Вы находитесь на странице: 1из 53

ASUHAN PADA BALITA NORMAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Asuhan pada Neonatus Semester IV

Disusun Oleh: KELOMPOK 4 VI-A Viany Sevira Salsabila Rosi Yuniar Rahmawati Sofia Marwani Milda Febriyanti Fitrianita Amin Devi Novia Elsara 130103100003 130103100010 130103100017 130103100018 130103100019 130103100022

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012

Asuhan pada Balita Normal

1. Tumbuh Kembang Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.(2,4) Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.(4) Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh.(1) Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitik beratkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.(2) Jadi, pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular. Berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagain atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuhyang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerakhalus, bicara dan bahasa, serta sosialisai dan kemandirian. Secara garis besar tumbuh kembang dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. Tumbuh kembang fisik Meliputi perumahan dalam ukuran besar dan fungsi individu. 2. Tumbuh kembang intelektual Meliputi kepandaian komunikasi, bermain, berhitung dan membaca. 3. Tumbuh kembang emosional Meliputi kemampuan membentuk ikatan batin, berkasih saying, menangani kegelisahan, mengelola sifat agresif/marah. Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut. 1. Perkembangkan menimbulkan perubahan Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. 2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia mengalami tahapan sebelumnya. Contoh: seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri, dan tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kai dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terlambat. Karena itu pertumbuhan. Setiap

perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya. 3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbedabeda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak. 4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. 5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:

Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju kearah anggota tubuh. Perkembangan terjadi lebih dahulu pada kemampuan gerak kasar diikuti kemampuan gerak halus.

6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan Tahap perkembangan seorang anak memiliki pola yang teratur dan berurutan, dan tahapan tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan, dan sebagainya. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang (1,2,3,4,5,6) Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu : 1. Faktor Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat

ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. 2. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang

memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi : a. Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal) b. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal 2.1 Faktor Lingkungan Pranatal Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain : Gizi ibu pada waktu hamil Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir,bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya.

Mekanis Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus dapat kelainan bawaan, talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes. Toksin/zat kimia Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker, rokok, alkohol beserta logam berat lainnya. Endokrin Hormon-hormon yang mungkin berperan pada

pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga

terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain. Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak,

mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya. Infeksi Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan

adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain. Stres Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain. Imunitas Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati. Anoksia embrio Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR.

2.2 Faktor Lingkungan Postnatal Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,ke suatu sistem yang tergantung pada kemempuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh

kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :

Lingkungan biologis Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi

metabolisme, dan hormon. Faktor fisik Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi. Faktor psikososial Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari, Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak, selain sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Faktor keluarga dan adat istiadat Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang

primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam keluarga seperti apad masyarakat tradisonal masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabutabu, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu : 1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. 2. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan organ-organ. 3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya. 4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf. 5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas. 6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal. 7. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangnnya juga berbeda, tetapi tetap akan menuruti patokan umum.

Perkembangan Anak Balita Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian.Frankenburg dkk.(1981) Test (DDST) mengemukakan melalui Denver 4 parameter

Development

Stress

perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu : 1. Personal Social ( kepribadian/tingkah laku sosial ) 2. Fine Motor Adaptive ( gerakan motorik halus ) 3. Langauge ( bahasa )

4. Gross Motor ( perkembangan motorik kasar ) Ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek perkembangan, seperti pada buku petunjuk program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yaitu perkembangan : 1. Tingkah laku sosial 2. Menolong diri sendiri 3. Intelektual 4. Gerakan motorik halus 5. Komunikasi pasif 6. Komunikasi aktif 7. Gerakan motorik kasar Menurut Milestone perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu, misalnya :

4-6 minggu Tersenyum kemudian 12-16 minggu Menegakkan kepala, tengkurap sendiri Menoleh kearah suara Memegang beneda yang ditaruh ditangannya spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2 minggu

20 minggu Meraih benda yang didekatkan padanya 26 minggu Dapat memeindahkan benda dari astu tangan ke Duduk, dengan bantuan kedua tangan ke depan Makan biskuit sendiri tangan lainnya

9-10 bulan Menunjuk dengan jari telunjuk Memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk Merangkak Bersuara da.. da

