Вы находитесь на странице: 1из 136

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA | Konstruksi baja-ASD

i

KONSTRUKSI BAJA ASD
PPBBI-1983
















K a r y o t o







JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2011
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA | Konstruksi baja-ASD
i



Kata Pengantar

Buku pegangan ini dibuat dengan maksud dapat dijadikan panduan bagi
mahasiswa yang memprogram mata kuliah Konstruksi Baja I.
Buku ini disusun dengan menggunakan Peraturan Pelaksanaan Bangunan
Baja Indonesia tahun 1983 (PPBBI-1983). Adapun konsep analisis menggunakan
metode tegangan yang diijinkan (Analysis Strength Design).
Mudah-mudahan buku pegangan ini dapat memberikan kemudahan pada
mahasiswa dan pembelajaran menjadi suasana yang menyenangkan.






Surabaya, 16 Desember 2011






















UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA | Konstruksi baja -ASD
ii

Daftar Isi



Kata pengantar ................................................. i
Daftar isi ................................................. ii
I. Teknologi Baja ................................................. 1
II. Sambungan ................................................. 11
Tugas 1 ................................................. 38
III. Batang Tarik ................................................. 39
IV. Batang Tekan (kolom) ................................................. 41
Tugas 2 ................................................. 54
V. Balok ................................................. 55
VI. Stabilitas Pelat ................................................. 61
Tugas 3 ................................................. 74
VII. Balok-kolom ................................................. 75
Tugas 4 ................................................. 86
VIII. Balok Keran ................................................. 87
Tugas 5 ................................................. 98
IX. Konstruksi Jembatan ................................................. 100
Tugas 6 ................................................. 112
X. Jembatan rangka ................................................. 113
Tugas 7 ................................................. 127

Daftar Pustaka.
Konstruksi baja-ASD Page 1





1. Latar Belakang

1. Perkembangan teknologi baja
1777 1870 - Besi tuang
1855 - Bessemer
1870 - Penyempurnaan konvertor Bessemer
1890 - Baja konstruksi
2. Pembuatan baja
Logam yang penting dalam lapangan teknik adalah besi, yang berarti: unsur
besi murni (Fe) BJ=7,876, dan besi teknik BJ=7,85.
Besi teknik terdiri dari besi mentah tidak dapat ditempa C >3,5% ; besi tuang
yang tidak dapat ditempa C >2,3% ; dan baja yang dapat ditempa C < 1,7%.
Baja adalah besi yang dapat ditempa, kadar zat-arangnya di bawah 1,7%. Baja
dibuat dari besi mentah (yang diperoleh dari dapur tinggi) yang diproses
melalui konventor atau dapur Siemens-Martin dalam pabrik baja.

a. Dapur tinggi
1) Bahan-bahan
Bahan dasar membuat besi mentah adalah biji besi yang prosentase besinya
sebesar mungkin. Besi ini berupa Fe3O4 dan Fe2O3 atau karbonat besi FeCO3
yang dinamakan batu besi-spat. Batu ini berbentuk bongkah-bongkah yang
tidak sama besarnya kemudian dimasukkan ke mesin pemecah batu
sehingga mempunyai iukuran paling besar 60mm.
Bahan tambahan yang diperlukan untuk mempersatukan abu kokas dan
batu-batuan ikutan yang asam (SiO2) hingga menjadi terak, yang dengan
mudah dapat dipisahkan dari besi mentah yang menjadi cair dipakai batu
kapur (CaCO3). Apabila batu-batuan ikutan basa, dipakai bahan tambahan
asam misalnya fluorid kalsium (CaFO2).
2) Kokas
Kokas adalah bahan bakar yang dibuat dari dari batu bara dengan jalan
menyuling-kering batu bara. Bagian yang terdiri dari gas, ter dan air
dikeluarkan, yang tinggal hanyalah zat arang ( C ) dan abu, inilah yang
dinamakan kokas.
3) Pembuatan
Dapur tinggi terdiri dari dua bagian utama ialah pemrosesan dan cerobong
yang mempunyai jarak kira-kira 30 m. Di dalam dapur tinggi terdapat 3
daerah ialah: dari muncung dapur ke bawah adalah daerah pemanas
pendahuluan dengan suhu 200
0
-800
0
C; bagian paling lebar adalah daerah
reduksi dengan suhu 800
0
-1400
0
C, dan daerah hentian ke muncung tiup
dengan suhu paling tinggi 1400
0
-1600
0
C.
Bahan dasar dimasukkan terlebih dahulu dikeringkan pada muncung dapur
oleh gas dapur tinggi. Lebih ke bawah di dalam dapur dengan suhu 400
0
C,
oksid-oksid besi yang tinggi mulai diubah menjadi oksid-oksid rendah oleh
monoksid arang (CO) yang naik ke atas menurut rumus:
Fe3O4+CO 3FeO+CO2
Fe2O3+3CO 3FeO+CO2
I. TEKNOLOGI BAJA


Konstruksi baja-ASD Page 2

Perubahan dengan CO ini dinamakan reduksi tidak langsung, proses ini
berlangsung terus di dalam seluruh daerah reduksi.
Pada suhu 900
0
C batu kapur dan batu besi spat terurai menurut rumus:
CaCO3 CaO+CO2
FeCO 3 FeO+CO2
Di dalam daerah lebur terjadi reduksi langsung oleh zat arang sendiri
menurut rumus FeO+C Fe+CO
Selanjutnya di dalam daerah lebur terjadi terak cair, yaitu dari batu kapur ,
batu ikutan dan abu kokas menurut rumus:
CaO+SiO2 CaSiO2 (silikat kalsium)
Bila biji mengandung mangaan (Mn) :
MaO+SiO2 MnSiO2 (silikat mangaan)

Sebagai hasil antaranya terjadi pula terak yang mengandung besi (FeSiO) ,
yang di bagian palin bawah dari daerah lebur dapat direduksi kembali oleh
arang memijar menurut rumus:
FeO+SiO2 FeSiO2 (terak besi)
FeSiO2 FeO+SiO2 (penguraian)
FeO+C Fe+CO (reduksi)
Karena udara yang dimasukkan pada muncung-muncung tiap suhu 900
0
C,
kokas yang terbakar menurut rumus C+O2 CO2 maka dihasilkan kalor
yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya proses. Tetapi dioksid arang
(CO2) yang terjadi sebagian direduksi kembali oleh kokas memijar yang
letaknya lebih tinggi: CO2+C 2 CO
Dengan demikian selalu tersedia monoksid arang (CO) untuk reduksi tidak
langsung. Kokass 58% diperlukan untuk memanaskan dan 42% untuk
mereduksi.
Proses dapur tinggi tidak diperoleh besi (Fe) yang murni secara kimia,
karena zat arang ( C ) dengan mudah larut dalam besi didaerah lebur dan
menjadi karbit-besi (Fe3C).
Kadar zat arang di dalam besi mentah rata-rata 3,5-4% , jadi besi tidak dapat
ditempa.
Teknologi dapur tinggi selalu berkembang dari kapasitas produksi 700 ton
perhari berkembang sampai kapasitas 1200 ton perhari. Penggunaan tenaga
listrik juga digunakan pada daerah yang memghasilkan batu bara yang
kurang baik mutunya.

b. Konventor
Bahan dasar baja adalah besi mentah dari dapur tinggi. Bahan campuran
yang tidak berguna seperti zat arang, silisium dan manggan, yang tidak
dapat dibuang dalam dapur tinggi harus dibakar menjadi terak melalui
konventor.
1) Proses Bessemer
Proses Bessemer digunakan untuk mengubah besi mentah kelabu menjadi
besi yang dapat ditempa dengan pengaruh oksidasi dari aliran udara yang
dihembuskan melalui logam yang sedang cair
2) Proses Thomas
Perbaikan dari proses Bessemer dilakukan oleh seorang Inggris Thomas dan
memberikan hasil yang memuaskan. Proses Thomas menggunakan
konvertor yang bersifat basa, yaitu kapur dan oksid magnesium (CaO
+MgO).
Konstruksi baja-ASD Page 3

c. Dapur Siemens-Martin
Dapur Siemens-Martin ialah sebuah dapur nyala api. Pada dapur ini
pencairan berada di dalam sebuah tungku yang terbuat dari batu tahan api,
sedangkan pemanasan berlangsung dari atas oleh nyala gas. Muatan sebesar
60-100 ton akan memerlukan pemrosesan selama 7-9 jam.

d. Dapur cawan
Dapur cawan ialah sebuah dapur nyala api regenerator seperti dapur
Siemens-Martin. Pencairan tidak di dalam tungku melainkan di dalam
cawan-cawan yang berdiri di dalam dapur yang berderet. Cawan terbuat
dari tanah liat tahan api dengan grafit. Banyaknya cawan 20-100 cawan dan
setiap cawan berisi 30 kg baja.

e. Dapur elektro
Dapur elektro tidak memakai nyala api dan gas-gas pembakaran oksidasi
terjadi dengan udara dan reduksi hanya dengan campuran campuran
tambahan, terutama dengan bijih dan kulit besi. Kalor diadakan oleh busur
cahaya, biasanya dengan 3 buah elektroda-arang untuk arus listrik putar,
dapur ini isinya sampai 100 ton.


2. Baja struktural :

1. Baja karbon
Baja karbon adalah baja yang terdiri dari a) karbon 1,7 ; b) mangan 1,65 ;
c) silicon 0,6 ; d) tembaga 0,6
Baja karbon dibedakan menjadi :
Baja karbon rendah < 0,15 %
Baja karbon lunak 0,15 - 0,29 %
Baja karbon sedang 0,30 - 0,59 %
Baja karbon tinggi 0,60 - 1,70 %
Baja struktural adalah baja karbon lunak 0,25 0,29 %
Menaikkan karbon akan menaikkan tegangan leleh, ductility turun dan sukar
dilas

2. Baja paduan rendah berkekuatan tinggi
Baja karbon + (Vanadium + chrom + columbium + tembaga + mangan,
molybdenum + nikel +phosphor) agar sifat mekanisme lebih baik
Baja karbon menaikkan kekuatan dengan menaikkan karbon
Baja paduan menaikkan kekuatan dengan memperbaiki mikro strukstur

3. Baja paduan
Pendinginan dan pemanasan untuk menaikkan kekuatan
Pendinginan dalam air (quenched) akan menghasilkan martensit yaitu
mikrostruktur yang sangat keras, kuat dan getas
Pemanasan (tempered) kembali akan menghasilkan pengurangan sedikit
kekuatan dan kekerasan tetapi menaikkan keliatan dan daktilitas

Konstruksi baja-ASD Page 4






Gambar 1.1: Proses produksi baja







Konstruksi baja-ASD Page 5

3. Pengujian :

1. Percobaan statik

a. Percobaan tarik



A B


A B




A-A B-B

Gambar 1.2 : Benda uji untuk percobaan
tarik



Dari percobaan tarik akan menghasilkan:
A
P
= ;
E.A
P.L

l
=

L

l
= ;
n

u
=
P = Beban pengujian
A = Luas penampang benda uji (pot.A-A)
L = Panjang benda uji
l
o = perpanjangan benda uji
c = regangan
u =
an perpanjang
pengecilan
penampang benda uji = angka Poisson
E = modulus elastis/secan modulus baja (benda uji)
Harga n berkisar sebagai berikut:
1) Beban diam/static n = 3 4
2) Beban dinamik : rantai keran, batang motor diesel n = 5 8
3) Beban dinamik : batang penggerak lokomotif n = 8 10

b. Percobaan tekan

tekan tk
= =

c. Percobaan geser




0,6. =


Gambar 1.3 : Percobaan geser

Konstruksi baja-ASD Page 6

d. Percobaan lengkung
W
M

l
< =
e. Percobaan puntir 0,7.
W
M
< =
2. Percobaan dinamik

a. Percobaan takik dari Charpy













Gambar 1.4 : Percobaan takik dari Charpy

Benda di uji sampai patah. Kekenyalan takik BJ.37 = 9,5 kgm/cm
2


b. Percobaan tahan lama dengan muatan berubah-ubah
Digunakan mesin pukul +lengkung
Ketahanan lama = 0,28 (batas muai +batas patah)
c. Percobaan tahan lama statik
Batang ditarik sampai patah tetapi beban tidak ditambah, terjadi peristiwa
merangkak

3. Percobaan teknologi
a. Kekerasan Brinell
P

Kekerasan Brinell (H):

) d D .D.(D
2.P
H
2 2

=

d BJ.37 : .H 0,35
6
l
~
D
Gambar 1.4 : Percobaan kekerasan Brinell
b. Analisis teknologi
1. Analisis kimia
2. Analisis metalurgi
3. Analisis metalurgi dengan gelombang pendek (x , , )
4. Analisis korosi kimia
5. Percobaan korosi
6. Analisis kimia elektro
Konstruksi baja-ASD Page 7

4. Mutu baja struktural :

1. Mutu baja menurut ASTM

Tabel 1.1 : Mutu baja menurut ASTM
Jenis Kode ASTM
y
(MPa)
u
(MPa)
Tebal
(mm)
Karbon
Baja paduan rendah,
berkekuatan tinggi
A-36
A-242
A-440
A-441
250
275
290
315
345
400-550
415
435
460
485
203
102-203
38-102
19-38
19
Columbium-vanadium,
baja paduan rendah,
berkekuatan tinggi

A-572
Mutu 42
Mutu 45
Mutu 50
Mutu 55

290
310
345
380

415
415
450
485

~ 152,4
~ 50,8
~ 50,8
~ 38,1
Baja paduan rendah
berkekuatan tinggi
A-588
Mutu 60
Mutu 65
Mutu 42
Mutu 46
Mutu 50


415
450
290
315
345

520
550
435
460
485

~ 31,8
~ 31,8
127 203
102 127
~ 102


Gambar diagram hasil pengujian tarik:



T
e
g
a
n
g
a
n

t
a
r
i
k

(

)
=

M
p
a

550 A-441
500
450
400 A-36
350
300
250
200
150
100
50
0
0 4 8 12 16 20 24 28 32
Regangan m/m x 10
-5
( c )

Gambar 1.5 : Grafik tegangan - regangan


Konstruksi baja-ASD Page 8


0 4 8 12 16 20 24 28 32
Regangan m/m x 10
-5
( c )

Gambar 1.6 : Grafik tegangan regangan BJ.37

Modulus elastic (E) =
2
/ tan
.
.
cm kg o
c
o
=
A
A

Modulus gelincir (G) =
2
/
.
.
cm kg
c
t
A
A

Angka poisson
d
l
c
c
=
Angka pemuaian linier C per
L
L
o
t
0
. A
= o


2. Mutu baja menurut PPBBI-1983

Tabel 1.2 : Mutu Baja menurut PPBBI-1983
Macam baja
Tegangan leleh
(y)
Tegangan dasar
()
Lama

Baru Kg/cm
2
MPa Kg/cm
2
MPa
St.33 BJ.33 2000 200 1333 133,3
St.37 BJ.37 2400 240 1600 160
St.44 BJ.44 2800 280 1867 186,7
St.52 BJ.52 3600 360 2400 240

Modulus elastisitas = E = 2,1.10
6
MPa
Modulus gelincir = G = 0,81.10
6
MPa
Angka perbandingan Poisson = u = 0,30
Koefisien pemuaian linier = 12.10
-6
per
0
C

Harga-harga yang tercantun dalam tabel 1.2. ini adalah untuk elemen-elemen
yang tebalnya kurang dari 40 mm. Untuk elemen-elemen yang tebalnya lebih
T
e
g
a
n
g
a
n

t
a
r
i
k

(

)
=

M
p
a




370




240

160
















plastis


elastis

Tangen modulus=Modulud elastis (E)
Konstruksi baja-ASD Page 9

besar dari 40 mm, tetapi kurang dari 100 mm, harga-harga tersebut harus
dikurangi 10%.
Tegangan normal yang diijinkan untuk pembebanan tetap, besarnya sama
dengan tegangan dasar.
Tegangan geser yang diijinkan untuk pembebanan tetap, besarnya sama dengan
0,58 kali tegangan dasar ( o t . 58 , 0 = ).
Untuk tegangan kombinasi geser dan normal o o =
i

Untuk tegangan sementara akibat beban sendiri, beban berguna, dan gaya
gempa atau angin, tegangan dasar boleh dinaikkan sebesar 30%.
Untuk suatu penampang dalam keadaan tegangan bidang atau ruang, tegangan
idiil tidak boleh melebihi tegangan dasar.
Untuk tegangan ruang, tegangan idiil dihitung dengan persamaan:

2 2 2 2 2 2
. 3 . 3 . 3
zx yz xy x z z y y x z y x i
t t t o o o o o o o o o o + + + + + =
Sedangkan untuk tegangan bidang dihitung dengan persamaan:
2 2 2
. 3
xy y x y x i
t o o o o o + + =

apabila 0 =
y
o maka
2 2
. 3
xy x i
t o o + + =

apabila 0 =
y
o dan 0 =
x
o maka
2
. 3
xy i
t o =

Terminologi elastik, plastik atau inelastik, srain hardening, modulus elastisitas,
tegangan leleh, tegangan batas dan daktilitas, merupakan perilaku dan besaran-
besaran yang umum dipakai dalam menentukan kekuatan dan perubahan
bentuk struktur.
Domain elastik, adalah domain dimana bahan atau struktur mempunyai
kemampuan untuk kembali pada bentuk asalnya, setelah beban yang bekerja
dihilangkan.
Domain inelastic, adalah lawan domain elastic, yaitu bahan atau struktur tidak
mempunyai kemampuan lagi untuk mengembalikan ke bantuk asalnya,
sehingga terjadi perubahan bentuk permanent (residual deformation, sehingga
terjadi sejumlah tegangan atau residual stress).
Daktilitas, adalah kemampuan kemampuan bahan atau struktur untuk
melakukan perubahan bentuk dalam domain inelastic yang dinyatakan dengan
nilai perbandingan antara perubahan bentuk batas dengan perubahan bentuk
pada saat keadaan leleh (inelastic) yang pertama kali dicapai.












Konstruksi baja-ASD Page 10

5. Profil Baja dalam Perdagangan

Profil baja dalam perdagangan antara lain bentuk siku, I , WF (wide flange),
Lips chanel ( C ), pelat-pelat, batang-batang bulat dan lain-lainnya.










Gambar 1.7 : Baja profil bentuk siku, I atau WF, Kanal, Lips chanel ( C )

6. Beban-beban dan Pengaruh Lingkungan pada Struktur

Dalam pelajaran analisis struktur, beban-beban yang bekerja pada struktur
selalu diberikan sebagai besaran yang diletahui. Dalam merencanakan struktur
bangunan, beban-beban yang bekerja pada struktur yang akan dianalisis harus
ditentukan oleh perencana.
Di Indonesia, peraturan perencanaan untuk bangunan gedung memberikan
berbagai spesifikasi beban rencana minimum, yang harus digunakan di dalam
perencanaan bangunan, sehingga keselamatan publik dapat dijamin pada suatu
tingkat keamanan tertentu.
Ada tiga jenis beban dalam keadaan statik yang bekerja pada struktur yaitu :
beban mati, beban, dan kejut. Sedangkan dampak lingkungan akan memberikan
beban berupa : angin, hujan, gempa bumi, perubahan temperatur, penurunan
pondasi, kesalahan pemasangan, toleransi konstruksi, tekanan tanah serta tekanan
hidrostatik, yang dikonversikan menjadi beban-beban statik ekivalen yang bekerja
pada struktur sebagai beban hidup, beban ini sering disebut sebagai beban
sementara.

1. Beban mati
Beban mati adalah beban yang tidak dapat dipindah-pindah sepanjang masa,
dan melekat pada struktur yang mendukungnya. Beban ini sering disebut
sebagai beban permanent atau beban sendiri, misalnya beban : komponen
struktur, struktur sarana ducting dan plumbing, sarana elektrikal, sarana-sarana
lain yang melekat pada struktur, penutup lantai dan atap, penutup langit-langit.
Beban-beban ini umumnya ditentukan oleh fabrikan, maka kesalahan estimasi
uang terjadi sangat kecil.

2. Beban hidup
Beban-beban gravitasi yang berubah pada waktu-waktu tertentu, baik besarnya
maupun tempatnya, disebut beban hidup. Beban hidup ialah semua beban
yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu bangunan gedung, dan
ke dalamnya termasuk beban-beban pada lanati yang berasal dari barang-
barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama
masa hidup dari gadung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam
Konstruksi baja-ASD Page 11

pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap ke dalam beban hidup
dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik dari genangan maupun
akibat tekanan jatuk (energi kinetic) butiran air. Ke dalam beban hidup tidak
termasuk beban angn, beban gempa dan beban khusus. Contohnya adalah :
beban berat sendiri manusia pemakai bangunan, perlengkapan gedung
(furniture), peralatan yang dapat bergerak, dinding penyekat (patition walls),
beban pemakai ruangan (buku, mobil, bahan-bahan yang tersimpan). Penentuan
besanya beban ini mempunyai variasi kesalahan yang lebih besar dari beban
mati.

3. Beban gempa
Efek gempa bumi pada bangunan adalah berbentuk gaya inersia, akibat
bekerjanya percepatan gempa terhadap massa bangunan (Hk.Newton). Beban
yang diakibatkan oleh suatu gempa bumi bekerja pada arah horizontal dan
kadang-kadang vertikal. Gaya gempa vertikal (menambah beban mati)
umumnya baru akan berbahaya jika pusat gempa bumi (epicenter) terletak
sangat dekat dengan lokasi bangunan.
Benban akibat gempa bumi dapat diperhitungkan sebagai beban static
(ekivalen), atau secara dinamik, sesuai dengan respons spectra atau rekaman
gempa yang terjadi di daerah bangunan yang akan didirikan. Prediksi besar dan
arah beban gempa sangat sulit ditentukan, sehingga perhitungan-perhitungan
secara statistic perlu dilakukan.

4. Beban angin
Beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angina berbentuk
tekanan (pressure) pada permukaan bangunan bagian luarnya, Tekanan ini
dapat berupa tekanan tekan, tekanan hisap, sesuai arah angin yang bertiup.
Jika pada beban gempa yang perlu diketahui adalah percepatannya, maka
beban angina yang perlu diketahui adalah kecepatannya. Kecepaan angina
tergantung pada keterbukaan area dan ketinggian dari permukaan bumi. Beban
angin diperhitungkan secara static (ekivalen), penentuan besar dan arah angin
pada bangunan mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan beban gempa.
Sehingga kesalahan yang terjadi juga cukup bear.

5. Beban tekanan tanah dan air
Pada struktur bangunan yang mempunyai dinding atau pelat lantai yang
berada di bawah tanah, maka pada kondisi tertentu kan menerima beban
tekanan tanah maupun tekanan hidrostatik, yang besarnya tergantung pada
geometric bangunan dan hasil penyelidikan geoteknik yang akurat.

6. Beban-beban khusus
Beban ini direncanakan pada bangunan khusus, misalnya: beban ledakan, dan
tumbukan, beban jatuhnya beban dari angkasa, beban tekanan yang tinggi, dan
lainnya. Bangunan ini misalnya bangunan: bendungan yang besar, pembangkit
energi nuklir, pabrik bahan kimia yang berbahaya, dan sebagainya.






