Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Mardawiah Kadir
pengembangan teknologi. Disamping itu sekolah kejuruan juga menyiapakn tenaga menengah yang terampil, dan diharap-kan bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, itu artinya bahwa pendidikan kejuruan turut membantu pemerintah dan 97
mengisi pembangunan yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Itulah sebabnya sejak orde baru sampai era reformasi mendapat pendidikan perhatian kejuruan yang selalu
sungguh-
Home Ec
Mardawiah Kadir
masyarakat pada umumnya mengurangi pengangguran, sebab salah satu tantangan terbesar peme-rintah saat ini adalah
kepada kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Masalah tersebut di atas bukanlah sesuatu yang baru, bahkan antisipasi kearah itu sudah sering dilakukan,
tingginya tingkat pengangguran dan bisa berakibat pada meningkatnya kriminalitas. Tetapi upaya memaksimalkan peran pendidikan kejuruan, tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan, kenyataan di lapangan me-nunjukkan
misalnya perbaikan kuri-kulum, mencoba mengawinkan antara apa yang diajarkan dengan perkiraan apa yang dibutuhkan oleh pasar, hal ini dapat dilihat pada kebijakan pemerintah melalui program yang sangat populer Link and match. Disamping itu pemerintah juga tidak henti-hentinya memberi bantuan untuk
betapa banyak hambatan yang dialami, salah satunya adalah gep yang besar antara ketersediaan luaran dengan kebutuhan pasar. Disatu sisi banyak kebutuhan yang diinginkan oleh perusahaan, tapi disisi lain lembaga pendidikan kejuruan tidak
menghasilkan luaran sebagaimana yang diinginkan. Itulah sebabnya keberadaan pendidikan kejuruan sering mendapat kritikan, mulai dari kurikulum yang dipergunakan, guru yang mengajar,
peningkatan keteram-pilan kepada guruguru, malah tidak sedikit diantara mereka dikirim studi banding, baik dalam negeri maupun ke luar negeri, tentu saja
98
Home Ec
Mardawiah Kadir
mengoptimalkan peran sekolah kejuruan meningkatkan kualitas luarannya. Fenomena masyarakat kita lain adalah hasrat mental dan
yang cenderung lebih memilih sekolah umum. Disamping itu diharapkan juga agar memberi solusi terbaik agar mental
yang
masyarakat kita bisa berubah, dari mental priyayi yang selalu mau jadi pegawai negeri menjadi mental interpreniur yang bisa mandiri, tanpa terlalu
kecenderungan masyarakt lebih memilih sekolah umum disbanding dengan sekolah kejuruan. Inilah fenomena faktual hingga saat ini dan membuat pendidikan kejuruan dilupa-kan oleh masyarakat. Mencermati perkembangan
menggantungkan hidupnya pada belas kasihan pemerintah. SEKILAS PENDIDIKAN KEJURUAN DAN TANTANGANNYA Sebelum berbicara lebih jauh
pembangunan ke depan yang masih tentang pendidikan kejuruan ada baiknya cenderung pengetahuan pada dan pemanfaatan teknologi, ilmu kita menengok dan keberadaan sekolah kejuruan di Indonesia, mengantisipasi lonjakan penganggur-an, ini penting untuk melihat bagaimana maka peran sekolah kejuruan masih sangat eksistensi dan perkem-bangannnya, dan dibutuhkan, itulah sebabnya tulisan ini bagaimana prospeknya ke depan. diharapkan akan memberi kontribusi Sekolah kejuruan nampaknya telah pemikiran bagai-mana sekolah kejuruan ada sejak jaman penjajahan Belanda, ini bisa bersaing di tengah masyarakat Sekolah yang berorientasi kejuruan yang didirikan pertama kali pada zaman VOC 99 sedikit kilas balik
Home Ec
Mardawiah Kadir
adalah Akademi Pelayaran (Academie der Marine) pada tahun 1743, tetapi ditutup kembali pada tahun 1755. Disamping sekolah pelayaran, di Surabaya sekitar tahun 1853 juga sudah ada sekolah pertukangan, dan inilah cikal bakal
Indonesia oleh Belanda sendiri yang dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Pendidikan kejuruan yang berkembang di Indonesia adalah apa yang di negeri Belanda disebut Beroepsonderwijs yang dilaksanakan di sekolah oleh pemerintah, padahal yang lebih sesuai dengan
