Вы находитесь на странице: 1из 12

Kuntoro : Realisasi Penyerapan Anggaran Tahun 2011 Sangat Mengecewakan

Ketua Tim Evaluasi dan Pengawasan Percepatan Penyerapan Anggaran, Kuntoro Mangkusubroto menilai realisasi penyerapan anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) tahun 2011 sangat mengecewakan. Pada akhir bulan November 2011 realisasi penyerapan hanya sebesar 69 persen. Namun pada akhir tahun mencapai 87 persen, berarti dalam satu bulan ada disburse senilai hampir Rp 270 triliun, yang berarti setara dengan seperempat APBN secara keseluruhan. Angka 87 persen itupun adalah angka terkecil dibandingkan dua tahun sebelumnya. Menurutnya penyerapan anggaran pada bulan Desember 2011 dengan nilai seperempat APBN tersebut sangat janggal dan harus diteliti kejelasan penyerapan anggaran tersebut. Hal inilah yang men-trigger Presiden membentuk Tim Evaluasi ini untuk memperbaiki kinerja penyerapan anggaran. Kuntoro menyampaikan bahwa Presiden memberikan arahan pada 20 Desember 2011 untuk melakukan percepatan penyerapan anggaran, memberikan reward and punishment, melaporkan penyerapan di bulan April, Agustus, dan November, umumkan ke Publik dibantu oleh Tim Evaluasi dan Pengawasan Percepatan Penyerapan Anggaran. Arahan tersebut disampaikan Kuntoro di hadapan perwakilan seluruh K/L dalam acara Pertemuan Konsolidasi Langkah Strategis Percepatan Penyerapan Anggaran 2012 yang diselenggarakan Kementerian Keuangan di Ballroom Dhanapala pada Jum'at (13/01). Pertemuan mengusung tema "MENUJU OPTIMALISASI PENYERAPAN ANGGARAN DEMI MENDORONG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN". Selain Kuntoro, hadir pula Wakil Menteri Keuangan I Anny Ratnawati, Direktur Jenderal Anggaran Herry Purnomo, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Marwanto, Direktur Jenderal Perbendaharaan Agus Suprijanto dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Mardiasmo. Herry Purnomo menyatakan bahwa Pemerintah telah berupaya untuk mempercepat penyerapan

pembukaan blokir anggaran K/L. Upaya pembukaan blokir merupakan sinergi internal K/L dan sinergi K/L dengan Kementerian Keuangan serta Pemerintah dengan DPR. Pembukaan blokir lebih banyak pada perencanaan anggaran. Menurut Herry, permasalahan blokir dikarenakan adanya proses di DPR yang membutuhkan waktu yang cukup lama , masalah ketidaklengkapan data dukung administratif, clearance untuk pengadaan tanah, reorganisasi pada K/L, dan instalasi pada Kementerian PU. "Semua permasalahan ini secara berangsur-angsur diselesaikan Pemerintah" sambung Herry. Diakhir acara, Anny Ratnawati menyampaikan urgensi percepatan pelaksanaan anggaran Negara dan mendorong K/L untuk melakukan penyerapan anggaran yang lebih baik, meminta K/L untuk secepatnya menetapkan wakilnya sebagai penghubung dan ia juga meminta K/L untuk tidak memperlambat proses dalam pengadaan barang/jasa yang bersifat Multy Years Contract. (GN)

http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/edef-konten-view.asp?id=910

Menteri Keuangan: Penyerapan Belanja K/L Kurang Optimal

Menteri Keuangan, Agus Martowardojo didampingi Wakil Menteri Keuangan, Anny Ratnawati dan beberapa pejabat eselon I memberikan keterangan kepada pers tentang perkembangan ekonomi makro dan kondisi fiskal Tahun 2011 dan 2012 pada hari Kamis, 5 januari 2012. Tahun 2011, realisasi belanja negara mencapai Rp. 1.289,6 triliun atau 97,6% dari pagu APBN-P 2011 sebesar Rp.1.320,8 triliun. Jumlah tersebut naik Rp. 247,6 triliun atau 23,8% dari realisasi tahun 2010 sebesar Rp. 1.042,0 triliun. Realisasi belanja pemerintah pusat pada tahun 2011 sebesar Rp. 878,3 triliun. Realisasi tersebut menunjukkan daya serap anggaran belanja pemerintah pusat sebesar 96,7% dari pagu APBN-P 2011 sebesar Rp. 908,2 triliun. Untuk realisasi anggaran belanja Pemerintah Pusat, terdapat tiga realisasi berkaitan dengan belanja barang, belanja modal dan bantuan sosial yang mempunyai pagu lebih rendah dalam APBN-P 2011. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan optimalisasi dan efisiensi terhadap pembangunan gedung kantor, rendahnya realisasi penyerapan pinjaman dan hibah luar negeri serta adanya kendala teknis di