Konstruksi baja-ASD Page 12

G. Pembebanan untuk Gedung

1. Beban sendiri :
Beban sendiri dari bahan-bahan bangunan penting dan beberapa komponen
gedung yang harus ditinjau di dalam menentukan beban mati dari suatu
gedung dapat diambil sebagi berikut :

a. Bahan bangunan
Baja 7850 kg/m
3

Besi tuang 7250 kg/m
3

Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat tumpuk) 1500 kg/m
3

Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m
3

Batu pecah 1450 kg/m
3

Beton 2200 kg/m
3

Beton bertulang 2400 kg/m
3

Kayu (kelas I) 1000 kg/m
3

Pasangan batu merah 1700 kg/m
3

Pasangan batu belah 2200 kg/m
3

Pasir (kering udara sampai lembab) 1600 kg/m
3

Pasir (jenuh air) 1800 kg/m
3

Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembab)
1700 kg/m
3

Tanah, lempung dan lanau (basah 2000 kg/m
3

b. Komponen bangunan
Dinding pasangan batu merah (satu batu) 450 kg/m
2

Dinding pasangan batu merah (setengah batu) 250 kg/m
2

Batako berlubang tebal 20 cm 200 kg/m
2

Batako berlubang tebal 10 cm 120 kg/m
2

Batako tanpa lubang tebal 15 cm 300 kg/m
2

Batako tanpa lubang tebal 10 cm 200 kg/m
2

Langit-langit dan dinding + rusuk, tanpa penggantung
dan pengaku :
- Dari asber semen tebal maksimum 4 mm 11 kg/m
2

- Dari kaca tebal 3 - 4 mm 10 kg/m
2

Penggantung langit-langit (dari kayu) bentang-
maksimum 5 m dan jarak s.k.s minimum 80 cm 7 kg/m
2

Penutup atap genting dengan reng dan usuk kayu,
bidang atap 50 kg/m
2

Penutup atap sirap dengan reng dan usuk kayu,
bidang atap 40 kg/m
2

Penutup atap seng gelombang (BWG24) tanpa gording 10 kg/m
2

Penutup atap semen gelombang (tebal 5mm) 11 kg/m
2

Lantai ubin semen Portland, teraso dan beton
tanpa adukan per cm tebal 24 kg/m
2


c. Beban hidup pada atap gedung
Pada atap yang dapat dicapai dan dibebani orang
minimum bidang datar 100 kg/m
2

Pada atap yang tidak dapat dicapai dan dibebani orang, harus diambil yang
paling menentukan antara dua macam beban sebagai berikut:
Konstruksi baja-ASD Page 13

1) Beban terbagi rata per m
2
bidang datar berasal dari air hujan sebesar (40-
0,8.) kg/m
2
di mana adalah sudut kemiringan atap, tidak perlu
diambil lebih besar dari 20 kg/m
2
dan tidak perlu ditinjau bila
kemiringan lebih besar dari 50
0

2) Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau seorang pemadam
kebakaran dengan peralatannya sebesar minimum 100 kg

d. Beban hidup pada lantai gedung
Lantai untuk pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang arsip, toko
buku, ruang alat-alat dan ruang mesin minimum 400 kg/m
2


2. Beban angin

a. Tekanan tiup
1). Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m
2
, kecuali ditentukan dalam
b, c, d.
2). Tekanan tiup di laut dan tepi laut sampai 5 km dari pantai diambil
minimum 40kg/m
2
, kecuali ditentukan dalam b, c, d.
3). Untuk daerah tertentu yang kecepatan-kecepatan angin besar, tekanan tiup
(p) dihitung dengan rumus :

2
.kg/m
16
V
p = v = kecepatan angin dalam m/detik

4). Untuk cerobong, tekanan tiup adalah (42,5+0,6.h), h adalah tinggi
seluruhnya.
5). Apabila dapat dijamin gedung tersebut terlindung dari tiupan angin, maka
angka-angka di atas dikalikan koefisien reduksi 0,5.

b. Koefisien angin
1) Gedung tertutup
a) Dinding vertikal :
Pihak angin +0,9
Di belakang angin -0,4
Sejajar arah angin -0,4

b) Atap segi tiga dengan kemiringan atap :
Di pihak angin : < 65
0
(0,02. 0,4)
Di belakang angin, untk semua -0,4

2) Gedung terbuka (tanpa dinding)
Koefien angin diambil menurut keadaan yang paling bahaya antara
keadaan I dan II pada tabel berikut:










Konstruksi baja-ASD Page 14

Tabel 1.3 : Koefisien Angin pada Gedung Terbuka
Kemiringan Bidang atap
di pihak angin
Bidang atap lain
I 0 < < 20
0

> 30
0

-1,2
-0,8
-0,4
-0,8
II = 0
0

10
0
< < 20
0

= 30
0

> 30
0

+1,2
+0,8
+0,8
+0,5
+0,4
0,0
-0,4
(-0,4 - /300)


Bangunan tertutup: Kemiringan < 65
0


(0,02. 0,4) - 0,4



+0,9 -0,4



Bangunan terbuka:

Keadaan I
-1,2 -0,4








Kemiringan 0 < < 20
0

Keadaan II
+0,8











-0,8 -0,8







Kemiringan > 30
0



+0,5 (-0,4 - /300)


Gambar 8: Gambar bangunan yang mendapat gaya angin



Konstruksi baja-ASD Page 15





A. U m u m
1. Sambungan adalah perencanaan untuk menyambung satu bagian profil ke
bagian lainnya, yang menggunakan alat penyambung berupa paku keling, baut,
dan las.
2. Direncanakan atas dasar beban kerja
3. Hanya satu macam alat penyambung
4. Pada batang utama minimum jumlah paku keling, baut, baut mutu tinggi
=2buah, untuk sambungan las gaya minimum sebesar = 3 ton
5. Apabila titik berat gaya tidak berimpit diperhitungkan eksentrisitas. Kecuali
profil siku/dobel siku yang tidak mengalami beban bolak-balik (berubah tanda)

B. Sambungan Dengan Baut

1. Tegangan ijin
Tegangan geser ijin ( ) = 0,6
Tegangan tarik ijin ( ta ) = 0,7
Kombinasi tegangan ijin (i) = s +
2 2
1,56.
Tegangan tumpu ijin (tu) = 1,5. untuk s1 > 2 d
(tu) = 1,2. untuk 1,5.d s s1 < 2d


t = tebal pelat



s1 s s1

Gambar 2.1 : Penampang sambungan baut

2. Daya Pikul Baut (N):
a. Kekuatan geser
Tampang satu (baut putus geser pada satu irisan)

P
P . .d N
2
n 4
t
=

Tampang dua (baut putus geser pada dua irisan)

P/2
P . .d 2. N
2
n 4
t
=
P/2


Gambar 2.2: Kerusakan akibat geser

II. SAMBUNGAN


Konstruksi baja-ASD Page 16


b. Kekuatan tumpu (pelat rusak )


P/2 t1
P t2
P/2 t1



tp n
.t. d N =
t = harga terkecil antara
t2 dan 2.t1

Gambar 2.3 : Kerusakan akibat tumpu

3. Jumlah baut maksimum satu baris = 5 buah


4. Jarak Baut

Min 1,2 d ; mak 3 d atau 6 t



Min 1,2 d
Mak 3 d
atau 6 t



t


s1 s s s1

s1 2,5 d ss s7d atau 14t
u 2,5 d sus7d atau 14t
1,5 d ss1 s3d atau 6t
u

s1
s s s
s2 s2 s2 s2 s2 s2


u 2,5 d sus7d atau 14t
u s2 s7d-0,5u atau
14t-0,5u



Gambar 2.4 : Jarak baut

Konstruksi baja-ASD Page 17

5. Tebal pelat (t) minimum berdasarkan diameter (d) baut

Tabel 2.1 : Tebal pelat minimum
Teriris kembar
d (mm)
Teriris tunggal
d (mm)
Tebal pelat t
(mm)
10,5 20 6
13,5 23 dan 26 8
17 10
20 12
23 14
26 16


6. Baut Hitam


kepala cincin
mur






A325 A325 A325
+ + + + simbul pabrik

Tipe 3 Tipe 2 Tipe 1

Gambar 2.5 : Baut hitam, dan tipe baut

a. Mutu
Pada kepala baut ditulis 4.6 ; 4.8
4.6 artinya tegangan leleh minimum = 4 . 6 . 100 = 2400 kg/cm
2
4.8 artinya tegangan leleh minimum = 4 . 8 . 100 = 3200 kg/cm
2

b. Diameter nominal (kern)



dn
Tak diulir penuh :
d = dn


dk dn Diulir penuh

4
3.dk dn
ds d
+
= =
Gambar 2.6 : Baut tak diulir, dan diulir penuh





Konstruksi baja-ASD Page 18

Tabel 2.2 : Diameter baut
Diameter nominal
(dn)
Tinggi
mur
Diameter
inti (dk)
Diameter
terulir (d)
Keterangan
inch Mm mm mm mm
3/8 9,52 9 7,49 7,99 M10
1/2 12,70 13 9,99 10,66 M12
5/8 15,87 16 12,92 13,65 M16
3/4 19,05 19 15,80 16,61 M20
7/8 22,22 22 18,61 19,51 M22
1 25,40 25 21,34 22,35 M25
1 1/2 38,10 38 32,68 34,28 M38



7. Baut Mutu Tinggi
a. Mutu
Baut A325 dan A490 : Tipe 1. Baut baja karbon sedang ; Tipe 2. Baut baja
karbon rendah; Tipe 3. Baut baja tahan karat
b. Baut mutu tinggi tipe geser
Kekuatan terhadap geser (Ng) = .n.No

F

Kekuatan terhadap axial tarik (Nt) :
Beban statis : Nt = 0,6.No ; Beban balak-balik : Nt = 0,5.No
Kombinasi beban tarik dan geser : Ng = 1,7.T) .n.(No

F

Yang mana :
F = Faktor geser permukaan (lihat table di bawah)
u = Faktor keamanan (= 1,4)
No = Pembebanan awal (proof load)
ef e
.A 0,75. No =
e
= tegangan leleh baut
Ae = luas efektif baut

ta
minimum baut > 8000 kg/cm
2

N = Jumlah bidang geser ; T = Gaya axial tarik

Tabel 2.3 : Faktor geser permukaan baut mutu tinggi
Keadaan permukaan F
Bersih 0,35
Digalfanis 1,6-0,26
Dicat 0,07 - 0,10
Berkarat 0,45 0,70
Disemprot pasir 0,40 0,70

c. Baut mutu tinggi tipe tumpu
Tegangan geser ijin (t ) = 0,6 o ; Tegangan tarik ijin (
ta
o ) = 0,7 o
Tegangan tumpu ijin (
tu
o ) :
tu
o = 1,5 . o untuk s1> 2d ;
tu
o = 1,2 . o untuk 1,5.d ss1ss2
d. Persyaratan pemasangan ring: ring harus dipasang pada bagian bawah
kepala baut dan bagian bawah mur

Konstruksi baja-ASD Page 19

C. Sambungan Dengan Paku Keling

1. Keuntungan dan kerugian paku keling
a. Keuntungan: Paku keling dibentuk oleh sekelompok pekerja paling sedikit
empat orang, seorang memanaskan, seorang memancang, seorang
memasukkan paku keling ke dalam lobang, dan seorang lagi menahan alat
pemancang. Pengerjaan yang kompak akan menghasilkan paku keling yang
menutupi lubang dan setelah pendinginan akan menghasilkan tegangan
tarikan tinggi.
b. Kerugian: Akibat kemajuan di bidang teknik las dan baut bermutu tinggi,
maka pemilihan paku keling sebagai bahan penyambung semakin kurang
diminati. Beberapa pertimbangannya adalah: Tenaga kerja untuk
pembuatan paku keling banyak, kerusakan paku keling sulit di betulkan dan
memakan waktu, pekerjaan paku keling menimbulkan bunyi hiruk pikuk
yang kurang disukai masyarakat kota.
1. Tegangan ijin
Tegangan geser ijin ( ) = 0,8
Tegangan tarik ijin ( ta ) = 0,8
Kombinasi tegangan ijin ( i ) = s +
2 2
. 56 , 1 t o
Tegangan tumpu ijin ( tu ) = 2. untuk s1 > 2 d
( tu ) = 1,6. untuk 1,5.d s s1 < 2d
2. Cara perhitungan : Cara perhitungan sama dengan baut.

D. Normalisasi Simbul Paku keling dan Baut



Gambar 2.7: Normalisasi gambar baut, paku keling

Konstruksi baja-ASD Page 20

E. Contoh Perhitungan

1. Beban sentris

a. Sambungan teriris tunggal
Hitunglah jumlah baut (n), d=16mm, mutu baja BJ37

10 mm
3000 kg 12 mm
3000 kg



Kekuatan baut:
Berdasarkan geser : Ng = 1930 ) 1600 . 6 , 0 .( 6 , 1 . 14 , 3 .
4
1
2
= kg
Berdasarkan tumpu : Ntu = 1,6.1.(1,5.1600) = 4080 kg
Banyaknya baut (n) = 4000 : 1930 = 2,1 dibulatkan 3 baut

b. Sambungan teriris ganda
Hitunglah jumlah baut (n), d=16mm, mutu baja BJ37

6000 kg 6mm

12000 kg
6000 kg 10 mm
6 mm

Kekuatan baut:
Berdasarkan geser : Ng = 3860 ) 1600 . 6 , 0 .( 6 , 1 . 14 , 3 .
4
1
.. 2
2
= kg
Berdasarkan tumpu : Ntu = 1,6.1.(1,5.1600) = 4080 kg
Banyaknya baut (n) = 12000 : 3860 = 3,5 dibulatkan 4 baut

c. Sambungan teriris ganda
Hitunglah jumlah paku keling (n), d=17mm, mutu baja BJ37

6000 kg 6mm

12000 kg
6000 kg 10 mm
6 mm

Kekuatan baut:
Berdasarkan geser : Ng = 5807 ) 1600 . 8 , 0 .( 7 , 1 . 14 , 3 .
4
1
. 2
2
= kg
Berdasarkan tumpu : Ntu = 1,7.1.(1,6.1600) = 4896 kg
Banyaknya paku keling (n) = 12000 : 4896 = 2,5 dibulatkan 3 paku keling



Konstruksi baja-ASD Page 21

2. Beban eksentris

a. Pola pertama
P P
e
k4
1 4 k1
r1 r4
2 5 k5
x r2
k2 M k6y y6
r3 r6 k6
3 6
k3 x6 k6x
y

Gambar 2.8 : Pola pembebanan pada kelompok paku

1) Akibat M

M = k1.r1+k2.r2+ kn.rn r1,r2 . rn = jarak baut ke titik berat pola paku
k1,k2..kn = gaya yang diterima paku
M diterima oleh semua paku jadi:

rn
kn
r
k
r
k
........
2
2
1
1
= = dan
rn
kn r
k
rn
kn r
k
. 2
2
. 1
1
=
=
dan seterusnya

) ...... 2 1 .(
.
.
........ 2 .
. 2
1 .
. 1
2 2 2
rn r r
rn
kn
M
rn
rn
kn rn
r
rn
kn r
r
rn
kn r
M
+ + =
+ + =

=
=
= =
n
i
n
i
ri
rn M
kn ri
rn
kn
M
1
2 1
2
.
.... ..........
k6x k6

Contoh:
Paku ke 6 :
) 6 ........ 2 1 (
6 .
6
2 2 2
r r r
r M
k
+ +
= k6y
k6 diuraikan menjadi
y x
k dan k 6 ... .. 6

= =
+
=
+
=
n
i
i i
y n
i
i i
x
y x
x M
k dan
y x
y M
k
1
2 2
1
2 2
) (
6 .
6 ...... .....
) (
6 .
6

2) Akibat P
Beban diterima semua paku pada sumbu y.
Gaya pada satu paku :
baut jumlah
P
ky =
N ky k k total k
y x
( + + =
2 2 2
) 6 ( 6 (kekuatan ijin satu paku)

Konstruksi baja-ASD Page 22


b. Pola kedua

e P P


1 N1

2 N2
3 M N3 h1
h2
4 N4 h3
h4


Gambar 2.9: Pola pembebanan pada kelompok paku



1) Akibat M

=
= + + =
+ + =
= = =
= =
+ + =
n
i
hi
hn
Nn
hn h h
hn
Nn
M
hn
hn
Nn
hn h
hn
Nn
h h
hn
Nn
h M
hn
hn
Nn
Nn h
hn
Nn
N h
hn
Nn
N
Nn
hn
N
h
N
h
paku semua diterima Beban
hn Nn h N h N M
1
2 2 2 2
) ..... 2 1 (
. . ....... 2 . . 2 1 . . 1
. ....... 2 . 2 ; 1 . 1
.....
2
2
1
1
:
. ......... 2 . 2 1 . 1


tarik
n
i
n
i
paku Luas
N
paku tarik Tegangan
hi
h M
N dan
hi
hn M
Nn
o s =
= =

= =
1
1 .
1
1 .
1
.
2
1
1
2
1
2
satu baris dua baut

2) Akibat P

Beban diterima semua paku;
Gaya pada satu paku: t t <

=
paku
A
P

Beban kombinasi:
o t o o < + =
2 2
. 3
t i





Konstruksi baja-ASD Page 23


Contoh 2.1 :
a. Sambungan pada profil siku dobel, menggunakan alat penyambung baut hitam
diulir penuh 22,22 mm (d=19,51 mm), jarak baut 2d, tebal pelat penyambung
(t) = 8 mm, tegangan ijin baut (o ) = 1600 kg/ cm
2
.
Rencanakan jumlah baut yang diperlukan!

S2= 10 t




t=8mm



S1= 12 t S3=15 t

Gambar 2.10 : Konstruksi sambungan
Perencanaan :

Digunakan baut hitam diulir penuh 22,22 mm (d=19,51 mm)
Kekuatan ijin baut geser ganda (Ng) = 2. ... 1,951
2
.(0,6.1600)= 5737 kg
Kekuatan ijin tumpu (Ntp) = 1,951.0,8.(1,5.1600) = 3745 kg
Gaya S1, Jumlah baut yang diperlukan (n) = 11000 : 3745 = 3 baut
Gaya S2, Jumlah baut yang diperlukan (n) = 12000 : 3745 = 4 baut
Gaya S3, Jumlah baut yang diperlukan (n) = 15000 : 3745 = 5 baut


b. Sambungan siku tunggal, menggunakan alat penyambung baut hitam diulir
penuh 22,22 mm (d=19,51 mm), tebal pelat penyambung (t) = 8 mm,
tegangan ijin baut (o ) = 1600 kg/ cm
2
.
Rencanakan jumlah baut yang diperlukan!




P=7000kg


30 60 60 30


Perencanaan :

Digunakan baut hitam diulir penuh 22,22 mm (d=19,51 mm)
Kekuatan ijin baut geser tunggal (Ng) = 1. . . 1,951
2
. (0,6.1600)= 2868 kg
Kekuatan ijin tumpu (Ntp) = 1,951.0,8. (1,5.1600) = 3745 kg
Jumlah baut yang diperlukan (n) = 7000 : 2868 = 3 baut




Konstruksi baja-ASD Page 24


Contoh 2.2 :
y


30 Z
30 S e 20
x
87,5

75 75 75

Gambar 2.11 : Konstruksi sambungan

Gaya aksial tarik S =15 ton
Digunakan baut hitam tak diulir penuh 15,87 mm, tebal pelat penyambung
(t)= 8mm, tegangan ijin baut (o ) = 1600 kg/ cm
2
.
Rencanakan jumlah baut yang diperlukan!


Perhitungan :
Kekuatan ijin baut:
Geser ganda (Ng) = 2. ... 1,587
2
.(0,6.1600)= 3798 kg
Tumpu (Ntp) = 1,587.0,8.(1,5.1600) = 3047 kg
Jumlah baut yang diperlukan (n) = 15500 : 3047 = 6 baut > 5 baut
Baut disusun seperti pada gambar.

Titik berat kelompok baut :
= =
6
60 . 2
y 20 mm
6
225 . 1 150 . 1 75 . 2 + +
= x = 87,5 mm
Jarak garis gaya ke kelompok baut bawah = 30-16,9=13,1mm
eksentrisitas (e) = 20 - 13,1 = 6,9 mm
M = S.e = 15000 . 0,69 = 10750 kgcm
427
48 2 . 4 4 . 2
379 75 , 13 . 1 25 , 6 . 1 25 , 1 . 2 75 , 8 . 2
2 2
2 2 2
2 2 2 2 2
= +
= + =
= + + + =
y x
y
x


Gaya pada baut terjauh :
kg
y x
x M
Ky
kg
y x
y M
Kx
346
427
75 , 13 . 10750
) (
.
51
427
2 . 10750
) (
.
2 2
2 2
= =
+
=
= =
+
=


S juga mengakibatkan gaya geser kg Kx 2500 6 : 15000 = =
Kombinasi gaya pada baut (K):
2 2
346 ) 2500 51 ( + + = K =2575 kg < 3047 kg OK
Konstruksi baja-ASD Page 25

Contoh 2.3 :
Rencanakan sambungan balok-kolom di bawah ini.
Tegangan ijin baut (o ) = 1600 kg/ cm
2
.

e P= 7000 kg P=7000kg


20
20
20
20 y

(b) (a) 90.90.9 80 M



26,7 33,3

x
Gambar 2.12 : Sambungan balok-kolom, dan titik berat kelompok baut

Perhitungan :
c. Perencanaan baut a :
Titik berat kelompok baut : cm x 67 , 2
9
6 . 4
= = cm y 12 =
M pada kelompok baut = 7000 . (4,5+2,67) = 50190 kgcm

= + = 79 33 . 3 . 4 67 , 2 . 5
2 2 2
x

= + + + = 540 9 . 2 3 . 2 12 . 2 6 . 2
2 2 2 2 2
y

= + = + 619 540 79
2 2
y x


1). Gaya pada baut 1=K1 :
kg K
kg Ky
kg Ky
kg Kx
1765 ) 778 973 ( 217 1
778 9 : 7000 2
973
619
12 . 51190
1
217
619
67 , 2 . 50190
2 2
= + + =
= =
= =
= =


2). Gaya pada baut 9 :
kg K
kg Ky
kg Ky
kg Kx
1535 ) 778 732 ( 271 9
778 9 : 7000 2
732
619
9 . 50190
1
271
619
33 , 3 . 50190
2 2
= + + =
= =
= =
= =


Kekuatan ijin baut hitam tak diulir penuh 15,87 mm :
Geser ganda (Ng) = 2. ... 1,905
2
.(0,6.1600) = 2736 kg > K1
Tumpu (Ntp) = 1,905.0,8. (1,5.1600) = 3657 kg > K1 OK

Konstruksi baja-ASD Page 26

b. Perencanaan baut b :

P

60 N1
60 N2
60 N3
60 M N4
40 N5


Gambar 2.13 : Pembebanan pada kelompok baut

M = 5190 kgcm ; P = 7000 kg
Gaya pada baut (N) = kg
h
h M
858
) 28 22 16 10 4 (
28 . 50190
.
.
2 2 2 2 2 2
=
+ + + +
=


Gaya ini ditahan oleh 2 baut 15,87 mm , N satu baut = 429 kg
Tegangan pada baut :
= = ) 587 , 1 . 14 , 3 . ( : 429
2
4
1
o 217 kg/cm
2
harus < 0,7.1600 = 1120kg/cm
2

P = 7000 kg , = = ) 587 , 1 . 14 , 3 . ( 10 : 7000
2
4
1
t 355kg/cm
2

= + =
2 2
355 . 3 217
i
o 659 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2


Contoh 2.4 :
Rencanakan sambung balok di bawah ini ( di titik C ).

q = 1000 kg/m


A C B
2 m 11 m


Gambar 2.14 : Pembebanan pada balok
Perhitungan :
Reaksi di A = Ra = Rb = 6500 kg
Momen di C = MC = 6500.2 - .1000.2
2
= 11000 kgm
Gaya lintang di C = Dc = 6500 1000.2 = 4500 kg


30


19 550




200

Gambar 2.15 : Penampang balok
.11000
99180
6) .1,9.(55
.Mc
Iprofil
Ibd
Mbadan
3
12
1

= =

= 2254 kgm

Mdaun = 11000 2254 = 8746 kgm




Konstruksi baja-ASD Page 27


a. Pelat panyambung pada daun :
S
30

M
550



S 200

Gambar 2.16 : Gaya yang bekerja pada daun

Seluruh momen harus ditahan oleh pelat daun.
S = 11000 : 0,55 = 20000 kg
Ukuran luas pelat harus A daun = 3.20 = 60 cm
2

Dicoba pelat 30x200 mm, Anetto = 3.(20-2.1,905) = 48,57 cm
2
= =
57 , 48
20000
tr
o 412 kg/cm
2
< 0,75.1600 = 1200 cm
2
..OK
Kekuatan ijin baut hitam tak diulir penuh 19,05 mm :
Geser tunggal (Ng) = 1 ... 1,905
2
.(0,6.1600)= 2734 kg
Tumpu (Ntp) = 1,905.3.(1,5.1600) = 13716 kg
Banyaknya baut (n) = 20000 : (2. 2734) = 4 buah (satu deret 2 19,05)

b. Pelat penyambung pada badan :




M M
D D ht



Gambar 2.17 : Gaya yang bekerja pada badan

Ukuran pelat badan :
4 3
12
1
b
18628cm 6) .1,9.(55 I = =
I pelat badan =
4 3
12
1
3
12
1
10666.t.cm .t.(40) 2. .t.ht 2. = = 18628 cm
4

t = 18628 : 10666 = 1,75 cm --- dipilih t = 18 mm
ukuran pelat badan = 2 x 18 x 400 mm










Konstruksi baja-ASD Page 28


Perencanaan kelompok baut :
y
e Dc

50
1 4
150
x 2 5
150 Mbd
3 6
50

50 100 50


Dc = 6500 kg
Mbd = 2254 kgm
e = 100 mm
M akibat Dc (Md):
Md = 6500 . 0,10 = 650 kgm

Mtotal = 2254 + 650 = 2904 kgm



Gambar 2.18 : Beban pada kelompok baut


Gaya pada baut :
No. x
(cm)
y
(cm)
x
2
y
2
Kx
(kg)
Ky1
(kg)
Ky2
(kg)
1 -5 +15 25 225 +4149 -1383 +1084
2 -5 0 25 0 0 -1383 +1084
3 -5 -15 25 225 -4149 -1383 +1084
4 +5 +15 25 225 +4149 +1383 +1084
5 +5 0 25 0 0 +1383 +1084
6 +5 -15 25 225 -4149 +1383 +1084
) y (x
2 2
+ = 150 + 900 = 1050

Gaya maksimal pada baut terjauh (K6):
Kmax = K6 =
2 2
) 1084 1383 ( 4149 + + = 2471 kg
Kekuatan ijin baut hitam tak diulir penuh 19,05 mm :
Geser ganda (Ng) = 2 ... 1,905
2
.(0,6.1600)= 5468 kg > K6
Tumpu (Ntp) = 1,905.3.(1,5.1600) = 13716 kg > K6 OK

















Konstruksi baja-ASD Page 29

Contoh 2.5:
Sambungan pelat direncanakan menggunakan baut mutu tinggi A325 dengan
o leleh = 2400 kg/ cm
2
, sedangkan pelat penyambung menggunakan BJ.37
dengan o = 1600 kg/ cm
2
.
Rencanakan beban P maksimal pada sambungan tersebut !

