Вы находитесь на странице: 1из 10

Maicih, From Zero to Hero

KISAH SUKSES | REDAKTUR II | NOVEMBER 6, 2011 AT 2:00 PM

Dunia digital membuka peluang bisnis menggiurkan, tanpa perlu menjadi kaya raya

menunggu

rambut

beruban. Bukan hanya bagi mereka yang mencipta aplikasi digital, tapi juga mereka yang memanfaatkan

aplikasi tersebut. Reza Nurhilman, pemuda 23 tahun ini meraih sukses tak terkira berkat dunia maya. Ia memanfaatkan situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter sebagai media pemasaran. Reza atau akrab disapa Axl adalah pemilik usaha keripik pedas Maicih, usaha uang didirikan sejak 29 Juni 2010 sempat membuat heboh remaja Bandung. Hanya bermodal Rp15 juta untuk bahan baku dan membuat tungku penggorengan. Dan setelah setahun meluncurkan usahanya di Twitter, ia mampu mengantongi omzet penjualan Rp4 miliar per bulan dengan rata-rata per minggu lebih Rp750 juta. Nama brand Maicih diambil dari kisah masa lalu yang selalu teringat olehnya, Maicih itu terlahir waktu saya masih kecil. Biasanya, kalau saya dibawa mama ke pasar, suka ada ibu-ibu tua pake ciput dengan baju alakadarnya. Setiap belanja dia ngeluarin dompet, bonus dari toko emas yang ada resletingnya untuk masukin receh. Mama saya bilangnya itu dompet Maicih. Ungkapnya.Beberapa tahun lalu, ia ketemu paruh ibu-ibu baya yang yang sosoknya pakaiannya

menyerupai Maicih dalam

memorinya.

Ibu-ibu

tradisional membuat bumbu kripik pedas. Kemudian ia terinspirasi untuk membuat brand Maicihdan ternyata orang lain sangat menyukainya, karena nyeleneh dan unik. Maicih mampu diproduksi 75 ribu bungkus per minggu. Pada semua varian dari kripik, jeblak, gurilem. Dan, selalu habis. Ia mematok harga maicih di daerah Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak itu Rp11 ribu, untuk keripik yang level 10 Rp15 ribu. Di luar Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak Rp15 ribu, yang level 10 itu Rp18 ribu.

Memilih rasa pedas karena memberikan efek kecanduan untuk yang mencobanya. Namun konsumen tidak perlu khawatir karena dalam komposisi Maicih tidak memakai bahan pengawet dan bisa awet sampai delapan bulan. Rasa

pedas Maicih dari rempah pilihan dan cabai yang segar. Dan produk ini sangat baik untuk kesehatan, fungsi jantung, dan detoksifikasi. Keripik Maicih juga enak dimakan pakai nasi, atau dicampur di lotek, mi rebus. Maicih lebih enak kalau dikombinasikan dengan makanan-makanan lainnya. Awalnya, pemasaran Maicih melalui teman-teman saja yang bertestimoni di media sosial twitter. Kemudian ia lebih fokus untuk memasarkannya. Mereka yang sudah merasakan Maicih punya testimoni masing-masing. Jadi, saya tidak usah capekcapek promosi. Dengan Twitter, promosi seperti bola salju, terus membesar. Ujarnya. Alasan pemasaran hanya melalui Twitter dan Facebook. Selain gratis, promosi di Twitter bisa menjadi gong karena kekuatan marketingnya dibuat orangorang yang beli Maicih. Orang yang belum tahu Maicih akan bertanya dan mereka yang nge-tweet soal Maicih akan dengan antusias menjelaskan. Strategi itu sukses. Keripiknya menjadi barang buruan. Konsumen harus mengantre berjam-jam demi mendapatkan keripik superpedas itu. Bahkan, antrean pernah memanjang hingga satu kilometer. Mereka rela mengantre walau hujan badai. Di setiap kota juga ngantre. Sekarang Jenderal-jenderal punya fans dan komunitasnya masing-masing. Waktu awal-awal, ia masih memakai sistem cash on delivery (COD), ia mau mengantar walau satu bungkus. Waktu itu Ia percaya, Sekarang saya ngejar-ngejar konsumen, tapi nanti suatu waktu konsumen yang ngejar-ngejar saya. Dan, sekarang terbukti. Karena, memang pemasaran addicted. Ia tidak mempunyai karyawan yang banyak, untuk segi pekerja itu sendiri sekitar 10 orang termasuk bagian packing, masak, pembuat bumbu, dan distribusi. Selebihnya agen, yang disebut jenderal maicih. Ia membuat bahasa marketing dengan nuansa yang berbeda supaya lebih menarik. Menurutnya, kalau saya sebutnya, ya ini agen maicih, sepertinya kurang keren. Kalau disebut agen, seperti agen minyak dan kurang menjual. Bukan bermaksud mendeskritkan pekerjaan diluaran sana. Disebut jenderal agar value-nya bertambah, karena produk saya cuma keripik. Kami juga punya menteri perhubungan, yang megang jalur distribusi dan penjualan ke luar pulau. Ia seperti ingin membangun kerajaan sendiri. Syarat untuk menjadi jenderal orang yang menjadi jenderal dipilih yang memiliki intelektual baik, dan berkompeten. Dari segi SDM, kami nggak hanya asal menerima jenderal, tetapi ada proses interview dan training. Kualitas mereka harus