lapangan, seperti masalah pengadaan/pembebasan lahan, bencana alam dan masalah sosial. Untuk tahun 2012, sebagaimana telah dituangkan dalam Undang-undang nomor 22 tahun 2011 tentang APBN 2012, pendapatan negara dan hibah ditargetkan sebesar Rp 1.311,4 triliun dan alokasi belanja negara direncanakan sebesar Rp 1.435,4 triliun, sehingga diperkirakan akan mengalami defisit sebesar Rp 124 triliun atau 1,5% terhadap PDB. "Dengan rencana alokasi belanja negara sebesar Rp 1.435,4 triliun yang terdiri dari belanja pusat Rp 965 triliun atau 67,2% dan transfer daerah sebesar Rp 470,4 triliun, perlu dicatat bahwa belanja pemerintah pusat sebetulnya sebagian besar ke daerah", ungkap Anny Ratnawati. "Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan ketika menghitung belanja daerah termasuk dari belanja pemerintah pusat K/L yang ke daerah. Subsidi juga sebagian dinikmati oleh daerah, jadi sebetulnya belanja daerah sudah diatas 60%. Yang perlu dilakukan adalah perbaikan quality spending di tingkat daerah karena akan mendukung belanja-belanja yang nantinya juga bisa mendorong langsung kebutuhan ekonomi di daerah" lanjut Anny. Arah kebijakan belanja Pemerintah Pusat perjenis belanja sudah semua dipahami. Anny menambahkan bahwa yang terpenting bahwa belanja barang harus tetap efisien terutama kaitannya dengan belanja perjalanan dinas. Kemudian belanja modal tetap akan didorong utamanya dicepatkan pada kuartal pertama untuk infrastruktur dasar dan bantuan sosial terkait BOS, beasiswa, jamkesmas dan program PNPM atau kita harapkan Januari-Februari sudah berjalan. Dalam belanja barang sebetulnya ada karakteristik belanja modal tetapi karena mata akunnya, standar akuntansinya harus ditetapkan sebagai belanja barang maka dicatatkan disana. Salah satu contohnya misal membangun rumah kemudian diserahterimakan kepada daerah atau kepada masyarakat sebagai bantuan sosial, maka tidak boleh dicatatkan di belanja modal. Padahal itu sebetulnya belanja modal sehingga proses akuntansinya seharusnya ada belanja modal di catatan belanja barang" tutur Anny diakhir pemaparannya. (FK)

http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/edef-konten-view.asp?id=909

Kejar Penyerapan Anggaran, Keppres Percepatan Tender Segera Terbit


Ramdhania El Hida - detikFinance

Browser anda tidak mendukung iFrame

Anny Ratnawati (dok detikFinance)

Jakarta - Penyerapan anggaran sering kali terlambat. Pemerintah akan segera mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) percepatan proses tender sehingga pada akhir November semua Kementerian/Lembaga bisa memulai proses tersebut. Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawaty menyatakan pihaknya tak mau kasus rendahnya penyerapan belanja terulang sehingga Keppres untuk pelaksanaan proses tender untuk anggaran belanja tahun depan akan dirilis pada pekan ketiga bulan November. "Yang penting 2012, keppres rincian belanja pusat dan daerah akan diterbitkan bulan ini. Maka akhir November K/L sudah bisa mulai proses tender. Karena alokasinya anggaran persiapan tender sudah ada di APBN-P 2011. Mereka harus bisa mulai. Sekarang kita sedang minta schedule masing-masing K/L untuk lelang," paparnya.

