Вы находитесь на странице: 1из 12

PERILAKU SEKSUAL REMAJA MASA LALU, MASA KINI, DAN MASA DEPAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP DERAJAT KESEHATAN

REPRODUKSI DI INDONESIA
Khusnul Aini dan Asep Sufyan Ramadhy

A. Latar Belakang Remaja merupakan suatu massa peralihan antara kanak-kanak dan dewasa. Pada masa ini, libido atau energi seksual menjadi hidup yang tadinya laten pada massa pra remaja. Akibat dari perubahan ini maka dorongan pada remaja untuk berprilaku seksual bertambah besar. Akibat dari perubahan ini maka adanya dorongan pada masa remaja untuk berprilaku seksual bertambah. Seksual merupakan bagain dari kehidupan manusia, baik pria maupun perempuan. Seperti tubuh dan jiwa yang berkembang, seksualitas juga berkembang sejak masa kanak-kanak, remaja, sampai dewasa. Seksualitas diekpresikan dalam bentuk perilaku seksual, yang dialaminya mencakup fungsi seksual. Pada umumnya masa remaja merupakan perilaku yang selalu ingin mencobacoa, hal yang baru ini membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah (premarital seksual) dengan segala akibatnya. Kurangnya pengetahuan tentang agama juga dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, karena

ketidaktahuannya tentang norma-norma agama dapat menjerumuskan seseorang kedalam kemaksiatan. Dari faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi perilaku seksual seseorang tidak sedikit para remaja yang merelakan ke virginitasannya hanya merasa kurangnya ekonomi, yang menjerumuskan mereka untuk menjual diri. Dari lingkungan dan pergaulan remaja juga dapat berpengaruh. Pada era globalisasi sekarang ini remaja dihadapkan pada dilemma dua hal, yaitu disatu sisi mereka sangat diharapkan sebagai generasi penerus bangsa, tetapi di sisi lain mereka dihadapkan pada masalah rawannya pergaulan akibat dari arus globalisasi itu sendiri. Oleh karena itu peran serta berbagai pihak sangat diperlukan untuk menjadikan remaja generasi yang bertanggung jawab dan bermoral baik. Sehingga pada akhirnya mereka tidak akan salah langkah dalam bertindak, khususnya dalam berprilaku seksual. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jakarta terdapat 3060 % remaja yang pernaha melakukan seksual tidak mempunyai pengetahuan tentang AIDS (Kelana & Irwan E. Siregar, 1998). Padahal hubungan seksual merupakan salah satu media penularan AIDS yang

paling besar. Dari data di Dektorat Jendral Pencegahan Penyakit Menular Dan Penyehat Lingkungan Pemukiman (PPM & PLP) Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa 65% penderita AIDS yang ada di Indonesia tergolong usia remaja (15-19 tahun). Dari uraian diatas penulis ingin lebih mendalami keadaan perilaku seksual pada remaja, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang selama ini terjadi.

B. Rumusan Permasalahan Masalah seksual dikalangan remaja semakin meningkat dan factor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual adalah diri remaja itu sendiri, keluarga maupun lingkungan. Oleh sebab itu perlu diketahui sejauhmana perilaku seksual remaja masa lalu, masa kini, dan masa dating serta dampaknya terhadap derajat kesehatan reproduksi di Indonesia serta apakah fektor katakteristik remaja, keluarga, dan lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja. C. Tujuan Penulisan Tujuan dilakukannya makalah ini secara teoritis yaitu untuk mengetahui hubungan positif antara pengetahuan remaja tentang seksualitas dengan sikap profile remaja yang melakukan hubungan seksual di luar nikah serta dampak yang ditimbulkan terhadap derajat kesehatan reproduksi di Indonesia. Serta sebagai masukan untuk memberikan informasi bagi remaja, orang tua, dan masyarakat untuk membantu para remaja untuk memperoleh pengetahuan mengenai seksualitas yang aman, benar dan bertanggung jawab sehingga para remaja dapat menjauhi tindakan seks di luar nikah. D. Telaah Teori 1. Pengertian Remaja dan Seksologi Masalah remaja merupakan transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja berlangsung antara usia 10-19 tahun dan merupakan masa yang khusus dan penting, karena merupakan

periode pematangan organ refroduksi manusia dan sering juga disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa remaja. Definisi agak berbeda dikemukakan oleh menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia), usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada

usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukan kedalam kelompok remaja. Seksologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari berbagai aspek seksualitas, seperti aspek sosial budaya, biologis, klinis, psikososial, dan perilaku. Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia, baik pria maupun perempuan.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Menurut Elizabeth B Hurlock, beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seks pada remaja: 1. Pertama, faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka berasal dari keluarga di mana anak mulai tumbuh dan berkembang. 2. Kedua, faktor luar yang mencakup sekolah cukup berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya. 3. Ketiga, masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala perawatg khususnya teknologi yang dicapai manusia Dalam buku bunga rampai obstetri dan ginekologi sosial dari YBP-SP, Faktornya berupa: 1. Dorongan seksual 2. Keadaan kesehatan tubuh 3. Psikis 4. Pengetahuan seksual, dan 5. Pengalaman seksual sebelumnya. Pengetahuan seksual yang benar dapat memimpin seseorang kearah perilaku seksual yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat membantu membuat keputusan pribadi yang penting tentang seksualitas. Sebaliknya pengetahuan seksual yang salah dapat mengakibatkan presepsi salah tentang seksualitas sehingga selanjutnya akan menimbulkan perilaku seksual yang salah dengan segala akibatnya. Informasi yang salah menyebabkan pengertian dan presepsi masyarakat khususnya remaja tentang seks menjadi salah pula. Hal ini diperburuk dengan adana berbagai mitos mengenai seks yang berkembang di masyarakat. Akhirnya, semua ini diekpresikan dalam bentuk perilaku seksual yang buruk pula, dengan segala akibatnya yang tidak diharapkan.

3. Fakta Utama Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2000, jumlah penduduk remaja Indonesia sebesar 43,6 juta, dengan perincian kelomok usia 15-19 tahun sebesar 22,3 juta dan kelompok usia 20-24 tahun sebesar 21,3 tuja (BPS, 2002). Sebagian besar remaja (69,3%) umur kawin pertama dalam usia belia (kurang dari 18 tahun). Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 tidak populer di kalangan remaja. Remaja yang tahu UKP dari radio 11,4%, TV 10,5%, koran dan majalah masingmasing 6%. Hubungan seksual pranikah dimulai antara usia 12-17 tahun di Jawa Barat, 1519 tahun di Bali. Sebesar 6,9% di Jabar dan 5,1% di Bali sudah mengalami kehamilan di luar nikah (Depkes Binkesga, 1997). Sebanyak 42% remaja di Jakarta sudah melakukan hubungan seks di luar nikah. Perkiraan angka nasional angka kejadian aborsi adalah 1.982.880 kasus atau sekitar 2 juta per tahun. Angka ini berarti 37 aborsi per 100 wanita usia antara 15-49 tahun (Budi Utomo, 2000). Perilaku seksual remaja mencemaskan. Remaja laki-laki yang punya teman lakilaki dan pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah 34,9%, sedangkan yang punya teman perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah 24%. Sebaliknya remaja perempuan yang punya teman laki-laki dan pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah 14,4%, sedangkan yang punya teman perempuan dan sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah 31,2%. Remaja yang telah melakuakn hubungan seks ternyata memang tahu benar tentang pengetahuan seksual (14,4%) dan cukup tahu (8,9%). Umumnya paparan pornografi diperoleh dari buku dan film (VCD Porno). Sebanyak 59,3% laki-laki membaca buku porno pertama kali usia 15,71,7 tahun, 28,4% perempuan usia 161,8 tahun. Membahas tentang seksual, remaja pria lebih senang dengan teman sebaya (24,4%), sedangkan remaja perempuan lebih senang dengan pasangannya (46%). Sangat sedikit remaja yang menerima informasi tentang PMS, remaja pendengar radio 8,9%, penonton TV 8,7%, dan pembaca koran/majalah 3,6%.

