Вы находитесь на странице: 1из 13

I.

PENDAHULUAN

Depresi merupakan penyakit yang menyerang "keseluruhan hidup seseorang", meliputi seluruh tubuh, suasana perasaan dan pikiran. Depresi juga mempengaruhi pola makan dan tidur. Gangguan ini tidak sama dengan seorang yang dalam keadaan kelelahan atau malas. Seorang yang mengalami gangguan depresi tidak dapat "menguasai diri" dari keadaaannya untuk dapat kembali pada keadaannya seperti semula. Tanpa penanganan yang baik maka gejala-gejala tersebut mengakibatkan terganggunya fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya dari seseorang dan gejala tersebut berlangsungnya jadi lebih lama.

Penatalaksanaan yang sesuai dapat menolong seseorang yang mengalami depresi untuk cepat kembali seperti semula lebih baik.

DEFINISI DEPRESI Gangguan depresi adalah gangguan mental yang dikarakteristikan dengan penurunan vitalitas umum, rasa sedih yang dalam dan berkepanjangan. Penderita hilang minat (interest) pada sesuatu yang sebelumnya menyenangkan baginya. Depresi mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Kata depresi sebagaimana yang dipakai dalam bahasa sehari-hari mengacu sedikitnya pada dua keadaan: suasana hati dan keadaan sakit. Suasana hati yang tertekan adalah perasaan sedih, sakit dan derita yang pernah dialami oleh setiap orang.

Depresi disertai dengan perubahan-perubahan lain pada dirinya misalnya berkurangnya energi, mudah lelah dan berkurangnya aktivitas, konsentrasi dan perhatian yang berkurang, harga diri dan kepercayaan diri yang berkurang, rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, dan nafsu makan berkurang.

Biasanya penderita depresi sering menarik diri dari kehidupan sosialnya, aktivitas kerja baik di kantor maupun di rumah juga menurun. Segala sesuatu kelihatannya

tanpa harapan, ia selalu murung. Ansietas mungkin ada atau pasien mungkin mencoba untuk menyembunyikan keluhannya (depresi senyum).

Sejak dinyatakan terinfeksi HIV penderita mengalami stres, dikarenakan tingginya tekanan psikososial yang mereka terima baik dari keluarga maupun masyarakat. Telah diketahui sejak lama bahwa orang yang hidup dengan HIV, seperti pasien lain dengan penyakit kronis, mungkin mengalami suatu bentuk gangguan psikiatri (kejiwaan) selama perjalanan penyakitnya. Gangguan ini mungkin berupa penyakit yang ditemukan pada masyarakat umum; depresi, gangguan bipolar, penyalahgunaan alkohol, skizofrenia, dan diagnosis psikiatri lain adalah umum. Di sisi lain, gangguan ini mungkin terkait langsung atau tidak langsung dengan HIV.

Untuk mencapai keseimbangan medis, psikiatri, dan sosial yang memadai, sering kali pasien dengan HIV harus menghadapi gangguan psikiatri yang menempatkan mereka pada risiko terhadap infeksi HIV (misalnya penyalahgunaan narkoba suntikan atau gangguan bipolar); yang terkait dengan diagnosis HIV atau laju HIV-nya (misalnya depresi, gangguan kegelisahan, atau demensia); atau yang terkait dengan terapi antiretroviral atau terapi lain yang diperlukan (misalnya mimpi yang nyata atau penurunan konsentrasi yang dialami oleh beberapa pasien pada waktu memulai efavirenz).

EPIDEMIOLOGI Data yang diperoleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, 10 persen dari populasi penduduk dunia membutuhkan pertolongan atau pengobatan di bidang kesehatan/psikiatri. Bahkan menurut studi World Bank tahun 1993 di beberapa negara, 8,1 persen dari global burden disease (penyakit akibat beban globalisasi) disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa, yang menunjukkan dampak yang lebih besar daripada penyakit TBC jantung (4,4 persen), dan malaria (2,6 persen). (7,2 persen), kanker (5,8 persen),

Hasil survei Prof. Ernaldi Bahar tahun 1995 dan Direktorat Kesehatan Jiwa tahun 1996 menyatakan, bahwa di Indonesia, 1-3 dari setiap 10 orang mengalami gangguan jiwa. Berapa banyak anggota masyarakat Indonesia yang mengalami depresi belum ada data yang pasti. Namun, diperkirakan jumlahnya semakin banyak karena beberapa hal, antara lain: usia harapan hidup semakin bertambah, stressor psikososial semakin berat, berbagai penyakit kronik semakin bertambah, serta kehidupan masyarakat yang semakin hedonistik dan jauh dari nilai-nilai transendental (ruhiah). Meningkatnya angka depresi juga dapat dilihat dari semakin banyaknya pasien yang berobat di klinik psikiatri di rumah sakit, meningkatnya pemakaian obat-obat anti depresi, dan semakin meningkatnya kasus bunuh diri.

