Вы находитесь на странице: 1из 25

Plankton

BAB 3 PLANKTON 1. Istilah dan defenisi Istilah plankton adalah suatu istilah umum. Kemampuan berenang organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan-gerakan air. Ini berlawanan dengan nekton, yaitu hewan-hewan yang gerakan-gerakan renangnya cukup kuat untuk melawan arus laut. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni: a. Fitoplankton, terdiri dari : tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis. b. Zooplankton planktonik Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan menggunakan jaring-jaring yang mempunyai ukuran mata jaring yang berbeda, maka penggolongan plankton a. b. c. dapat pula dilakukan berdasarkan ukuran plankton, yaitu : Megaplankton ialah organisme planktonik yang besarnya lebih dari 2.0 mm Makroplankton, ukurannya 0.2 mm 2.0 mm Mikroplankton berukuran 20 mikrometer 0.2 mm ialah hewan-hewan laut yang

33

Plankton

d.

Nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil yang berukuran 2 mikrometer 20 mikrometer.

e.

Ultraplankton adalah organisme yang berukuran kurang dari 2 mikro meter

2. Fitoplankton Fitoplankton yang berukuran besar dan biasanya tertangkap oleh jaring plankton terdiri dari kelompok besar yaitu diatom dan dinoflagelata. Diatom Diatom mudah dibedakan dari dinoflagelata karena diatom hidup dalam suatu kotak gelas yang unik dan tidak memilki alat-alat gerak. Kotak ini terdiri dari dua bagian yang dinamakan katup. Bagian hidup diatom terdapat dalam kotak ini. Pada proses reproduksi, tiap diatom membelah dirinya menjadi dua. Satu belahan dari bagian hidup diatom akan menempati katup atas. Belahan yang lain akan menempati katup bawah. Kemudian setiap belahan akan suatu katup atas dan katup bawah. .

34

Plankton

Gambar 10 Organisme Plankton Dinoflagelata Kelompok utama kedua, dinoflagelata dicirikan oleh sepasang flagela yang digunakan untuk bergerak dalam air. Dinoflagelata tidak memiliki kerangka luar yang terbuat dari silikon tetapi sering memiliki suatu baju zirah berupa lempeng-lempeng selulosa yaitu suatu karbohidrat. Sama halnya dengan diatom Dinoflagelata berkembang biak melalui proses pembelahan. Bedanya ialah setiap belahan mempunyai separu baju zirah, kemudian dibentuk separuh baju zirah baru tanpa pengecilan ukuran Dinoflagelata.

35

Plankton

Gambar 11 Ciri-ciri diatom Fitoplankton Lain Anggota fitoplankton lainnya yang merupakan minoritas adalah berbagai laga hijau-biru (Cyanophceace), kokolitofordan silikoflagelata. Alga hijau-biru lautan hanya terdapat dilaut tropik dan sering kali membentuk filamen yang padat dan dapat mewarnai laut. Laut merah misalnya dinamakan demikian karena terdapat alga hijau-biru yang bewarna merah dalam laut ini. Alga hijau-biru ini mirip dengan bakteri. Sama halnya dengan bakteri , alga hijau tidak memiliki inti sel formal dan juga tidak terdapat pigmen-pigmen fotosintesik dalam kloroplas-kloroplas.

36

Plankton

Kokolitofor sangat kecil, sekitar 5 mikro meter dengan ciri khas adanya lempeng-lempeng yang terbuat dari kalsium karbonat yang melekat pada lapisan terluarnya. Kokolitofor dapat melimpah dalam laut, terutama dalam laut tropik. Silikofalgelata adalah suatu organisme fitoplanktonik yang kecil dan monoselular dengan suatu kerangka terbuat dari gelas. Terdapat disemua samudra, tetapi biasanya tidak umum terdapat. 3. Zooplankton Berlawanan dengan fitoplankton yang didominasi oleh dua kelompok tumbuhan, zooplankton yang merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Namun demikian, dari sudut ekologi hanya satu golongan zooplankton yang sangat penting artinya yaitu subklas kopepoda. Kopepoda Pada umumnya kopepoda hidup bebas berukuran kecil, panjangnya antara satu dan beberapa milimeter. Gerakan-gerakan renangnya lemah, menggunakan kakikaki torakal dengan ciri khas gerakan kaki yang tersentak-