Remaja laki-laki (35%) dan perempuan (30,4%) belum kawin dan usia di bawah 20 tahun mengaku telah memakai kontrasepsi, dimana metode yang umum dipakai adalah senggama terputus, sistem kalender, kondom, dan pil KB. Korban kekerasan seksual kebanyakan usia 15-20 tahun (50%), 6-14 tahun (16,6%) (Rifka Annisa WCC, 2000). 4. Perkembangan Seksual Pada Masa Remaja Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun 1960-an, aktivitas seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukan bahwa hampir 50 persen remaja dibawah usia 15 tahun dan 75 persen dibawah usia 19 tahun melaporkan telah malakukan hubungan seks. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada, atau tahu tentang, metode Keluarga Berencana atau gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit kelamin kian meningkat. Bagi remaja perbincangan mengenai hubungan seks bukan hal yang tabu, sudah menjadi hal yang biasa. Sekarang dianggap benar dan normal atau paling sedikit di perbolehkan. Bahkan hubungan seks di luar nikah dianggap benar apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan saling terkait. Senggama yang disertai kasih sayang lebih diterima dari pada bercumbu sekedar melepas nafsu. Hurlock berpendapat, penggolongan peran seks atau belajar melakukan peran seks yang diakui lebih mudah bagi laki-laki dari pada perempuan. Pertama, sejak awal masa kanak-kanak laki-laki telah disadarkan akan perilaku yang patut dan didorong, didesak atau bahkan dipermalukan untuk upaya penyesuaian diri dengan standarstandar yang diakui. Kedua, dari tahun ke tahun laki-laki mengetahui bahwa peran pria memberi martabat yang lebih terhormat dari pada peran wanita. 5. Bagaimanakah remaja memahami masalah seksualitas? Sering remaja malah terjebak dengan mitos-mitos seputar permasalahan seks. Akibat Pesatnya perkembangan informasi saat ini dan ditambah keingintahuan remaja tentang masalah seks yang mengakibatkan remaja mengalami perubahan pola begitu besar pikir. sering itu

Perubahan

mempengaruhi cara pandang remaja terhadap seksualitas dan membentuk prilaku seksual terendiri. Remaja umumnya kurang mengenali organ tubuhnya. Tidak sedikit diantara mereka yang bertanya pada teman sebaya tentang perubahan fisik yang dialami. Dan tidak sedikit pula diantaranya yang terjebak informasi salah, sehingga perilaku menyimpang dari remaja sering kita temukan. Remaja putri mulai mengalami masa menstruasi, tumbuhnya payudara, tumbuhnya rambut di bagian-bagian tertentu, sampai kemunculan jerawat yang menimbulkan rasa rendah diri. Sedangkan remaja pria mulai merasakan tumbuhnya jakun yang berakibat pada perubahan suara yang cenderung berat dan besar. Menurut Laurike, langkah awal yang harus dipahami oleh remaja adalah mengenali proses pematangan organ reproduksi mereka. OIeh karena itu, peningkatan kesadaran terhadap tubuh sendiri dan pemahaman bahwa tubuhnya adalah miliknya dan tanggungjawabnya, sangat diperlukan khususnya bagi remaja perempuan. Misalnya ketika bersama kekasihnya, kemampuan berkata tidak yang seringkali berhubungan erat dengan rasa percaya diri, harus selalu dilatihkan. Remaja lakilaki juga harus sering diajak mengembangkan kemampuan mengelola dorongan seksualnya dan menghormati perempuan.

6. Dampak Terhadap Derajat Kesehatan Reproduksi di Indonesia Perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab atau perilaku seksual menyimpang akan mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan pada remaja. Hal ini dapat menimbulkan gangguan kejiwaan seperti rasa ketakutan dan rasa tertekan, kadang-kadang timbul keinginan bunuh diri. Terjadi risiko putus sekolah dan berkeinginan untuk melakukan aborsi (pengguguran kandungan) yang tidak aman serta terjadi gangguan kesehatan berupa anemia atau kekurangan darah karena kadar hemoglobinnya rendah. Dampak lain misalnya terjadi keguguran, bayi lahir sebelum waktunya (kurang dari 9 bulan), serta berat badan bayi rendah (kurang dari 2500 gram), selain itu juga dapat terjadi proses kelahiran dengan penyulit (persalinan macet dan perdarahan) karena alat reproduksi yang belum matang yang bisa mengakibatkan kematian pada ibu dan bayinya (Perawatg KB-KRR BKKBN, 2006: 25). Dampak dari Pergaulan Bebas. Tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome

(HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas. Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk

Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.

7. Dorongan dan Perilaku Seksual Remaja Setiap manusia khususnya remaja me$mpunyai dan merasakan adanya dorongan seksual atau yang lebih populer disebut sebagai gairah seksual. Dorongan seksual adalah suatu aktivitas seksual sampai kepada hubungan seksual. Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: 1. Hormon seks, khususnya testoteron. Peranan hormon ini muali aktif pada masa remaja. 2. Rangsangan seksual yang diterima. 3. Keadaan kesehatan tubuh secara umum. 4. Faktor psikososial. 5. Pengalaman seksual sebelumnya. Orang yang mempunyai pengalaman yang jauh/luas tentang bagaimana hubungan seksual, apalagi dengan sekarang adanya lat kontrasepsi yang dapat mencegah terjadinya pembuahan/kehamilan. 6. Perilaku ingin mencoba-coba. Remaja cenderung lebih ingin mencoba-coba hal-hal yang baru dan menantang. Apalagi yang berbau seksual. 7. takut dianggap cemen sama teman yang lain, apabila menolak untuk melakukan hubungan seksual.