Hal tersebut disampaikan Anny saat ditemui usai seminar Transparansi Pengelolaan Keuangan negara di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (15/11/2011). Keppres tersebut diterbitkan sembari menunggu adanya revisi Keppres 54 Tahun 2010. Untuk itu, pihak Kemenkeu segera meminta jadwal lelang untuk setiap K/L dengan program yang jelas. "Sekarang kita sedang minta schedule masing-masing K/L untuk lelang. Kemenkeu mau perbaiki, masukan kalau ada keppres 54 yang perlu di review kembali untuk dikomunikasikan dengan LKPP. Diingatkan juga K/L siapkan program dengan baik, itu kuncinya," ujarnya. Ia juga menyampaikan, realisasi belanja untuk tahun ini cukup baik. Meskipun ada belanja modal yang terhambat karena terdapat beberapa Kementerian/Lembaga yang melakukan tender ulang. "Ada yang belum bisa dieksekusi utamanya pembebasan lahan dan gedung. Ada yang ulang tender, dan tidak mungkin terserap 100 persen," ujarnya Namun, untuk keseluruhan belanja K/L diperkirakan hanya bisa terserap hingga 90 persen karena adanya efisiensi. "Seperti PU, ESDM, dan lain-lain. Kita dorong dan pastikan kira-kira sampai akhir rangenya sampai 90 persen realisasinya krn ada beberapa yang efisiensi dari tender," jelasnya. Berdasarkan data Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan, hingga sebelas bulan berjalan, realisasi penyerapan anggaran belanja masih rendah, sehingga anggaran surplus Rp 9,19 triliun. Namun lebih rendah dibanding surplus pada periode yang sama tahun 2010 lalu yang sebesar Rp 26,60 triliun. Realisasi belanja negara tercatat sebesar Rp 912,082 triliun (69,15%) dari pagu APBNP 2011 yang sebesar Rp 1.320,75 triliun. Dibanding dengan realisasi belanja negara pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 747,43 triliun (66,4%) dari pagu anggarannya, maka realisasi belanja negara tahun ini sedikit lebih baik. Dalam data tersebut, rincian belanja negara, secara umum pos belanja negara sudah terealiasi lebih dari 50%, seperti realiasi belanja pemerintah pusat yang sebesar 65,5% dari pagu anggarannya yang sebesar Rp 908,24 triliun. Anggaran belanja ini meliputi belanja pegawai yang telah terealiasi sebesar 83,3% dari pagu anggaran Rp 182,87 triliun, belanja barang sebesar 53,1% dari pagu anggaran Rp 142,82 triliun. Hanya saja, untuk belanja modal baru terealiasasi sebesar 40,7% dari pagu anggaran yang sebesar Rp 140,95 triliun, lebih rendah dari realiasi anggaran belanja modal pada periode yang sama tahun 2010 yang mencapai 43%. Berdasarkan data Ditjen Perbendaharaan Negara, per 7 November 2011 realisasi belanja modal tanah dan bangunan baru 26,9% dari pagu yang sebesar Rp 4,4 triliun. Belanja modal gedung dan bangunan 35,8% dari pagu Rp 24,6 triliun, belanja modal jalan dan jembatan 55,3% dari pagu anggran sebesar Rp 31,4 triliun, sedangkankan belanja modal untuk irigasi 64,12% dari pagu 2,1 triliun, serta belanja modal perawatan dan mesin 40,5% dari pagu anggaran Rp 39,3 triliun. Jika melihat posisi realisasi penyerapan anggaran hingga November ini, Agus masih yakin penyerapan anggaran pada tahun ini akan lebih baik ketimbang tahun lalu. Sebagai gambaran saja, dengan kondisi penyerapan per 7 November tahun lalu yang lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun ini, pada akhir tahun lalu realiasi belanja negara bisa mencapai 94,3% dari pagu anggaran, dan realisasi pendapatan negara sebesar 102,5%.

http://finance.detik.com/read/2011/11/15/140153/1767742/4/kejar-penyerapan-anggaran-kepprespercepatan-tender-segera-terbit?f9911023

Realisasi penyerapan anggaran kuartal I bisa 25%


Oleh Agust Supriadi, Ana Noviani Jum'at, 13 Januari 2012 | 20:05 WIB

More Sharing Services Share on facebook Share on favorites

Berita Terkait

Pemerintah intensifkan evaluasi penyerapan anggaran KINERJA APBN: Baru 50% kementerian susun detail belanja APBN 2012: Belanja pemerintah jadi mesin pertumbuhan Revisi PP pengadaan barang dan jasa harus selesai Januari 2012 Asyik Gaji PNS naik!

JAKARTA: Pemerintah memproyeksikan realisasi penyerapan anggaran pada kuartal I/2012 dapat mencapai 25%. Proses tender yang dilaksanakan lebih cepat menjadi kunci percepatan penyerapan APBN 2012. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Herry Purnomo menuturkan berdasarkan pertemuan dengan Tim Monitoring dan Evaluasi Percepatan penyerapan APBN menginginkan 25% dari total pagu APBN 2012 dapat diselesaikan pada kuartal I/2012, namun tetap disesuaikan dengan sifat dasar belanja pemerintah.