Pelat 250x9 mm
Pelat 250x12 mm
P
P
P



P P



Gambar 2.19 : Sambungan baut mutu tinggi
Perhitungan :
a. Sambungann type geser :
Kekuatan 1 baut menahan gaya geser :
No n
F
Ng . .
u
= dimana : F = 0,34 ; = 1,4
n = jumlah bidang geser = 2
.Ae . 0,75. No
leleh
o =
t 1 baut =
2
1,9) 1/4.3,14.(
Ng
= 2167 kg/cm
2

t 1 baut =
2
1,9) 1/4.3,14.(
P/6
= 2167 kg/cm
2
---- P = 36845 kg

b. Sambungan type tumpu
Mutu baut A325
5 , 1
.leleh o
o = = 3967 kg/cm
2

Tegangan geser ijin = 0,6. 3967 = 2380 kg/cm
2


2
1,9) 1/4.3,14.(
P/6
= 2380 kg/cm
2
---- P = 40467 kg
Tegangan tumpu ijin = 1,5. = 1,5 . 1600 = 2400 kg/cm
2

( diambil harga terkecil baut dan pelat)

) (2,1).(1,2
P/6
= 2400 kg/cm
2
---- P = 36288 kg

c. Kontrol terhadap kekuatan pelat :
Kontol terhadap kekutan pelat :
P = (25-3.2,1).(2,1).(0,75.1600) = 26928 kg
Dari ke tiga keadaan tersebut di atas P ijin adalah P terkecil = 26928 kg




Konstruksi baja-ASD Page 30

F. Sambungan dengan Las Listrik (Arch Welding)

Sambungan las ada dua macam yaitu:
1. Las asetilin zat asam yang mempunyai panas 2000
0
-2500
0
C
2. Las nyala listrik yang mmempunyai panas 3500
0
C
Sambungan pada konstruksi baja yang diperkenankan adalah las listrik.


b

a c e

d


Gambar 2.20: Peralatan las listrik: a)batang las, b) tang las, c) kabel las,
d) kabel benda kerja, e) pesawat las

Terjadi panas pada batang las yang besarnya berbanding seharga dengan tenaga
listrik : Tenaga listrik(W) = Kuat arus (A) x Tegangan(V)
V antara 25 30 Volt terjadi sebelum pengapian
V antara 70 80 Volt terjadi tegangan pengapian
A antara 110 135 A untuk elektrode tipis
A antara 260 A untuk elektrode tebal

Elektrode

Coating
Terak pelindung
Busur listrik
Badan las Gas pelindung



Logam dasar

Gambar 2.21 : Busur nyala las listrik

Gunanya coating adalah:
a) untuk melindungi logam yang meleleh dari pengaruh udara luar berupa terak
dan gas pelindung
b) menambah alloy dan bahan baker
c) pengaruh energy dari busur listrik effektif

1. Mutu las tegantung dari :
a) Teknik me las : posisi las, macam sambungan, electrode dll.
b) Metalurgi : terlalu cepat didinginkan terjadi getas (brittle), terlalu perlahan
terjadi kenyal (ductile), diperlukan coating.
c) Pengaruh panas: Terlalu panas terjadi tegangan sekunder, pada pelat tebal
kan cepat dingin sehingga diperlukan pemanasan.


Konstruksi baja-ASD Page 31

2. Distorsi (gangguan) pada pekejaan las:
a) Las jangan terlalu besar
b) Kecepatan las terlalu besar
c) Usahakan me las dekat dengan garis netral batang
d) Atur letak las untuk memperkecil momen sekunder
e) Lakukan persiapan pendahuluan (memberi zeeg)
f) Dipasang jepitan
g) Diadakan pemanasan

3. Macam las dan sambungan
a) Las tumpul








b) Las sudut




Gambar 2.22 : Macam-macam las
4. Cacat las
under coating under coating




slug inclusion
luck of fusion



gas pocket
incomplete penetration

Gambar 2.23 : Cacat pada las

5. Peraturan sambungan las (PPBBI-1984):

a. U m u m :
1). Mengelas dalam sikap sukar, sedapat mungkin dihindari
2). Bertemunya kampuih-kampuh las, sedapat mungkin dihindari
3). Gambar dan keterangan harus lengkap, panjang las dan ukurannya
4). Harus las listrik

b. Las tumpul
1). Tegangan ijin las tumpul = tegangan ijinpenampang batang
2). Kekuatan penampang las = kekuatan penampang batang

Konstruksi baja-ASD Page 32

c. Las sudut



a a


kepala las ekor las



L bruto
a

Gambar 2.24 : Tebal las sudut (siku, cembung,cekung), dan panjang bruto

1). Panjang las netto = Ln = L bruto 3a a = tebal las
2). Ln 40 mm atau 8 10 a
3). Ln 40a apabila menerus dilakukan las terputus-putus
4). Las terputus-putus :
5). Las terputus-putus, dilarang untuk: adanya pengkaratan, adanya gaya getar
6). a 2 . .
2
1
t a = tebal las ; t= tebal terkecil pelat yang akan di las

Ukuran tebal las (a), electrode dan panjang las yang dihasilkan:
Tebal las sudut (a)
(mm)
Electrode
(mm)
Panjang las
(mm)
2
3
4
5
2,5
3,25
4
5
150
250
230
230





















Konstruksi baja-ASD Page 33

Tabel gaya yang diijinkan untuk beberapa macam sambungan las:


) 90 .(
0
= = o o
A
P ) 90 .(
0
= = o o
A
P


) 0 .( . 58 , 0
0
= = o o
A
P ) 0 .( . 58 , 0
0
= = o o
A
P




) 79 .( . 91 , 0
0
= = o o
A
P ) 45 .( .. 71 , 0
0
= = o o
A
P





) 0 .( . 58 , 0
0
= = o o
A
P ) 72 .( . 82 , 0
0
= = o o
A
P



c
1,5c
A
P o . 2 , 1 = ) 77 .( . 89 , 0
0
= = o o
A
P

Gambar 2.20 : Gaya yang diijinkan pada sambungan las

Tegangan miring:

Pr P


Py bidang retak las



Gambar 2.25 : Distribusi gaya pada las
o o
o o
o
2 2
cos . 3 sin
1
.
+
=
=
c
c
o = tegangan dasar

Tegangan las o = o s
A
P
P = beban aksial
A = luas netto penampang las

Tegangan kombinasi (
idiil
o ) = o t o s +
2 2
. 3


Konstruksi baja-ASD Page 34

Contoh 2.6 :

P1

P3 80
P
P2 40

Maksimum
= 150 mm

Gambar 2.26 : Gaya pada sambungan las


Beban P = 15 ton
Tebal pelat = 8 mm
Rencanakan tebal las (a)

Perhitungan :
Tinggi las = 8mm
Tebal las (a) = 0,707. 8 = 5,6 mm
o ijin las = 0,58.1600 = 928 kg/cm
2

Cara 1 :
Las atas : P1 =
120
40
.15 = 5 ton , Ln.las =
56 , 0 . 928
5000
= 9,62 cm
Las bawah : P2 =
120
80
.15 = 10 ton , Ln.las =
56 , 0 . 928
10000
= 19,24 cm > 15 cm
Diperlukan las tegak ( P3):
Kekuatan las = 12.0,56.928 = 6236 kg
Sisanya ditahan P1 dan P2 = 15000-6236 = 8764 kg
Las atas : P1 =
120
40
.8764= 2913 kg , Ln.las =
56 , 0 . 928
2913
= 5,6 cm
Las bawah : P2 =
120
80
. .8764= 5827 kg , Ln.las =
56 , 0 . 928
5827
= 11,3 cm
Lbr1 = 5,6 + 3. 0,56 = 8 cm
Lbr2 = 11,3 + 3. 0,56 = 13 cm

Cara 2 :



80

P
40


95


Beban P = 15 ton
Tinggi las = 8mm
Tebal las (a) = 0,707. 8 = 5,6 mm
o ijin las = 0,58.1600 = 928 kg/cm
2
Kekuatan las = 0,56. 928 = 524 kg
Panjang las (Ln) :
Ln = 15000 : 524 = 28,7 cm
Lbr = 28,7 + 3.0,56 = 31 cm
Dipasang=12+9,5+9,5=31 cm

Gambar 2.27 : Gaya pada sambungan las








Konstruksi baja-ASD Page 35

Contoh 2.7 :
Beban P = 10 ton
Tebal pelat = 15 mm, rencanakan tebal las dan tinggi las yang diperlukan.

150 250 P P


x
t

y
t
300 x x
M


37,5 112,5


Gambar 2.28 : Gaya pada sambungan las


Perhitungan :
Tebal las maksimum = 0,707 . 15 = 10,5 mm
Tebal las dianggap 1 cm
Titik berat las : 75 , 3
30 15 . 2
0 . 30 5 , 7 . 15 . 2
=
+
+
= x cm
9000 30 . 1 . 15 . 15 . 2
3
12
1
2
= + = Ix cm
4

1400 75 , 3 . 15 . 2 15 . 1 . . 2 75 , 3 . 30
2 3
12
1
2
= + + = Iy cm
4

I total = 9000 + 1400 = 2300 cm
4

Momen pada titik berat las (M) = 10000 .(15 +25-3,75) =362500 kgcm

Tegangan pad alas :
523
10400
15 . 362500 .
= = =
I
y M
x
t kg/cm
2

392
10400
25 , 11 . 362500 .
= = =
I
x M
y
t kg/cm
2

Akibat P : 167
30 30
10000
.
=
+
= =
las Luas
P
y
t kg/cm
2

Tegangan total : = + + =
2 2
) 167 392 ( 523 t 765 kg/cm
2


Tegangan ijin = 0,58. 1600 = 928 kg/cm
2

Tebal las yang diperlukan (a) = 765 : 928 = 0,83 cm = 8,3 mm
Tinggi las = 0,83 : 0,707 = 1,18 cm = 11,8 mm



Tinggi las

Tebal las

Gambar 2.29 : Penampang las

Konstruksi baja-ASD Page 36

Contoh 2.8 :
Konstruksi pada gambar di bawah ini, rencanakan tebal las (a) !

P= 15 ton


H
150
150.150.10
H

100 250

Gambar 2.30 : Gaya pada sambungan las
Perhitungan :
Momen pad alas (M) = 15000.10 = 150000 kgcm
Gaya pad alas (H) = 150000 : 150 = 10000 kg
Untuk tebal las (a) = 1 cm
Akibat gaya H : 400
1 . 25
10000
= =
x
t kg/cm
2

Akibat gaya P : 300
1 . 25 . 2
15000
= =
y
t kg/cm
2

Tegangan total : 500 300 400
2 2
= + = t kg/cm
2

Tebal las yang diperlukan (a) = 500 : 928 = 0,54 cm = 5,4 mm
Tinggi las = 5,4 : 0,707 = 7,7mm

Contoh 2.9 :
Konstruksi pada gambar di bawah ini, rencanakan tebal las (a) !

80 P=2500kg 20



116
250




Gambar 2.31 : Gaya pada sambungan las
Perhitungan :
Momen pada alas (M) = 2500 . 8 = 20000 kgcm
Untuk tebal las (a) = 1 cm : 6 , 11
4 25 . 2
2 ) 5 , 12 . 25 (
1
=
+
= y cm, =
2
y 25-11,6=13,4 cm
Luas las (A) = 2.25 + 2.2 = 54 cm
4

Ix = 3182 ) 6 , 11 . 2 .( 2 ) 9 , 0 . 25 25 . 1 . .( 2
2 2 3
12
1
= + + cm
4

Tegangan total = 6 , 130
3182
4 , 13 . 20000
54
2500 .
= + = + =
I
y M
A
P
o kg/cm
2

Tebal las yang diperlukan (a) = 130,6 : 928 = 0,15 cm = 1,5 mm
Tinggi las = 1,5 : 0,707 = 0,22mm
Konstruksi baja-ASD Page 37

Contoh 2.10 :
Gaya P = 10 ton
Rencanakan tebal dan tingi las pada (a) dan (b) !

P


250 75.75.10
(a) (b)



12 60

Gambar 2.32 : Gaya pada sambungan las

Perhitungan :
Las b :




x x 250



50 10


Gambar 2.33 : Penampang las
Titik berat las :
1
25 2 . 6
0 . 25 3 . 2 . 6
=
+
+
= x cm
4

3170 25 . 1 .
12
1
5 , 12 . 2 . 6
3 2
= + = Ix cm
4

110 1 . 25 6 . 2 .
12
1
2 . 2 . 6
2 3 2
= + + = Iy cm
4

I total = 3170 +110 = 3280 cm
4


Momen pad alas (M) = .5000 . (5 + 1,2) = 31000 kgcm
Untuk tebal las (a) = 1 cm
Luas las (A) = 6.2 + 25 = 37 cm
Tegangan total : 217 )
3280
5 . 31000
( )
3280
5 , 12 . 31000
(
37
5000
= + + = o kg/cm
2

Tebal las yang diperlukan (a) = 217 : 928 = 0,24 cm = 2,4 mm
Tinggi las = 2,4 : 0,707 = 3,4mm

Las a :
Momen pada las (M) = 10000 . 6,2 = 62000 kg
W las = 1/6. 1.25
2
= 104 cm
3

Tegangan total : 629 )
104
. 62000
(
25 . 2
10000
= + = o kg/cm
2

Tebal las yang diperlukan (a) = 629 : 928 = 0,68 cm = 6,8 mm
Tinggi las = 6,8 : 0,707 = 9,7m






Konstruksi baja-ASD Page 38





1. Rencanakan sambungan di bawah ini mutu baja BJ.37, dengan
menggunakan:
a. Baut hitam tidak diulir penuh.
b. Paku keling
c. Sambungan las.

S1= 9500 kg







S2= 7000kg S3=11000 kg


2. Rencanakan sambungan di bawah ini dengan menggunakan: a. Baut hitam
tidak diulir penuh; b. Sambungan las.
Mutu baja BJ.37!


P= 3000 kg




M = 1500 kgm
baut (a) las(b)





3. Rencanakan sambungan di bawah ini (titik C) dengan menggunakan:
a. Baut hitam tidak diulir penuh;
b. Sambungan las.
Mutu baja BJ.37!

q = 3000 kg/m


A C B
2 m 11m



TUGAS 1:
Konstruksi baja-ASD Page 39





A. Perencanaan Batang Tarik

Batang tarik merupakan elemen yang paling sederhana perencanaannya
dibandingkan dengan elemen-elemen lain. Sebab pada umumnya akibat beban
sentris tegangan merata pada penampang (or) = N/A (3.1)
Akan tetapi dalam beberapa kasus batang tarik juga menerima beban transfersal
sehingga terjadi kombinasi lentur dan tarik. Juga terjadi peristiwa beban tidak
sentris, sehinga eksentrisitas perlu diperhitungkan.
Lubang-lubang pada batang tarik aakan mengakibatkan luas lubang berkurang,
sehingga luas efektif adalah luas netto dan tegangan yang diijinkan untuk
penampang yang berlubang adalah : o = 0,75. o (3.2)
Akibat dari getaran-getaran dan untuk menghindari lendutan yang terlalu besar,
pada umumnya kelangsingan () = L/imin dibatasi:
Umtuk elemen-elemen utama ( 240 (3.3)
Untuk elemen-elemen sekunder atau bracing ( 300 (3.4)

B. Pengurangan Luas Akibat Lubang

Tegangan yang diijinkan (o) = N/Anetto
Luas bersih penampang batang dihitung dengan:
An = A - D
A = luas penampang utuh; D = pengaruh adanya lubang
Apabila lubang disusun berselang-seling, luas penampang untuk potongan kritis
dihitung dengan rumus COCHRANE.

Contoh 3.1 :
1

1
u
N N N 2 N
u
3
1
s
(a) (b)
Gambar 3.1 : Elemen pelat yang berlubang
Pada gambar (a):
Potongan 1-1 : An = A - D = h.t - d.t = t.(h-d)

Pada gambar (b):
Potongan 1-3 : An = A- n.d.t = h.t - 2.d.t = t.(h-2d)
Potongan 1-2-3 : An = A - n.d.t + s
2
.t/4.u (3.5)




III. BATANG TARIK


Konstruksi baja-ASD Page 40

Contoh 3.2 :
Elemen pelat di bawah ini akan dihitung penampang kritisnya.




40 1

2
4x75 3 N
4
5

40

3x50

Gambar 3.2 : Elemen pelat berlubang

Perhitungan:
Potongan 1-3-5 : An = t (h - n.d) = 12.(380-3.20)=3840 mm
Potongan 1-2-3-4-5: An= t (h - n.d+s/4.u)= 12.(380-5.20+4.50/4.75) = 3760mm
Potongan 1-2-4-5 : An = t (h - n.d) = 12.(380-4.20+2.50/4.75) = 3800 mm
Potongan kritis adalah 1-2-3-4-5 : An = 3760 mm

Contoh 3.3 :
Menghitung penampang kritis pada profil.








Gambar 3.4 : Lubang pada profil, dan profil yang di buka.

Lubang pada profil, dihitung sama dengan pelat yang dibuka.

Contoh 2.4 :
Batang tarik panjang 1600 mm menerima beban aksial tarik = 4050 kg. Apabila
digunakan mutu baja BJ.37 (o = 1600 kg/cm), rencanakan batang tersebut!

Perhitungan:
An = 4050: (0,7.1600) = 3,375 cm
2
. (penampang berlubang)
i min = L : mak = 160 : 240 = 0,67 cm
Dipakai profil 40.40.5
A = 2 . 3,24 = 6,48 cm
2
> 3,375 cm
2

iy = 1,2 cm > 0,67 cm --- OK



Konstruksi baja-ASD Page 41





A. Rumus Kolom : EULER

Leonhard Euler (1759) seorang sarjana Swiss menulis persamaan lentur untuk
momen sebagai berikut :
EI.d
2
x/dy
2
= - M (4.1)
EI.d
2
x/dy
2
= - N.x (4.2)
Ncr Ncr

+X
roll
dy +dy/dx

dx
+Y x L


-dy/dx sendi



(a) (b)

Gambar 4.1 : Kolom ideal, (a) kasus umum n=1 ,dan (b) ragam tekuk kedua n=2

Tanda negatif (-M) dihasilkan dari +dx/dy di titik asal ke -dy/dx di x = L.

Pemecahan persamaan diferensial dalam bentuk persamaan (4.2) adalah :

x = A sin ky + b cos ky (4.3)
di mana k = (N/EI)
1/2
(4.4)

Dengan syarat batas x = 0 di y = 0, diperoleh B = 0 sehingga persamaan menjadi :
x = A sin ky (4.5)

Karena x = 0 di y = L, maka A = 0 atau sin ky = 0.
Dengan A = 0 untuk memeriksa persamaan tersebut tidak untuk lentur, sehingga
pemecahan harus ky = 0. Nilai kL harus sebagai berikut : kL = t , 2t , 3t ,......nt

umumnya k = n.t/L (4.6)

Substitusikan persamaan (3.6) ke persamaan (3.4) akan diperoleh :
N = (n
2
. t
2
. EI)/L
2
(4.7)

Harga : i
2
= I/A dari I = i
2
. A sedangkan o l = N/A dan n = 1
maka : o l = (t
2
. E)/(L/i)
2
, untuk = L/i maka o l = (t
2
. E)/( )
2

IV. KOLOM


Konstruksi baja-ASD Page 42

Untuk suatu mutu baja tertentu terdapat suatu harga kelangsingan g dimana di
atas kelangsingan ini akan terjadi tekuk elastis. Jadi pada saat g terjadi leleh
sehingga :

o l = (t
2
. E)/( g)
2
(4.8)

Percobaan membuktikan bahwa tekuk plastis tidak pernah tercapai tepat pada ol
karena adanya tegangan yang sudah ada sebelumnya (tegangan residu) yang
besarnya = 0,3. o l .

Dengan demikian rumus tekuk menjadi o l - 0,3. o l = (t
2
. E)/( g)
2
atau : g = t .

l
E
o . 7 , 0

(4.9)
Untuk mennghitung batang tekan digunakan rumus :

A
N
s o tk atau
tk
A
N
o .
s 1 (4.10)
ruas kiri dan kanan dikalikan dengan o l/o tk diperoleh persamaan :

o l/o tk.N/A s o tk atau

e .N/A s o l (untuk kondisi plastis) (4.11)
Untuk kondisi elastis faktor keamanan = 1,5
e .N/A s o l /1,5 atau e .N/A s

o (4.12)
Untuk menghitung harga e digunakan ketentuan sebagai berikut:
g
s

= yang mana g = t .
l
E
o . 7 , 0
(4.13)
hubungan dan = dan
s
adalah sesuai ketentuan di bawah ini:

s s 0,183 e = 1
0,183 <s < 1 e =
s
593 , 1
41 , 1

s > 1 e = 2,381. s

Contoh 4.1:
Untuk mutu baja Fe 310 = BJ34 , = 50 berapa harga e ?
2100 . 7 , 0
10 . 1 , 2
6
t =
g
= 118,74 ; 42 , 0
74 , 118
50
= = =
g
s

; e = 2 , 1
42 , 0 593 , 1
41 , 1
=



Selanjutnya disusun tabel harga, dan e pada mutu baja BJ.37






Konstruksi baja-ASD Page 43

Tabel 4.1: Besaran e untuk mutu baja BJ 37.

e e e e e
1 1,000 41 1,152 81 1,632 121 2,593 161 3,450
2 1,000 42 1,160 82 1,649 122 2,614 162 3,471
3 1,000 43 1,169 83 1,667 123 2,636 163 3,493
4 1,000 44 1,178 84 1,685 124 2,657 164 3,514
5 1,000 45 1,187 85 1,703 125 2,679 165 3,536
6 1,000 46 1,196 86 1,722 126 2,700 166 3,557
7 1,000 47 1,205 87 1,741 127 2,721 167 3,578
8 1,000 48 1,214 88 1,760 128 2,743 168 3,600
9 1,000 49 1,224 89 1,780 129 2,764 169 3,621
10 1,000 50 1,234 90 1,801 130 2,786 170 3,643
11 1,000 51 1,243 91 1,822 131 2,807 171 3,664
12 1,000 52 1,253 92 1,843 132 2,829 172 3,686
13 1,000 53 1,263 93 1,865 133 2,850 173 3,707
14 1,000 54 1,274 94 1,887 134 2,871 174 3,728
15 1,000 55 1,284 95 1,910 135 2,893 175 3,750
16 1,000 56 1,295 96 1,934 136 2,914 176 3,771
17 1,000 57 1,306 97 1,958 137 2,936 177 3,793
18 1,000 58 1,316 98 1,983 138 2,957 178 3,814
19 1,000 59 1,328 99 2,008 139 2,978 179 3,836
20 1,000 60 1,339 100 2,035 140 3,000 180 3,857
21 1,004 61 1,351 101 2,061 141 3,021 181 3,878
22 1,011 62 1,362 102 2,089 142 3,043 182 3,900
23 1,017 63 1,374 103 2,117 143 3,064 183 3,921
24 1,024 64 1,386 104 2,146 144 3,086 184 3,943
25 1,031 65 1,399 105 2,176 145 3,107 185 3,964
26 1,038 66 1,411 106 2,206 146 3,128 186 3,986
27 1,044 67 1,424 107 2,238 147 3,150 187 4,007
28 1,051 68 1,437 108 2,270 148 3,171 188 4,028
29 1,059 69 1,451 109 2,304 149 3,193 189 4,050
30 1,066 70 1,464 110 2,338 150 3,214 190 4,071
31 1,073 71 1,478 111 2,374 151 3,236 191 4,093
32 1,080 72 1,492 112 2,400 152 3,257 192 4,114
33 1,088 73 1,506 113 2,421 153 3,278 193 4,136
34 1,096 74 1,521 114 2,443 154 3,300 194 4,157
35 1,103 75 1,536 115 2,464 155 3,321 195 4,178
36 1,111 76 1,551 116 2,486 156 3,343 196 4,200
37 1,119 77 1,567 117 2,507 157 3,364 197 4,221
38 1,127 78 1,582 118 2,529 158 3,386 198 4,243
39 1,135 79 1,599 119 2,550 159 3,407 199 4,264
40 1,144 80 1,615 120 2,571 160 3,428 200 4,286









Konstruksi baja-ASD Page 44

B. Panjang Tekuk

Untuk memperoleh harga =Lk/i yang diperlukan adalah berapa panjang
tekuknya (Lk=L.k), digunakan koefisien panjang tekuk (k) pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 : Koefisien panjang tekuk

Untuk portal-portal digunakan nomogram koefisien panjang tekuk di bawah ini:


Gambar 4.2 : Nomogram panjang tekuk

Nomogram di atas digunakan untuk menentukan panjang tekuk sebuah batang
yang merupakan bagian dari portal kaku :

Konstruksi baja-ASD Page 45

Lk = K x L
GA = (Ica/Lca) / (Iba/Lba) ; GB = (Icb/Lcb)/(Ibb/Lbb)
untuk ujung kolom berupa sendi G = 10 ;
untuk ujung kolom berupa jepit G = 1.

Pada batang-batang yang tersusun dan batang-batang prismatis dipergunakan
kelangsingan idiil (i) dan panjang tekuk idiil (Lki).
Kelangsingan batang tekan harus lebih kecil atau sama dengan 200.

C. Batang-batang Prismatis yang Tersusun dan Dihubungkan
dengan Pelat melintang dengan Gaya sentris.

Batang-batang yang disusun dari beberapa elemen yang disatukan pada seluruh
panjangnya boleh dihitung sebagai batang tunggal.
Pada batang tersusun pada tempat-tempat tertentu harus dihitung kekuatannya
terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan (sumbu x dan y).

y y y
1 1 1



x x x x x x


1 1 1
a a a a
m=2 m=2 m=3
(a) (b) (c)

Gambar 4.3 : Penampang batang-batang tersusun

Pada sumbu x, kelangsingannya (x) = Lkx/ix
Pada sumbu y, dihitung kelangsingan idiil (iy)

iy =
2
1
2
.
2

m
y
+ (4.14)

y = Lky/iy dan l = Ll/imin (4.15)


Konstruksi baja-ASD Page 46


a










Ll








dimana:
m = jumlah batang tunggal yang membentuk
batang tersusun
lky = panjang tekuk batang tersusun pada arah
tegak lurus sumbu yy, dengan
memperhatikan penopang-penopang
samping yang ada dan keadaan ujung-ujung
batang
iy = jari-jari kelembaman dari batang tersusun
terhadap sumbu y-y
Ll= jarak antara tengah-tengah pelat kopel pada
arah batang tekan
imin = jari-jari kelembaman batang tunggal
terhadap sumbu yang memberikan harga
yang terkecil (sumbu l-l)


Gambar 4.4 : Sumbu, jarak punggung dan penempatan plat kopel
pada batang tersusun

Agar persamaan l = Ll/imin dapat digunakan; maka syarat yang harus dipenuhi
adalah :
- pelat kopel membagi sama panjang atau dianggap sama panjang;
- jumlah pembagian minimal 3 (tiga);
- hubungan pelat kopel harus kaku dan memenuhi persamaan :
l
l
p
L
I
a
I
10 > (4.16)

Ip = 2 x 1/12.t.h3 (dua pelat kopel)
I = I batang tunggal terhadap sumbu l-l
a = jarak sumbu elemen batang tersusun
Rumus tegangan pada batang tersusun menjadi :

s o =
A
N
x

dan

s o =
A
N
iy
(4.17)

Untuk menjaga kestabilan elemen-elemen batang tersusun maka harga :
x > 1,2 l
iy > 1,2 l
l s 50 (4.18)
Pada pelat kopel harus di hitung dengan adanya gaya lintang sebesar :
D = 0,02.N (4.19)
Anggapan-anggapan di atas hanya berlaku pada batang-batang yang menerima
gaya sentris saja.