Beberapa contoh kasus tentang fenomena seksual remaja yang dikutif dari koran, majalah dan internet: a. Baru Kelas 3 SMP Demen Ngeseks, 2 Adik Kelas Dicabulin. Sadananya, Ciamis. Cowok tanggung itu berinisial EW (15). Dia sekolah kelas 3 di sebuah SMP favorit di Sadananya, Ciamis, Jawa Barat. Meski masih SMP, EW sudah akrab dengan dunia seks. Dia hobi menonton adegan mesum lewat HP. Dari kebiasaan meonton EW berusaha mendapatkan kenikmatan seks untuk mendapatkan melampiaskan nafsunya, EW memperkosa adik kelasnya; Norma (nama samaran, red) yang baru berusia 14 tahun. Ceritanya bermula, ketika EW dan Norma berpacaran. Ketika itu terjadi, keduanya baru sebulan berpacaran. Kebetulan, EW

dan Norma tinggal sekampung di daerah Sadananya, Kabupaten Ciamis. keduanya sering ketemu. Selasa lalu, sekitar pukul 12.00 WIB siang, Norma dan EW janjian. saat itu keduanya sama-sama pulang sekolah dan masih mengenakan seragam. Mereka bertemu di saung, dekat rumah EW karena di saung ada pemiliknya, EW dan Norma tak jadi memadu kasih. EW kemudian mengajak Norma pergi kekebun bambu. Sampai di sana EW merayu Norma untuk bersetubuh. Semula Norma menolak. Dia takut sakit dan hamil. EW berjanji akan mengeluarkan pelan dan tidak mengeluarkan sperma di dalam rahim. Akhirnya Norma pasrah. Selang beberapa hari Norma menceritakan pada temannya bahwa dia telah berhubungan intim dengan EW. Yang diam-diam temannya mengadu kepada orang tuanya Norma. Saat itu juga EW diadukan ke Mapolres Ciamis. Yang sebelumnya EW juga telah melakukan hubungan seks dengan teman Norma (Lampu Hijau, 4 Mei 2009). b. Demi Cintanya, Kukorbankan Materi dan Kehormatan

Diceritakan Dita di Lebak, Banten. Hari-hariku semakin indah bersama Dion. Lelaki pujaan yang aku impikan selama ini. Sudah delapan bulan aku menjalin cinta dengan Dion. Aku paham betul, secara materi penghasilan Dion lebih jauh dariku. Apalagi dirinya harus membantu orang tua dan adik-adiknya. Bagiku tak masalah untuk membantu Dion. Jangankan uang, kehormatanpun aku berikan pada laki-laki yang memang sangat aku cintai. Aku rela demi meraih cinta Dion. Yang sebelumnya dengan mantan-mantan pacarku, aku tak berani memberikan kehormatan. Tapi pada Dion justru aku rela menyerahkannya. Tak jarang, dalam sebulan sekali aku selalu melakukan hubungan suami istri dengannya (Lampu Hijau, 4 Mei 2009). c. Seksual Remaja Seorang pelajar SMP dilaporkan telah mencabuli tujuh balita yang masih tetangganya sendiri. Bunga 18 tahun menagis ketika mengetahui bahwa Ia tidak menstruasi selama dua bulan dikarenakan hamil dari tes urin yang positif. Gadis itu bertambah bingung ketika ia harus meminta pertanggungjawaban kepada pemuda yang telah menghamilinya yang sekarang tidak dapat dihubungi lagi. Dua remaja pada kasus yang berbeda tersebut adalah sebagian kecil dari masalah yang sering kita dengar di sekitar kita. Seorang remaja berkata.. padahal saya dan dia sudah sering seperti suami istri. Saya sangat mencintainya. Pacar saya jauh lebih dewasa dari usia.saya. Dia 25 sedangkan saya 16 tahun.