37

Plankton

sentak. Kedua antenanya yang paling besar berguna untuk menghambat laju tenggelamnya. Kopopeda makan fitoplankton dengan cara menyaringnya melalui rambut-rambut halus yang tumbuh di apendiks tertentu yang mengelilingi mulut atau dengan lansung menangkap fitoplankton dengan apendiksnya. Pada kopopeda terdapat dua jenis kelamin yang terpisah. Sperma dipindahkan ke kopopeda betina dalam bentuk paket spermatofor. Setelah pembuahan, telur-telur ditaruh dalam suatu kantung yang melekat pada kopopeda betina. Telur-telur menetas dan menghasilkan larva yang dinamakan nauplius. Larva mencapai stadium dewasa setelah mencapai beberapa stadium naupliar dan beberapa stadium kopepodit. Zooplankton lain Di antara zooplankton yang holoplanktonik, jumlah individu dari filum Protozoa sangat besar. Protozoa lautan ini didominasi oleh ordo Foraminifera dan ordo Radiolaria. Para anggota kedua ordo ini semuanya organisme-organisme monoselular berkerangka. Kerangka foraminiferida terdiri dari kalsium karbonat sedangkan kerangka radiolaria terdiri dari gelas (S iO2). Radiolaria hanya terdapat dilaut sedangkan foraminifera hanya sebagian yang hidup dilaut.

38

Plankton

Gambar 12 Kopepoda dan garis besar daur hidup kopepoda

Gambar 13 Holoplankton

39

Plankton

Mekanisme Mengapung Kerapatan (massa per satuan volume) plankton akan lebih besar daripda air laut. Hal ini berarti bahwa setiap organisme plankton akhirnya cenderung tenggelam, sesuatu yang merugikan bagi fitoplankton maupaun zooplankton. Fitoplankton akan tenggelam di daerah dimana cahaya cukup untuk berfotosintesis, sedangkan zooplankton akan tenggelam dimana terdapat makanan yaitu fitoplankton. Plankton cenderung tenggelam karena daya renang plankton sangat lemah sehingga tidak dapat mengatasi arus dan angin. Prinsip-prinsip Karena jaringan tubuh hidup cenderung tenggelam maka plankton berusaha untuk tetap tinggal dekat permukaan laut dengan cara : a. Kerapatan air adalah fungsi dari dua parameter yaitu suhu dan salinitas air. Kerapatan air laut akan meningkat dengan meningkatnya salinitas dan menurunnya suhu air laut. Jadi kerapatan air suatu perairan mungkin tidak konstan, terutama dilaut-laut daerah beriklim sedang dimana suhu sangat berbeda sepanjang tahun

40

Plankton

Sifat fisik yang juga perlu diperhatikan adalah viskositas air laut yang berkaitan dengan suhu dan salinitas. Bila salinitas air laut tinggi sedangkan suhunya rendah viskositas akan lebih tinggi dan ini memperlambat tenggelamnya benda-benda didalamnya.

b. Bentuk benda terhadap laju tenggelamnya dalam


benda cair. Benda-benda yang beratnya sama tetapi berlainan bentuk akan jatuh dalam gas seperti udara, cairan, dengan laju yang berbedabeda pula. Laju suatu benda berbanding lurus dengan besarnya hambatan yang ditimbulkan benda itu terhadap gas atau cairan dimana benda itu jatuh. Dari hukum fisika tentang perubahan kerapatan dan viskositas serta hambatan dapat dibuat suatu persamaan sederhana yang menggambarkan hubungan antara laju tenggelam suatu organisme dengan ketiga parameter tersebut, yaitu:

W1-W2 LT= --------(R) (Vw)

LT = laju tenggelam W1 = kerapatan organisme W2 = kerapatan air laut W1 W2 = jumlah berat lebih yaitu jumlah kelebihan berat organisme dibandingkan dengan berat air laut pada volume yang sama.

