Вы находитесь на странице: 1из 4

Jumat, 05 November 2010

Membangun keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah..^^


Perempuan adalah sumber sakinah, bukan laki-laki. Mari kita perhatikan firman Allah swt: "Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian isteri dari species kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia juga menjadikan di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir. (Ar-Rm: 21)". Dalam ayat ini ada kalimat Litaskun, supaya kalian memperoleh atau merasakan sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi perempuan. Laki-laki harus mencarinya di dalam diri dan pribadi perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki harus menjaga sumber sakinah, tidak mengotori dan menodainya. Agar sumber sakinah itu tetap terjaga, jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya pada kaum bapak tetapi juga anak-anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi penerus. Kita bisa belajar dari fakta dan relialita. Kaum isteri yang sudah ternoda mata air sakinahnya berdampak pada anak-anak sebagai penerus ummat Rasulullah saw. Siapa yang paling berdosa? Jelas yang mengotori dan menodainya. Sebagai pengantar untuk membangun keluarga sakinah baiklah kita pelajari Hak dan Kewajiban yang buat oleh Allah dan Rasul-Nya, antara lain: 1. Suami adalah pemimpin rumah tangga Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..(An-Nisa: 34) 2. Suami dipatuhi dan tidak boleh ditentang 3. Tanpa izin suami, isteri tidak boleh mensedekahkan harta suami, dan tidak boleh berpuasa sunnah. 4. Suami harus dilayani oleh isteri dalam hubungan badan kecuali uzur, dan isteri tidak boleh keluar rumah tanpa izinnya. Rasulullah saw bersabda: Isteri harus patuh dan tidak menentangnya. Tidak mensedekahkan apapun yang ada di rumah suami tanpa izin sang suami. Tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan izin suami. Tidak boleh menolak jika suaminya menginginkan dirinya walaupun ia sedang dalam kesulitan. Tidak diperkenankan keluar rumah kecuali dengan izin suami. (Al-Faqih, 3:277) 5. Menyalakan lampu dan menyambut suami di pintu 6. Menyajikan makanan yang baik untuk suami

7. Membawakan untuk suami bejana dan kain sapu tangan untuk mencuci tangan dan mukanya 8. Tidak menolak keinginan suami hubungan badan kecuali dalam keadaan sakit Rasulullah saw juga bersabda: Hak suami atas isteri adalah isteri hendaknya menyalakan lampu untuknya, memasakkan makanan, menyambutnya di pintu rumah saat ia datang, membawakan untuknya bejana air dan kain sapu tangan lalu mencuci tangan dan mukanya, dan tidak menghindar saat suami menginginkan dirinya kecuali ia sedang sakit. (Makarim Al-Akhlaq: 215) Rasulullah saw juga bersabda: (Ketahuilah) bahwa wanita tidak pernah akan dikatakan telah menunaikan semua hak Allah atasnya kecuali jika ia telah menunaikan kewajibannya kepada suami. (Makarim AlAkhlaq:215) Hak-Hak Isteri 1. Isteri sebagai sumber sakinah, cinta dan kasih sayang. Suami harus menjaga kesuciannya. (QS Ar-Rum: 21) 2. Isteri harus mendapat perlakukan yang baik Ciptakan hubungan yang baik dengan isterimu. ( Al-Nisa :19) 3. Mendapat nafkah dari suami 4. Mendapatkan pakaian dari suami 5. Suami tidak boleh menyakiti dan membentaknya Pada suatu hari Khaulah binti Aswad mendatangi Rasulullah saw dan bertanya tentang hak seorang isteri. Beliau menjawab: Hak-hakmu atas suamimu adalah ia harus memberimu makan dengan kwalitas makanan yang ia makan dan memberimu pakaian seperti kwalitas yang ia pakai, tidak menampar wajahmu, dan tidak membentakmu (Makarim Al-Akhlaq:218) Rasulullah saw juga bersabda: Orang yang bekerja untuk menghidupi keluarganya sama dengan orang yang pergi berperang di jalan Allah.. (Makarim Al-Akhlaq:218) Terkutuklah! Terkutuklah orang yang tidak memberi nafkah kepada mereka yang menjadi tanggung jawabnya. (Makarim Al-Akhlaq:218)

6. Suami harus memuliakan dan bersikap lemah lembut 7. Suami harus memaafkan kesalahannya Cucu Rasulullah saw Imam Ali Zainal Abidin (sa) berkata: Adapun hak isteri, ketahuilah sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan untukmu dia sebagai sumber sakinah dan kasih sayang. Maka, hendaknya kau sadari hal itu sebagai nikmat dari Allah yang harus kau muliakan dan bersikap lembut padanya, walaupun hakmu atasnya lebih wajib baginya. Karena ia adalah keluargamu Engkau wajib menyayanginya, memberi makan, memberi pakaian, dan memaafkan kesalahannya. Menghindari pertikaian Rasulullah saw bersabda: Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka. (Makarim Al-Akhlaq:216-217) Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah akan memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub (a.s) yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian Allah yang berat. (Makarim Al-Akhlaq:213) Barangsiapa yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk membalas tamparan itu dengan tujuh puluh kali tamparan di neraka jahanam. (Mustadrak Al- Wasail 2:550) Isteri tidak boleh memancing emosi suaminya, Rasulullah saw bersabda: Isteri yang memaksa suaminya untuk memberikan nafkah di luar batas kemampuannya, tidak akan diterima Allah swt amal perbuatannya sampai ia bertaubat dan meminta nafkah semampu suaminya. (Makarim Al-Akhlaq: 202) Ada suatu kisah, pada suatu hari seorang sahabat mendatangi Rasulullah dan berkata: Ya Rasulullah, aku memiliki seorang isteri yang selalu menyambutku ketika aku datang dan mengantarku saat aku keluar rumah. Jika ia melihatku termenung, ia sering menyapaku dengan mengatakan: Ada apa denganmu? Apa yang kau risaukan? Jika rizkimu yang kau risaukan, ketahuilah bahwa rizkimu ada di tangan Allah. Tapi jika yang kau risaukan adalah urusan akhirat, semoga Allah menambah rasa risaumu. Setelah mendengar cerita sahabatnya Rasulullah saw bersabda: Sampaikan kabar gembira kepadanya tentang surga yang sedang menunggunya! Dan katakan padanya, bahwa ia termasuk salah satu pekerja Allah. Allah swt mencatat baginya setiap hari pahala tujuh puluh syuhada. Kisah ini terdapat dalam kitab Makarimul Akhlaq: 200.

" Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah irji'i ilaa robbi kirodhiyatam mardhiyah fadkhulii fii 'ibadii wadkhulii jannatii"....

Вам также может понравиться