik kelas V: Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan prinsip basis berujung bebas tetapi di bagian anterior. Kelas VI Daerah tak bergigi paradental dengan ke dua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan daerah tak bergigi yang terjadi pertama kalinya dalam mulut

Biasanya dijumpai keadaan klinis : 1. daerah tak bergigi yang pendek 2. bentuk atau panjang akar gigitetangga memadai sebagai pendukung penuh 3. sisa processus alveolaris memadai 4. daya kunyah pasien tidak besar Indikasi pelayanan prosthodontik kelas VI a) geligi tiruan cekat b) geligi tiruan sebagian lepasan dukungan gigi dan desain unilateral (protesa sadel) Pemilihan geligi tiruan lepasan dalam hal ini didasarkan pada: 1. usia pasien masih muda 2. mencegah ekstrusi gigi antagonis 3. pulpa gigi masih lebar 4. kesehatan pasien tak memungkinkan dilakukannya preparasi segera 5. kendala waktu untuk pembuatan gigi tiruan cekat 6. pasien menolak pembuatan geligi tiruan cekat 7. keadaan sosial ekonomi pasien tak menunjang Selain ke enam kelas tersebut di atas, klasifikasi Aplegate Kennedy mengenai juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan. Bila tambahan ini terletak di anterior, maka disebut kelas. modifikasi A Pada penambahan yang terletak di posterior, sebutan menjadi kelas modifikasi P. Untuk penambahan ruangan yang lebih dari satu, dimuka huruf petunjuk modifikasi. Diberi tambahan angka arab sesuai jumlahnya. Contoh : Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A dan 3P dan seterusnya). KLASIFIKASI SWENSON Pada dasarnya sama dengan klasifikasi Kennedy Kelas I : Unilateral free end Kelas II : Ujung bebas bilateral/ Bilateral free end Kelas III : Bounded sadle Kelas IV : Anterior tooth supported KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV KLASIFIKASI AUSTIN DAN LIDGE Lebih sederhana karena pengklasifikasiannya berdasarkan wilayah daerah gigi yang hilang. a) Daerah gigi yang hilang anterior A b) Daerah gigi yang hilang posterior: P Pada masing masing derah tersebut dibagi 2 lagi, dengan batas median line. KLASIFIKASI BERDASARKAN LETAK KLAMER Klasifikasi ini didasarkan pada letak klamer. Kelas I Miller : Menggunakan 2 klamer, dengan letak klamer harus berhadapan dan tegak lurus dengan median line

Kelas II Miller Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum melewati median line. Median line dengan lokasi fulkrum tegak lurus. Kelas II Miller Memakai 2 klamer, diagonal dimana garis fulkrum melewati median line. Median line dengan lokasi fulkrum tegak lurus. Kelas III Miller Menggunakan 3 klamer, letak klamer sedemikian rupa sehingga bila ditarik akan berbentuk segitiga yang letaknya kira kira ditengah protesa. Kelas IV Miller R Memakai 4 klamer, bila dihubungkan dengan garis membentuk segiempat dan terletak ditengah tengah protesa. Klasifikasi Cummer 1 Kelas I protesa dengan 2 retensi (klamer) direct, letaknya diagonal, berorientasi pada frame protesa 2 Kelas II protesa dengan 2 retensi direct, letak berhadapan, bila dihubungkan membentuk garis tegak lurus pada median line. 3 Kelas III protesa dengan 2 atau lebih retensi direct, letak pada 1 sisi/bidang. 4 Kelas IV protesa dengan 3 4 klamer, bila dihubungkan dengan gads membentuk segi empat dan berada di tengah protesa.

Вам также может понравиться