41

Plankton

R Vw

= hambatan permukaan = viskositas air laut. Organisme tidak dapat mempengaruhi viskositas

air laut, dengan demikian semua adaptasi oleh organisme untuk mengurangi laju tenggelamnya harus berupa pengurangan dalam berat lebih atau memperbesar hambatan permukaan. Pengurangan Berat Lebih Salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi berat lebih adalah dengan mengubah komposisi cairan-cairan tubuh sehingga kerapatannya menjadi lebih kecil daripada kerapatan air laut. Tetapi jumlah partikel yang larut dalam cairan tubuh perlu dipertahankan. Bila tidak akan timbul osmosis. Osmosis adalah peristiwa lewatnya air melalui suatu dinding semipermiabel untuk menyamakan kadar larutan di kedua dinding sisi. Mekanisme lebih kecil lain adalah dengan membentuk pelampung-pelampung berisi gas karena kerapatan gas jauh daripada air maka terjadi kemampuan mengapung. Contohnya adalah ubur-ubur dan kandung renang ikan. Mekanisme pengaturan tekanan gas di dalam atau kandung renang hewan dapat digunakan untuk mengatur posisinya dalam kolom air sehingga hewan dapat bergerak ke atas atau kebawah menurut kemampuannya.

42

Plankton

Gambar 14 Mekanisme Mengapung Mengubah Hambatan Pemukaan Ada beberapa cara untuk meningkatan hambatan permukaan pada organisme-organisme planktonik, yaitu dengan cara : a. Semakin kecil suatu organisme maka semakin besar laus permukaannya per satuan volume menjadi jauh lebih besar bila dibandingkan dengan suatu organisme bertubuh besar. b. Mengubah bentuk tubuh dengan cara pembentukan bermacam duri dan tonjolan. Duri dan tonjolan-tonjolan meningkatkan hambatan permukaan sedangkan berat organisme hanya

43

Plankton

sedikit bertambah. Adaptasi ini umum didapatkan pada berbagai diatom.

Gambar 15 Mekanisme mengapung Gerakan Air Mekanisme terakhir untuk mengapung tidak tersangkut paut dengan organisme, melainkan dengan sifat gerakan air dalam laut. Di laut, air permukaan menjadi panas pada siang hari dan dingin di malam hari. Silih bergantinya pemanasan dan pendinginan ini akan merubah kerapatan air dan mengakibatkan terjadinya sel-sel konveksi yaitu satuan-satuan air yang sangat kecil yang akan naik dan turun dalam kolom air sesuai dengan kerapatannya. Gerakan sel-sel konveksi ini sangat lemah dan dapat memindahkan suatu organisme planktonik.

44

Plankton

4. Produktivitas Primer Adanya kehidupan di bumi berpangkal pada kemampuan tumbuhan hijau dalam menggunakan energi cahaya matahari untuk mensintesis molekul-molekul organik yang kaya akan energi dari senyawa-senyawa anorganik. Proses ini adalah fotosintesis. Produkstivitas primer adalah laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawasenyawa anorganik. Jadi biasanya produktivitas primer dianggap sebagai padanan fotosintesis. Jumlah seluruh bahan organik yang terbentuk dalam proses produktivitas dinamakan produksi primer kotor atau produksi total. Karena sebagian dari produksi total ini digunakan tumbuhan untuk kelangsungan hidup yang secara kolektif disebut dengan respirasi, tinggallah sebagian dari produksi total yang tersedia bagi pemindahan ke atau pemanfaatan oleh organisme lain. Produksi primer bersih ialah istilah yang digunakan bagi jumlah sisa produksi primer kotor setelah sebagian digunakan untuk respirasi. Mengukur Produkstivitas Primer Metode klasik yang digunakan untuk menetapkan produktivitas primer ialah metode botol gelap terang. Pada metode ini digunakan dua botol yang identik. Sebuah botol

45

Plankton

tembus cahaya dan botol yang lain dibuat sama sekali tidak tembus cahaya. Tiap botol diisi air laut dengan volume yang sama dan diambil pada kedalaman yang sama pula di perairan laut yang akan ditentukan produktivitas primernya. Dengan demikian air laut yang diisikan kedalam dua botol juga mengandung fitoplankton dan zooplankton secara alamiah hidup di perairan ini. Setelah kedua botol diisi dengan air laut dan ditutup, keduanya digantung dikedalaman air laut yang diambilnya. Dalam botol gelap fotosintesis tidak dapat berlangsung tetapi respirasi fitoplankton dan zooplankton tetap berlangsung dan oksigen air laut dalam botol tersebut akan dikonsumsi. Sebaliknya fotosintesis pada botol terang denga laju melebihi laju respirasi sehingga akan terjadi penimbunan oksigen karena oksigen tidak dapat keluar dari botol. Setelah beberapa waktu tertentu botol diangkat dan diukur kadar oksigennya. Metode kedua untuk menetapkan produktivitas primer ialah dengan metode
14

C, yang dewasa ini

merupakan metode yang paling disukai. Pada metode 14C, radioaktif dimasukan dalam botol yang volumenya diketahui. Air laut ini mengandung fitoplankton. Beberapa kelemahan dan masalah terdapat pada kedua metoda ini. Sumber kelemahan dan masalah terdapat pada asumsiasumsi yang digunakan.