"Itu harapan tim. Yang penting adalah percepatan dari tender, karena kuncinya tender. Kalau kuartal pertama itu belum ditender, kapan anggaran akan terserap. Ini pasti diundur. Makanya didorong dengan debottlenecking," papar Herry, Jumat 13 Januari.

Herry menuturkan beberapa K/L sudah siap tender pada Januari ini, bahkan ada beberapa yang tender pada Desember lalu. Namun Herry tidak memaparnya dengan detail. Menurutnya, belanja pegawai dan peralatan kantor bisa saja dipercepat proses tender dan realisasinya, tapi belanja modal berupa pembangunan infrastruktur fisik seperti jembatan mendapat pengecualian karena pembayaran didasarkan pada realisasi fisik. Sebagai upaya percepatan realisasi, tim sudah mengeluarkan 11 surat untuk mengingatkan K/L untuk mempercepat procurement, penunjukkan kuasa pemegang anggaran, perencanaan pencairan anggaran (disbursement plan) dan terkait pelaksanaan. Berdasarkan kajian tim monitoring dan evaluasi penyerapan percepatan APBN 2012 dengan kementerian/lembaga, masalah clearance atas pengadaan tanah/gedung dan sistem anggaran tahun jamak (multiyears). Clearance bertujuan untuk membatasi alokasi anggaran pengadaan tanah dan pembangunan gedung, yang hanya dapat dialokasikan/dilaksanakan sepanjang sangat diperlukan dengan besaran, luas, dan fasilitas sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Clearance akan dijadikan salah satu dokumen pendukung untuk pengalokasian anggaran K/L T.A. 2012 dan menjadi salah satu syarat untuk memproses usul pembukaan blokir. "Ada titik-titik debottlenecking di dalam pelasanaan APBN tahun lalu, nah itu yang akan diusahakan untuk diselesaikan di awal-awal tahun. Clearance ditargetnya Januari sudah selesai, multiyears juga sudah kita fasilitasi di PMK untuk lebih memudahkan," ujar Herry. Selain masalah itu, penunjukan bendahara kuasa anggaran, disbursement plan, pejabat pemegang komitmen dan pembebasan tanah juga menjadi hambatan dalam penyerapan APBN 2011. Herry berharap dengan disahkannya UU Pengadaan Tanah bagi Pembanguan untuk Kepentingan Umum diharapkan dapat mempercepat proses realisasi proyek-proyek APBN, terutama pembangunan infrastruktur yang membutuhkan areal tanah yang luas, seperti instalasi pembangkit listrik. Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo menegaskan perlunya perencanaan anggaran biaya harus disusun dengan kerangka acuan kegiatan (TOR) dan rincian anggaran biaya (RAB) agar dapat direalisasikan dengan baik dan tidak diblokir atau dibintangi. "Pembintangan memang seharusnya tidak terjadi. Saat anggaran dialokasikan menunggu petunjuk teknis K/L. Kalau juknis belum keluar sampai September, daerah tidak bisa

mewujudkan itu. Kerja sama yang transparan dan harus sama-sama kita kontrol supaya lebih baik," ujarnya. Di tingkat daerah, tambah Herry, pemerintah daerah dalam hal ini Gubernur akan segera memanggil Bupati dan Walikota untuk upaya percepatan realisasi APBD. "Ini sudah totalitas," tuturnya. (ea)
http://www.bisnis.com/articles/realisasi-penyerapan-anggaran-kuartal-i-bisa-25-percent

Raker III Presiden: Percepatan Penyerapan Anggaran dan Sosialisasi Revisi Keppres 80/2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
06/08/2010

Sesuai dengan jadwal, hari kedua Rapat Kerja Presiden RI dengan Para Menteri dan Gubernur pada tanggal 6 Agustus 2010 di Istana Bogor diisi dengan pemaparan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana. Paparan yang disampaikan yaitu Langkah Percepatan Penyerapan Anggaran dan Sosialisasi Revisi Keppres 80/2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Isu percepatan penyerapan anggaran menjadi sangat penting karena selama ini penyerapan belanja pemerintah oleh K/L (utamanya belanja modal) belum berjalan optimal, yaitu masih menumpuk di akhir tahun sehingga mengakibatkan kualitas pekerjaan dan dampak kepada perekonomian nasional tidak optimal. Penyebab keterlambatan penyerapan anggaran diantaranya adalah adanya masalah baik pada saat perencanaan anggaran dan persiapan pelaksanaan, eksekusi anggaran sepanjang tahun anggaran, maupun eksekusi anggaran pada akhir tahun anggaran.