yang terbaik. Jenderal bukan karyawan tapi mitra usaha. Mereka membeli lisensi untuk izin usaha. Jadi istilahnya, mereka adalah distributor atau agen resmi yang menjual kripik Maicih. Jadi bisa dipertanggungjawabkan. Karena banyak yang mengatasnamakan Maicih atau memakai nama maicih dengan cara yang tidak baik. Banyak konsumen yang dirugikan karena tertipu.

Sementara maicih yang asli itu hanya diinfokan oleh akun twitter @infomaicih dan yang hanya dijual oleh para jenderal. Training jenderal seputar caracter building, knowledge, sikap, serta bagaimana menyikapi bisnis ini ke konsumen. Karena, mereka tidak hanya menjual keripik, tetapi juga education. Ia sendiri sering sharing knowledge di training. Dengan mengikuti training mereka akan siap menjadi pengusaha dari segi mental. Mereka tidak hanya jual beli putus, tapi juga bisa dibilang independent bussiness owner (IBO). Jadi, merasa sebagai pemilik Maicih di kotanya masing-masing. Dan setiap bulan ia dan para jenderalnya mengevaluasi penjualannya dengan mengadakan event-event. Harapan kedepannya, ia ingin pemasaran tidak hanya nasional tetapi go internasional. Sekarang sudah masuk sampai singapura dan jepang. Tetapi masih sistem kirim, jendralnya para TKI di sana. Anak-anak muda itu harus jauh lebih yakin. Jika ingin menekuni sesuatu harus konsisten dan antusias. Kita harus yakin dan semangat jika kita mempunyai cita-cita dan tujuan. Untuk menuju puncak itu memang tidak mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi ketika kita mengejarnya dengan yakin dan percaya, pasti akan tercapai. Maicih berawal dari impian, untuk mencapai impian tersebut itu haruslah bekerja keras. Tidak mungkin kita hidup selalu bergantung pada orang lain. Selalu semangat dan yakin bahwa akhirnya kita akan sukses dengan perjuangan yang gigih. Salam sukses.

Sumber : http://jpmi.or.id/2011/11/06/maicih-from-zero-to-hero/ Sumber gambar : facebook.com

PROMOSI MURAH MERIAH GAYA MAICIH


Anda pernah lihat iklan Maicih? Jangan harap. Hanya dengan berkampanye lewat social media twitter, Maicih, merek keripik pedas asal Bandung, berhasil menaklukkan hati para Icihers. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang ingin naik kelas menjadi Jendral Maicih. Efeknya, baru satu setengah tahun, omzet Maicih menembus Rp 7 miliar per bulan. Bagaimana cara Republik Maicih membuat kalangan anak muda urban di Tanah Air bisa tericih-icih? Siapa sih yang gak kenal kenal dengan Maicih? Itu loh, keripik pedas asal Bandung yang sekarang sedang happening dan tengah digilai-gilai kaum muda. Gak gaul kalau belum tahu dan nyoba Maicih sampai tericih-icih (tergila-gilared), demikian diungkapkan para icihers, sebutan untuk para penggemar keripik Maicih. Ruar biasa memang. Dalam seminggu terakhir misalnya, tak kurang 3800 percakapan di Twitter membicarakan Maicih.