Konstruksi baja-ASD Page 47

D. Batang-batang Prismatis Tersusun dengan Pelat kopel
diagonal.

Untuk menghitung kelangsingan batang pada batang-batang di bawah ini
(Gamb. :3.6.a,b,c,d) berlaku rumus-rumus di atas dengan :

2
3
. . . 2
.
a L A
L A
l d
d
l
t = (4.20)

yang mana : A = luas penampang batang tersusun
Ad = luas penampang satu batang diagonal







Ll Ll Ll Ll
Ll
Ld Ld
Ll Ld Ll Ll Ld Ll Ld



z=2 z=2 z=4 z=4 z=2
(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 4.5 : Batang tersusun yang dihubungkan dengan kopel diagonal

Pada gambar 4.6.e berlaku rumus :

l h
a
l d
d
l
L A
A
a L A
L A
. . 2 . . . 2
.
2
3
+ = t (4.21)

Dan gaya batang diagonal menjadi :
S =
o sin . n
D
(4.22)
n = jumlah batang diagonal pada suatu potongan memanjang

E. Batang Tersusun yang Tidak mempunyai Sumbu batang

Kelangsingan idiil dihitung dengan rumus :
2 2
2
l x ix
m
+ = (4.23)
2 2
2
l y iy
m
+ = (4.24)


Konstruksi baja-ASD Page 48

y 1 y y

m = 2 1 m = 2 1 m = 2

1
b





a m* = 2 m* = 2 a m* = 2
y y y
(a) (b) (c)

Gambar 4.6 : Batang tersusun yang tidak mempunyai sumbu batang

F. Batang-batang Tersusun yang Jarak antaranya sama dengan
Pelat kopel

Pada batang tersusun yang terdiri dari dua baja seperti pada gambar 3.8.a dan b,
hanya perlu di hitung terhadap tekuk pada sumbu x-x.
Jika batang terdiri dari dua batang siku tidak sama kaki (gambar 3.8.d), maka
dipakai rumus pendekatan : ix = 0,87. io (4.25)
Pada batang yang terdiri dua baja siku seperti pada gambar 3.8.c dan d, harus
ditinjau terhadap sumbu bahan dan sumbu bebas bahan. Harga yi dapat diambil
sama dengan y.
0 0 y y


X y x y 1 1
1
X x x x

X x
Y 1 y 1 1

0 0 y y
(a) (b) (c) (d)

Gambar 4.7 : Batang tersusun yang jarak antaranya sama dengan pelat kopel
Selanjutnya pemeriksaan tegangan dapat menggunakan rumus-rumus sebelumnya.


G. Bangunan Rangka pada Batang Tekan Yang mendapat
beban di antara titik simpul

Beban yang bekerja di antara titik simpul akan menimbulkan momen pada batang.
Rumus yang digunakan adalah :

3.W
2.M
A
N
s + = (4.26)

Konstruksi baja-ASD Page 49

Contoh 4.2:
Rencanakan batang tekan yang terpasang pada pelat pengikat tebal 10 mm, panjang
tekuk terhadap sumbu x-x = 1.750 mm dan terhadap sumbu y-y = 2.000 mm.
Gaya aksial tekan pada batang = 7000 kg, mutu baja BJ.37 (o = 1600 kg/cm
2
)









Ly=1750mm Lx=2000mm








Gambar 4.8: Panjang teoritis

Perhitungan:
Rumus pendekatan:
1) Ix = 1,69.N.L
2
= 1,69.7.1,75=36,23cm
4

2) max = 200 ; imin = 175/200 =0,875 cm

dicoba: 60.60.6
Ix = 2. 22,8 = 45,6 cm
4
(dua profil)
Iy = 22,8 cm
4
(satu profil)
ix = 1,82 cm
A = 2. 6,91 = 13,82 cm
2


Tinjauan terhadap sumbu x-x:
Lk = 175 cm
x = 175 : 1,83 = 97 ; ex= 1,956
ox = (1,956.7000): 13,82
= 991 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2
--- OK


Tinjauan terhadap sumbu y-y:






43,1 16,9 10 16,9 43,1


Gambar 4.9: Penampang profil
Iy = 2.Iy + 2.A.e
2

Iy = 2 . 22,8 + 2 . 6,91 . 2,19
2
= 111,8 cm
4

iy =
82 , 13
8 , 111
= 2,84 cm
y = 200 : 2,84 = 70,5 ey = 1,478
oy = (1,478 . 7000):13,82
= 749 kg/cm
2
< 1600kg/cm
2

Profil 60.60.6 --- OK


Agar dapat menjamin satu kesatuan diperlukan pemasangan pelat kopel
(pengikat), yang dianjurkan jumlah lapangan ganjil.
Jarak lapangan (L) = 50. iy = 50 . 1,82 = 95 cm
Tiga lapangan , panjang tiap lapangan = L = 173 : 3 = 58,5 cm < 95 cm --- OK

Penyelesaian di atas dapat pula dihitung dengan anggapan Lx= Ly= 2000 mm.










Konstruksi baja-ASD Page 50

Contoh 4.3 :
o

,



o o



,

o

Gambar: 4.10 Penampang
proofil
Contoh di atas, diubah seperti gambar di samping.

Perhitungan:
Tinjauan terhadap sumbu o-o:
Lk = 175 cm
Io = 2 . 22,8 + 2 . 6,91 . 2,19
4
= 111,8 cm
4

io =
82 , 13
8 , 111
= 2,84 cm
o = 175 : 2,84 = 61,6 eo = 1,363
oo = (1,363 . 7000):13,82 = 691 kg/cm
2
<1600 kg/cm
2


Tinjauan terhadap sumbu -:
Lk = 200 cm
i = 2,29 cm
= 200 : 2,29 = 87,3 e = 1,761
o = (1,761 . 7000):13,82 = 892 kg/cm
2
<1600 kg/cm
2


Tinjauan terhadap sumbu ,-, :
Lk = 200 cm
I, = 2 . 9,43 + 2 . 6,91 . 2,39
2
= 97,86 cm
4

i, =
82 , 13
86 , 97
= 2,66 cm
, = 200 : 2,66 = 75 eo = 1,536
o, = (1,536 . 7000):13,82 = 779 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2 ----
OK

Profil 60.60.6 kuat
Pemasangan pelat pengikat (kopel) maksimum = 50 . 1,17 = 58 cm

Contoh 4.4 :
Batang tekan 60.60.6 mendapat beban di tengah bentang sebesar 200 kg dan
gaya aksial tekan (N) = 5000 kg, apabila mutu baja yang digunakan adalah BJ.37
( o = 1600 kg/cm
2
). Rencanakan profil tersebut !


P 1000 mm

1000 mm









Gambar 4.11 : Batang tekan
Perhitungan :
M = 1/4 . 200 . 2 = 100 kgm
Wx = 2.Ix/(h-e) = = 9,287 cm

Tinjauan terhadap sumbu x-x:
Lk = 175 cm
x = 175:1,83 = 97 ; ex= 1,956
ox =
W
M
A
P
. 3
. 2 .
+
e
=
287 , 9 3
1000 2
82 , 13
7000 95 , 1
x
x x
+
= 1426 kg/cm
2
< o=1600 kg/cm
2





Konstruksi baja-ASD Page 51

Tinjauan terhadap sumbu y-y:
Lk = 200 cm
y = 200 : 2,66 = 97 ; ey= 1,536
oy =
82 , 13
5000 . 536 , 1
= 556 kg/cm
2
< o =1600 kg/cm
2


Contoh 4.5 :
Kolom profil tunggal, tinggi = 9,00 m dengan kondisi ujung atas dapat bergerak dan
ujung bawah terjepit. Pada sumbu lemah dipasang bracing.
Beban tekan aksial yang bekerja (N) = 4000 kg, rencanakan kolom tersebut dengan
menggunakan mutu baja BJ.37 (o =1600 kg/cm
2
).

Perhitungan:
Pendekatan : Ix = 1,69 x 4 x 9
2
= 548 cm
4

max = 200 imin = 900/200 = 4,5 cm
Dicoba profil WF.300.200
Ix= cm
4
; A= 73,38 cm
2
; ix = 12,5 cm; iy= 4,71 cm

Pemeriksaan pada sumbu x-x :
x = 2.900/12,5 = 144 ; ex = 4,002 ; ox = 219 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2


Pemeriksaan pada sumbu y-y :
y = 900/4,71 = 191 ; ey = 7,041 ; oy = 384 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2
--- OK


Contoh 4.6 :
Kolom ganda tinggi = 9,00 m yang bersendi di kedua ujungnya. Beban tekan aksial
tekan P = 3773 kg, menggunakan mutu baja BJ.37 ( o =1600 kg/cm
2
). Rencanakan
kolom tersebut!

P
0,02xN

1800

1800

1800 9000

1800

1800

0,02xN

P

Gambar 4.12 : Kolom profil ganda




Konstruksi baja-ASD Page 52

Perhitungan :
Pendekatan : Ix = 1,69 . 3,773 . 9
2
= 1033 cm
4
max = 200 ; imin = 900/200 = 4,5 cm

Dicoba profil ganda : 14
Ix = 2 . 605 = 1210 cm
4
; Iy = 62,4 cm
4
; A = 2 . 20,4 = 40,8 cm
2

Pemeriksaan terhadap sumbu x-x :
x = 900 : 2,84 = 115,2 ; ey = 5,318
ox = (1,538 x 3773): 40,8 = 492 kg/cm
2
<1600 kg/cm
2

Pemeriksaan terhadap sumbu y-y :
Iy diambil = 1,1. Ix = 1,1 .1210 = 1331 cm
4

Jarak titik berat profil =
8 , 40
4 , 62 2 1331 x
= 5,44 cm

Dicoba jarak punggung = 10 cm
Iy = 2.Iy + 2.A.e
2
= 2 .{ 62,4 + 20,4.(5+1,75)
2
} = 1983 cm
4

iy = = 6,97 cm ; y = 900 : 6,97 = 129
Pemasangan pelat kopel :
Direncanakan 5 lapangan (ganjil) , jarak kopel = 900 : 5 = 180 cm
=
ly
180 : 1,75 = 103
166 103 129
2 2
= + =
iy
; 316 , 5 =
iy
e
oy = (5,316 . 3773): 40,8 = 492 kg/cm
2
<1600 kg/cm
2
---- OK

Pemeriksaan pelat kopel :
D = 0,02 . N = 0,02 x 3773 = 76 kkg
L = 76 . 180 : 17 = 805 kg , satu pelat (setengahnya) = 805 : 2 = 402,5 kg
M pada pelat = 402,5 . 17/2 = 3422 kgcm
I pelat = 1/12 . 0,8 . 10
3
- 2.(1,4.0,8 ) . 2,5
2
= 52 cm
4

opelat = (3422 .5) : 52 = 330 kg/cm
2
<1600 kg/cm
2
---- OK

Pemeriksaan baut pada pelat kopel :



L 25


1800 50

L H
25


V R
140 25 35


60 100 60

Gambar 4.13 : Plat koppel

V = 402,5 : 2 = 202 kg ;
H = 3422 : 5 = 685 kg
R =
2 2
685 202 + = 715 kg


Apabila digunakan baut C14,
kekuatan ijinnya adalah :
P ijin = 1/4. 3,14.1,4
2
.(0,8.1600)
= 1969 kg > R ---- OK
P ijin = 1,4 . 0,8 . (0,6 . 1800)
= 2867 kg > R ---- OK



Konstruksi baja-ASD Page 53

Contoh 4.6 :
Soal di atas, pelat kopel diganti dengan batang diagonal 8 x 40 mm


a


Ld


Ll









Gaya aksial pada diagonal :
S = D : (2.Sin ) = 47 kg
Ld = a : Sin = 210 cm
Id = 1/12 . 40 . 8
3
= 1707 cm
4
;

id =
40 8
1707
x
= 2,31 cm
d = 210 : 2,31 = 91 ey = 1,822
ox = (1,822 . 47): 3,2 = 27 kg/cm
2
<1600 kg/cm
2

hy =
2
3
. . . 2
.
a Ll Ad
Ld A
t =
2
3
17 6 , 24 2 , 3 2
21 8 , 40
x x x
x
= 10
y = 900 : 6,97 = 129
iy =
2 2
hy y
+ =130 ey = 3,262
oiy = (3,262 x 3773):40,8 = 302 kg/cm
2
<1600 kg/cm
2

Pelat kopel kuat !

Gambar 4.13 : Pelat kopel diagonal































Konstruksi baja-ASD Page 54




1. Rencanakan batang 1 dan batang 2 kerangka atap baja di bawah ini dengan
menggunakan profil baja siku dobel. Mutu baja yang digunakan BJ.37!

W P
W P
W P
W P 2,7m

1 0,3m
2

6 x 1,5m = 9 m

Beban P = 150 kg
Beban W = 100 kg


2. Konstruksi jembatan rangka di bawah ini menggunakan mutu baja BJ.37.
d. Rencanakan batang 1 dan 2 di bawah ini dengan menggunakan baja
kanal dobel!
e. Rencanakan batang 4 dan 6 di bawah ini dengan menggunakan baja
INP!
f. Rencanakan batang 10 dan 11 di bawah ini dengan menggunakan baja
kanal dobel!

2 3

1 4 5 6 7 9 5m

10 11 12

6 x 5m = 30 m


Beban P (terpusat) = 5 ton
Beban q (merata) = 10 ton/m











TUGAS 2:
Konstruksi baja-ASD Page 55





A. Pengaruh KIP pada Balok

Balok adalah bagian dari konstruksi baja yang memikul beban lentur.
Biasanya kontruksi ditinjau terhadap lenturan searah sehingga lenturan kesamping
(KIP) tidak diperhitungkan.
Lenturan ke samping terjadi karena kejadin-kejadian lateral buckling
(perpindahan lateral) dan warping (deformasi aksial yang berlawanan pada bagian
atas dan bawah). Akibat warping maka anggapan penampang yang semula datar
akan dianggap tetap datar selama pembebanan tidak dapat dibenarkan.






Gambar 5.1: (a)Balok yang mendapat pembebanan , akan mengalami (b)
lateral buckling dan (c) warping

Besarnya Mkip pada balok adalah:
B A Mkip + = (5.1)
|
|
.
|

\
|
=
2
2
. . . .
L
J G Iy E
A
t
; adalah kekakuan balok terhadap lateral buckling
2
2
2
. 2
. . . .
|
|
.
|

\
|
=
L
J G Iy E
B
t
; adalah kontribusi warping terhadap torsional resistance
BAB V. BALOK



Konstruksi baja-ASD Page 56

Iy = Momen perlawanan inersia terhadap sumbu lemah
3 3
. .
6
1
. .
12
1
. 2 b ts b ts = =
G = 0,4.E
J = konstante puntir =
3
. .
3
2
ts b
Jika balok mempunyai ukuran :
ts b h L
tb h
/ . 25 , 1 /
75 /
>
s


Maka harga B akan sangat kecil dan boleh diabaikan . Balok ini dinamakan balok
yang penampangnya tidak berubah bentuk.

Persamaan (5.1) ditulis menjadi:

ts b
h L
E
h L
ts b
E
h ts b L
ts b E b ts E
kip
Wx
Mkip
kip
h ts b
h
h ts b
Wx
L
j G Iy E
Mkip
.
.
. 66 , 0
9
4 , 0
.
.
. .
. . .
) . . 3 / 2 )( . 4 , 0 )( . . 6 / 1 .(
. .
2 /
) 2 / .( . . 2
. . . .
2
3 3 2
2
2
2
= = =
=
= =
=
t
t
o
o
t
(5.2)
Untuk balok statis tertentu dengan beban terbagi merata q maksimum yang dapat
dipikul balok (menurut Timochenco) adalah:
2
. . .
L
J G Iy E
qkip = (5.3)
= parameter yang tergantung titik tangkap muatan , bentang balok, dan
perbandingan dimensi
I E
J G
.
.

Pada balok yang tampangnya tidak berubah bentuk, pada perletakan pelat
badan diberi pengaku samping dan titik tangkap muatan pada sayap atas. Besarnya
= 25,8







(a) (b)
Gambar 5.2: Balok dengan pengaku samping (a), dan tanpa pengaku (b)
Konstruksi baja-ASD Page 57

ts b
h L
E
kip
L h ts b
ts b E ts b E L
kip
Wx
L q
kip
.
.
. 68 , 0
. . .
) . . 3 / 2 )( . 4 , 0 )( . . 6 / 1 .( . . 8 , 25 . 8 / 1
. . 8 / 1
3
3 3 2
2
=
=
=
o
o
o
(5.4)
Pada balok statis tertentu dengan beban terpusat harga Q maksimum yang
dipikul balok adalah:
2
. . .
L
J G Iy E
Q = (5.5)
Pada balok yang tampangnya tidak berubah bentuk, titik tangkap beban
pada bagian sayap atas , besarnya = 14,8

ts b
h L
E
kip
L h ts b
ts b E ts b E L
kip
Wx
L Qkip
kip
.
.
. 78 , 0
. . .
) . . 3 / 2 )( . 4 , 0 )( . . 6 / 1 .( . . 8 , 14 . 4 / 1
. . 4 / 1
3
3 3
2
=
=
=
o
o
o
(5.6)
dari beberapa keadaan pembebanan harga kip o yang paling kecil adalah akibat
pembebanan momen. Maka yang menentukan adalah:
ts b
h L
E
kip
.
.
. 66 , 0
= o



B. Tegangan KIP pada Balok Statis Taktentu

Balok statis taktentu ditinjau pada penampang kritis yaitu di tengah-tengah.
Beban pada balok adalah beban merata, besarnya momen adalah:


Beban merata (q)


M2

M1
1/8.q.l
2

.(M1+M2)

Mv


Gambar 5.3: Pembebanan dan diagram momen pada balok statis taktentu

Konstruksi baja-ASD Page 58

2
2 1
. . 8 / 1
2
M M
l q Mv
+
=

M1 adalah M terkecil dan M2 m terbesar dengan menyertakan tandanya.

dengan menggunakan parameter:
2
. . 12 / 1
. 2
2 1
*
l q Mjepit
Mjepi
M M
=
+
= |

.
3
.) * 2. (3
1/8.q.l .1/12.q.l * 1/8.q.l Mv
2 2 2

= = (5.7)
pada muatan terbagi merata (menurut Timochenko) sebesar:
2
L
E.Iy.G.J
qkip = (5.8)
dari hasil penelitian harga *) 1 ( + = (5.9)
substitusikan pers.5.8 dan pers.5.9 ke pers.5.7 hasilnya adalah:
b.ts
L.h
E
.) * 2. - *)(3 - 0,22.(1 kip = (5.10)
adanya tegangan residu maka 0,7., kip = , pers.4.10 menjadi:
b.ts
L.h
E
.) * 2. - *)(3 - 0,22.(1 0,7., = (5.11)
Balok dalam keadaan elastis diperoleh rumus sebagai berikut:
0,7.,
E
.) * 2. - *)(3 - 0,22.(1
b.ts
L.h
= (5.12)
Analog dengan teori tekuk pada batang tekan batas kelangsingan KIP adalah:
250
.
.
s
ts b
h L

Jadi pada balok statis taktentu dengan penampang tidak berubah bentuk, batas-
batas tegangan maksimum untuk menjamin stabilitas balok terhadap KIP adalah:
(1). 250
b.ts
L.h
s ------------------ 0,7., kip = (5.13)
(2).
0,7.,
0,22.E
.) * 2. - *)(3 - (1 . .
b.ts
L.h
. . 250 ( (

l
l
l
.0,3.
250
0,7.
0,22.E
.) * 2. - *)(3 - (1
250
b.ts
L.h
kip

= (5.14)
(3).
b.ts
L.h
0,22.E
.) * 2. - *)(3 - (1 . .
b.ts
L.h
> -----
b.ts
L.h
0,22.E
.). * 2. - *)(3 - (1 kip = (5.15)
Rumus tersebut dapat ditulis lebih sederhana dengan mengganti :
C3

0,3.E
*) *)(3 (1
C1
b.ts
L.h
l
= +
=

Konstruksi baja-ASD Page 59

Tegangan KIP persamaan di atas dengan memasukkan faktor keamanan 1,5,
diperoleh tegangan ijin KIP sebagai berikut:

kip , 250 C1 = s (5.16)
. 3 , 0 .
250 - C2
250 - C1
- kip , C3 C1 250 = ( ( (5.17)
. 7 , 0 .
C1
C3
kip , C3 C1 = > (5.18)
dan disyaratkan pula : .
h
(tb)
. 3 . 1 . 042 , 0 kip
3
C C =
Sering kali harga 0 * ( , maka balok dihitung sebagai balok statis tertertu, dan
apabila 1,3 *) , maka balok tidak perlu diperhitungkan terhadap KIP, karena
instabilitas KIP dapat dicegah bebannya.

C. Tegangan KIP pada Balok Statis Tertentu

Batas kelangsingan balok statis taktentu berlaku pula untuk statis tertentu dengan
memasukkan harga 0 * ( pada pers. 5.12 maka akan diperoleh rumus KIP pada
balok statis tertentu sebagai berikut:
kip , 250 C1 = s (5.19)
. 3 , 0 .
250 - C2
250 - C1
- kip , C3 C1 250 = ( ( (5.20)
. 7 , 0 .
C2
C1
kip , C2 C1 = > (5.21)
yang mana :
l l

E
94 , 0
0,7.
0,66.E
C2
b.ts
L.h
1
= =
= C

dan disyaratkan pula: .
h
(tb)
. 2 . 1 . 042 , 0 kip
3
C C s (5.22)

D. Balok yang Penampangnya dapat Berubah Bentuk

Pada balok yang penampangnya dapat berubah bentuk, nilai sangat kecil sehingga
boleh diabaikan. Maka pers. 4.1 akan menjadi:
2
2
2
2.L
.E.Iy.h
Mkip
|
|
.
|

\
|
= (5.23)
Yang mana batang dapat melentur lateral pada sisi sayap atas dengan luas :
A = Asayap + 1/6.Abadan , jadi Wx = A.h
iy
L
dan
A'
0,5.Iy
iy = =

2
2
2
y
2
y
.E
.A'.h .
A'
0,5.Iy
2.
.E.Iy.h
kip = = (5.24)

Konstruksi baja-ASD Page 60




ts
hb2
hb1
hb h






Gambar 5.4 : Daerah yang menahan KIP (diarsir)

Jadi perhitungan tegangan KIP sama dengan perhitungan tegangan tekuk lateral
dari sisi atas batang.

hb1 = tinggi bagian badan yang mengalami tagangan tekan
hb2 = 1/3.hb1
apabila penampang simetris maka : hb2 = 1/6.hb

Tabel 5.1 : Batas lenturan maksimum arah vertikal
No Tipe elemen struktur
Lendutan
maksimum
Beban
Keterangan
Hidup Total
1 Balok-balok pendukung
lantai-lantai bangunan
umum dan perumahan
L/360

2 Balok kantilever seperti
di atas
L/180

3 Balok yang mendukung
tembok pasangan batu
L/600

4 Balok pendukung keran L/500
5 Balok pendukung atap
L/360
Selain beban hidup,
termasuk juga beban
angin
6 Gording bentang tunggal
atau menerus L/180
Selain beban hidup,
termasuk juga beban
angin
7 Gording (kantilever)
L/90
Selain beban hidup,
termasuk juga beban
angin












Konstruksi baja-ASD Page 61





VI. STABILITAS PELAT



A. Pengaruh Lipat pada Elemen-elemen Pelat

Pada semua penampang profil-profil, sebagian besar adalah terdiri dari elemen-elemen pelat
(pelat badan, pelat daun). Apabila dikerjakan gaya-gaya yang cukup besar, maka akan
menyebabkan terjadi peristiwa punuk (uitbulting) yang disebabkan oleh tegangan lengkung
dan terjadi lipatan pada pelat badan yang disebabkan oleh tegangan geser. Sehingga efisiensi
penampang lintang akanberkurang.Semua peristiwa di atas disebut peristiwa melipat (plooi).
