Dalam paparannya Menteri PPN/ Kepala Bappenas menjelaskan, untuk mengatasi keterlambatan penyerapan anggaran tersebut maka akan dilakukan upaya percepatan penyerapan anggaran, antara lain melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perbaikan peraturan/ketentuan/SOP tentang penganggaran, antara lain: a. Amandemen Keppres No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN. Ketentuan untuk aturan multiyears contract dan penunjukan pejabta perbendaharaan K/L yang tidak perlu setiap tahun. b. Akan segera disusun Peraturan Menteri Keuangan tentang Norma Waktu Penyelesaian SPP dan SPM oleh K/L yang diarahkan selesai dalam 12 hari. c. Akan dilakukan pengintegrasian proses administrasi SAPSK dan DIPA mulai T.A. 2011. 2. Untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme para pejabat perbendaharaan, akan ditingkatkan insentif bagi mereka, antara lain melalui penetapa SBU yang lebih mencerminkan bobot dan resiko jabatan dan sedang dipertimbangkan untuk menetapkan jabatan perbendaharaan sebagai jabatan fungsional. 3. Revisi terhadap Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa. 4. Peningkatan pelatihan SDM K/L untuk meningkatkan kemampuan perencanaan, penganggaran, dan pengadaan (termasuk penyusunan Procurement Plan dan Disbursement Plan, penyusunan TOR dan Feasibility Study); 5. Peningkatan sosialisasi berbagai peraturan, ketentuan dan SOP tentang perencanaan, penganggaran dan pengadaan, antara lain: (a) Sosialisasi Revisi Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa; (b) Sosialisasi Pemrosesan SP2D oleh Ditjen Perbendaharaan yang sudah distandarkan selesai dalam waktu 1 jam; (c) Sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L yang Komprehensif.

Lebih lanjut, Menteri PPN/Kepala Bappenas memaparkan langkah percepatan penyerapan anggaran melalui Revisi Keppres 80/2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dijelaskan bahwa tujuan dilakukannya revisi Keppres 80/2003, antara lain agar proses pengadaan barang/jasa pemerintah lebih bisa dipercepat (debottlenecking), efisiensi dapat ditingkatkan, meniadakan multi tafsir yang dinilai masih terdapat pada beberapa ketentuan yang ada, percepatan proses pengadaan melalui peningkatan penerapan eprocurement. Revisi tersebut juga dimaksudkan untuk memperbaiki sistem sanggah serta memberlakukan sistem reward dan punishment yang lebih jelas.

Dalam paparannya, Menteri PPN/ Kepala Bappenas juga menjelaskan beberapa pokok perubahan yang

dilakukan terhadap Keppres 80 Tahun 2003. Pokok-pokok perubahan tersebut adalah:

1. Perubahan ruang lingkup terkait pengadaan yang pendanaannya berasal dari PHLN, dalam Perpres perubahan Keppres 80/2003 diatur bahwa PHLN harus mengikuti Perpres, jika terdapat perbedaan harmonisasi dilakukan pada waktu negosiasi pinjaman/hibah; 2. Pembentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP) untuk menjamin kompetensi, rasa aman, dan kelancaran pelaksanaan pengadaan; 3. Keharusan melakukan e-procurement dalam rangka meningkatkan good governance, menghindarkan pertemuan antara panitia dan peserta lelang, dan proses pengadaan menjadi lebih cepat dan aman; 4. Memperkuat keberpihakan pada usaha kecil. Di dalam Rancangan Perpres Perubahan Keppres 80/2003 diatur bahwa paket pekerjaan untuk usaha kecil naik, dari Rp. 1 miliar ke Rp, 2,5 miliar; 5. Diperkenalkannya sistem pengadaan sayembara/kontes untuk mendorong penggunaan produk hasil kreatifitas, gagasan, inovasi, riset, produk seni-budaya; dan untuk pengadaan produk-produk tersebut dimungkinkan dilakukan secara swa-kelola. 6. Lebih fleksibel dalam menghadapi bencana dan keadaan darurat, ketentuan tentang bencana diperlonggar (alam, non-alam, sosial), termasuk antisipasi sebelum bencana datang menerjang, dalam keadaan menghadapi bencana dan keadaan darurat dapat dilakukan penunjukan langsung (tidak ada batasan, tetapi tetap subject to audit); 7. Dimungkinkan untuk dilakukan penunjukan Langsung untuk barang/jasa khusus, seperti: (a) obat, alat kesehatan habis pakai yang jenis dan harganya ditetapkan Pemerintah/Menteri Kesehatan dapat dibeli langsung; (b) mobil, sepeda motor, kendaraan lain dengan harga khusus Pemerintah/GSO dapat dibeli langsung; (c) Sewa penginapan/hotel, sewa gedung/kantor dapat ditunjuk langsung. 8. Pengadaan di luar negeri mengacu pada aturan dalam Perpres Perubahan Keppres 80/2003. Dalam hal terdapat konflik dengan aturan setempat diatur kebijakan pengadaan oleh Menlu; 9. Kontrak tahun jamak dapat ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan sampai dengan Rp. 10 miliar untuk kegiatan: penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, makanan untuk narapidana di lembaga pemasyarakatan, pengadaan pita cukai, pelayanan pembuangan sampah, pengadaan dan jasa cleaning service. 10. Preferensi Harga dan Tingkat Komponen Dalam Negeri. Dalam hal ini diatur: (a) Preferensi harga diberikan untuk produksi dalam negeri yang mempunyai TKDN lebih dari 25%; (b) Menteri Perindustrian akan menerbitkan buku inventarisasi produksi dalam negeri; 11. Sanggah dan sanggahan banding. Untuk mengurangi jumlah pemohon sanggah, diperkenalkan adanya