Orangtua tidak tahu kalau hubungan kami berhati-hati.... (Referensi dari internet).

sudah jauhsoalnya kami selalu

Beberapa contoh di atas, menunjukkan bahwa pemahaman remaja terhadap risiko perilaku yang mereka lakukan seringkali sangat minim. Perkataan seorang remaja seperti yang dikutip di atas, beranggapan bahwa hubungan mereka telah dilakukan dengan berbagai pencegahan dan antisipasi, akan tetapi sebenarnya yang mereka ketahui adalah informasi yang salah. Cara pandang remaja yang salah terhadap seksualitas memberikan dampak negatif bagi generasi muda. Dalam hal ini, remaja perempuan tebih rentan terhadap berbagai risiko dan kerugian dari pelaku seksual tersebut. Seperti, risiko kehamilan, aborsi, Iebih banyak akan diderita oleh perempuan. Dengan demikian, selama ini remaja tidak bisa memperoleh pendidikan seks melalui saluran yang tidak pas. Sehingga wajar bila terjadi perilaku seks yang menyimpang. Dalam agama islam hubungan seksual diluar nikah merupakan sesuatu perbuatan yang dihina dan dibenci Allah serta akan diberikan sanksi sesuai dengan sabda Rasullullah SAW: .Demi Zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya aku akan memutuskan hukuman ke atas kamu berpandukan kitab Allah (al-Quran). Seratus ekor kambing dan hamba perempuan tadi harus dikembalikan dan anakmu mesti dihukum rotan sebanyak 100 kali cambukan serta diasingkan selama setahun. Sekarang pergilah kepada isteri orang ini, wahai Unais! Jika dia mengaku, maka jatuhkanlah hukuman rajam ke atasnya. (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud). Serta Allah SWT Akan memasukannya ke dalam neraka dan azab yang pedih dan berat sebagaimana Firman Allah SWT.: Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): Rasakanlah azab yang membakar ini. (QS. al-Hajj [22]: 22). E. Pembahasan Berdasarkan uraian mengenai perilaku seksual remaja serta dampak yang ditimbulkannya terhadap derajat kesehatan reproduksi pada umumnya para remaja hanya bisa melakukan hubungan seks bebas tanpa dibarengi dengan pengetahuan yang memadai serta tidak tahu dampak dari perbuatan itu semua. Itu semua bisa

terjadi karena terdapat beberapa pengaruh dari lingkungan serta faktor pendukung yang menyebabkan remaja dapat melakukan hubungan seks tanpa status pernikahan. Dalam perspektif ekonomi, tidak sedikit para remaja sekarang demi untuk memenuhi kebutuhan serta mementingkan gengsinya mereka merelakan

kevirginitasannya, dari lingkungan dan pergaulan remaja juga dapat berpengaruh. Contohnya: Apabila seorang remaja bergaul dan tinggal dilingkungan yang bebas apalagi tanpa adanya pengawasan serta bimbingan dari orang tua, maka besar kemungkinan adanya dorongan untuk mengikuti gaya hidup bebas tanpa berpikir bagaimana akibatnya. Selain itu juga kurangnya keimanan serta kurangnya pengetahuan mengenai agama yang bisa menjadi pondasi untuk melakukan perbuatan seksual diluar nikah. Mereka juga selalu berusaha untuk mencari informasi tentang seksualitas dengan berbagai cara baik dari media, majalah, atau pun informasi dari teman yang telah melakukan seks hanya untuk memenuhi kebutuhan ingin tahunya tanpa dapat menyaringnya guna untuk menyalurkan kenikmatan seksualnya semata. Bahkan mereka terdorong untuk mencoba melakukan perilaku seksual tersebut. Mereka juga akan merasa ditertawakan oleh teman jika menolak atau pandangan bahwa tidak ada yang mau berpacaran dengan orang yang menolak berhubungan intim, dari anggapan tersebutlah yang dapat memperburuk kondisi kesehatan reproduksi remaja. Oleh karena itu, para remaja perlu mempersiapkan diri untuk siap menghadapi berbagai tantangan dan risiko tang akan dihadapinya khususnya pada era industrialisasi yang membuat para remaja berada pada situasi yang rawan akan berbagai risiko dan tantangan. Salah satu wujud inndustrialisasi di berbagai sektor tersebut adalah komersialisasi seks. Dengan kata lain seks dijadikan alat untuk mencari keuntungan. Remaja menjadi korban eksploitasi seks. Banyaknya