Gambar 6.1 : Peristiwa melipat pada balok: (a) pada pelat daun (b) pada pelat badan

Untuk menghindari melipat pada pelat, dibuat pembatasan-pembatasan pada tegangannya.
Untuk melipat akibat lentur, tegangan kritis pelat adalah :

E kr
kd. = (6.1)

yang mana :
kd = koefisien lipat yang tergantung pada : (a) macam pembebanan;
(b) aspek ratio o = ap : bp (gambar 5.2), (c) kondisi perletakan keempat sisi pelat.
E
o = tegangan tekuk Euler untuk pelat
=
2
2
2
) (
) 1 .( 12
.
bp
tp E


E = modulus elastisitas baja = 2,1.10
6
kg/cm2
= angka pembanding Poison = 0,30
tp = tebal pelat
bp = panjang sisi pelat yang dibebani

jika diambil angka keamanan = 1,5 maka :

2
2
2
pl
)
bp
tp
(
) 1,5.12.(1
.E

=
;
2 2 6
pl
kg/cm )
bp
tp
.( 1,266.10 = (6.2)

Konstruksi baja-ASD Page 62

jadi :
pl kr
kdo o . = (6.3)

Untuk lipat akibat geser, tegangan kritis adalah:
E kr
kgo t . = (6.4)
yang mana :
kg = koefisien lipat yang tergantung pada aspek rasio = ap : bp
E
o = tegangan tekuk Euler untuk pelat
jadi :
pl kr
kgo t . = (6.5)


1 1 1 1


bp

2= 1 ap 2= 1 2= 1 2= 1

> 0 < 0
(a) (b)

Gambar 6.2 : Elemen pelat yang keempat sisinya berupa sendi
(a) tegangan lentur (b) tegangan geser

B. Beban Lentur pada Elemen Pelat

Pada gambar 6.2 (a) elemen pelat yang pada keempat sisinya bersifat sendi mendapat
tegangan normal pada sisi bp dan kedua sisi ap tidak dibebani. Tegangan tekan yang terjadi
harus lebih kecil atau sama dengan tegangan kritis lipat yang ditentukan oleh persamaan
berikut :
pl kr
kdo o . = (6.6)
o o s
kr
(6.7)

yang mana kd diambil dari tabel di bawah ini :

Tabel 6.1 : Harga kd
=2/ 1
= ap :bp
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
1 25,0 13,0 8,0 6,2 5,2 4,5 4,2 4,0
0,8 27,5 14,0 9,0 6,8 5,8 5,1 4,7 4,5
0,6 30,0 16,0 11,0 7,7 6,5 5,7 5,2 5,0
0,4 32,5 18,0 12,5 8,8 7,3 6,4 5,9 5,7
0,2 35,0 20,0 14,0 10,1 8,4 7,4 6,8 6,6
0 38,0 22,0 15,0 11,7 9,8 8,7 8,2 7,8
-0,2 42,0 25,0 18,0 12,8 11,0 10,2 9,7 9,5
-0,4 45,0 27,5 19,0 14,8 13,2 12,3 12,0 11,9
-0,6 48,0 31,0 240 17,6 16,0 15,4 15,2 15,1
-0,8 52,0 34,0 26,0 21,0 19,6 19,2 19,1 19,1
-1 55,0 37,5 29,0 25,3 24,2 23,8 23,8 23,8
-1,2 60,0 41,0 33,0 29,0 28,0 28,0 28,0 28,0
-1,4 65,0 45,0 37,0 34,0 33,0 33,0 33,0 33,0
-1,6 70,0 50,0 42,0 40,0 40,0 40,0 40,0 40,0
-1,8 75,0 55,0 48,0 47,0 47,0 47,0 47,0 47,0
-2 80,0 60,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0 54,0
Konstruksi baja-ASD Page 63


C. Beban Geser pada Elemen Pelat

Jika keempat sisi pelat (gambar 6.2.b) hanya dibebani geser saja, tegangan geser pada pelat
tidak boleh lebih besar daripada tegangan kritis yang dihitung dengan persamaan berikut :

pl kr
kgo t . = (6.8)
yang mana : kg =
2
35 , 5
4
o
+ untuk o s1
kg =
2
4
35 , 5
o
+ untuk o >1
Tegangan yang terjadi juga harus memenuhi :
kr
t s 0,58.o (6.9)

D. Beban Normal dan Geser pada Elemen Pelat

Pada elemen pelat yang dibebani tegangan normal pada dua sisi sejajar dan geser pada ke
empat sisinya, maka lipatan akan terjadi pada kombinasi
kr
o dan
kr
t . Besarnya
kombinasi ini tergantung dari nilai perbandingan
bp
ap
= o dan
1
2
o
o
= .
Dari penyelidikan oleh Timochenko, diperoleh kombinasi tegangan kritis pada dan tertentu
yang dapat dilukiskan secara grafis dengan sebagai sumbu-sumbu koordinat.
Untuk = -1 adalah lentur murni dan = +1 adalah tekan uniform dinyatakan sebagai
persamaan berikut :
2 2
) ( ) (
kr kr
t
t
o
o
+ <1 (6.10)


1 Parabola ( = +1)


kr
o
o
0,5 lingkaran ( = -1)


0 0,5 1
kr
t
t


Gambar 6.6 : Kombinasi beban normat dan geser

Selain pers.6.10, kombinasi beban normal dan geser juga harus memenuhi persamaaan :

pl kr
kd. = (6.11)
pl kr
kg. = (6.12)

Badan batang-batang profil I harus dianggap dibebani tekan saja jika perbandingan
tegangan-tegangannya memenuhi persamaan : -0,5 s s +1 (6.13)
Pada gelagar yang badannya mempunyai perbandingan tinggi/tebal kurang dari 60, ternyata
bahaya lipat yang diakibatkan kombinasi beban lentur dan geser tidak akan terjadi, sehingga
pemeriksaan terhadap bahaya lipat tidak diperlukan.

Konstruksi baja-ASD Page 64

E. Perbandingan Lebar dan Tebal

Jika suatu gelagar profil I mendapat beban lentur, maka sayap akan tertekan merupakan
komponen pelat yang paling kritis terhadap lipat.
Untuk daerah Euler dengan faktor beban = 1,5 ,maka persyaratan untuk menjamin tekuk
batang adalah sebagai berikut:
d
o s 0,6
E
o
(6.14)
yang mana :
d
o = tegangan tekan maksimum
suatu keamanan terhadap lipat yang sesuai diperoleh dengan mensyaratkan :
kr
o > 0,6.
d
o (6.15)
substitusikan ke pers.5.16 diperoleh :
2
2 2
2
)
bp
tp
(
) 12.(1
.E
kd.

> 0,6.
d
o (6.16)
2
) (
tp
bp
s
) .12.(1
.E 0,6.kd.
2
d
2


tp
bp
s 10
d
r
o
o
(6.17)
yang mana : .kd
) 12.(1
.E
0,006.
2
2
r

= (6.18)

Untuk pelat yang tidak diperkuat dan menerima beban uniform, kd = 0,43 sehingga:
3267
5 , 1
4000
= =
r
o kg/cm
2


Untuk pelat yang diperkuat dan menerima beban tekan uniform, kd = 4 sehingga:
3066
5 , 1
46000
= =
r
o kg/cm
2

dengan syarat bagi penguat :

8 , 4
0
0
>
t
b
jika 13 s
tp
bp
(6.19)
6
2
2
0
0
144 . 8 , 2 >
tp
bp
t
b
jika 60 s
tp
bp

(6.20)
jika
tp
bp
> 60 , penguatan tepi tidak boleh dengan pelat.
(6.21)

Untuk batang-batang berbentuk pipa persegi empat jika:
0 < 1 + s ,
r
o = 7667 kg/cm
2


Untuk batang-batang berbentuk pipa persegi empat jika:
-0,5 0 s s ,
r
o =
8 , 0 1
7667
+
kg/cm
2


Konstruksi baja-ASD Page 65



Gambar 6.7 : Penampang pelat yang tidak diperkuat




Gambar 6.8 : Penampang pelat yang diperkuat

F. Pelat-pelat lainnya

Pada pelat dengan dua sisi bersifat sendi sedang dua sisi lainnya bersifat lain, harga kd untuk
o tertentu tercantum pada tabel 6.2.

Tabel 6.2 : Harga kd
1

bp
2
ap= bp

1


1
=-1
1


1
=0
1


1
=0
1


1
=+1
kd kd kd Kd
1
2
40 0,5 13,6 0,7 13,6 0,7 7,0 0,7
1
2
25 0,7 12,2 0,8 9,9 0,8 5,4 0,8
1
2
2,1 1,7 6,3 1,6 1,6 1,7 1,8 1,7
1
2
0,85 5 1,7 5 0,57 5 0,48 5






Konstruksi baja-ASD Page 66

G.Beban Terpusat pada Gelagar

Apabila beban terpusat bekerja pada sayap, maka akan diteruskan ke badan. Hal ini akan
menimbulkan tegangan yang besar dan menyebabkan lipatan pada badan.



Gambar 6.9.. Lipatan pada badan

Badan profil I di tempat beban terpusat, tidak perlu diberi penguatan apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
P o ). ' ' ( d c tb + s (6.22)
dan ditempat lain :
P o ). ' . 5 ' .( d c tb + s jika : c s 3,33 d
P o ). ' . 7 ' . 54 , 0 .( d c tb + s jika : 3,33.d < c < 11,67.d
P s tb.c. o jika : c >11,67.d


yang mana :
P = beban terpusat pada gelagar
tb = tebal badan
c = panjang penyebaran daerah beban terpusat
d = jarak dari akhir bagian lurus badan ke tepi luar sayap

Pada perletakan, c tidak boleh kurang dari d. Jika P dikerjakan melalui profil I yang tidak
diperkuat, c tidak boleh lebih besar daripada ( 2.dI+tI).




Gambar 6.10 : Penyebaran beban terpusat


Konstruksi baja-ASD Page 67

H. Penguatan Pelat-pelat untuk Mengatasi Bahaya Lipat

Apabila dari pemeriksaan dengan menggunakan rumus-rumus lipat, ternyata ada
bahaya lipat. Maka pelat harus diganti dengan cara : mempertebal pelat atau memasang
elemen-elemen pengaku.
Elemen-elemen pengaku yang dibicarakan disini dipasang menempel pada bidang
permukaan pelat atau dipasang pada bidang permukaannya ( Gambar.6.11). Elemen-elemen
pelat pengaku lebih baik dipasang pada kedua bidang permukaan pelat itu.
Elemen-elemen pengaku sebaiknya dibuat dari bahan yang mutunya sama dengan
bahan pelat. Apabila pengaku dibuat dari bahan yang mutunya lebih rendah darai bahan
pelat, maka harus dibuktikan bahwa tegangan yang terjadi dalam elemen pengaku itu tidak
melampaui tegangan dasarnya.






Gambar 6.11 : Pemasangan elemen-elemen pengaku (a) dua bidang (b) satu bidang

Besaran-besaran utama dari suatu elemen-elemen pengaku adalah sebagai berikut:
A = luas penampang elemen pengaku yang tidak diperlemah
tp bp
A
.
'
= perbandingan antara luas penampang elemen pengaku dengan penampang pelat
EI = kekakuan elemen pengaku
I = momen kelembaman penampang elemen pengaku terhadap sumbu elemen yang
diperkuat

3 2
3
.
. 87 , 10
) 1 .( 12
. .
: ) (
tp bp
I tp bp E
EI =

= e

(6.23)
e = perbandingan antara kekakuan elemen dengan kekakuan pelat


Konstruksi baja-ASD Page 68

Apabila kekakuan elemen pengaku lebih besar atau sama dengan
bt
I E. , maka pemeriksaan
terhadap bahaya lipat boleh dilakukan hanya pada bagian bidang pelat yang menentukan
saja, dengan menganggap tepi pelat bersifat sendi. Kekakuan batas
bt
I E. adalah :

EI = 0,092.
tp
Eb .bp.tp
3
(6.24)

Harga
tp
Eb , kd dan kg untuk beberapa penguat pelat dapat diperoleh dari tabel.

I. Perencanaan Gelagar Pelat

Untuk merencanakan konstruksi gelagar yang tidak tersedia dalam tabel profi I maupun WF,
maka yang harus dilakukan adalah merencanakan gelagar buatan yang disebut gelagar pelat
(gelagar buatan).














Gambar 6.12 : Penampang gelagar pelat (gelagar buatan)

Untuk merencanakan gelagar pelat digunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut:
Perbandingan luas badan dan luas sayap.

A badan = hb.tb
A sayap =
hb
o

A total = hb.tb +
hb
o

2
0
hb
tb
dh
dF o
= = diperoleh : tb =
2
hb
o

jadi disain ekonomis apabila A sayap = A badan (6.25)

Perbandingan hb/tb:
Tabel 6.3 : Perbandingan hb/tb
l
o (MPa)
(a) hb/tb
a/h > 1,5
(b) hb/tb
a/h s 1,5
248 322 333
290 282 309
310 266 298
(a) tanpa pengaku antara dan (b) dengan pengaku antara


Konstruksi baja-ASD Page 69

Pendekatan disain tinggi gelagar
Apabila :
h
l
E EI
l q
EI
l q
f
2 4 4
. .
24
5 .
.
8
1
.
48
5
. 384
. . 5 o
= = =

untuk :
1500
1
=
l
f
dan E = 2,1.10
6
kg/cm
2


untuk mutu baja BJ.34 , pendekatan h =
11
1
L
untuk mutu baja BJ.37 , pendekatan h =
12
1
L
Sedangkan ratio lebar sayap dan tinggi gelaggar :
0,3 untuk gelagar pendek dan 0,2 untuk gelagar tinggi.
Lebar pelat sebaiknya kelipatan dari 50 mm.

Beban sendiri :
Untuk jembatan jalan raya beban total = ( 1 +0,1.L ) t/m
Untuk jembatan KA = (0,5 +0,8.L) t/m , untuk Ls10 m
= (0,3 +0,1.L) t/m , untuk L > 10 m

Tebal pelat : pelat badan (tb) = 10-20 mm
pelat sayap (ts) = 10-25 mm



AISC dan AREA AASHTO

ts


bt




12.tw 18.tw

a. Di tumpuan






25.tw a b a+b= 18tw


b. Di antara/lapangan

Gambar 6.13 : Persyaratan pengaku pada gelagar





Konstruksi baja-ASD Page 70

Contoh 6.1 :

Balok A-B panjang 12 m menggunakan profil WF.600.300 dengan mutu baja BJ.37.
Hitunglah stabilitas balok terhadap KIP dan lipat.

q



A B

L=12m


1/2.L
3/8.L 1/8.q.l
2



9/128.q.l
2

1/16.q.l
2 L/4


Gambar 6.12 : Balok statis taktentu

Profil WF.600.300.14.23
h = 594 mm Ix = 137000 cm
2

b = 302 mm Iy = 10600 cm
2

tb = 14 mm Wx = 4620 cm
2

ts = 23 mm ix = 24,9 cm
A = 222,4 cm
2

o
l
= 2400 kg/cm
2

o = 1600 kg/cm
2




Perhitungan :

1. Tinjauan terhadap KIP :
q
mak
= 8.M/L
2
= 8.W/L
2
= 8 .1600 . 4620 .100 / 1200
2
= 4100 kg/m
h/t
b
= 594/14 = 42 < 75 } Penampang tidak berubah
L/h = 12000/594 = 20 > 1,25.b/t
s
= 1,25.302/23 = 16,4 } bentuk

2.Mjepit
M2 M1

*
+
= =
2
2
. . 12 / 1 . 2
. . 8 / 1 0
l q
l q


= 0,75 ; 1026
3 , 2 . 2 , 30
4 , 59 . 1200
.
.
1
= = =
ts b
h L
C
712 . 21 , 0 *). 2 3 *)( 1 (
3
= + =
l
E
C
o
| | C1 >C3
o kip = = = 1600 . 7 , 0 .
1026
712
. 7 , 0 .
1
3
o
C
C
777 kg/cm
2

o
mak
= = =
4620
1200 . 4100 . 128 / 9 . . 128 / 9
2 2
W
L qmak
898 kg/cm
2

o
kip
< o
mak
perlu dipasang bracing, misalnya dipasang bracing di tengah bentang.

Bentang kiri :
L = 600 cm
h/t
b
= 594/14 = 42 < 75 } Penampang dapat berubah
L/h = 600/594 = 10 > 1,25.b/t
s
= 1,25.302/23 = 16,4 } bentuk
A = A sayap + 1/6.Abadan = 30,2.2,3 +1/6.1,4.(59,4-4,6) = 82,24 cm
2

i
y
=
24 , 82
10600 . 2 / 1
'
. 2 / 1
=
A
Iy
= 8 cm ; A = L/iy = 600 : 8 = 75 ey = 1,536
o
kip
= o
tekan
= o /e
y
= 1600/1,536 = 1041 27 kg/cm
2
<1600 kg/cm
2


Stabilitas terhadap KIP terpenuhi !


Konstruksi baja-ASD Page 71

Bentangan kanan :
) . 2 / 1 .( . 12 / 1 . 2
. .. 16 / 1 . . 8 / 1
*
2
2 2
l q
l q l q

+
= | = 1,5 > 1,3 Tidak perlu dikontrol terhadap KIP

2. Kontrol terhadap stabilitas lipat :
Stabilitas lipat pada sayap :
b/t <
d
r
o
o
10 ; or = 3267 kg/cm
2

15,1/2,3 = 6,6 <
898
3267
10 = 19 OK
Stabilitas lipat pada badan :
o = a/h = 600/54,8 = 10,94 }
= -1 } kd = 23,8 (Tabel 6.1)
o
pl
= 1,266.10.(1,4/54,8) = 828 kg/cm
2

o
kr
= 23,8 x 826 = 19658 kg/cm
2
> 1600 kg/cm
2

Stabilitas lipat pada badan terpenuhi !

Contoh 6.2 :
Balok buatan untuk jembatan dengan pembebanan seperti pada gambar. Rencanakan balok
tersebut dengan menggunakan mutu baja BJ.37 !
P = 6,2 ton
q = 3,454 t/m

20
A C D E F B

4m 4m 4m 4m 4m
10 1600

Bid.M


20
Bid.D 400


Gambar 6.13 : Pembebanan balok, diagram M dan D , penampang profil buatan.

Perhitungan:
M mak = 1/8 . 3,454 . 20
2
+ 1/4 . 6,2 . 20 = 203,7 tm
Pendekatan yang ekonomis :
hb = 2000/12 = 160 cm
a/h
b
> 1,5 , t
b
= 160 /322 = 0,5 cm }
a/h
b
< 1,5 , t
b
= 260 : 333 = 0,49 cm } t
b
= 1 cm
Ab = 160 x 1 = 160 cm

2.As = Ab = 160 cm
2
; As = 80 cm
2
ts = 2 cm, bs = 40 cm
Ix = 1/12.1.160
3
+ 2.80.81
2
= 1391093 cm
4

Wx = 13911093 : 82 = 16964 cm
3

ox = M/W = 20370000 : 16964 = 1201 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2
OK




Konstruksi baja-ASD Page 72

1. Pemeriksaan lipat pada lapangan DE
a. Lipat pada sayap.
bp/tp <
d
r
o
o
10 , o r = 3267 kg/cm
2

20/2 = 10
1201
3267
s = 16,49 OK

b. Lipat pada badan
pada serat terluar badan = 81/82.1201 = 1187 kg/cm
2

o
pl
= 1,266 . 10
6
. (tb/hb)
2
= 1,266 . 10
6
. (1/160)
2
= 49,45 kg/cm
2

= - 1 (lentur murni) dan o = a/h = 400/160 = 2,5 kd = 23,8 (Tabel 6.1)
o
kr
= 23,8 . 49,45 = 1182 kg/cm
2
< o mak = 1201 kg/cm
2

pelat akan melipat pada = 1182 , untuk itu dapat diatasi dengan cara-cara :
a).mempertebal pelat badan.
b).memasang pengaku memanjang di tengah-tengah.
c).memasang pengaku memanjang pada 1/3 hb.

Cara a) : Mempertebal pelat badan tb = 12 mm
o
pl
= 1,266 . 10
6
. (1,2/160)
2
= 71,21 kg/cm
2

o
kr
= 23,8 . 71,21 = 1694 kg/cm
2
> o mak = 1201 kg/cm
2

Stabilitas terhadap lipat terpenuhi !

Cara b) : Memasang pengaku memanjang di tengah-tengah.
o1
20

800

o2

800
20

Gambar 6.14 : Balok dengan pengaku memanjang di tengah-tengah

a = 400 mm ; b = 80 mm
= o2/o1 = 0 dan o = 400/80 = 5 kd = 7,8 (Tabel 6.1)
o kr =7,8 . 1,266 . 10
6
. (1/80)
2
= 1542 kg/cm
2
> o mak = 1201 kg/cm
2

Stabilitas terhadap lipat terpenuhi !

Cara c) : Memasang pengaku memanjang pada 1/3 hb.

o1 20
160/3
o2 o1


320/3


o2 20
(a) (b)
Gambar 6.15 : Balok dengan pengaku memanjang di tengah-tengah

Konstruksi baja-ASD Page 73

Daerah gambar (a):
a = 400 mm ; b = 80/3 mm
= -801/-1201 = 0,7 dan o = 400/(80/3) = 15 kd = 4,75
o kr = 4,75 . 1,266 . 10
6
. {1/(160/3)}
2
= 8456 kg/cm
2
> o mak = 1201 kg/cm
2

Stabilitas terhadap lipat terpenuhi !
Daerah gambar (b) :
a = 400 mm ; b = 5/6 x 160 mm
= +1201/-801 = - 1,49 dan o = 400/(2/3.160) = 3 kd = 36,5 (Tabel 6.1)
o kr = 36,5 . 1,266 . 10
6
. {2/3.160)}
2
= 2599 kg/cm
2
> o mak = 1201 kg/cm
2

Stabilitas terhadap lipat terpenuhi !

2. Pemeriksaan lipat pada lapangan AC dan FB
Tebal pelat badan = tb = 12 mm
Akibat adanya gaya lintang = D mak = 37640 kg
o = 400/160 = 2,5 > 1
kg =
2
4
35 , 5
o
+ untuk o >1 kg = 5,99
t kr = kg. pl = 5,99 x 71,21 = 426 kg/cm
2

t mak = D mak/Ab = 37640 / (1,2.60) = 146 kg/cm
2
< 426 kg/cm
2


Apabila dikombinasi dengan momen:
Mc = 37,64 . 4 - 1/2 . 3,954 . 4 = 122,928 kgm
o mak = 12292800 :16964 = 725 kg/cm
2

o tepi = 81/82 . 725 = 716 kg/cm
2

= -1 dan o = 2,5 kd = 23,8 (Tabel 6.1)
o kr = 23,8 . 71,21 = 1694 kg/cm
2
> 1600 kg/cm
2

t kr = 5,99 . 71,21 = 426 kg/cm
2
< 0,58 . 1600 = 928 kg/cm
2


Kombinasi tegangan :
1 ) ( ) (
2 2
s +
kr
mak
kr
mak
t
t
o
o

1 6 , 0 )
426
146
( )
1600
725
(
2 2
s = + OK

3. Kontrol terhadap KIP :
L = 400 cm
h/t
b
= 160/1,2 = 133 > 75 } Penampang dapat berubah
L/h = 400/160 = 2,5 < 1,25.40/20 = 25 } bentuk
A = 40.2 +1/6.80.1,2 = 112 cm
2

I
y
= 1/12.2.40
3
+ 1/12.160.1,2
3
=21335 cm
4

i
y
=
'
. 5 , 0
A
Iy
= 9,75 cm

A
= 400 : 9,75 = 41 ey = 1,152
o
kip
= 1600/1,152 = 1388 kg/cm
2
< o
mak


Stabilitas terhadap KIP terpenuhi !

4. Pemasangan pengaku :

a. Pada tumpuan
Dmak = 1/2 x 3,454 x 20 + 1/2 x 6,2 = 37,64 t

Konstruksi baja-ASD Page 74




12

100
12

100

12.tb
144


A = 1,2 . 14,2 + 1,2 . 20 = 42 cm
2

Iy = 1/12 . 1,2 . 20
3
+ 1/12. 14,4. 1,2
3
= 804 cm
4

iy =
42
804
= 4,4 cm
= 160 : 4,4 = 37 e = 1,119
o = 1,119 . 37640) : 42 = 824 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2





Gambar 6.16 : Pengaku pada tumpuan

b. Pada lapangan


12


100
12

100
25.tb
300


Gaya pada pengaku = P = M/L
P = 20370000 : 400 = 50925 kg
A = 1,2 . 30 + 1,2 . 20 = 60 cm
2

Iy = 1/12 . 1,2 . 20
3
+ 1/12 . 30 .1,2
3
= 804 cm
4

iy =
60
804
= 3,66 cm
= 160 : 3,66 = 44 e = 1,178
o = (1,178 . 50925) : 60 = 1000 kg/cm
2
<1600 kg/cm
2


Gambar 6.17 : Pengaku pada tumpuan







1. Balok A-B panjang 12 m menggunakan profil WF.600.300 dengan mutu baja BJ.37.
Hitunglah stabilitas balok terhadap KIP dan lipat.



q= 2t/m



12m







TUGAS 3:
Konstruksi baja-ASD Page 75






A.Pendahuluan

Balok-kolom adalah peristiwa yang terjadi pada batang yang menerima beban
aksial dan momen lentur.
Beberapa kegagalan yang akan terjadi pada balok-kolom adalah sebagai berikut:
1. Tarikan aksial dan lentur; kegagalan biasanya karena leleh.
2. Tekanan aksial dan lentur terhadap satu sumbu; kegagalan disebabkan oleh
ketidak stabilan pada bidang lentur, tanpa terpuntir (misalnya balok-kolom
dengan beban transversal yang tidak stabil terhadap tekuk puntir lateral).
3. Tekanan aksial dan lentur terhadap sumbu kuat; kegagalannya disebabkan oleh
tekuk puntir lateral.
4. Tekanan aksial dan lentur biaksial (dua sumbu), penampang yang kuat
terhadap puntir; kegagalannya disebabkan oleh ketidak stabilan pada arah
utama (biasanya profil W)
5. .Tekanan aksial dan lentur biaksial (dua sumbu), penampang terbuka
berdinding tipis (penampang yang lemah terhadap sumbu puntir);
kegagalannya disebabkan oleh gabungan puntir dan lentur.
6. Tekanan aksial, lentur biaksial dan puntir; kegagalannya akan disebabkan oleh
gabungan puntir dan lentur bila pusat geser tidak terletak pada bidang lentur.
Oleh karena banyaknya ragam kegagalan, akan sulit untuk diwujutkan dalam cara
perencanaan yang sederhana. Maka digunakan persamaan interaksi yang
mendekati kelakuan yang sebenarnya.

B.Persamaan Balok-kolom.

Anggapan yang dipakai persamaan ini adalah material mempunyai hubungan
tegangan-regangan bilinier dan balok-kolom runtuh apabila serat terluar
penampang menerima beban terbesar mencapai tegangan leleh.