jaminan sanggah bagi peserta lelang yang akan melakukan sanggah; 12. Mulai diperkenalkannya konsep pengadaan berwawasan/ramah lingkungan.

Perpres Perubahan Keppres 80 Tahun 2003 tersebut telah ditandatangani Presiden dan akan dilakukan sosialisasi sampai akhir tahun 2010. Perpres mulai berlaku efektif tahun 2011.

(Humas)

http://www.bappenas.go.id/node/116/2720/raker-iii-presiden-percepatan-penyerapan-anggaran-dansosialisasi-revisi-keppres-802003-tentang-pengadaan-barangjasa-pemerintah/

Menkeu Imbau Penyerapan Anggaran Merata Sepanjang Tahun

Jakarta, 22/02/2012 MoF (Fiscal) News - Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo menjelaskan, perjalanan penganggaran masih diwarnai pola penyerapan yang ekstrim di akhir tahun, terutama bulan Desember. Untuk itu, Menkeu mengimbau agar penyerapan anggaran dapat dilaksanakan merata sepanjang tahun. Demikian disampaikan Menkeu saat memberikan keynote speech pada Lokakarya Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta pada Rabu (22/2). Menkeu mengemukakan, dengan total anggaran belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2011 sebesar Rp1.320,8triliun, penyerapan sampai 30 Juni 2011 hanya mencapai 25,1% dan sampai dengan 30 September 2011 penyerapan tercapai sebesar 47,60%. Bahkan, posisi penyerapan baru mencapai 66,30% pada 1 Desember 2011. Dengan penyerapan akhir tahun sebesar 97,60%, berarti terjadi penyerapan sebesar 50% dalam tiga bulan terakhir di 2011. "Pola ini tentu kurang mendukung pelaksanaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional secara merata sepanjang tahun," ujar Menkeu. Untuk itu, lanjut Menkeu, Presiden telah memberikan perhatian khusus terhadap masalah penyerapan anggaran tersebut dengan telah menginstruksikan tiga langkah strategis. "Tiga langkah tersebut yaitu, pembenahan regulasi yang menghambat percepatan realisasi anggaran, pengawasan dan pengendalian secara langsung oleh para Menteri/Pimpinan Lembaga dan Gubernur Se-Indonesia, termasuk penyusunan disbursement plan, dan pembentukan Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) yang diketuai oleh Kepala UKP4, untuk mengawal percepatan penyerapan anggaran tahun 2012," jelas Menkeu. Menurut Menkeu, pola penyerapan anggaran diatas disebabkan oleh berbagai hal antara lain, perlunya revisi anggaran satuan kerja (Satker), keterlambatan penunjukan pejabat-pejabat perbendaharaan,

proses pengadaan barang dan jasa, dan pemblokiran anggaran. Dengan demikian, hal-hal tersebut perlu diperhatikan dalam menjalankan APBN 2012. (sgd)

http://www.depkeu.go.id/ind/Read/?type=ixNews&id=22599&thn=2012&name=br_220212_11.htm

Вам также может понравиться