Jumlah orang yang terinfeksi HIV terus meningkat pesat dan tersebar luas di seluruh dunia. Di Indonesia sejak pertama kali dijumpai kasus infeksi HIV pada tahun 1987 hingga bulan Januari 2001 telah dilaporkan 1226 kasus infeksi HIV, 461 kasus AIDS secara kumulatif, dan 235 diantara pasien AIDS tersebut telah meninggal dunia. Di Propinsi Jawa Timur sampai tanggal 22 November 1999 prevalensi (kumulatif) HIV-AIDS sebanyak 77 kasus, terdiri dari 60 kasus pengidap HIV dan 17 pasien AIDS. Jumlah kasus terbanyak ada di Kota

Surabaya sebanyak 45,5% dan diperkirakan akan terus meningkat sebesar 30% setiap tahunnya. Pada individu dengan HIV positif sistem imunitasnya akan mengalami penurunan dan membutuhkan waktu beberapa tahun hingga ditemukannya gejala tahap lanjut dan dinyatakan sebagai penderita AIDS. Hal ini tergantung pada kondisi fisik dan psikologisnya.

ETIOLOGI DEPRESI Penyebab gangguan neurosa depresi tidak diketahui dengan pasti. Etiologi secara hipotetis diperbincangkan antara lain karena faktor gangguan biologik (termasuk faktor genetik) dan faktor psiko-sosial.

Faktor Biologik Diduga kuat bahwa norepinephrine dan serotonin adalah dua jenis neurotransmitter yang bertanggung jawab mengendalikan patofisiologi ganguan alam perasaan pada manusia. Pada binatang percobaan. Pemberian antidepresan dalam waktu sekurang kurangnya dua sampai tiga minggu, berkaitan dengan melambatnya penurunan sensitifitas pada receptor post synaptic beta adrenergic dan 5HT2.

Temuan terakhir penelitian biogenic amine menunjukkan dukungan terhadap hipotesa bahwa pada gangguan alam perasaan (mood) pada umumnya, khususnya episode depresif terjadi kekacauan regulasi norepinephrine dan serotonin di jaringan otak yang dapat dikoreksi oleh zat antidepresan dalam jangka waktu dua sampai tiga minggu.  Masalah genetik Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar (adanya episode manik dan depresi) dan tipe unipolar (hanya depresi saja) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar etiologi biologik.  Psikososial Peristiwa traumatik kehidupan dan lingkungan sosial dengan suasana yang menegangkan dapat menjadi kausa gangguan neurosa depresi. Sejumlah data yang kuat menunjukkan kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun dan kehilangan pasangan hidup harmoni dapat memacu serangan awal gangguan neurosa depresi.  Faktor psikoedukasi Misalnya karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial

 Faktor sosio-lingkungan Misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.  Faktor spiritual-religius Faktor ini justru banyak mendominasi kausa gangguan depresi yakni kelemahan iman seseorang, dampak kehidupan sekuler-atheistik yang tidak percaya Tuhan YME.

GEJALA UTAMA Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat) : y afek depresif y kehilangan minat dan kegembiraan, dan y berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja / rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa) dan menurunnya aktivitas.

Gejala Lainnya : a. Konsentrasi dan perhatian berkurang b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f. Tidur terganggu g. Nafsu makan berkurang

DEPRESI PADA ODHA Gangguan depresi dan penyesuaian diri yang parah mungkin merupakan penyulit psikiatri HIV yang paling luas yang telah diteliti. Walaupun sulit untuk menemukan kesepakatan dalam kepustakaan mengenai prevalensi dan kejadian depresi yang pasti pada Odha, ada kesepakatan bahwa angkanya lebih tinggi dari yang ada di dalam masyarakat umum.

Diagnosis depresi juga bisa menjadi sulit pada Odha, seperti pada sebagian besar kelompok berpenyakit medis, tetapi berbagai cara tampaknya sama-sama efektif asal ahli psikiatri yang menilainya mengetahui perwujudan psikiatri dan somatik tertentu dari penyakit tersebut. Secara umum telah terbukti bahwa penyakit HIV berhubungan dengan tekanan sosial dan kehidupan tertentu, seperti stigma (cap buruk), yang mungkin mempengaruhi seseorang menjadi depresi.