patokan, maka hingga sekarang sekolah kejuruan di Indonesia telah berusia kurang lebih satu setengah abad. Secara historis, pendidikan kejuruan di Indonesia memang berakar pada zaman penjajahan Belanda. Oleh sebab itu, upaya untuk memahami sejarah pendidikan pada
dinamakan Beroeps-und Fachschule dan di Inggris disebut Vocational Education, ( Brotosiswojo, 2002). Tetapi apapun nama, latar belakang dan sejarah kelahirannya, menjadi pendidikan primadona
kejuruan
tetap
kejuruan
semesti-nya
merujuk
pendidikan yang perlu dikembangkan, itulah sebabnya sejak lahir, terutama setelah kemerdekaan pemerintah tidak pernah kendor dalam memperhatrikan berbagai hambatan yang dialami oleh pendidikan kejuruan, namun demikian tantangan itu selalu saja ada antara lain
perkembangan di zaman Belanda tersebut. Akan tetapi, dalam pengamatan Oejeng Soewargana (1969) terjadi penyim-pangan dari konsep pendidikan kejuruan yang
100
Home Ec
Mardawiah Kadir
bangsa kita yang selalu mau jadi pegawai negeri dan sebagai-nya. Faktor kebijakan pemerintah mencakup penerapan
menyekolahkan
anaknya
kejuruan. Fenomena ini tentu saja menarik diteliti sebab begitu besar perhatian pemerintah membiayai jenis sekolah ini, kenapa masyarakat enggan memasukinya. Oleh Buchari, (2000) menyebut bahwa rendahnya minat masyarakat untuk memasuki sekolah-sekolah kejuruan
kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pasar. Faktor ini lahir dengan asumsi bahwa sebenarnya banyak lapangan kerja yang tersedia, terutama yang diinginkan oleh industri, hanya saja mereka tidak mendapatkan kriteria yang diinginkan, mereka menuntut persyaratan yang sangat sedikit dimiliki oleh alumni kejuruan tadi. Kalau demikian halnya maka masalahnya adalah ketidaksesuaian, lain yang dicetak di lembaga pendidikan kejuruan lain pula yang
disebabkan oleh berbagai hal, antara lain banyaknya alumni atau luaran yang tidak terserap dalam bursa tenaga kerja, baik di pemerintahan maupun di swasta,
selanjutnya mereka yang tidak terserap itu sulit untuk melaksanakan kerja mandiri sebagai wiraswastawan. Dalam banyak hasil penelitian
dibutuhkan oleh industri (Dedi Supriadi, 2002). Selain faktor di atas ada baiknya diingat apa yang bahwa disebut bangsa oleh kita
menunjukkan bahwa penyebab masalah ini sangat beragam, ada yang menyebut karena faktor kebijakan pemerintah, ada yang menyebut karena faktor mental
Koentjaraningrat,
adalah bangsa yang sangat kagum dengan kerja sebagai pegawai negeri, itu sebabnya
101
Home Ec
Mardawiah Kadir
Kebikan yang lahir pada masa Kabinet Pembangunan VI ini diharapkan akan menjadi solusi dari ketidak sesuaian antara luaran pasar, pendidikan dengan kebutuhan
kewirausahaan, tetapi tetap memilih untuk menjadi pegawai negeri. Satu hal lagi bahwa kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tidak sanggup juga membuka peluang bagi alumni sekolah kejuruan untuk merasa bekerja, bahwa akibatnya sekolah masyarakat di lembaga
untuk menciptakan luaran yang bisa membangun manusia untuk membungin diri dan bangsanya. Secara leksikal, Link berati terkait, menyangkut proses yang harus interaktif, dan Match berarti cocok, menyangkut hasil yang harus sesuai atau sepadan. Karena itu Link & Match terkait sering dan
pendidikan kejuruan bukan jaminan untuk memperoleh pekerjaan. Banyak pendapat menyebut bahwa fenomena itu adalah kegagalan para pendidik yang menyusun kurikulum tapi tidak bersentuhan dengan dunia kerja. Realitas tersebut di atas adalah
diterjemahkan
menjadi
sepadan. Kebijakan
mengimplikasikan wawasan sumber daya manusia,wawasan masa depan, wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan profesionalisme, wawasan nilai tambah dan wawasan ekonomi dalam
salah satu alasan mengapa pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dulu disebut Link & Match . Kebikan yang
102
Home Ec
Mardawiah Kadir
pendidikan kejuruan. (Djojonegoro, W 1997). Kebijakan diupayakan agar Link & Match
kalau SMK ingin menghasilkan tamatan yang bermutu tinggi dan memiliki