pertunjukan yang mengarah pada pornografi dan pornoaksi melibatkan remaja sebagai pelaku dan konsumen sekaligus, berbagai kasus pembuatan VCD porno, misalnya melibatkan remaja tidak hanya sebagai aktor namun sekaligus

konsumennya. Berdasarkan fenomena kenyataan yang terjadi, maka hal ini merupakan suatu asalah yang cukup serius dimana pada kenyataannya pengetahuan para remaja tentang seksualitas adalah tidak adekuat. Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi, karena hal itu bisa mempengaruhi perilaku dalam hal seksualitasnya. Sebagian besar sikap para remaja terhadap seksualitas merupakan suatu masalah

juga yang tidak kalah pentingnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah pengetahuan dan pengalaman tentang seksualitas itu sendiri. Seperti telah dikemukakan oleh middle-brook (dalam Azwar, 2003), bahwa adanya pengalaman yang menyenangkan dengan dengan suatu obyek cenderung akan membentuk sikap terhadap objek tersebut, dan sebaliknya tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek akan membentuk siakp yang negatif terhadap obyek tersebut. Untuk mencegah dan mengatasi masalah perilaku seksual pranikah yang sering dilakukan oleh para remaja, maka tidak ada cara lain kecuali memberikan penyuluhan, pendidikan dan pengertian yang benar tentang seksualitas. Pengetahuan seksualitas harus dipelajari, bukan datang dengan sendirinya hanya berdasarkan pengalaman pribadi, perasaan, common sense, atau informasi yang salah dan menyesatkan yang dapat menjadikan para remaja menjadi salah pemahaman tentang seksualitas serta tidak tahu dampak yang bisa terjadi dari melakukan seks di luar nikah. F. Simpulan Masalah remaja merupakan transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja berlangsung antara usia 10-19 tahun dan merupakan masa yang khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan organ refroduksi manusia dan sering juga disebut masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak ke masa remaja. Sering remaja malah terjebak dengan mitos-mitos seputar permasalahan seks. Tidak sedikit diantara mereka yang bertanya pada teman sebaya tentang perubahan fisik yang dialami. Dan tidak sedikit pula diantaranya yang terjebak informasi salah, sehingga perilaku menyimpang dari remaja yang diakibat pesatnya perkembangan informasi saat ini dan ditambah keingintahuan remaja tentang masalah seks yang begitu besar sering mengakibatkan remaja mengalami perubahan pola pikir. Perubahan itu

mempengaruhi cara pandang remaja terhadap seksualitas dan membentuk prilaku seksual tersendiri. Sehingga dapat menyebabkan dampak terhadap kesehatan reproduksi seperti kehamilan tidak diharapkan yang akan mengakibatkan aborsi yang tidak aman, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit kelamin kian meningkat.

KEPUSTAKAAN
Anonim. 1999. Agama dan Kesehatan Reproduksi. Pustaka Sinar Harapan Yayasan Kesehatan Fatayat dan Ford Foundation. Jakarta. Anonim. 2005. Bunga Rampai Obstetri Dan Ginekologi Sosial. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Asfriyati. 2004. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Herawati, Y. dan Marlina, L. 2007. Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual Dengan Perilaku Seksual Remaja. Sehat Masada Jurnal Penelitian Kesehatan Dharma Husada Bandung Vol. 1 (1): 55-64. Lampu Hijau. 4 Mei, 2009. Baru Kelas 3 SMP Demen Ngeseks 2 Adik Kelas Dicabulin, Lampu Hijau, hlm. 1 &11. Lampu Hijau. 4 Mei, 2009. Demi Cintanya Kukorbankan Materi Dan Kehormatan, Lampu Hijau, hlm. 3. Manuaba, IBG. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi. EGC. Muzayyanah. 2008. Dampak Perilaku www.halalsehat.com (19 Mei 2008). Seks Bebas Bagi Kesehatan Remaja.

Pramukti, I. 2007. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Seksualitas. Journal Of Public Health Nursing and Midwivery Sciences Vol. 1 (4): 64-71. Roslina, N. dan Nurhasanah, E. 2007. Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual Dengan Perilaku Seksual Remaja. Sehat Masada Jurnal Penelitian Kesehatan Dharma Husada Bandung Vol. 1 (1): 90-103. Rauf, Abdul. 2008. Dampak Pergaulan Bebas Bagi Remaja. http://karyaabdulrauf.blogspot.com/2008/09/dampak-pergaulan-bebas-bagi-remaja.html (15 September 2008).

Вам также может понравиться