Ya, salah satu yang membuat unik dari Maicih adalah sebutan atau istilah yang dilemparkan manajemen Maicih ketika berkomunikasi dengan para calon konsumen dan pelanggannya melalui Twitter. Ada Emak (nenek) untuk pembuat keripik Maicih dan Cucu untuk

konsumennya. Kemudian,

ada

Jendral untuk

reseller-nya,

Icihers sebutan gaul penggemar Maicih, Republik Maicih untuk manajemen, hingga istilah tericih-icih untuk menggambarkan

ketagihan akan pedasnya Maicih.

Sejak diluncurkan akhir Juni 2010 lalu, keripik Maicih memang menjadi salah satu hot isu dan fenomenal di kalangan anak muda urban, terutama para peselancar dunia maya. Maklum saja, cara memasarkan keripik Maicih memang beda dengan keripik pedas lainnyayang notabene sudah lebih dulu beredar di Bandung. Awalnya kami memasarkan tiga varian Maicih, keripik, seblak, dan gurilem, lewat jaringan pertemanan dan kekeluargaan, cerita Reza Nurhilman, pemilik sekaligus President Keripik Maicih yang akrab disapa Axl (baca: Axel). Melalui jaringan kekerabatan, Axl mencoba menciptakan isu atau word of mouth (WOM). Salah satunya, dengan tingkat kepedasan keripik. Keripik yang kami jajakan memiliki tingkat kepedasan yang berbeda. Mulai dari level satu sampai lima, dan langsung ke level 10 yang tingkat pedasnya paling tinggi, lanjutnya.

Walhasil, dengan diferensiasi seperti itu, produk pun direspon positif oleh lingkar kekerabatan Axl. Mereka pun tak segan-segan mengendorse keripik Maicih lewat kicauan mereka di akun twitter masingmasing. Dua bulan berjalan, permintaan untuk level tiga dan lima melonjak tajam. Oleh karena itu, produksi keripik pun lebih diperbanyak untuk dua level tersebut. Melihat efektivitas kicauan teman-temannya di dunia maya, maka Axl pun memutuskan untuk fokus hanya berkomunikasi lewat twitter @infomaicih, facebook #maicih, dan situs www.maicih.co.id. Diterangkan Axl, jumlah follower Maicih saat ini sudah mencapai lebih dari 354 ribu, sedangkan jumlah fanpage mencapai 49.000-an. Untuk itu, jangan harap Anda akan menemukan gerai fisik Maicih. Kami memang sengaja tidak membangun gerai fisik. Dari sisi biaya operasionalnya sangat tinggi. Dan yang terpenting, gerai fisik tidak mampu menciptakan interaksi antara brand Maicih dengan konsumen, ungkap Axl beralasan. Lantas, bagaimana cara Maicih dikomunikasikan dan dijajakan? Rupanya, Maicih punya sederet jendralsebutan untuk pasukan penjual atau reseller Maicih. Jendral tersebutlah yang bertugas berkicau di akun twitter mereka masing-masing tentang lokasi-lokasi mana saja yang bakal disambangi mobil yang membawa keripik Maicih untuk dijajakan. Dan, tiap harinya lokasi yang disambangi berpindah-pindah, alias nomaden. Konsep jualan nomaden itu rupanya justru menggelitik rasa penasaran sekaligus memicu antusiasme konsumen. Dampaknya, tak sedikit anak-anak muda justru menunggu-nunggu kicauan dari para

jendral Maicih plus berharap lokasi kampus atau rumah mereka bisa disambangi mobil Maicih. Melalui konsep nomaden itu, urai Axl, Kami ingin mencapai misi pertama kami, yaitu menciptakan gengsi di dalam diri konsumen kalau bisa mengkonsumsi Maicih. Bahkan, punya gengsi jika bisa menjadi icihers. Itu artinya, jika belum tahu dan mencoba Maicih, boleh dibilang mereka belum masuk kategori bergaul. Kini, misi berikut dari Axl dan kawan-kawan adalah menciptakan gengsi profesi seorang jendral. Menjadi seorang jendral Maicih jelas tidak mudah. Seleksi dilakukan sangat ketat. Ada tiga batch yang kami tawarkan kepada para calon jendral, imbuhnya. Ketiga batch itu dibedakan berdasarkan pembelanjaan keripik Maicih. Untuk batch pertama, nilai pembelanjaan para jendral minimal Rp 5 juta per minggunya. Batch dua, nilai pembelanjaan produk Maicih minimal Rp 10 juta per minggunya. Sementara batch tiga, kategori baru, nilai pembelanjaan minimal Rp 100 juta per minggunya. Para jendral dibebaskan untuk berinovasi dalam memasarkan produk Maicih, ungkap Axl. Selain syarat pembelanjaan, yang terpenting adalah calon jendral Maicih harus datang ke Bandung untuk interview dan mengikuti Akademi Jendral Maicih. Di sana, calon jendral di-training seputar team work, inovasi, character building, dan soft skill lainnya. Pendeknya, para calon jendral harus mampu menjadi Independent Bussiness Owner (IBO), tegas Axl. Jangan heran, jika para jendral Maicih dituntut untuk inovatif memikirkan cara-cara efektif dalam memasarkan keripik Maicih di area mereka masing-masing. Kami tidak men-support dana sepeser pun