Depresi pada Odha juga dikaitkan dengan perasaan bahwa kesehatannya buruk, rasa sakit kronis,dan kehilangan daya ingat serta konsentrasi. Namun, depresi, berbeda dengan kesedihan atau kecil hati, bukan merupakan dampak alami dari penyakit. Lamanya suasana hati yang lesu, kegelisahan, atau kemarahan mungkin biasanya menjadi bagian dari penyesuaian terhadap penyakit, tetapi

perkembangan depresi yang parah bukanlah sesuatu yang normal. Sebagaimana diagnosis depresi parah dihubungkan dengan berbagai penyakit, suasana hati yang lesu harus dilihat sebagai bagian dari kumpulan gejala seperti rasa senang yang hilang, perasaan bersalah atau tidak berharga, memikirkan kematian, dan gejala neurovegetatif. Bahkan bila gambaran semacam ini dilakukan, penyebab medis sebaiknya diselidiki dan diobati sebelum memulai pengobatan dengan

antidepresan.

Banyak pasien datang ke dokter di klinik kami mengeluhkan depresi yang sebetulnya anemia parah, hipogonadisme, tidak tumbuh dengan baik, atau penyakit sistemik sejenis yang lainnya. Tambahan pula, suasana hati yang tertekan atau depresi parah dapat disebabkan oleh berbagai pengobatan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pengobatan depresi parah pada Odha adalah aman dan efektif. Dukungan dan konseling yang memungkinkan pasien menghadapi dan menyelesaikan atau menyesuaikan diri terhadap kejadian yang menyebabkan stres dalam hidup seperti masalah keuangan, kekerasan fisik, dan pertentangan dalam keluarga yang dilakukan sendiri mungkin membantu mengendalikan depresi dan memperbaiki mutu hidup.

Terapi kelompok telah terbukti berguna untuk depresi ringan sampai menengah, tetapi pengobatan farmakologi tampaknya diperlukan untuk depresi yang lebih parah terkait dengan HIV. Aliran utama pengobatan farmakologi mencakup tricyclic antidepressant (TCA), selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), dan beberapa antidepresan atypical. Obat-obatan ini mempunyai berbagai macam riwayat efek samping, masa paruh, dan interaksi dengan obat lain dan karena itu sebaiknya dipilih dengan pertimbangan yang hati-hati sesuai dengan keluhan somatik dan rejimen pengobatan tertentu lainnya dari pasien. Misalnya, jika pasien menderita diare kronis dan neuropati periferal, TCA mungkin lebih dipilih daripada SSRI karena SSRI lebih mungkin memperburuk diare dan TCA terbukti efektif dalam mengobati neuropati periferal. Akhirnya, meskipun depresi yang berarti disebabkan oleh kekurangan neurokognitif yang berkaitan dengan laju HIV, memulihkan kekurangan itu dengan HAART mungkin berakibat pada perbaikan bermakna bagi rasa sejahtera pasien.

Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati HIV dapat menyebabkan atau memburukkan depresi, terutama efavirenz. Ada berbagai penyakit

(mis. anemia atau diabetes) yang dapat menyebabkan gejala serupa dengan depresi. Begitu juga penggunaan narkoba atau alkohol, serta tingkat testosteron, vitamin B6 atau vitamin B12 yang rendah. Odha yang juga terinfeksi virus hepatitis lebih dengan interferon. Faktor risiko lain termasuk : Perempua Kita sendiri atau keluarga mempunyai riwayat penyakit jiwa, penggunaan alkohol berlebihan atau narkoba Kurang dukungan social Belum mengungkapkan status HIV Kegagalan terapi mungkin mengalami depresi, terutama bila diobati

PENATALAKSANAAN

Depresi adalah penyakit yang sangat umum pada Odha. Depresi yang tidak diobati dapat mengganggu kepatuhan terhadap terapi dan mengurangi mutu hidup. Depresi adalah masalah yang mempengaruhi seluruh tubuh, dengan mengganggu kesehatan fisik, pikiran, rasa dan perilaku. Semakin cepat kita periksa ke dokter, semakin cepat kita dapat merencanakan strategi yang sesuai untuk menghadapi masalah ini, yang sebetulnya adalah gangguan yang sangat nyata terhadap kesehatan.