keunggulan kompetitif, diperlukan waktu tiga tahun sesuai dengan satuan waktu pendidikan SMK. Peserta pendidikan yang masuk ke SMK pun ditentukan oleh kualitas tamatan pendidikan dasar
menempatkan pendi-
dikan menengah kejuruan sebagai subsistem dari sistem pembangunan nasional dalam peran dan tugas pengembangan sumber daya manusia. Wawasan sumber daya manusia menuntut supaya
sembilan tahun. Wawasan mutu berkenaan dengan mutu luaran SMK yang diukur
berdasarkan tuntutan dunia kerja. Caracara konvensional dalam meng-ukur hasil pembelajaran SMK dengan angka 0 sampai 10, atau angka 10 sampai 100 sudah tidak memadai lagi dan tidak sesuai dengan ukuran dunia kerja. Dunia kerja mengukur kompetensi tenaga kerjanya dengan memperhatikan mutu hasil kerja dan tingkat produktivitas kerjanya. Pengukuran mutu hasil kerja hanya dengan dua ukuran dasar, yaitu: baik (accepted) dan jelek (rejected). Kalau hasil kerja itu baik,
terhadap masyarakat, melainkan secara sungguh-sungguh dapat diandalkan untuk menghasilkan tinggi, yang tamatan yang bermutu
memiliki
kemampuan
produktif sehingga menjadi asset bangsa. Wawasan masa depan mengandung pemikiran bahwa produk pendidikan yang diperoleh saat ini adalah produk pendidikan masa lalu, dan proses
pendidikan yang dilakukan sekarang ini adalah untuk masa depan. Misalnya,
103
Home Ec
Mardawiah Kadir
baru
diperhatikan
lagi
tingkat
yang mempengaruhi perilakunya, yaitu peduli kepada mutu (tidak asal jadi), bekerja cepat, tepat dan efisien tanpa atau dengan pengawasan orang lain, menghargai waktu dan menjaga reputasi. Wawasan profesionalisme mengandung arti bahwa SMK untuk mampu menghasilkan tamatan yang memiliki sikap profesional. Untuk itu, waktu belajar siswa selama tiga tahun di SMK harus dapat digunakan untuk membentuk
kebaikan/keberhasilannya, karena tingkat mutu itu sendiri akan mempengaruhi harga jual. Sebaliknya, kalau mutu itu jelek atau gagal, maka ia langsung dirasakan sebagai kerugian atau lost. Wawasan keunggulan meman-dang bahwa sumber daya manusia yang
bermutu tinggi adalah faktor keunggulan kompetitif utama yang harus dimiliki oleh Indonesia dalam menghadapi era
persaingan global. Persaingan industri dan perdagangan akan selalu mengacu kepada enam faktor penentu, yaitu: harga, mutu, desain (selera), waktu pemasokan
kebiasaan yang ber-wawasan profesional. Setting sekolah, iklim belajar-mengajar, dan sistem nilai yang dikembangkan di SMK sejauh mungkin mendekati apa yang ada di dunia usaha/industri. SMK harus diprogram sehingga mampu berfungsi sebagai pusat pengembangan budaya
faktor persaingan ini ditentukan oleh mutu sumber daya manusia yang berperan dalam proses produksi dan pemasarannya. Sikap profesional adalah sesuatu yang tertanam di dalam diri seseorang
industri, antara lain melalui: (a) guru menampilkan dirinya sebagai contoh
dalam bersikap dan berperilaku secara profesional; (b) manajemen sekolah harus
104
Home Ec
Mardawiah Kadir
mampu menciptakan iklim organisasi sekolah, kinerja belajar-mengajar, dan suasana kehidupan di sekolah yang mirip dengan yang ada di dunia usaha/ industri. Pendidikan itu sendiri pada dasarnya merupakan suatu proses nilai tambah. Wawasan ini menuntun SMK untuk berproses dengan meng-utamakan makna dari nilai tambah, dan sekaligus untuk
bidang keahlian, jumlah, dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Kesesuaian ini akan dicapai melalui pendekatan demand-driven. Kedua,
Setiap alokasi dana pembangunan untuk SMK harus dilihat sebagai investasi yang keberhasilannya akan diukur dengan
menghasilkan tamatan yang berwawasan nilai tambah. Untuk itu, SMK perlu memperhatikan tamatan SMK bahwa mutu seorang mengikuti
setelah
pendidikan dibandingkan dengan mutunya pada saat masuk ke SMK (tiga tahun sebelumnya) harus memberikan nilai
kemampuan anggaran pemerintah dalam membiayai penyelenggaraan pembangunan pendidikan dan kejuruan
tambah yang signifikan. Artinya, harus ada per-bedaan yang nyata bahwa ia telah menjalani pendidikan selama tiga tahun di SMK dibanding dengan bila ia tidak masuk ke SMK atau bila ia putus sekolah.