untuk para jendral. Mereka sendirilah yang harus mampu membangun brand Maicih dan memasarkannya di wilayahnya masing-masing, ia menambahkan. Axl mencontohkan, area Cirebon memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah Jakarta. Di Cirebon, komunikasi jauh sangat efektif menggunakan medium radio. Maka, jendral di sana pun bekerja sama dengan sejumlah radio lokal untuk menggelar talkshow seputar Maicih. Sementara di Jakarta, ketika Axl diundang hadir di salah satu program Metro TV dan Trans7, permintaan Maicih langsung booming. Beda lagi dengan Bekasi. Pendekatan di sana justru sifatnya harus personal, tuturnya. Kerja keras para jendralyang merupakan anak-anak muda kelahiran era 80-anitu tak percuma. Kini, Maicih sudah sampai seantero Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Bahkan, Maicih juga sudah menjangkau mancanegara. Sebut saja Jepang dan Singapura. Tak mengherankan, dengan modal awal yang hanya Rp 15 juta, kini omzet Maicih membengkak. Per bulan, omzet Maicihyang didapat dari pembelanjaan keripik para jendralsudah menembus Rp 7 miliar. Untuk jendral batch dua, tak sedikit pembelanjaan mereka tiap minggunya Rp 200 juta-Rp 300 juta. Kontribusi tertinggi memang masih di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Jogja, dan Semarang, ia mengaku. Lantas, berhasilkah Axl pada misi keduanya: membangun gengsi menjadi jendral Maicih? Jawabannya, jelas berhasil. Ini dibuktikan dengan membludaknya anak-anak muda yang ingin menjadi jendral Maicih. Dalam sehari, lebih dari seribu orang yang ingin mendaftar

menjadi jendral Maicih. Dan, ada dari kalangan artis muda yang sudah menjadi jendral Maicih, terang Axl. Namun, Axl mengaku tidak bisa sembarangan menerima para jendral. Lantaran, di tangan para jendral-lah reputasi dan nasib brand Maicih digantungkan. Selain reseller, para jendral juga menjadi endorser sekaligus talker brand Maicih. Oleh karena itu, seleksi para jendral dilakukan sangat ketat. Selain harus memiliki mindset Independent Bussiness Owner dan lulus Akademi Jendral Maicih, kami lebih mendahulukan wilayah-wilayah yang masih kosong pemain dan memiliki potensial market, jelasnya. Setelah sukses dibincangkan di jejaring sosial serta diliput banyak media elektronik, cetak, maupun online, diakui Axl, Maicih mulai kedatangan kompetitor. Di daerah asalnya di Bandung, tak kurang dari 30 brand keripikdengan jenis varian yang serupamulai agresif memasarkan produknya. Oleh karena itu, Axl mengaku, tidak bisa tinggal diam. Dalam waktu dekat, tepat di awal tahun 2012, diungkapkan Axl, Kami akan repackaging dan meluncurkan varian baru, seblak keju. Jika saat ini kemasan Maicih masih terlihat biasa, bahkan terkesan jadul (jaman dulured), tahun depan akan segera berganti. Untuk re-packaging dan peluncuran varian baru itu, saat ini Axl dan tim sedang menggodok konsep event-nya. Tak cukup, Republik Maicih pun akan jauh lebih agresif menjadi pembicara di acara seminar atau workshop, menjadi narasumber di media elektronik, cetak, maupun online, hingga menggelar program corporate social responsibility. Bahkan, untuk menunjukkan bahwa

Maicih adalah sang pionir, tak segan-segan Republik Maicih memasang reklame Maicih di papan bilboard akbar di wilayah Bandung.
(Dwi Wulandari Majalah MIX-MarketingCommunications, Desember 2011

Вам также может понравиться