M1 M2
N N
y
x

M1 M2 Momen primer Mi



N.y Momen sekunder N.y

Gambar 7.1.Batang yang menerima beban M dan N

Dari syarat keseimbangan, diperoleh persamaan:
Mx = Mi + N.y = - E.I.
2
2
dx
y d
(7.1)
VII. BALOK KOLOM



Konstruksi baja-ASD Page 76

2
2
dx
y d

+
EI
N
.y = -
EI
Mi

2
2
2
2
4
4
1
dx
Mi d
EI dx
y d
EI
N
dx
y d
= + (7.2)

Mi adalah momen primer akibat beban luar.
Dari persamaan (6.1) diperoleh:
2
2
dx
y d
= -
EI
Mx
atau
2
2
4
4
dx
Mx d
dx
y d
=
Substitusikan persamaan ini ke persamaan (6.2) diperoleh:
2
2
2
2
.
.
1
. .
1
dx
Mi d
EI EI
Mx
EI
N
dx
Mx d
EI
=
Apabila
EI
N
k =
2
,maka persamaan mejadi:
2
2
2
2
2
.
dx
Mi d
Mx k
dx
Mx d
= + (7.3)
Persamaan differensial (7.3) ini ialah:
Mx = A.sin kx + B.cos kx + f 1(x)
(7.4)
yang mana f 1(x) = harga Mx yang harus memenuhi persamaan (6.3).
Momen maksimum akan diperoleh bila :
d.Mx/dx = 0 = Ak.cos kx - Bk sin kx + d f 1(x)/dx (7.5)
Pada umumnya beban terpusat, beban terbagi merata, momen lentur pada ujung-
ujung batang atau kombinasinya akan diperoleh:
d f 1(x)/dx = 0
Sehingga persamaan (7.5) menjadi :
Ak cos kx = Bk sin kx
tan kx =
B
A

sinkx=
2 2
B A
A
+

cos kx =
2 2
B A
B
+



A

kx
B

Substitusikan nilai-nilai sin kx dan cos kx di atas ke persamaan (6.4) menghasilkan
persamaan umum bagi momen maksimum pada batang.
f1(x)
B A
B
B A
A
Mx
2 2
2
2 2
2
mak
+
+
+
+
=
f1(x) B A
2 2
+ + = (7.6)

Kasus 1 : M1 = M2
Momen primer : Mi = M1 + (M2-M1)
karena nilai d2Mi/dx = 0 , maka pada persamaan (6.4) diperoleh f 1(x) = 0
Momen maksimum pada persamaan (7.6) menjadi :
Mx maksimum =
2 2
B A +
Konstruksi baja-ASD Page 77

Konstante A dan B diperoleh dengan memasukkan syarat-syarat batas pada
persamaan (7.4).
Mx = A sin kx + B cos kx
untuk x = 0, maka Mx = M1 dan B = Mi
untuk x = L, maka Mx = M2 dan A =
kL Sin
kL Cos M M
.
. . 1 2

sehingga :
Mx = L M1.Cos.k .Sin.kL
Sin.kL
M1.Cos.kL M2
+
|
.
|

\
|

Momen maksimum pada balok-kolom adalah :
Mx mak =
2 2
M1 )
Sin.kL
M1.Cos.kL M2
( +


=
.kL Sin
(M1/M2) os.kL 2(M1/M2).C 1
M2
2
2
+
(7.7)

Kasus 2 : M1 = M2
Dengan memasukkan M1 = M2 = M pada persamaan (6.7) diperoleh:
Mx mak =
.kL Sin
Cos.kL) 2.(1
M.
2

=
kL Cos 1
Cos.kL) 2.(1
M.
2


= )
Cos.kL/2
1
M.( = M.Sec.kL/2= )
Ne
N
2

M.Sec.( (7.8)


Gambar 7.2 : Kurva N/Ne dan Mmak/M
Persamaan di atas ternyata dapat didekati dengan baik sekali oleh faktor 1/(1-
N/Ne) sehingga persamaan menjadi:
Mmak = M
Ne
N
.
1
1

--- Mmak = M
n
n
.
1
Yang mana : n = Ne/N (7.9)


Konstruksi baja-ASD Page 78

Pada persamaan (7.7) kasus M1 = M2, merupakan rumus yang panjang dan tidak
praktis. Maka untuk perencanaan, persamaan disederhanakan dengan konsep
momen uniform ekivalen..
Mek =
) . 1 .( 2
1 . ). 2 / 1 .( 2 ) 2 / 1 (
2
2
kL Cos
kL Cos M M M M
M

+
(7.10)
Faktor ekivalen adalah :

) . 1 .( 2
1 . ). 2 / 1 .( 2 ) 2 / 1 (
2
2
kL Cos
kL Cos M M M M
M
Mek

+
= = | (7.11)
Pendekatan praktis oleh Masonet dan AISC diambil :
| = 0,6 + 0,4.(M1/M2) > 0,4 (7.12)
dengan M1 < M2, momen maksimum menjadi :
Mmak = 2 .
1
. M
n
n

| (7.13)
Persyaratan tegangan kini dapat ditulis menjadi:
Wx
Mx
n
n
A
N
x
x
.
1
.
.

+ |
=
o s (7.14)
Pada ujung-ujung kolom menjadi :
Wx
Mx
A
N
+ o s (7.15)
Kontrol tekuk ke arah tegak sumbu y :
A
N
y
. =
o s (7.16)

C.Pengaruh Beban lintang

Rumus-rumus di atas diturunkan berdasarkan tanpa adanya beban lintang.
Apabila balok-kolom mendapat beban lintang maka momen akibat beban lintang
akan memperbesar tegangan yang timbul.

M M
N N

q

N N

Q
N N

L

Gambar 7.3 : Balok-kolom mendapat beban lintang
Persyaratan tegangan menjadi:

Wx
) MD .Mx (
.
1 n
n
A
.N
x 2 x x
+

+
=
o s (7.17)

Konstruksi baja-ASD Page 79

Yang mana Mdx adalah momen lentur lapangan terbesar akibat beban lintang yang
tegak lurus sumbu x, dengan anggapan kedua ujung kolom berupa sendi.
Apabila Mdx berlawanan tanda dengan Mx2 dan Mdx s 2.Mx2 maka Mdx tidak
diperhitungkan.

D.Pengaruh Tekuk Puntir pada Balok-kolom

Balok-kolom yang menerima beban lentur ada kemungkinan akan tertekuk ke arah
lateral dan terpuntir.



Gambar 7.4 : Pengaruh tekuk puntir

Pengaruh ini diperhitungkan dengan mengalikan faktor u sehingga persamaan
menjadi :

Wx
Mx
.
1 n
n
. .
A
.N
x
x

+
=
o s (7.18)

)
Wx
MDx x.Mx
.(
1 n
n
.
A
.N
2 x
+

+
=
o s (7.19)
yang mana :

)
Mx
3.Mx
.(8
5.

2
1
kip

= > 1 (7.20)


E.Balok-kolom yang Melentur Terhadap Sumbu x dan y.

Pembebanan pada portal bangunan pada umumnya bersifat tiga dimensi, sehingga
pembebanan akibat momen akan melentu terhadap sumbu x (akibat Mx) dan ke
sumbu y (akibat My).
Rumus-rumusnya menjadi sebagai berikut:

Konstruksi baja-ASD Page 80

Untuk balok-kolom yang tidak memikul beban lintang:
Wy
My
.
1 ny
ny
.
Wx
Mx
.
1 nx
nx
.
A
.N
y x
MAK

+
=
o s (7.21)
Pada ujung batang dikontrol dengan :
Wy
My
Wx
Mx
.
A
N
+ + o s (7.22)

Untuk balok-kolom yang memikul beban lintang:
Wy
MDy) .My (
1 ny
ny
Wx
MDx) .Mx (
1 nx
nx

A
.N
2 y
2 x mak
+

+
+

+
=
o s (7.23)
dan

Wy
MDy) (My
Wx
MDx) (Mx

A
N
2 2
+
+
+
+ o s (7.24)

F.Balok-kolom pada Portal yang Bergoyang
Pada bangunan portal yang bergoyang yang mana kedua ujung batang dapat
bergeser maka rumus-rumus di atas perlu disesuaikan.




L N N H/2
1 0
y + o N(
1 0
y + o )
H
0
o
L

1 0
y + o
L
H/2 dianggap curva sinus


( a ) ( b ) ( c ) momen lentur
sekunder (anggapan)

Gambar 7.5 : Balok-kolom pada portal yang bergoyang
Menurut AISC Commentary, harga | =0,85 dan harga ini dapat
dipertanggungjawabkan. Sehingga rumus-rumus di atas menjadi :

Wx
Mx
.
1 nx
nx
0,85.,
A
N

+ o s (7.25)
dan
Wx
Mx
.
A
N
+ o s (7.26)
N
A.
nx
Ex
=
Harga
Ex
o diperoleh dari Tabel.7.1
Konstruksi baja-ASD Page 81



Tabel 7.1 : Harga tegangan Euler





Konstruksi baja-ASD Page 82

Contoh 7.1 :

Balok-kolom mendapat beban seperti pada gambar. Pada sumbu kuat (x-x) ujung
atas dapat bergerak dan ujung bawah terjepit, pada sumbu lemah (y-y) ujung atas
sendi (dipasang bracing) dan ujung bawah terjepit. Rencanakan balok-kolom ini
apabila menggunakan mutu baja BJ.37.

N

H Mx1


9 m



Mx2
Gambar 7.6 : Pembebanan pada balok-kolom


N = 4000 kg
H = 500 kg
Tinggi kolom = 9 m
Lkx = 2 x 9 = 18 m
Lky = 9 m
Mx1 = 0
Mx2 =500.9 = 4500 kgm

Perhitungan :

Pendekatan : mak = 200; imin = 1800 : 200 = 9 cm
Dicoba profil : WF.300.200.8.12
A = 73,38 cm
2
Wx = 771 cm
3
Ix = 11300 cm
4

b = 200 mm Wy = 160 cm
3
Iy = 1600 cm
4

h = 294 mm ix = 12,5 cm
ts = 12 mm iy = 4,71 cm
tb = 8 mm

2. Faktor KIP ( u )

h/tb = 29,4/0,8 = 36,75 > 75 } Penampang tidak berubah
L/h = 900/29,4 = 30,6 < 1,25.b/t
s
=1,25.200/12 = 20,8 } bentuk
C1 = (L.h)/(b.ts) = (9000 .294):(200 . 1,2) = 1102,5
C2 = 0,63 . (E/o) = 0,63. (2,1.10
6
: 1600) = 827
o kip = C2/C1 . 0,7. o = (827/1102,5 ) . (0,7 x 1600) = 840 kg/cm
2

u =
3.0/4500) 840.(8
5.1600
3.Mx1/Mx2) .(8
5.

= 1,19

3. Kontrol lipat

a. Lipat pada sayap
or = 3267 kg/cm
2

od = N/A + M/W = 4000/72,38 + 450000/771 = 639 kg/cm
2

bp/tp = 100/12 = 8,4 <
639
3267
. 10
d
r
10. = = 21,8 OK



Konstruksi baja-ASD Page 83

b. Lipat pada badan
o pl = 1,266 . 10
6
. (tb/hb)
2
= 1,266 .10
6
. (0,8/29,4)
2
= 93 kg/cm
2

o 1 = N/A+M/W = 55 + 584 = 639 kg/cm
2

o 2 = N/A-M/W = 55 - 584 = -529 kg/cm
2

= -529/584 = - 0,9 < -0,5 o = (tidak memakai pengaku)
kd = 13,5 (Tabel 6.1)
kg =
2
4
35 , 5
o
+ untuk o >1 kg = 5,35
o kr = 13,5 . 93 = 1255 kg/cm
2
< o = 1600 kg/cm
2

t kr = 5,35 . 93 = 497 kg/cm
2
< t = 928 kg/cm
2

t = H : Ab = 500 : (0,8 . 29,4) = 22 kg/cm
2

Rumus kontrol :
1 )

( )

(
2
kr
mak 2
kr
mak
s +
1 6 , 0 )
497
22
( )
1255
584
(
2 2
s = + OK

4. Faktor pembesaran momen = nx/(nx-1)
x = 1800 : 12,5 = 144 < 200 oex = 1000 kg/cm
2
(Tabel 7.1)
nx = A. oex/N = 72,38. (1000 : 4000) = 19
nx/(nx-1) = 19/18 = 1,06

5. Faktor tekuk (e mak)
Lky = 850 cm
y = 850 : 4,71 = 181 > x = 144 e max = 6,323

6. Kontrol interaksi :

Wx
Mx
1 nx
nx
0,85.,
A
.N
s

+
=

2 2
1600kg/cm 996kg/cm
771
450000
1,06. 0,85.1,19.
72,38
0 6,2323.400
s = +

Pada dasar kolom :
od = N/A + Mx/Wx = 639 kg/cm
2

t = H / Ab = 22 kg/cm
2

o = = +
2 2
) 22 ( 3 ) 639 ( 641 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2


Profil WF.300.200 cukup aman !








Konstruksi baja-ASD Page 84

Contoh 7.2 :

Balok-kolom mendapat beban seperti pada gambar. Rencanakan balok-kolom C-E,
apabila menggunakan mutu baja BJ.37!
q = 2 t/m

Nc= 1621 kg
A (I) B
C Dc
(I) (I) 6m Mx1

1 t/m
C (I) D 1t/m

(I) (I) 6m
Mx2

E F E De
6m Ne= 1621 kg


Gambar 7.7 : Portal dan pembebanan pada kolom C-E

Perhitungan :
Pendekatan : mak = 200; imin = 600 : 200 = 3 cm

Dicoba profil : WF.500.200.10.16
A = 114,2 cm
2
Wx = 1910 cm
3
Ix = 47800 cm
4

b = 200 mm Wy = 214 cm
3
Iy = 2140 cm
4

h = 500 mm ix = 20,5 cm
ts = 16 mm iy = 4,33 cm
tb = 10 mm

1. Faktor KIP ( u )
h/tb = 500/10 = 50 > 75 } Penampang dapat berubah
L/h = 600/50 = 12 < 1,25.200/16 = 15 } bentuk
A = A sayap + 1/6.Abadan = 20.1,6 +1/6.1.46,8 = 18,8 cm
2

iy =
8 , 18
2140 5 , 0
'
. 5 , 0 x
A
Iy
= = 7,54 cm
A = L/iy = 600 : 7,54 = 80 ey = 1,616
okip = o tekan = o /ey = 1600/1,616 = 990 kg/cm
2

u =
) 18810 / 9284 3 8 ( 990
1600 . 5
) 2 / 1 . 3 8 (
. 5
x x Mx Mx
=
o
o
= 1,24

2. Kontrol lipat :
a. Lipat pada sayap
or = 3267 kg/cm
2

od = N/A + M/W = 1621/114,2 + 1881000/1910 = 1000 kg/cm
2

bp/tp = 100/16 = 6,25 <
d
r
10. = 18 OK
Konstruksi baja-ASD Page 85


b. Lipat pada badan
o pl = 1,266 . 10
6
. (tb/hb)
2
= 1,266 . 10
6
. (1/50)
2
= 506 kg/cm
2

o 1 = N/A+M/W = 1000 kg/cm
2

o 2 = N/A-M/W = -985 kg/cm
2

= -985/1000 = - 0,985 < -0,5 o = (tidak memakai pengaku)
kd = 13,5 kg = 5,35
o kr = 13,5 . 506 = 6831 kg/cm
2
> o = 1600 kg/cm
2

t kr = 5,35 . 506 = 2707 kg/cm
2
> t = 928 kg/cm
2

t = H : Ab = 4320 : (1 . 48) = 90 kg/cm
2

Rumus kontrol :
1 64 , 0 )
928
90
( )
1600
1000
(
2 2
s = + OK

3. Faktor
|
x = 0,85

4. Faktor pembesaran momen = nx/(nx-1)
GB = 1 (jepit) } k = 1,25
GA =
.(Ib/Lb)
.(Ic/Lc)
= (1/6 +1/6): 1/6 = 2 }
Lk = 1,25 x 6 = 7,5 m
x = 750/20,5 = 36,6 oex = 15140 kg/cm
2

nx = A. oex/N = 114,2 . (15140 : 1621) = 1067
nx/(nx-1) = 1

5. Faktor tekuk (e mak)
Lky = 600 cm
iy = 600 : 4,33 = 139 > x = 36,6 e max = 3,729

Mdx = 1/8 . 1000 . 6
2
= 4500 kgm

6. Kontrol interaksi :

Wx
MDx x.Mx
1 nx
nx
.
A
.N
s
+

+
=


2 2
kg/cm 1600 kg/cm 1383
1910
450000 00 0,85.18810
1,24.1.
114,2
3,729.1621
s =
+
+

Wx
MDx Mx
.
A
N
s
+
+

2 2
kg/cm 1600 kg/cm 1524
1910
450000 1881000
1,24.
114,2
1621
s =
+
+


Profil WF.500.200 cukup aman !


Konstruksi baja-ASD Page 86



1. Rencanakan kolom yang menahan balok keran, Mutu baja yang digunakan
BJ37.
N=20t

P=30t
H=3t A

100cm
B


70cm
400cm



C



Sumbu x-x sumbu y-y bidang M


2. Rencanakan kolom yang menahan balok keran, mutu baja yang digunakan
BJ37.
N=20t

P=30t
H=3t

100cm




400cm







Sumbu x-x sumbu y-y






TUGAS 4:
Konstruksi baja-ASD Page 87






A. Pendahuluan

Balok keran (Crane girder) banyak digunakan pada bangunan industri. Pada
pembebanan yang kecil, balok keran dapat direncanakan dengan profil tunggal
(contoh: WF). Sedangkan pada pembebanan yang besar digunakan balok gabungan
(contoh: profil kanal+WF).





Balok penahan keran



Single girder


Double girder


Gambar 8.1.a : Bangunan industri, dan Crane girder

VIII. BALOK KERAN


Konstruksi baja-ASD Page 88








Gambar 8.1.b : Profil balok keran

1. Balok WF digunakan untuk bentang pendek dan beban ringan
2. Balok diperkuat dengan dengan pelat
3. Balok diperkuat dengan profil kanal, untuk kapasitas besar


B. Data Teknis Balok Keran



c d






cabin
a f e




a. Potongan melintang bangunan




b


b. Tampak atas konstruksi keran

Gambar 8.2 : Data teknis balok keran

a = jarak antara as rel terhadap muka dinding atau kolom
b = jasak as ke as roda keran
c = jarak antara rel ke plafod bangunan
d = jarak antara posisi teringgi hook terhadap plafond
e = jarak antara muka kolom ke tempat operator (cabin)
f = jarak antara rel sampai ke posisi terdekat hook (yang paling dekat rel)


Konstruksi baja-ASD Page 89

C. Pembebanan

1. Beban sendiri keran
Dimensi dan beban Kapasitas keran (ton)

5 10 20 30 50
Untuk semua bentang
d(mm)
e(mm)
f(mm)

1300
860
680

1680
1070
840

2190
1140
970

2900
1370
990

3360
1520
1220
Untuk bentang 12 m
a(mm)
c(mm)
b(mm)
Berat sendiri :keran +takel (ton)
Berat takel (ton)
Berat roda maksimum (ton)

200
1800
3000
10
2
5,5

200
2200
3000
12
4
9

250
2300
3800
18
7
16

275
2400
4000
23
10
22

300
2500
4700
32
17
34
Untuk bentang 18 m
a(mm)
c(mm)
b(mm)
Berat sendiri :keran +takel (ton)
Berat takel (ton)
Berat roda maksimum (ton)

225
1900
3600
14
2
7

225
2200
3600
17
4
10

250
2300
3800
23
7
11

275
2400
4000
29
10
24

300
2600
4800
40
17
37
Untuk bentang 24 m
a(mm)
c(mm)
b(mm)
Berat sendiri :keran +takel (ton)
Berat takel (ton)
Berat roda maksimum (ton)

225
2000
4000
20
2
9

250
2250
4100
24
4
13

275
2300
4100
31
7
20

300
2400
4300
38
10
27

300
2600
5000
50
17
40
Data beban sendiri keran dapat disesuaikan dengan data dari pabrik keran.

2. Beban hidup keran
Beban sendiri keran + muatan hidup yang harus diangkat, dalam posisi keran
induk dan keran angkat (crab=takel) yang maksimum bagi struktur yang ditinjau
adalah :
a) Sebagai beban rencana diambil sama dengan beban keran dikalikan
koofisien kejut, koofisien kejut = (1+ k1.k2.v) > 1,15
v = kecepatan angkat maksimum (m/detik) pada pengangkatan maksimum
tidak perlu diambil lebih dari 1 m/detik
k1 = koefisien yang bergantung pada kekakuan struktur keran induk,
dimana untuk keran induk berupa struktur rangka, harga k1 = 0,6
k2 = koefisien yang tergantung pada sifat-sifat mesin angkat dari keran
angkatnya, dan diambil sebagai berikut:
- pada mesin listrik biasa atau mesin-mesin lain dengan sifat sejenis k2=1
- pada mesin dengan pembatas percepatan otomatis (rem)
dengan alat cengkeran : k2 = 0,75
dengan alat kait : k2 = 0,50



Konstruksi baja-ASD Page 90




Hz= 1/7 Rmak Hz

Hx Hx


Hx Hx

H=1/30.berat keran+bebannya





Alat penyambung ini menahan
gaya rem memanjang (Hz)

Hx= gaya rem melintang
Hz= gaya rem memanjang



Gambar 8.3.a : Pembebanan pada konstruksi keran


Gambar 8.3.b : Perencanaan data konstruksi keran

3. Gaya rem memanjang keran induk
Gaya rem memanjang keran induk adalah gaya yang bekerja horisontal
memanjang di atas lintasan di tempat masing-masing roda keran yang di
rem, besarnya = 1/7 reaksi maksimum yang terjadi pada masing-masing
roda.



Konstruksi baja-ASD Page 91

4. Gaya rem melintang keran angkat
Gaya rem melintang keran angkat adalah gaya yang bekerja horisontal
melintang di atas keran induk. Gaya rem ini dibagikan pada roda-roda
keran induk pada masing-masing lintasannya.
Besarnya gaya rem melintang = 1/15 berat keran angkat + beban kerja,
untuk masing-masing lintasannya.

D. Perencanaan Balok Keran


1. Data Perencanaan
Bentang kuda-kuda : 16,000 m
Panjang gudang : 40,000 m
Tinggi kolom : 9,000 m
Jarak kolom : 5,000 m
Penutup atap : Seng gelombang
Dinding : Pasangan batu bata
Mutu baja : BJ.37 Tegangan dasar (o ) = 1600 kg/cm
2

Peraturan muatan : PMI-1983
Peraturan perencanaan : PPBBI-1983
Tipe kuda-kuda : Portal gewel
Data keran : Kapasitas keran : 20 t
Berat takel : 7 t
Berat sendiri keran : 16 t
Berat sendiri rel (ditafsir) : 30 kg/m
Jarak roda keran : 3,8 m

2. Bagian Konstruksi Keran


2,45m

3m


6m

50 100



50 1500 50


Gambar 2.23 : Bangunan konstruksi keran








Konstruksi baja-ASD Page 92

3. Pembebanan Pada Balok Keran

1m P=27t
Q=16t

A B

Ra 15 m Rb

Gambar 2.24 : Pembebanan pada balok keran

Ra =
15
14
. 27
2
16
+ = 33,2 t ; Rb = 9,8 t
Ra dipikul 2 roda keran masing-masing = 16,6 t
Rb masing-masing = 4,9 t

4. Perhitungan Balok Keran
a. Perhitungan momen
1) Beban mati

0,95 0,95 1,90
16,6t 16,6t

A C D E F B
R
Ra 3m 3m Rb


Gambar 2.25 : Pembeban roda keran pada balok keran

Ra = 16,6 .(3,95+0,15)/6 = 11,34 t
Rb = 16,6.(4,85+2,05)/6 = 21,86 t
Mc = 11,34 . 2,05 = 23,247 tm
Md = 11,34 . 3 16,6 . 0,95 = 18,25 tm
Me = 11,34 . 3,95 16,6 . 1,9 = 12,42 tm
Mf = 21,86 . 0,15 = 3,279 tm
Koefisien kejut = 1,15 ; M maksimal = 1,15 . 23,247 = 26,735 tm

2) Beban mati
Beban mati ditafsir = 150 kg/m
Beban rel = 30 kg/m
Jumlah = 180 kg/m
M = 1/8 . 180 . 6
2
= 135 kgm = 0,135 tm

3) Beban hidup +mati
M beban hidup+mati = 26,735 + 0,135 = 23,382 tm






Konstruksi baja-ASD Page 93

b. Reaksi (Gaya lintang)

1) Beban hidup


16,6t 16,6t


A B


Ra 3,8m 2,2m Rb


Gambar 2.26 : Pembebanan roda keran pada gaya lintang maksimum

Koefsisien kejut = 1,15
Ra = 1,15 ( 16,6 + 16,6.2,2/6) = 26,105 t
2) Beban mati
Ra = . 0,18 . 6 = 0,54 t
3) Gabungan 1)+2) : Ra = 26,105 + 0,54 = 26,645 t
4) Pada balok keran sebelah kanan: R = (4,9/16,6) (26,105)+0,54 = 8,25 t

c. Beban gaya rem melintang

16,6t 16,6 t
0,9t

0,9t

N=2,371t

y




Gambar 2.27 : Kombinasi pembebanan pada balok keran

Beban = 1/15.(Beban kapasitas keran+ tekel)
= 1/15.(20+7) = 1,8 t ; untuk satu roda = .1,8 = 0,9 t
M = ) 247 , 23 .(
6 , 16
9 , 0
= 1,261 tm
D = 0,9 +0,9.2,2/6 = 1,23 t

d. Beban gaya rem memanjang
Beban = 1/7 . Reaksi maksimum pada roda keran
= 1/7 . 16,6 = 2,371 t
M = 2,371 x (20 + 7,5 ) = 65,203 tcm = 0,652 tm




Konstruksi baja-ASD Page 94

e. Analisis profil balok keran






Gambar 2.28 : Profil balok keran

L = 6 m
Beban yang bekerja adalah :
Mx = 26,735 +0,652 = 27,387 tm
My = 1,261 tm
Dx = 26,645 t ; Dy = 1,23 t
N = 2,371 t

1) Direncanakan profil WF. 450.300.11.18
A = 157,4 cm
2
; b =300 mm; h =440 mm; tb =11 mm; ts =18mm
Wx =2550 cm
4
; Wy =541 cm
3
; ix =18,9 cm; iy =7,18 cm ; g =124kg/m