Psikoterapi adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi. Selain itu pengobatan dengan psikofarmako dengan mengutamakan antidepresan, terutama yang mengandung agen serotonergik seperti sertraline (zoloft 50 mg/hari). Beberapa pasien memberikan respon yang cukup bagus dengan pemberian obat psikostimulan dalam dosis kecil seperti amfetamin 5-15 mg/ hari. Dalam semua kasus harus ada kombinasi kedua hal tadi (Kaplan). Pengobatan lainnya adalah dengan ECT digunakan pada depresi berat, terutama pada penderita psikotik, mengancam melakukan bunuh diri dan penderita yang tidak mau makan.

Obat-obatan yang juga bisa digunakan:  Anti depresi Trisiklik Beberapa orang dengan depresi mengalami manfaat dari pengobatan. Namun antidepresan (obat untuk depresi) dapat berinteraksi dengan ARV. Antidepresan harus dipakai dalam pengawasan dokter yang mengetahui mengenai ARV yang kita pakai. Protease inhibitor sering berinteraksi dengan antidepresan. Antidepresan yang paling sering dipakai adalah obat dalam golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). Obat dalam golongan ini dapat menyebabkan kehilangan gairah dan fungsi seks, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, insomnia (sulit tidur), kelelahan, mual, diare, dan kegelisahan. Obat dari golongan trisiklik menyebabkan lebih banyak efek samping daripada SSRI. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan sedasi (tenang

berlebihan seperti dibius), sembelit, dan denyut jantung yang tidak teratur. Beberapa dokter meresepkan perangsang

jiwa (psychostimulant), obat yang dipakai untuk mengobati gangguan defisit perhatian (attention deficit disorder). Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa pengobatan dengan DHEA dapat mengurangi depresi pada beberapa Odh.  Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)  Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs)  Psikostimulan  Perubahan pola hidup Terapi ini dapat memperbaiki depresi pada sebagian orang. Perubahan ini termasuk : Olah raga Berjemur pada sinar matahari Konseling Tidur teratur

PROGNOSIS

Jika tidak diobati, depresi bisa berlangsung sampai 6 bulan atau lebih. Sebagian besar penderita menglami episode depresi berulang, sekitaar 4-5 kali sepanjang hidupnya.

KESIMPULAN

1.

HIV atau Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS.

2.

Cara penularan HIV yaitu lewat cairan darah, lewat cairan sperma dan cairan vagina, lewat air susu ibu.

3. 4.

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. HIV adalah retrovirus yang menggunakan RNA sebagai genom. Untuk masuk ke dalam sel, virus ini berikatan dengan receptor (CD4) yang ada di permukaan sel.

5.

Manifestasi klinis flu dan diare sehingga penderita tampak sehat, 6 minggu pertama setelah kontak penularan timbul gejala tidak khas berupa demam, rasa letih, sakit sendi, skait menelan dan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah telinga, ketiak dan selangkangan. Kemudian tahap lebih lanjut akan terjadi penurunan berat badan secara cepat (> 10%), diare terusmenerus lebih dari 1 bulan disertai panas badan yang hilang timbul atau terus menerus.

6.

Tanda-tanda utama yang terlihat pada seseorang yang sudah sampai pada tahapan AIDS adalah, berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat, demam tinggi berkepanjangan (lebih dari satu bulan), diare berkepanjangan (lebih dri satu bulan).

7.

AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu timbulnya sekumpulan gejala penyakit yang terjadi karena kekebalan tubuh menurun,oleh karena adanya virus HIV di dalam darah.

8. 9.

Pemeriksaan penunjang untuk HIV/AIDS tes darah dan tes HIV Pencegahan HIV/AIDS yaitu dengan gunakan selalu jarum suntik yang steril dan baru, selalu menerapkan kewaspadaan mengenai seks aman (artinya : hubungan seks yang tidak memungkinkan tercampurnya cairan kelamin, karena hal ini memungkinkan penularan HIV), bila ibu hamil dalam keadaan HIV positif sebaiknya diberitahu tentang semua resiko dan