46

Plankton

Hasil Tetap Hasil tetap belaku baik untuk tumbuhan maupun hewan. Hasil tetap (pada saat tertentu) ialah beda antara faktor-faktor yang cenderung meningkatkan jumlah individu, serta reproduksi dan pertumbuhan dan faktorfaktor yang mengurangi biomassa atau jumlah individu seperti kematian dan penenggelaman atau pengangkutan kearah lateral. Bila tingkat reproduksi dan pertumbuhan tinggi, sedangkan tingkat kematian atau pemusnahan rendah hasil akan tetap tinggi dan sebaliknya. Didalam laut hasil tetap ini merupakan suatu faktor yang sulit diukur secara tepat. Hal ini antara lain disebabkan oleh tidak meratanya penyebaran organisme plankton. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Primer Faktor Kimia dan Fisik Bermacam faktor kimia dan fisik dapat mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup dan produktivitas tumbuhan terestial. Faktor-faktor penting yang sangat kritis bagi tumbuhan terestrial ialah cahaya, suhu, kadar, zat-zat hara, tanah dan air. Fotosintesis hanya dapat berlangsung bila intensitas cahaya yang sampai ke suatu sel alga lebih besar daripada suatu intensitas tertentu. Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang produktif hanyalah terdapat dilapisan-

47

Plankton

lapisan air teratas dimana intensitas cahaya cukup bagi berlansungnya fotosintesis. Bila cahaya sampai di permukaan air, sebagian akan dipantulkan. Besarnya bagian yang dipantulkan bergantung pada besarnya sudut antara berkas cahaya datang dengan permukaan air. Makin kecil sudut ini, makin banyak cahaya yang dipantulkan. Sebaliknya, semakin sudut ini mendekati 900 (yaitu tegak lurus terhadap permukaan air) semakin sedkit cahaya yang dipantulkan. Cahaya yang dipantulkan ini berarti suatu kehilangan bagi ekosistem perairan. Jadi dilihat dari sudut produktivitas plankton, penetrasi maksimumlah yang paling dikehendaki. Cahaya

Gambar 16 Peristiwa-peristiwa yang dialami oleh cahaya di lautan

48

Plankton

Turbelensi dan kedalaman kritis Percampuran vertikal bukan saja menaikan zat hara mendekati permukaan air tetapi juga mengangkut selsel fitoplankton ke bawah menjauhi permukaan air. Kedalaman kritis adalah kedalaman dimana fotosintesis total dalam kolom air sama dengan respirasi total. Letak kedalaman kritis selalu lebih dalam daripada kedalaman kompensasi karena bersangkutan dengan suatu proses pencampuran vertikal dimana populasi fitoplankton ada di zona eufotik dan pada saat lain ada dibawahnya. Apabila fitoplankton berada di zona eufotik, laju fotosintesis melebihi laju respirasi dan fitoplankton menimbun bahan organik. Variasi Produktivitas secara Geografik Laut Tropik Dalam laut tropik, massa air dekat permukaan cukup menerima cahaya sepanjang tahun karena ketinggian matahari diatas cakrawala tidak banyak berubah sepanjang tahun. Dengan demikian diperoleh kondisi cahaya yang optimal bagi produksi fitoplankton. Sejalan dengan kondisi cahaya masukan energi secara terus menerus dari matahari mengakibatkan suhu massa air dekat permukaan lebih tinggi daripada massa perairan dalam. Karenanya tidak akan terjadi percampuran air. Dikatakan peraiaran semacam ini mengalami stratafikasi.