2) Faktor KIP (u )
21
18
1,25.300
13,64
440
6000
L/h
75 40
11
440
h/tb
= < = =
< = =

Penampang tidak dapat berubah bentuk
2
kip
6
kg/cm 1894 .0,7.1600
489
827
827
1600
0,63.10
C2
489
300.11
600.440
C1

= =
= =
= =

1 0,53
)
2738700
0
3. (8 1894.
5.1600
< =

=


3) Kontrol lipat
Kontrol lipat pada sayap:
r
o = 3267 kg/cm
2

1074 15
2550
2738700
4 , 157
2371
+ = + =
d
o = 1089 kg/cm
2

bs/ts = 150/1,8 = 8,9 < =
1089
3267
10 17,3 --- OK
Kontrol lipat pada badan:
= =
2 6
)
440
11
.( 10 . 266 , 1
pl
o 791 kg/cm
2

1
o = 15 + 1074 = 1089 kg/cm
2

2
o = 15 1074 = - 1058 kg/cm
2

97 , 0
1089
1058
=

= + < - 0,5 ; = o
kr
o = 23,8 . 791 = 18892 kg/cm
2
> 1600 kg/cm
2

Konstruksi baja-ASD Page 95

kr
t = 5,35 . 791 = 4232 kg/cm
2
> 928 kg/cm
2

t = 26635 : (1,1 . 41,8) = 580 kg/cm
2

Rumus kontrol :
2 2
)
928
580
( )
1600
1089
( + = 0,93 < 1 --- OK

4) Pada portal bergoyang 85 , 0 =
x
|
5) Faktor pembesaran momen )
1
(
nx
nx
dan )
1
(
ny
ny

Lkx = 600 cm
x = Lkx/ix = 600 : 18,9 = 32 081 , 1 =
x
e
nx = A . oex/F = 157,4. 20240/2371 = 1344
nx/(nx-1) = 1,0007

Lky = 600 cm
y = Lky/iy = 600 : 7,18 = 84 687 , 1 =
y
e
ny = A . oey/F = 157,4. 2937/2371 = 195
ny/(ny-1) = 1,005

6) Kontrol interaksi
541
126100
. 005 , 1 . 85 , 0
2550
2738700
. 0007 , 1 . 1 . 85 , 0
4 , 157
2371 . 687 , 1
+ + = o
= 25 + 914 + 199 = 1138 kg/cm
2
< 1600kg/cm
2
541
126100
2550
2738700
. 1
4 , 157
2371
+ + = o = 1323 kg/cm
2
< 1600kg/cm
2
2 2
8 , 41 . 1 , 1
26645
. 3
4 , 157
2371
|
.
|

\
|
+ |
.
|

\
|
= o = 1005 kg/cm
2
< 1600kg/cm
2
--- OK

5. Analisis Balok Konsol
1. Beban pada balok konsol
Salah satu roda keran tepat pada perletakan
Beban hidup = 26,645 t
Beban konsol = 0,15 t
Total P = 26,645 + 0,15 = 26,8 t
Konsol sebelah kanan = 8,25+0,15 = 8,4 t

2. Analisis profil balok konsol
M = 26,8 x 0,5 = 13,4 tm
D = 26,8 t








Konstruksi baja-ASD Page 96

6. Pembebanan Portal

a. Beban mati




b. Beban angin

c. Beban keran




Konstruksi baja-ASD Page 97


7. Perhitungan Profil Kolom

a. Pembebanan
V= 27810+80.9=28530 kg

2740 kg B
+ 5850 kgm
3 m
+10340 kgm
C
+16460 kgm

6 m


A 2740 kg


Gambar 2.35 : Pembebanan pada kolom

b. Kolom direncanakan WF.500.200.11.19
Pendekatan : i min = 900 : 200 = 4.5 cm
A=131,3 cm
2
; b=210 mm; h=506 mm; tb=11 mm; ts=19mm
Ix=56500 cm
4
; Wx=2230 cm
3
; ix=20,7 cm; iy=4,33 cm ; g=80kg/m

c. Faktor KIP (u )
Lky =300 cm (jarak lateral braching)
h/tb = 506 :11 = 46 < 75
L/h = 300 : 50,6 = 5,92 < 1,25. 201/19 = 13,2
Katagori: penampang dapat berubah bentuk
A=A1+Ab/6 = 21.1,1+(50,6-2,2).0,7/6= 47,06 cm
2

iA=
'
. 5 , 0
A
Iy
=5,2 cm ; =300/5,2 = 58 , e=1,317
1214 317 , 1 : 1600 = =
kip
o kg/cm
2

90 , 0
)
16015
15138
. 3 8 .( 1214
1600 . 5
=

= u ---- u = 1
d. Kontrol lipat
Kontrol lipat pada sayap:
r
o

= 3267 kg/cm
2

= + =
2230
1646000
3 , 131
28530
d
o 218+739= 957 kg/cm
2

bs/ts = 10,5/1,1= 9,54 < =
1077
3267
10 17,4 --- OK
Kontrol lipat pada badan:
= =
2 6
)
6 , 50
1 , 1
.( 10 . 266 , 1
pl
o 598 kg/cm
2

1
o = 218 +739 = 957 kg/cm
2
;
2
o = 218 718 = - 490 kg/cm
2


Konstruksi baja-ASD Page 98

5 , 0
957
490
=

= + < -0,5 ; = o
kr
o = 13,5 . 598 = 8073 kg/cm
2
> 1600 kg/cm
2

kr
t = 5,35 . 598 = 3199 kg/cm
2
> 928 kg/cm
2

t = 2740 : (1,1. 50,6) = 66 kg/cm
2

Rumus kontrol :
2 2
)
928
66
( )
1600
957
( + = 0, 7 < 1 --- OK

e. Pada portal bergoyang 85 , 0 =
x
|
f. Faktor pembesaran momen )
1
(
nx
nx

Gb= 10 (sendi) ; Ga= (Ic/h) : (Ib/L) = (1/9) : (0,5/16,72) = 3,72
Diperoleh harga k (koefisien tekuk) = 1,7
Lkx=1,7 . 9 = 15,3 m
x=Lkx/ix=1530 : 20,7 = 74 ; ly = Lkly/iy = 300 : 4,43 = 68
x total = 101 68 74
2 2
= + < 200 oex = 2032 kg/cm
2

nx = A . oex/F= 131,2. 2032/35656 = 7,49 ; nx/(nx-1) = 7,49/6,49 = 1,16

g. Faktor tekuk (maksimum)
Lky = 300 cm
y = 300 : 4,43 = 68 < x =74 yang menentukan emak= 1,507

h. Kontrol interaksi

1690
1646000
. 16 , 1 . 1 . 85 , 0
3 , 131
28530 . 507 , 1
+ = o = 1457 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2
1690
1646000
3 , 131
28530
+ = o = 1200 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2
--- OK

Profil dapat digunakan

















Konstruksi baja-ASD Page 99



1. Rencanakan konstruksi portal dengan data sebagai berikut:
Panjang gudang : 40,000 m
Jarak kolom : 5,000 m
Penutup atap : Aluminium gelombang
Dinding : Terbuka
Mutu baja : BJ.37 Tegangan dasar (o ) = 1600 kg/cm
2

Peraturan muatan : PMI-1983



3m



6m





100 1400 100

2. Rencanakan konstruksi portal dengan data sebagai berikut:
Panjang gudang : 40,000 m
Jarak kolom : 5,000 m
Penutup atap : Seng gelombang
Dinding : Pasangan batu bata (tertutup)
Mutu baja : BJ.37 Tegangan dasar (o ) = 1600 kg/cm
2

Data keran : Kapasitas keran : 15 t
Berat takel : 5 t
Berat sendiri keran : 10 t
Berat sendiri rel (ditafsir) : 30 kg/m
Jarak roda keran : 2,8 m


2,45m

3m


6m

75 100


75 1400 75





TUGAS 5:

Konstruksi baja-ASD Page 100






A. Istilah-istilah:

1. Jembatan untuk lalu lintas jalan raya yang melintasi sungai/lembah disebut
jembatan jalan raya
2. Jembatan untuk lalu lintas jalan raya yang melintasi jalan raya disebut viaduct
3. Jembatan untuk lalu lintas air yang melintasi sungai/lembah disebut talang
4. Jembatan lalu lintas air yang memotong sungai disebut siphon
5. Jembatan lalu lintas jalan keret api melintasi sungai/lembah disebut jembatan
kereta api







Diafragma Sayap pondasi

Pondasi
Gelagar utama




Sandaran


MAT


Pondasi


Gambar 9.1 : Tampak atas dan potongan melintang jembatan jalan raya,
Jembatan balok dan beberapa macam jembatan kerangka

IX . KONSTRUKSI JEMBATAN

Konstruksi baja-ASD Page 101

B. Konstruksi pada Jembatan

1. Bangunan atas yang meliputi gelagar jembatan
2. Gelagar jembatan dapat berupa gelagar tunggal,gelagar rangka, kabel (jembatan
gantung)
3. Bangunan bawah yang meliputi pondasi, pier (tiang)
4. Bangunan bawah dapat berupa pondasi langsung, tak langsung (tiang pancang,
sumuran )

C. Jembatan Jalan Raya

1. Peraturan pembebanan menggunakan : Pedoman Perencanaan Pembebanan
Jembatan Jalan Raya (SNI.No: 1725-189 F)

a. Beban Primer:
1) Beban mati
2) Beban hidup
3) Beban kejut
4) Gaya akibat tekanan tanah
b. Beban sekunder
1) Beban angina
2) Gaya akibat perbedaan suhu
3) Gaya akibat rangkak dan susut
4) Gaya rem dan traksi
5) Gaya akibat gempa bumi
6) Gaya akibat gesekan pada tumpuan bergerak
c. Beban Khusus
1) Gaya sentrifugal
2) Gaya tumbuk pada jembatan layang
3) Gaya dan beban selama pelaksanaan
4) Gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan

2. Persyaratan Pelaksanaan

a. Beban Primer:
1) Beban mati :
a) Beton bertulang /pratekan BJ = 2,5 t/m3
b) Beton biasa BJ = 2,2 t/m3
c) Perkerasan jalan beraspal BJ = 2-2,5 t/m3
d) Air BJ = 1 t/m3
e) Baja tuang BJ = 7,85 t/m3
2) Beban hidup :
a) Beban T = beban terpusat yang digunakan untuk menghitung
kekuatan lantai jembatan
b) Beban D = beban jalur untuk menghitung kekuatan gelagar jembatan
c) Lantai kendaraan dan jalur lalu lintas:
Lebar jalur minimum = 2,75 m, maksimum = 3,5 m





Konstruksi baja-ASD Page 102

Tabel 9.1 : Jumlah jalur lalu lintas
Lebar lantai kendaraan Jumlah jalur lalu lintas
5,5 m 8,25 m 2
8,25 m 11,25 m 3
11,25 m 15 m 4
15 m 18,75 m 5
18,75 m 22,5 m 6

Beban T






4,00 5,00 50 1,75 50

5t 20t 20t



50 12,5

2,75


2,75


Gambar 9.2 : Distribusi beban T

Beban D

Beban garis = P = 12 ton

Satu jalur
Beban terbagi rata = q


q = 2,2 t/m untuk L < 30 m
q = 2,2 -
60
1 , 1
.(L-30) t/m untuk 30 < L < 60 m
q = 1,1.(1 +
L
30
) t/m untuk L > 60 m

Untuk lebar jembatan > 5,5 m
P/2
P q/2
q

P/2
5,5 m q/2

Gambar 9.3 : Distribusi beban D
Konstruksi baja-ASD Page 103

3) Muatan pada trotoir, kerb dan sandaran
a) Muatan hidup pada trotoir = 500 kg/m2, pada gelagar = 60%x500kg/m2
b) Peninggian > 25 cm, dihitung adanya gaya sebesar 500 kg
c) Tiang sandaran, dihitung adanya gaya 100kg/m pada ketinggian 90 cm

4) Kejut, beban D harus dikalikan dengan koofisien kejut (K)

L
K
+
+ =
50
20
1 L= panjang jembatan (m)

b. Muatan Sekunder
1) Angin
a) Pada jembatan dinding penuh, luas terkena angina = 100%x1,5 tinggi
gelagar
b) Pada jembatan rangka = 30% x luas rangka

W= 100 kg/m
2


2m

1.h


Gambar 9.4 : Distribusi beban angina

2) Gaya akibat perbedaan suhu
Gaya akibat perbedaan suhu dihitung perbedaan suhu :
Pada bangunan baja = 15
0
C, pada bangunan beton = 10
0
C
3) Gaya akibat rangkak dan susut
Apabila tidak dihitung dengan ketentuan lain, senilai akibat turunnya suhu
sebesar 15
0
C
4) Gaya akibat rem dan traksi

H = 5% x D (tanpa kejut)
= horizontal terhadap arah sumbu horisontal
1,2 m
permukaan jembatan

Gambar 9.5 : Distribusi beban rem dan traksi

c. Muatan Khusus

1) Gaya akibat gempa bumi (K)

K .
Titik berat konstruksi

Gambar 9.6 : Distribusi beban gempa bumi

K = E x G.
E = koeffien gempa
G = berat mati
Contoh : Surabaya pada daerah II , E = 0,14

Konstruksi baja-ASD Page 104


2) Gaya akibat geseskan pada tumpuan bergerak

a) Tumpuan roll
1 atau 2 rol , koefisien = 0,01
3 rol , koefisien = 0,05
b) Tumpuan gesekan
Baja dengan campuran tembaga keras = 0,15
Baja dengan campuran baja/ baja tuang = 0,25
Hasil percobaan

d. Muatan Kombinasi
Tabel 9.2 : Muatan kombinasi
Kombinasi muatan/gaya Tegangan yang diijinkan
I. M+H+K.Ta+AH 100 %
II. M+Ta+AH+F+A+SR+T 125 %
III. (I)+R+F+A+SR+T 140 %
IV. M+Ta+AH+Gb 150 %
V. M+P 130 % (*)
(*) Khusus untuk bangunan logam

M = Muatan mati
H = Muatan hidup
K = Kejut
SR = Susut dan rangkak
T = Suhu
F = terkanan gesek dari tumpuan bergerak
Ta = Tekanan tanah
A = Muatan angina
R = Gaya rem dan traksi
AH = Aliran arus dan hanyutan
Gb = Gempa bumi
P = Gaya akibat pelaksanaan

e. Syarat Ruang Bebas
Tinggi minimum ruang bebas = 4,5 meter














Konstruksi baja-ASD Page 105

D. Perencanaan Jembatan Komposit

1. Data Perencanaan

Bentang = 22,00 m
Jarak gelagar utama = 1,50 m
Lebar trotoir = 1,00 m
Tebal pelat beton = 20 cm
2
baja
kg/cm 1200 =

2
beton
kg/cm 60 =








25 100 5 x 1,50m = 7,50 m 100 25


Gambar 9.7 : Penampang melintang jembatan
2. Perhitungan trotoir

a. Beban mati : pelat beton = 0,2 . 1 . 2,5 = 0,5 t/m
beton tumbuk = 0,18 . 1 . 2,2 = 0,4 t/m
Jumlah = 0,9 t/m
tm 0,405 1 . 0,9 . M
2
2
1
D
= =
b. Beban hidup: q =1 . 0,5 = 0,5 t/m
tm 0,250 .0,5.1 M
2
2
1
L
= =
c. Beban sandaran : sandaran = 0,16 . 0,1 . 1,25 . 2,5 = 0,05 t
pipa sandaran = 2 . 2 . 0,15 = 0,06 t
Jumlah = 0,11 t
tm 0,11 0,11.1 M
D
= =
d. Beban horizontal : P = 0,2 t tm 0,2 0,2.1 M
L
= =
e. Momen total (
T
M ) = 0,405 + 0,25 + 0,11 + 0,2 = 0,965 tm
f. Penulangan : h = 20-1,5-0,6 = 17,9 cm
Ca = 4,291 ; 100nw = 6,822
A = 4,49 cm
2
penulangan C 12 20
Tp = 0,898 cm
2
penulangan C 6 20

3. Perhitungan Tiang Sandaran

Jarak tiang = 2 m
Gaya N = 0,1 t/m2 setinggi 90 cm
M = 2 . 0,1 . 0,9 = 0,18 tm
Penulangan :



Konstruksi baja-ASD Page 106

4. Perhitungan Lantai Jembatan

a. Beban mati:
Plat beton = 0,20 . 1 . 2,5 = 0,50 t/m
Aspal = 0,05 . 1 . 2,2 = 0,11 t/m
Air hujan = 0,05 . 1 . 1 = 0,05 t/m
Jumlah (q) = 0,66 t/m
Mlx = Mtx = 0,01 . 0,66 . 1,5
2
= 0,149 tm

b. Beban roda : P= 10 t
50


20
5
10
10

50 80

Beban titik pada pelat (PBI-1971,Ps.13.4.3)
a


b

Lx =1,5 m


sa
Ly = 20 m

Gambar 9.8 : Distribusi beban titik pada lantai jembatan

Ly/Lx = 20/1,5 = 13 > 2,5
Ly = r.Lx = 1.1,5 = 1,5 m < Ly = 20 m
Sa = .a + .r.Lx + v = .50 + .1.150+0 = 75 cm untuk v=0
Sa= .50 + .1.50 +1 = 150 cm untuk v=1

c. Momen akibat roda
q


A o B
35 80 35


Gambar 9.9 : Pembanan pada lantai akibat beban roda

Mo = 75 , 2 4 , 0 ). 25 , 1 .( ) 75 , 0 .( 5
2
2
1
= tm
Mlx = Mo : s = 2,75 : 0,75 = 3,666 tm
Mtx = 3,666 : 3 = 1,222 tm
Konstruksi baja-ASD Page 107

Mly = 56 , 2 ) 1 ( : 666 , 3 ) 1 ( :
5 , 1 . 3
5 , 0 . 4
. 3
. 4
= + = +
Lx
a
MLx tm
Mty = 0,1.(Mo/s) = 0,366 tm
d. Penulangan : kerjakan sesuai dengan peraturan Konstruksi beton

5. Perhitungan Gelagar Jembatan

a. Analisis statika
1) Beban primer
a). Beban mati:
Lantai beton = 0,2 . 1,5 . 2,5 = 0,75 t/m
Gelagar jembatan + diafragma (ditafsir) = 0,75 t/m
Jumlah = 1,5 t/m
b). Beban aspal = 0,06 . 1,5 . 2,5 = 0,198 t/m
c). Beban air hujan = 0,06 . 1,5 . 1 = 0,075 t/m
d). Beban hidup (D)

12 t 2,2t/m



1 2,75 2,75 1 1 2,75 2,75 1
7,5 7,5

Gambar 9.10 : Dsitribusi beban D pada lebar jembatan

Luas gambar = 5,5 + (1/2 . 2 ) = 6,5
P total = = 5 , 6 ). (
75 , 2
12
28,364 t
P satu balok = 5 , 1 ). (
5 , 7
364 , 28
=5,68 t
p total = = 5 , 6 ). (
75 , 2
2 , 2
5,2 t/m
p satu balok = 5 , 1 ). (
5 , 7
2 , 5
= 1,04 t/m

5) Koefisien kejut
= + = + =
+ 50
20
50
20
1 1
L
K 1,28

6) Momen total akibat beban primer
(a). Beban mati : M = =
2
8
1
22 . 5 , 1 . 90,75 tm
(b). Beban aspal : M = =
2
8
1
22 . 198 , 0 . 11,979 tm
(c). Beban air hujan : M = =
2
8
1
22 . 075 , 0 . 4,538 tm
(d). Beban hidup : M = = + )} 22 . 68 , 5 . ( ) 22 . 04 , 1 . .{( 28 , 1
4
1
2
8
1
118,642 tm

b. Analisis penampang

1) Dicoba profil WF.36 x 16,5

Konstruksi baja-ASD Page 108


t2


A
t 1


B
A = 911 mm
B = 418 mm
W = 342,3 kg/m
Ar = 437 cm2
Ix = 623900 cm4
Wx = 13693,8 cm3
T1 = 19,43 mm
T2 = 31 mm
Gambar 9.11 : Profil gelagar jembatan

2) Lebar efektif plat beton
bm





418 1082 418 1082 418
1500 1500

Gambar 9.12 : Lebar efektif plat lantai jembatan
2b = 150 -41,8 = 108,2 cm
b/L = =
22
2 / 2 , 108
0,025 < 0,05 ; b = ; bm = 1,082 + 41,8 = 1,50 m

3) Penampang balok komposit
a). Untuk n = 10
150

20
yc

ys 91,1


Gambar 9.13 : Penampang balok komposit

yc =
437 ) 3000 ).( (
) 55 , 65 ).( 437 ( ) 10 )( 3000 ).( (
10
1
10
1
+
+
= 42,94 cm
ys = 91,1 + 20 - 42,94 = 68,16 cm
Iv =
2 3
12
1
10
1
) 94 , 32 ).( 3000 ( ) 20 ).( 150 ).( ).( ( + +623900+(437).(22,61)
2
=
= 1.182.813 cm
4


b). Untuk n = 30
yc =
437 ) 3000 ).( (
) 55 , 65 ).( 437 ( ) 10 )( 3000 ).( (
30
1
30
1
+
+
= 55,21 cm
ys = 91,1 + 20 - 55,21 = 55,89 cm
Iv =
2 3
12
1
30
1
) 94 , 32 ).( 3000 ( ) 20 ).( 150 ).( ).( ( + +623900+(437).(22,61)
2
=
= 878349 cm
4

Konstruksi baja-ASD Page 109

c. Tegangan yang terjadi

1) Akibat beban primer :
sebelum beton mengeras :
= = 8 , 13693 : 9075
s
o 0,663 t/cm
2
= 663 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2

Setelah beton mengeras :

1182813
) 16 , 68 ).( 8 , 453 2 , 11864 (
878349
) 89 , 55 .( 9 , 1197
663 , 0
+
+ + =
s
o
= 1,45 kg/cm
2
=1450 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2



) 1182813 .( 10
) 94 , 42 ).( 8 , 453 2 , 11864 (
) 878349 .( 30
) 21 , 55 .( 9 , 1197 +
+ =
b
o
= 0,0474 kg/cm
2
= 47,4 kg/cm
2
< 75 kg/cm
2

d. Beban sekunder

1) Muatan angin

P P
W=100kg/m2

A

e

h


Gambar 9.14 : Distribusi beban angin pada gelagar jembatan

h = 91,1 + 20 + 5 = 116,1 cm
hw = (1,5).(1,16)+2 = 3,75 m
e = .(3,75)-0,6816 = 1,194 m
A = (3,75).(22).(0,1) = 8,25 t
P = (8,25.1,194) : 1,75 = 5,629 t
M = .5,629.22 = 30,9595 tm

1182813
) 16 , 68 .( 95 , 3095
=
s
o = 0,1785 t/cm
2
= 178,5 kg/cm
2



) 1182813 .( 10
) 94 , 42 .( 95 , 3095
=
b
o = 0,0113 t/cm
2
= 11,3 kg/cm
2

2) Muatan Rem dan Traksi

R

e


Gambar 9.15 : Distribusi beban rem dan traksi pada gelagar jembatan

Konstruksi baja-ASD Page 110

Gaya rem = 5% muatan D tanpa koefisien kejut
R = 5%.(5,68+22.1,04) = 1,428 t
e = 1,2 + 0,4294 = 1,6294 m
M = 1,428 + 1,6294 = 2,327 tm
1182813
) 16 , 68 .( 7 , 232
=
s
o = 0,0135 t/cm
2
= 13,5 kg/cm
2



) 1182813 .( 10
) 94 , 42 .( 7 , 232
=
b
o = 0,0009 t/cm
2
= 9 kg/cm
2

3) Akibat Rangkak dan Susut (SR)
) 15 ).( 10 . 1 , 1 ).( 10 . 1 , 2 ( . .
6 6
= = t E
s
o o = 34,65 kg/cm
2


4) Akibat Perbedaan suhu (T)
) 15 ).( 10 . 1 , 1 ).( 10 . 1 , 2 ( . .
6 6
= = t E
s
o o = 34,65 kg/cm
2


e. Muatan khusus

Akibat gempa bumi
K = E.G E = Koefisien gempa bumi = 0,1
G = muatan mati = (1,5+0,198).22 = 37,356 t

K = 0,1 . 37,356 = 3,736 t ; A = 3000/10 + 437 = 737 cm
2

= =
b s
o o 3,736 : 737 = 0,0062 t/cm
2
= 6,2 kg/cm
2

f. Kombinasi beban

I : M + H + K.Ta + AM < 100 % .

s
o = 1,45 + 0 + 0 = 1,45 t/cm
2
< 1,6 t/cm
2


b
o = 0,0474 + 0 + 0 = 0,00474 t/cm
2
< 0,075 t/cm
2
I I : M + Ta + AH + F + A + SR < 125 % .

s
o = (0,663+0,077) + 0 + 0 +0,927 + 0,1785 + 0,03465 + 0,03465
= 1,005 t/cm
2
< 2 t/cm
2


b
o = 0,0474 + 0 + 0 +0,0127 + 0,01785 + 0,03465 + 0,03465
= 0,067 t/cm
2
< 0,09375 t/cm
2
III : (I) + R + F + A + SR + T < 140 % .

s
o = 1,45 + 0,0135 + 0,0127 + 0,1785 + 0,03465 + 0,03465
= 1,724 t/cm
2
< 2,24 t/cm
2


b
o = 0,0474 + 0,0009 + 0 + 0,0127 + 0,0113 + 0
= 0,0723 t/cm
2
< 0,103 t/cm
2
IV : M + Ta +AH + Gp < 150% .

s
o = 1,005 + 0 + 0 + 0,0102 = 1,01 t/cm
2
< 2,4 t/cm
2


b
o = 0,0474 + 0 + 0 +0,0102 = 0,0176 t/cm
2
< 0,112 t/cm
2
V : M+P < 130% .

s
o = 1,005 + 0 = 1,005 t/cm
2
< 2,008 t/cm
2
Konstruksi baja-ASD Page 111

d. Penurunan

1) Akibat beban mati
q = 1,5 . 0,198 = 1,698 t/m
= =
623900 . 10 . 1 , 2 . 384
2200 . 98 , 16 . 5
6
4
f 0,04 cm