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya sendiri dan bayinya, sehingga keputusan untuk menyusui bayi dengan ASI sendiri bisa dipertimbangkan, melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti-ganti pasangan dan saling setia kepada pasangannya, untuk yang melakukan hubungan seksual yang mengandung risiko dianjurkan melakukan seks aman termasuk menggunakan kondom. 10. Pengobatan dengan Zidovudin (ZDV), Didanosin (DDI), Dideoxycytidine (DDC, Zalcitabine). 11. Gangguan depresif ditandai dengan kerentanan yang panjang terhadap

serangan penyakit ini, meliputi mood yang menurun, atau hilangnya minat dan kegembiraan dalam beraktivitas. 12. HIV menginfeksi sel system kekebalan dan system syaraf. Infeksi sel di dalam system syaraf pusat (terutama astrosit) secara langsung menyebabkan perkembangan sindroma neuropsikiatrik, yang sering dipersulit lebih jauh pada pasien dengan AIDS oleh efek neuropsikiatrik dari infeksi sistem saraf pusat. 13. Gejala utama pada episode depresif adalah afek depresif, kehilngan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah, (rasa lelah yang nyata setelah kerja sedikit saja) dan

menurunnya aktifitas. 14. ODHA adalah istilah yang populer dan merupakan singkatan dari Orang dengan HIV dan AIDS 15. y y y y 16. PPDGJ-III membagi episode depresif menjadi 4 episode depresif yaitu : Episode Depresif Ringan (F32.0) Episode Depresif Sedang (F32.1) Episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2) Episode depresif berat dengan gejala psikotik Depresi pada Odha juga dikaitkan dengan perasaan bahwa kesehatannya buruk, rasa sakit kronis, dan kehilangan daya ingat serta konsentrasi. 17. Masalah psikososial yang biasa dihadapi ODHA yaitu stigma dan

diskriminasi, depresi, pengucilan dari lingkungan social dan keluarga, masalah dalam pekerjaan/ekonomi, masalah dalam pengasuhan anak.

18.

Banyak klinisi percaya bahwa gangguan depresi pada pasien terinfeksi HIV harus diobati secara agresif dengan medikasi antidepresan.

19.

Pengobatan dengan obat antiretrovirus, seperti Azidothymidine, mencegah atau membalikkan gejala neuropsikiatrik yang berhubungan dengan ensefalopati HIV.

20.

Haloperidol (Haldol), mungkin diperlukan untuk pengendalian agitasi, obat tersebut harus digunakan dalam dosis yang serendah mungkin karena adanya peningkatan kepekaan pasien terhadap efek extrapiramidal dan terjadinya sindroma neuroleptik malignan. Keluarga pasien, kekasih, dan teman dekat seringkali merupakan kesatuan penting dalam pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber: The AIDS Reader 10(1):11-13,15, 2000 URL: http://www.medscape.com/viewarticle/410244 Diterjemahkan oleh WartaAIDS, diterbitkan oleh Yayasan Spiritia

dennisdanbetzy.blogspot.com/2005_03_01_archive.html - 32k

Ilmawati, Zulia. 2004. Depresi Sosial Gejala Dan Akar Penyebabnya. Diakses dari http://groups.yahoo.com/group/kmnu2000/docs. http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=558 Diperbarui 1 Juni 2011 berdasarkan FS 558 The AIDS Infonet 17 Oktober 2010

O, Yulia dkk. 2007. Depresi. Diakses dari http://www.sabda.org/publikasi/ekonsel/018 http://astaqauliyah.blogspot.com/2006/02/referat-gangguan-kepribadiandepresif.html 101k

Вам также может понравиться

  • CR GBS
    CR GBS
    Документ34 страницы
    CR GBS
    Arief Moricla Rahman
    Оценок пока нет
  • CR GBS
    CR GBS
    Документ34 страницы
    CR GBS
    Arief Moricla Rahman
    Оценок пока нет
  • Css Depresi
    Css Depresi
    Документ13 страниц
    Css Depresi
    Arief Moricla Rahman
    Оценок пока нет
  • Jdwal Jaga
    Jdwal Jaga
    Документ1 страница
    Jdwal Jaga
    Arief Moricla Rahman
    Оценок пока нет
  • Odha (CSS)
    Odha (CSS)
    Документ29 страниц
    Odha (CSS)
    Arief Moricla Rahman
    Оценок пока нет
  • Jdwal Jaga
    Jdwal Jaga
    Документ1 страница
    Jdwal Jaga
    Arief Moricla Rahman
    Оценок пока нет
  • Jdwal Jaga
    Jdwal Jaga
    Документ1 страница
    Jdwal Jaga
    Arief Moricla Rahman
    Оценок пока нет
  • Jdwal Jaga
    Jdwal Jaga
    Документ1 страница
    Jdwal Jaga
    Arief Moricla Rahman
    Оценок пока нет
  • Akademi Jendral Maicih Batch 2
    Akademi Jendral Maicih Batch 2
    Документ1 страница
    Akademi Jendral Maicih Batch 2
    Arief Moricla Rahman
    Оценок пока нет