49

Plankton

Laut Daerah Beriklim Sedang Dalam laut ini, intensitas cahaya bervariasi menurut musim. Akibatnya besarnya energi cahaya matahari yang masuk kedalam laut juga bervariasi dan selanjutnya akan menimbulkan perubahan suhu air pada lapisan-lapisan atas. Jadi stratafikasi termal kolom air berubah secara musiman. Laut Kutub Dalam daerah kutub produktivitas yang terbesar hanya terjadi selama suatu periode pendek yaitu dalam musim panas kutub, biasanya pada bulan Juli-Agustus dalam laut Arktika. Dalam bulan ini salju tidak lagi menutupi es dan ini memungkinkan cahaya untuk menembus es sehingga fitoplankton dapat tumbuh. Produktivitas Perairan Pantai dan Pesisir Pada lautan terbuka yang bebas dari pengaruh massa daratan, produktivitas fitoplankton bervariasi secara geografik. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel

50

Plankton

Tabel 4 Produksi beberapa daerah geografik yang berbeda Lokasi Selat Long Island (pantai daerah beriklim sedang) Paparan Benua Lautan Tropik Lautan Iklim Sedang Lautan Antartika Lautan Arktika Produksi dalam g C/ m2/tahun 380 100-160 18-50 17-120 100 <1

Tabel 5 Perubahan Jumlah Individu dari suatu Populasi Fitoplankton dengan suatu Laju reproduksi yang Konstan pada Dua Intensitas Pemangsaan yang Berbeda Kepadatan Populasi Fitoplankton
Waktu dalam Hari Intensitas Pemangsaan awal Intensitas Pemangsaan Dilipatgandakan Intensitas Pemangsaan Dilipatlimakan

0 1 2 3 4 5

1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000

1.000.000 487.000 237.000 106.000 56.000 27.000

1.000.000 62.000 3.900 240 15 1

Daur Kopepoda Karena kopepoda mendominasi zooplankton disemua laut dan samudra dan karena hewan ini adalah herbivora utama dalam perairan-perairan bahari dan memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk kurva populasi fitoplankton. Jadi pada umumnya daur kopepoda

51

Plankton

dipertahankan sedemikan rupa sehingga pemanfaatan fitoplankton oleh kopepoda maksimal sehingga banyaknya fitoplankton yang tidak dimanfaatkan minimal. Migrasi Vertikal Migrasi vertikal adalah migrasi harian yang dilakukan oleh organisme zooplankton tertentu kearah dasar laut pada siang hari dan kearah permukaan laut pada malam hari. Migrasi vertikal telah diamati pada semua kelompok taksonomi zooplankton dan ternyata bahwa tidak semua zooplankton melakukan imigrasi vertikal harian. Tujuan dari migrasi vertikal ini adalah: 1. 2. 3. Untuk menghidari pemangsaan dari predator yang mendeteksi mangsa secara visual. Untuk mengubah posisi dalam kolom air Sebagai mekanisme untuk meningkatkan produksi dan menghemat energi. 5. Metode Penelitian Plankton Pengumpulan Sampel Karena plankton berukuran kecil sekali dan di laut relatif sangat tidak padat, apalagi di laut bebas, maka pengambilan sampel plankton harus dilakukan dengan alat yang dapat menyaring air laut sedemikian rupa sehingga plankton yang tersaring cukup jumlahnya untuk di analisis, untuk itu alat yang digunakan adalah plankton net

52

Plankton

tergantung pada jumlah plankton yang akan dikumpulkan, kalau phytoplankton ukuran jaring lebih kecil sedangkan untuk zooplankton ukuran jaring lebih besar. Untuk meneliti plankton biasanya menggunakan mata jaring yang bernama Kitahara yang dimodifikasi yaitu berbentuk kerucut, diameter mulut 0,30 m, panjang 1,0 m dan lebar mata jaring 0,08 mm. pengambilan sampel di perairan dangkal dilakukan secara horizontal dengan menarik jaring selama 5 menit dibawah permukaan air laut. Di laut yang relatif dalam pengambilan fythoplankton dibatasi mulai dari 150 m keatas sampai 0 m (paras laut) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh plankton: Lama penarikan jaring : 2 menit atau 5 menit. Waktu penarikan : pagi, siang, sore atau malam. Musim yang berlaku di Indonesia: musim barat (Desember, Januari dan Februari.) Keadaan cuaca: cerah, mendung atau hujan. Keadan pasut: pasang tertinggi atau surut terendah. Lokasi: muara sungai, perairan pantai (pantai) atau tengah Posisi: lintang utara, lintang selatan, bujur timur atau bujur barat.

Arah tarikan jarring : horizontal, vertical atau miring (membentuk sudut 450 C).