2) Akibat beban hidup
q = 1,04 + 0,075 = 1,115 t/m ; P = 5,68 t

= + =
1182813 . 10 . 1 , 2 . 48
2200 . 5680
623900 . 10 . 1 , 2 . 384
2200 . 15 , 11 . 5
6
3
6
4
f 0,065 cm
2200 .
1000
1
=
ijin
f = 2,2 cm < 0,0065 cm

e. Penghubung geser

Dipakai paku 325 tinggi 10 cm


159 100 100 159


100




Gambar 9.16 : Penempatan paku pada sayap gelagar jembatan

H/d = 10/2,5 = 4 < 5,5
Qa = 10.d.H. 2165 75 . 10 . 5 , 2 . 10 . . . 10 = =
b
H d o kg
Tiga paku = 3.2165 = 6492 kg

Perhitungan gaya lintang:
P(b.bergerak)
q(b.bergerak)
q (beban mati)


A B C D E

Garis pengaruh D
(a) beban bergerak


(b)beban mati


Gambar 9.17 : Garis pengaruh D pada gelar jembatan

Konstruksi baja-ASD Page 112

Pembebanan :
Beban mati q = 1,5+0,198+0,075 = 1,775 t/m
Beban bergerak q = (1,04).(1,26) = 1,3104 t/m
P = (5,2).(1,26) = 6,552 t
Da = 6,552 +( .22.1.1,3104) + (.22.1,775) = 40,492 t

Db = 0,875 +(6,552+ .22.1.1,3104) + (..0,75.22.1,775) = 32,99 t
Dc = 0,750 +(6,552+ .22.1.1,3104) + (..0,50.22.1,775) = 25,488 t
Dd = 17,986 t
De = 10,4832 t

Penempatan paku (jarak paku = s):
Gaya geser = D.S/I I = 1182813 cm
4

S = 1/10 .(150.20)(32,94) = 9882 cm
3

Jarak paku = s =
D
T
D.S
Qa.I
I : D.S
Qa
= = apabila
S
Qa.I
T =
777
9882
1182813 . 492 , 6
= = T tcm

s lapangan A-B = 777 : 40,492 = 19 cm
s lapangan B-C = 777 : 32,990 = 23 cm
s lapangan C-D = 777 : 25,488 = 30 cm
s lapangan D-E = 777 : 17,986 = 43 cm








1. Rencanakan konstruksi Jembatan Komposit dengan data sebagai berikut:

Bentang = 20,00 m
Lebar jalan = 8,00 m
Lebar trotoir = 1,00 m
Jarak gelagar utama = 1,50 m
Tebal pelat beton = 20 cm
2
baja
kg/cm 1600 =

2
beton
kg/cm 5 7 =









TUGAS 6:
Konstruksi baja-ASD Page 113





A. Jembatan Rangka Untuk Jalan Raya




Gambar 10.1 : Tampak samping jembatan rangka


B. Contoh Perhitungan Gelagar









Rangka jembatan Potongan


9m


Gelagar memanjang Gelagar melintang Ikatan angin

8 x 6 m = 48 m




Gambar 10.2a : Tampak samping, atas dan depan






X. JEMBATAN RANGKA UMUM










Konstruksi baja-ASD Page 114


Ikatan Angin atas

Rangka jembatan Tinggi bebas (min 4,5M)


Trotoir Gelagar memanjang
Lantai jembatan


Gelagar melintang
Ikatan angin bawah

1,5 6m 1,5
9 m

Gambar 10.2b : Potongan melintang jembatan

1. Perhitungan Gelagar memanjang

a. Beban primer
Beban mati:
Lantai beton = 0,2 . 1,5 . 2,5 = 0,75 t/m
Gelagar jembatan + diafragma (ditafsir) = 0,25 t/m
Jumlah = 1,00 t/m
Beban aspal = 0,06 . 1,5 . 2,5 = 0,198 t/m
Beban air hujan = 0,06 . 1,5 . 1 = 0,075 t/m

Beban hidup (D)

12 t 2,2t/m



0,25 2,75 2,75 0,25 0,25 2,75 2,75 0,25
6,00 6,00

Gambar 10.3 : Dsitribusi beban D pada lebar jembatan

Luas gambar = 5,5 + (1/2 .0,5 ) = 5,75
P total = = 75 , 5 ). (
75 , 2
12
25,09 t
P satu balok = 5 , 1 ). (
6
09 , 25
= 6,273 t
p total = = 75 , 5 ). (
75 , 2
2 , 2
4,6 t/m
p satu balok = 5 , 1 ). (
6
6 , 4
= 1,15 t/m

2) Koefisien kejut
= = + =
+ 56
20
50
20
1 1
L
K 1,36




Konstruksi baja-ASD Page 115

3) Momen total akibat beban primer
Beban mati : M = =
2
8
1
6 . 1 . 4,50 tm
Beban aspal : M = =
2
8
1
6 . 198 , 0 . 0,891 tm
Beban air hujan : M = =
2
8
1
6 . 075 , 0 . 0,338 tm
Beban hidup : M = = + )} 6 . 273 , 6 . ( ) 6 . 15 , 1 . .{( 36 , 1
4
1
2
8
1
19,835 tm

4) Analisis penampang

a) Dicoba profil WF.400 x 200

t2



A
t 1


B
A = 400 mm
B = 200 mm
W = 66 kg/m
Ar = 84,12 cm2
Ix = 23700 cm4
Wx = 1190 cm3
t1 = 19,43 mm
t2 = 31 mm
Gambar 10.4 : Profil gelagar jembatan

b) Lebar efektif plat beton

bm






200 1300 200 1300 200

1500 1500

Gambar 10.5 : Lebar efektif plat lantai jembatan

2b = 150 20 = 130 cm
b/L = =
600
2 / 130
0,108 ; = 0,89.b
bm = 20 + 2 (0,89. 65) = 135 m











Konstruksi baja-ASD Page 116

c) Penampang balok komposit

Untuk n = 10
135


yc 20


ys 40


Gambar 10.6 : Penampang balok komposit

yc =
12 , 84 ) 2700 ).( (
) 40 ).( 12 , 84 ( ) 10 )( 2700 ).( (
10
1
10
1
+
+
= 17,13 cm
ys = 40 + 20 17,13 = 42,87 cm
Iv =
2 3
12
1
10
1
) 13 , 7 ).( 2700 ( ) 20 ).( 135 ).( ).( ( + +23700+(84,12).(22,87)
2
= 90222 cm
4


Untuk n = 30
yc =
12 , 84 ) 2700 ).( (
) 40 ).( 12 , 84 ( ) 10 )( 2700 ).( (
30
1
30
1
+
+
= 24,50 cm
ys = 40 + 20 24,50 = 35,50 cm
Iv =
2 3
12
1
30
1
) 5 , 14 ).( 2700 ( ) 20 ).( 135 ).( ).( ( + +23700+(84,12).(15,5)
2
= 65831 cm
4


d) Tegangan yang terjadi
Akibat beban primer :
sebelum beton mengeras :
= = 1190 : 500 , 4
s
o 0,378 t/cm
2
= 378 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2

Setelah beton mengeras :

9222
) 87 , 42 ).( 8 , 33 5 , 1983 (
65831
) 5 , 35 .( 1 , 89
378 , 0
+
+ + =
s
o = 1,385 T/cm
2
<1600
kg/cm
2



) 90222 .( 10
) 13 , 17 ).( 8 , 33 5 , 1983 (
) 65831 .( 30
) 5 , 24 .( 1 , 89 +
+ =
b
o = 0,040 T/cm
2
< 75 kg/cm
2

2. Perhitungan Gelagar Melintang

a. Beban primer
P P P P P
P P


A B
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
9m

Gambar 10.7 : Distribusi beban pada gelagar melintang
Konstruksi baja-ASD Page 117

1) Beban mati:
Lantai + Gelagar jembatan = 1 x 6 = 6 t
Berat sendiri (ditafsir) = 0,5 t/m
Ra = 3 x 6 + 4,5 x 0,5 = 20,25 t
M = 20,25 x 4,5 - 6 x 6,75 x 1 x 6 = 45,543 tm

2) Beban aspal = 0,198 x 6 = 1,188 t
Ra = 3 x 1,188 = 3,564 t
M = 3,354 x 4,5 1,188 x 6,75 = 8,496 t
3) Beban air hujan = 0,075 x 6 = 0,45 t
Ra = 3 x 0,45 = 1,350 t
M = 1,350 x 4,5 0,45 x 6,75 = 3,038 t
4) Beban trotoir = 0,15 x 2,2 + 0,5 = 0,83 t/ m
2


P trotoir = x1,5 x 0,83 x 6 = 3,375 t

P P P P

A B

1,5 6 1,5

9m

Gambar 10.8 : Distribusi beban trotoir pada gelagar melintang

Ra = 2 . 3,735 = 7,470 t
M = 7,470 . 4,5 3,735 . 7,5 = 5,603 t

5) Beban hidup (D)
P P P
P P


A B
1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5
9m

Gambar 10.9 : Dsitribusi beban D pada lebar jembatan

Koefisien kejut = = = + =
+ 59
20
50
20
1 1
L
K 1,34
P = 1 . 6,273 + 1,15 . 6 = 13,173 t
Ra = 2 . 13,173 = 26,346 t
M = 1,34 ( 26,346 . 4,5 13,173 . 3 ) = 105,911 t










Konstruksi baja-ASD Page 118

b. Analisis penampang

1) Dicoba profil WF.800 x 400


t2

A
t 1



B
A = 800 mm
B = 300 mm
W = 210 kg/m
Ar = 267,4 cm2
Ix = 292000 cm4
Wx = 7290 cm3
t1 = 14 mm
t2 = 26 mm
Gambar 10.10 : Profil gelagar jembatan

2) Lebar efektif plat beton
bm






300 5700 300 5700 300
6000 6000

Gambar 10.11 : Lebar efektif plat lantai jembatan

2b = 600 30 = 570 cm
b/L = =
900
2 / 570
0,31 ; = 0,15.L
bm = 30 + 2 (0,15 x 900) = 300 cm

3) Penampang balok komposit

Untuk n = 10
300


yc 20


ys 80


Gambar 10.12 : Penampang balok komposit

yc =
4 , 267 ) 6000 ).( (
) 60 ).( 4 , 267 ( ) 10 )( 6000 ).( (
10
1
10
1
+
+
= 25,4 cm ; ys = 74,6 cm
Iv=
2 3
12
1
10
1
) 13 , 7 ).( 6000 ( ) 20 ).( 300 ).( ).( ( + +292000+(267,4).(34,6)
2
= 774416 cm
4

Konstruksi baja-ASD Page 119

Untuk n = 30

yc =
4 , 267 ) 6000 ).( (
) 60 ).( 4 , 267 ( ) 10 )( 6000 ).( (
30
1
30
1
+
+
= 38,6 cm ; ys = 61,4 cm
Iv=
2 3
12
1
30
1
) 6 , 28 ).( 6000 ( ) 20 ).( 300 ).( ).( ( + +292000+(267,4).(21,4)
2
=584716 cm
4


4) Tegangan yang terjadi
Akibat beban primer :
sebelum beton mengeras :
= + = 7290 : ) 25 , 35 3 , 4554 (
s
o 0,630 t/cm
2
= 630 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2

Setelah beton mengeras :

774416
) 6 , 74 ).( 8 , 303 10575 (
584716
) 4 , 61 .( 6 , 849
630 , 0
+
+ + =
s
o
= 1,767 kg/cm
2
=1767 kg/cm
2
< 1600 kg/cm
2



) 774416 .( 10
) 4 , 25 ).( 8 , 303 10575 (
) 584176 .( 30
) 6 , 38 .( 6 , 849 +
+ =
b
o
= 0,002 + 0,036 = 0,038 kg/cm
2
= 38 kg/cm
2
< 75 kg/cm
2

C. Perhitungan Kerangka Jembatan

a1 a2 a3
d1 d2 d3 d4
v1 v2 v3 v4 6 m
b1 b2 b3 b4
8 x 6m = 48 m

Model kerangka jembatan
Jumlah panjang batang= 194 m


9m

Ikatan angin atas
Jumlah panjang batang= 144 m





Ikatan angin bawah
Jumlah panjang batang= 136 m


Gambar 10.13 : Kerangka Jembatan






Konstruksi baja-ASD Page 120

1. Pembebanan
a. Beban mati

Beban lantai + balok melintang + memanjang:
Jumlah 7 titik = 20,25 . 7 = 141,750 t
Beban trotoir + aspal + air:
Jumlah 7 titik = (7,47+3,564+1,35) . 7 = 86,688 t
Beban kerangka jembatan:
Berat ditafsir = 194 . 0,2 . 120% = 46,560 t
Ikatan angin atas + bawah :
Berat ditafsir = (280 . 0,02) . 120% = 3,360 t
Jumlah = 278,358 t

Eqivalen = qe = 278,358 : 48 = 5,799 t/m


b. Beban angin




w
200 6m

100

qw 9 m qw


Gambar 10.14 : Tekanan angina pada gelagar dan rangka jembatan


Tekanan angin = 100 kg/m
2

1). Tekanan di atas lantai = 2 . 100 = 200 kg/m
2). Tekanan pada rangka jembatan = 30% .6 . 100 = 180 kg/m
Beban pada rangka(qw ) = (200.2 + 180.3 ): 9 = 127 kg/m = 0,127 kg/m

Beban gabungan :

Eqivalen = qe = 278,358 : 48 = 5,799 t/m
Angin (qw) = 0,127 t/m
Beban merata pada rangka (q) = 5,926 t/m

c. Beban hidup (D)
Koefisien kejut = = = + =
+ 98
20
50
20
1 1
L
K 1,205
Beban titik (P) = 1,205 ( 25,09 : 2 ) = 15,12 t
Beban merata (p) = 1,205 ( 4,46 : 2 ) = 2,69 t /m




Konstruksi baja-ASD Page 121

2. Garis pengaruh pada kerangka:

G a1 H a2 I a3 J
d1 d2 d3 d4
v1 v2=0 v3 v4=0 6m
b1 b2 b3 b4
A C D E F B
6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m 6m


a1=a2
-1,5


a3
-2



+0,875
b1=b2


+1,875

b3=b4


+1
v1

v3 +1

d1
-1,238


+1,061
d2
-0,177
d3 +0,354

-0,884


+0,707
d4
-0,5304


Gambar 10.15 : Garis pengaruh pada rangka jembatan





Konstruksi baja-ASD Page 122

a. Ordinat garis pengaruh
1) Batang a1 = a2
Gaya 1 t pada titik D Ra = 36/48 = 0,75 t
MD = 0 Ra . 12 + a1 . 6 = 0 a1 = -1,5 t (tekan)
2) Batang a3
Gaya 1 t pada titik F Ra = 24/48 = 0,5 t
MF = 0 Ra . 24 + a1 . 6 = 0 a1 = -2 t (tekan)
3) Batang b1=b2
Gaya 1 t pada titik G Ra = 42/48 = 0,875 t
MG = 0 Ra . 6 - b1 . 6 = 0 a1 = +0,875 t (tarik)
4) Batang b3=b4
Gaya 1 t pada titik I Ra = 30/48 = 0,625 t
MI = 0 Ra . 18 - b3 . 6= 0 a1 = +1,875 t (tarik)
5) Batang v1
Gaya 1 t pada titik C v1 = + 1 t (tarik)
6) Batang v3
Gaya 1 t pada titik D v3 = + 1 t (tarik)
7) Batang d1
Gaya 1 t pada titik C Ra = 42/48 = 0,875 t
MC = 0 Ra . 6 + d1 . 6.0,707 = 0 d1 = -1,24 t (tekan)
8) Batang d2
Gaya 1 t pada titik C Ra = 42/48 = 0,875 t
VG = 0 Ra -1 + d2 . 0,707 = 0 a1 = -0,177 t (tekan)
d2 mendekati titik G
Gaya 1 t pada titik D Ra = 36/48 = 0,75 t
VG = 0 Ra + d2 . 0,707 = 0 a1 = -1t (tarik)
d2 menjauhi titik G
9) Batang d3
Gaya 1 t pada titik D Ra = 36/48 = 0,75 t
VD = 0 Ra -1 + d2 . 0,707 = 0 a1 = -0,177 t (tarik)
d3 menjauhi titik D
Gaya 1 t pada titik D Ra = 30/48 = 0,625 t
VD = 0 Ra + d2 . 0,707 = 0 a1 = -1t (tekan)
d3 mendekati titik G
10) Batang d4
Perhitun Gaya 1 t pada titik I Ra = 30/48 = 0,625 t
VI = 0 Ra -1 + d2 . 0,707 = 0 a1 = -0,53047 t (tekan)
d2 mendekati titik I
Gaya 1 t pada titik F Ra = 24/48 = 0,5 t
VI = 0 Ra + d2 . 0,707 = 0 a1 = -1t (tarik)
d4 menjauhi titik I



3. Perhitungan gaya-gaya batang

Beban merata gabungan = q + p = 5,926 + 2,69 = 8,616 t/m
Beban titik = 15,12 t
a. Batang a1 = a2
Luas garis pengaruh = . 48 . 1,5 = 36
S = -( 36 . 8,616) - (1,5 . 15,12) = - 332,856 t
Konstruksi baja-ASD Page 123

b. Batang a3
Luas garis pengaruh = x 48 x 2 = 48
S = -( 48 . 8,616) - (2 . 15,12) = - 443,808 t
c. Batang b1 = b2
Luas garis pengaruh = . 48 . 0,875 = 21
S = ( 21 . 8,616) + (0,875 . 15,12) = + 194,166 t
d. Batang b3 = b4
Luas garis pengaruh = . 48 . 1,875 = 45
S = ( 45 . 8,616) + (1,875 . 15,12) = + 416,07 t
e. Batang v1 = v3
Luas garis pengaruh = . 12 . 1 = 6
S = ( 6 . 8,616) + (1 . 15,12) = + 66,816 t
f. Batang d1
Luas garis pengaruh = . 48 . 1,238 = 29,712
S = -( 29,712 . 8,616) - (1,238 . 15,12) = - 237,281 t
g. Batang d2
Luas garis pengaruh (+) = . 41,14 . 1,061 = 21,80
Luas garis pengaruh (-) = . 6,86 . 0,177 = 0,606
S = ( 21,8 . 8,616) + (1,061 . 15,12) (5,926 . 0,606) = + 206,953 t
h. Batang d3
Luas garis pengaruh (-) = . 33,74 . 0,884 = 14,94
Luas garis pengaruh (+) = . 15,26 . 0,354 = 4,07
S = -( 14,94 . 8,616) - (0,884 . 15,12) + (5,926 . 4,07) = -118,004 t
i. Batang d4
Luas garis pengaruh (+) = . 27,43 . 0,7072 = 9,698
Luas garis pengaruh (-) = . 20,57 . 0,5304 = 10,903
S1 = ( 9,698 . 8,616) + (0,7072 . 15,12) (5,926 . 10,903) = + 31,639 t


4. Perhitungan penampang

a. Batang a1 = a2 gaya batang S = - 332,856 t
Digunakan ] [ 40 dengan pelat 12x350 mm



Pelat 12 x 350 mm


13,7 13,7 e


Gambar 10.16 : Penampang batang a1 = a2

Sumbu x-x :
A total = 2 ( 91,5 + 1,2 x 35 ) = 267 cm
2

Ix = 2 ( 20350

+ 1/12 x 1,2 x 35
3
) = 49275 cm
4

ix = 13,5 cm , x = 600 : 13,5 = 45 ; x = 1,22
x = 332,856 . 1,22 : 267 = 1,521 t/cm
2
<



Konstruksi baja-ASD Page 124

Sumbu y-y :
Satu profil :
6 , 21
52 5 , 91
) 6 , 0 4 , 1 ( 42 7 , 2 . 5 , 91
=
+
+ +
= e cm
A total = 91,5 + 52 = 143,5 cm
Iy = 846 + 91,5 (2,16-1,4)
2
+1/12 . 35 . 1,2
3
+ 42 (2,16-2)
2
= 904,96 cm
4

iy = 2,6 cm dibuat 5 lapangan Lky = 120 cm ; ly = 47
Dua profil :
Iy = 2 { 846 + 133,5 (2,16+13,7)
2
+ 42 . (13,7+2)
2
} = 89557 cm
4

iy = 18,3 ; y = 600 : 18,3 = 33

iy = = +
2 2
47 33 58 iy = 1,37
y = 332,856 x 1,37 : 267 = 1,708 t/cm
2
<


Kontrol pelat kopel (tebal 12 mm):



50

140
70


260
H



V R
60 137 197


Gambar 10.17 : Penampang pelat kopel

L = 0,02 . 332,856 = 6,66 t
2 T = 6,6 . 120 : 39,4 = 20,29 t T = 10,145 t
M pelat = 10,145 . 39,4/2 = 199,9 tcm
I pelat = 0,7 (1/12 . 1,2 . 52
3
) = 6400 cm
4

pelat = 199,9 . 26 : 6400 = 0,624 t/cm
2
<

Baut pelat kopel 22 :
V = 6,66 : 4 = 2,54 t
H = 199,9 . 15 : 2(7
2
+21
2
) = 4,284 t
R = = +
2 2
284 , 4 54 , 2 4,981 t
Kekuatan geser baut = . 3,14 . 2,2 . 0,8 . 1,867 = 5,675 t > R
Kekuatan tumpu pelat = 2,2 . 1,2 . 1,6 . 1,867 = 7,886 t > R



Konstruksi baja-ASD Page 125

b. Batang v1=v2=v3=v4 S = + 66,816 t
Digunakan WF 250 x 250






Gambar 10.21 : Penampang batang v1=v2=v3 =v4

Tugas : Hitunglah kekuatan batang ini !

5. Perhitungan portal akhir
W



6m



9m 9m


Gambar 10.26 : Pembebanan pada portal akhir

Tugas : Hitunglah kekuatan batang ini !


D. Perhitungan landasan

1. Landasa Gelinding (Roll)
d3


d

d1 d2

d

60 60


Gambar 10.27 : Landasan gelinding (Roll)

a. Ukuran landasan
P = 197 ton gelinding = 9500 kg/cm
2

beton = 60 kg/cm
2
baja = 1600 kg/cm
2

Panjang landasan = lebar landasan ; Luas = A = L
2

A = P : beton = 197000 : 60 = 3284 cm
2

L = 3284 = 60 cm jadi ukuran landasan = 60 x 60 cm

Konstruksi baja-ASD Page 126

b. Tebal Kursi (d)
60x1600
0 3x197000x6
1/2.
b.
3.P.L
1/2. d
t
= = = 9,6 cm --- 10 cm
c. Ukuran Gelinding
Rumus-rumus :
1
6
1
. 2
1
/ . . 10 . 75 , 0
d r
S
b S P
= =
=
= gelinding r = jari-jari gelinding
9500 = 0,75 . 10
6
. 197000/(60xd1) d1 = 27,28 cm --- 30 cm
d2 = d1 + 2 . 2,5 = 35 cm ; d3 = 2,5 cm

2. Landasa Engsel (Sendi)
d2

s1


d d1

s5 h
s2
s4 s3
60 60

Gambar 10.28 : Landasan engsel (Sendi)

a. Tebal Landasan ( s1 )
S1 = 10 cm disamakan dengan bantalan landasan roll
b. Tebal penyangga ( s3, s4, s5 )
M = P/2 . L/4 = 1/8 . 197000 . 60 = 1477500 kgcm
W = M/ = 1477500 / 1600 = 923,4 cm
3


Tabel dari Muller Breslau
h/d b/h x s3 W
3 4 0,2222 x n x s3 x h
2

4 4,2 0,2251 x n x s3 x h
2

5 4,6 0,2286 x n x s3 x h
2

6 5 0,2315 x n x s3 x h
2


Dicoba h/d = 4 dan n = 3
S3 = 60/(4,2 . 3) = 4,76 cm --- s3 = 5 cm
923,4 = 0,2251 . 3 . 5 . h
2
--- h = 16,94 cm --- h = 20 cm
h/d = 4 diperoleh d = 5 cm
s4 = 1/6 x h = 3,35 ---- s4 = 3,5 cm ; s5 = 1/9 . h = 2,22 ---- s5 = 2,5 cm

c. Garis tengah engsel
)
1600.60
0,8.197000
2( )
.b
0.8.P
2.( d = = = 3,23 cm
minimum : d = 7 cm
d1 = 7 + 2 . 2,5 = 12 cm d2 = .d = 2,5 cm
Konstruksi baja-ASD Page 127





1. Rencanakan konstruksi Jembatan Rangka dengan data sebagai berikut:



6m



5 x 6 m = 30m



Bentang = 30,00 m
Lebar jalan = 8,00 m
Lebar trotoir = 1,00 m
Tebal pelat beton = 20 cm
2
baja
kg/cm 1600 =











Daftar Pustaka


Anonim, 1983, Peraturan Pembebanan Untuk Gedung , Bandung: Yayasan
DPMB
--------, 1983, Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983,
Bandung: Yayasan DPMB
Bowles, Joseph.E, 1985, Structural Steel Design, Terjemahan: Pantur Silaban,
Jakarta: Erlangga
Burhan, Hanis, Konstruksi Baja, Bandung: ITB
Burhan, Hanis, Las Dalam Konstruksi Baja, Bandung: ITB
CRS & DO , 1972, Steel Design Manual, London: Crosby Lockwood Staples
Kurniawan, C.Iscak & Wiryani, Perencanaan Bangunan Baja, Surabaya:
Universitas Petra
Salmon, C.G dan J.E.Johnson, 1986, Steel Structures Design and Behavior,
Terjemahan: Wira.M, Jakarta: Erlangga



TUGAS 7:

Konstruksi baja-ASD Page 128

TABEL PROFIL :












Konstruksi baja-ASD Page 129









Konstruksi baja-ASD Page 130



Konstruksi baja-ASD Page 131



Konstruksi baja-ASD Page 132

Вам также может понравиться