akan selalu terbatas. Karena itu, SMK dituntut untuk mampu menggali tambahan dana, antara lain dunia lain melalui usaha/ yang dukungan industri,
masyarakat masyarakat
men-dapatkan
105
Home Ec
Mardawiah Kadir
keuntungan dari pendidikan kejuruan, dan mendorong kegiatan Unit Produksi. UPAYA PERBAIKAN Salah satu upaya untuk
pengetahuan, keteram-pilan, dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan pekerjaan; (2) memperkokoh keter-kaitan dan kesepa-danan antara SMK dan dunia kerja; (3) meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja bermutu, dan (4) memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. Dalam pelaksanaannya, PSG
melaksanakan kebijakan Link And Match adalah melalui Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Kebijakan ini adalah upaya untuk merubah paradigma dimana pendidikan yang dulunya dilakukan di dalam ruang kelas dengan suguhan berbagai teori dan konsep yang murni, menjadi pendidikan yang mengarah pada dunia kerja,
dilakukan oleh sekolah bersama dunia kerja/industri atau instansi lain yang berhubungan dengan dunia kerja sebagai institusi pasangan. Mengingat beragamnya kondisi SMK dan dunia kerja/ industri, PSG diselenggarakan secara
program belajar melalui kegiatan bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai
penguasaan kemampuan keahlian tertentu, (Supriadi, D. 1997). PSG bertujuan untuk: (1)
bertahap, mulai dari SMK-SMK yang dinilai telah memiliki kesiapan minimal untuk melaksanakan model pendidikan ini. Kriteria kesiapan tersebut terutama
menghasilkan tenaga kerja yang bermutu, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat
106
Home Ec
Mardawiah Kadir
bersangkutan dalam membina hubungan kerjasama dengan dunia usaha/industri (memiliki institusi pasangan), dan
Pelaksanaan dipersiap-kannya
PSG
menuntut yang
kondisi-kondisi
memung-kinkan PSG dapat dilaksanakan dengan Penyiapan sebaik-baiknya kondisi-kondisi di SMK. dimaksud
keberhasilan manajemen dalam mengelola kegiatan pendidikan dan kelembagaannya. Dari pihak sekolah, tantangan
meliputi sosialisasi PSG, penyiapan sarana dan prasarana, kurikulum, guru, siswa, kepemimpinan meningkatkan sekolah, peranserta serta upaya dunia
terhadap perubahan berpikir juga sangat diperlukan, mengingat sebagian besar guru kejuruan wawasan di dan SMK belum memiliki industri,
pengalaman
usaha/industri dalam pelaksanaan PSG. Berdasar pada uraian di atas nampak dengan jelas bahwa pelaksanaan dan penerapan PSG sebagai bagian dari koneksitas antara lembaga pendidikan kejuruan dan dunia usaha. Ini merupakan upaya antisipatif agar pendidikan kejuruan tetap menjadi pilihan masyarakat, kalau ini bisa dilakukan dengan baik maka prospek pendidikan kejuruan akan lebih baik lagi. KESIMPULAN
1.
meskipun sebagian dari mereka telah menguasai keterampilan yang cukup tinggi dalam bidang keahliannya.
Pendidikan kejuruan sampai saat ini dan juga untuk masa mendatang
107
Home Ec
Mardawiah Kadir
tetap menjadi primadona baik untuk mengisi pembangunan yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, maupun untuk menciptakan bagian interpreniur menanggulangi sebagai masalah
dinamika pasar yang sangat cepat berubah, dalam kaitan inilah peran konsep kemitraan sangat diperlukan agar lembaga pendidikan dan industri tetap seiring dan sejalan.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, 2000. Kewirausahaan, Bandung:Alfabeta. Brotosiswojo, B.S. (2002). Perkembangan Pendidikan Menengah Kejuruan Selama Pelita V. Direktorat Jakarta: Dikmenjur. Dedi Supriadi, (2002). Satu Setengah Abad Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Direktorat Jakarta: Dikmenjur. Djojonegoro, W. (1997). Link & Match: Kebijakan untuk Meningkatkan Relevansi Pendidikan dengan Pembangunan. Jakarta: Depdikbud. Koentjaraningrat (1984), Masalahmasalah Pembangunan, Bunga Rampai Antropologi Terapan, jakarta: LP3ES. Soenaryo, (2002). Pendidikan Teknik dan Kejuruan dan Pertumbuhan Ekonomi pada Pelita I dan II. Jakarta: Direktorat Dikmenjur. Supriadi, D. (1997). Pelaksanaan Program Keterampilan di SLTP dan Pendidikan Sistem Ganda di 108
peng-angguran.
2.
Tantangan yang dihadapi oleh pendidikan kejuruan bukan saja pada kurikulum yang terkadang tidak sesuai dengan permintaan pasar, akan tetapi memang minat masyarakat sangat rendah, mereka lebih memilih sekolah umum
dengan harapan untuk menjadi pegawai negeri, dan rendah sekali minat mereka untuk menjadi
interpreniur.
3.
Solusi pemecahan masalah di atas tentu saja pada upaya untuk yang selalu dan
sungguh-sungguh melihat
perkembangan
Home Ec
Mardawiah Kadir
109