53

Plankton

Gambar 17 Alat untuk mengambil plankton Pengawetan Sampel Plankton yang telah dikumpulkan dengan metode yang telah diterangkan, dituang dari tabung penampung (bucket) kedalam botol yang bermulut luas. Bahan pengawet yang biasa digunakan adalah formalin 4% yang telah dinetralkan denga boraks. Botol diberi label yang ditempelkan didinding luar botol sampel maupun label yang dimasukan kedalam botol tersebut (label dalam). Label dalam menggunakan kertas kalkir yang tahan air. Pada label-label tersebut dituliskan: nomor stasiun, posisi stasiun, tanggal dan waktu pengambilan, metode pengambilan, kejelukan dan data lain yang dianggap perlu. Cara mempersiapkan bahan formalin 4% adalah sebagai berikut:

54

Plankton

Sebelum formalin diencerkan, tambahkan larutan penyangga berupa boraks kedalam formalin tersebut dengan perbandingan 2 g boraks dan 98 ml formalin 40 % (formalin komersial). Cara ini akan menaikan pH larutan menjadi 8-8,2. jika menginginkan pH yang lebih rendah gunakan gliserofosfat 4 g untuk setiap 98 ml formalin 40%.

Cairkan larutan formalin 40% yang telah disangga menjadi 4% dengan cara menambahkan 90% ml air laut kedalam 10 ml formalin.

Analisa Data 1. Cara Menghitung Volume Air Tersaring Volume air tersaring oleh jaring plankton dihitung dengan menggunakan rumus:

V= R x a x p
V = Volume air tersaring R = Jumlah putaran meteran-alir. a = Luas mulut jaring. p = Panjang kolom air. Nilai p merupakan sertifikat

kalibrasi

alat

meteran-alir yang digunakan. Kalau nilai p ini belum tercantum pada alat pada waktu pembelian, biasanya dalam brosur dicantumkan cara-cara mengkalibrasi alat tersebut.

55

Plankton

Cara Menghitung dan Mengidentifikasi fitoplankton Pencacahan fitoplankton dilakukan dengan menghitung jumlah sel fitoplankton, karena fitoplankton yang berbentuk rantai akan mudah putus pada saat diambil. Pencacahan sel dilakukan dengan rumus:

n s l N = --- x --- x ---m a v


N = jumlah sel per m3 n = jumlah sel yang dihitung dalam m tetes m = jumlah tetes contoh yang diperiksa s = volume contoh dengan pengawetnya (ml). a = volume tiap tetes contoh (menggunakan pipet otomatik 0,05 ml) v = volume air tersaring (m3). Analisis Statistik Sesudah hasil data cacahan didapat dan ditabulasi dengan baik, analisis statistik ini sebaiknya dirancang sebelum ke lapangan, dimulai dan diperhatikan asumsi yang menyertai rumus statistik itu. Cara-cara menunjukan kondisi komunitas plankton disuatu perairan dilakukan dengan menggunakan indeks keanekaragaman (hayati), indeks kemerataan, indeks kekayaan, indeks kesamaan, uji t atau kesemuanya. Penampilan Hasil

56

Plankton

Data hasil analisis plankton dari setiap samprl dapat di tampilkan dalam tiga lembar data mentah, contohnya terlihat pada Tabel A, B dan C. Tabel A merupakan hasil perhitungan dari volume air tersaring pada tiap-tiap sampel. Pada umumnya kolom kiri dari Tabel B berisi daftar plankton yang dikelompokan ke dalam takson tinggi seperti kelas, atau suku atau bahkan jenis tergantung pada kemampuan peneliti untuk mengidentifikasinya. Tabel B merupakan lembar data yang meliputi jumlah individu (sel) plankton dari masing-masing kelompok takson tinggi, suku atau jenis dalam satuan volume yang akan diamati dibawah mikroskop dari satu sampel, kemudian data dari Tabel B dapat dikembangkan menjadi Tabel C yang menunjukan jumlah sel masing-masing plankton per satuan volume (misalnya 1.000 liter). Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil perhitungan volume air tersaring yang melalui jaring plankton. (Perairan Teluk Jakarta 31-12-1997) No Luas mulut Jumlah putaran Volume air stasiun jaring (m2) meteran air tersaring (m3) 1 2 3 0,07 0,07 0,07 111 109 113 7,76 7,62 7,90

Catatan: Diameter mulut jaring = 30 cm kalibrasi p = 0,999.

57

Вам также может понравиться