13 bulan Berjalan tanpa bantuan Mengucapkan kata-kata tunggal Dengan milestone ini kita dapat mengetahui apakah anak

mengalami perkembangan anak dalam batas normal atau mengalami keterlambatan. Sehingga kita dapat melakukan deteksi dini dan intervensi dini, agar tumbuh kembang anak dapat lebih optimal. Perkembangan kecerdasan bayi mencakup kemampuan perseptual, motorik, kognitif dan keterampilan sosial. Bila tahapan perkembangannya ada yang tidak tercapai, berarti perlu ada yang harus diwaspadai. Inilah standar yang sudah dibakukan berdasarkan penelitian statistik terhadap

mayoritas bayi normal. Bila terdapat keterlambatan perkembangan yang tidak terlalu ekstrem, tidak perlu cemas, karena perkembangan setiap bayi memang berbeda-beda. Tabel tahapan perkembangan pada bayi dan balita
Umur bayi Tahapan perkembangan Hal yang disukai bayi Waspada bila

0-1 bulan

Menunjukkan perilaku pemicu kasih sayang, menangis, meringkuk, mendekut, Mengangkat kepala, Tangan terkepal erat, Menangis, mendengkur, tersenyum, menangis di saat tidur, penglihatan masih buram , Tidur, bangun, makan, secara tidak menentu, Tingkah lakunya lebih sering dilakukan secara reflek

Sentuhan kulit dengan kulit, digendong dengan tangan atau gendongan, makan tanpa dijadwal, mengadakan kontak mata, dan mendengar suara bunda

2 bulan

Terhubung secara

Digendong dalam

visual dengan bunda Lengan dan kaki relaks, kepala diangkat setinggi 45 derajat, kepala masih terhuyung bila digendong dalam keadaan duduk Sebagian jari mulai membuka, mulai dapat menggenggam giring-giring Ia bisa menjerit, membuat suara seperti sedang minum, dada berbunyi Tersenyum dengan responsif, bisa membaca suasana hati orangtua, sibuk dengan ibu jarinya, mengadakan kontak mata, memerhatikan orang yang

kain gendongan, melihat ke arah yang bergerak, suka musik klasik, berbaring di dada ayah

bergerak, menangis bila diturunkan dari gendongan Mulai senang berkomunikasi, protes bila kebutuhannya tidak terpenuhi, memberi isyarat. Membuat asosiasi bahwa tangisan berarti digendong atau disusui

3 bulan

Memainkan tangan Lengan dan kaki digerakkan secara sempurna, dapat membuat gerakan bebas dan memutar Kepala diangkat lebih tinggi dari punggung, kepala bisa diangkat tegak saat digendong Berguling

Bersandar di dada bunda, bermain dengan tangannya sendiri, menunjuk ke sesuatu yang bergerak

Sudah bisa menggoyangkan giring-giring, bisa mengisap ibu jari Membuat suara lebih keras, mulai tertawa Bisa menyebabkan orang bereaksi dengan senyum, tangisan, dan bahasa tubuh

4 bulan

Bisa mengamati dengan akurat, sudah bisa mengangkat lengan ketika ingin digendong, tertawa geli bila digelitik Bisa memeluk dengan dua tangan, menggenggam, memegang dada bunda Mengangkat dada dan perut atas saat

Menyapa si pengasuh dan mengajaknya bermain, memainkan jemari, bermain dengan mainan bayi, menggelindingkan bola, posisi menghadap ke depan bila digendong

tengkurap Tahu bahwa orang dan benda memiliki nama (contohnya kucing)

5 bulan

Meraih sesuatu dengan satu tangan Berguling ke belakang, bisa melakukan posisi push-up, bisa mengjangkau jari kaki, mainan dapat dipindahkan dari tangan yang satu ke tangan lainnya dan ke mulut Menengok ke arah orang yang berbicara, berusaha meniru suara-suara, tertarik pada warna, menggunakan tangan untuk

Mendorong dengan menggunakan kaki, memencet hidung bunda, menarik rambut, meraba dan menyembunyikan mainannya, duduk di kursi bayi dan bermain di pangkuan, bermain cilukba

mendorong bila ia sedang tidak mau diganggu

6 bulan

Duduk sendiri, berguling-guling, berdiri dengan berpegangan Menunjuk mainan, sudah bisa menjumput Senang akan suaranya: berteriak, tertawa, menggeram, serta meniru sikap wajah dengan lebih baik Lebih lama bermain

Bermain dengan balok-balok, membanting mainan, diayunayun, bila digendong posisinya berubah menjadi di pinggang

6-9 bulan

Merangkak, duduk tegak, mendorong badan ke atas sampai berdiri, menjumput

Bergoyang seirama musik, bermain cilukba, memainkan makanan, permainan yang

denganibu jari dan menggunakan katatelunjuk, makan kata dan irama,

sendiri (berantakan), menjatuhkan mainan Terus merespon bila namanya disebut

menggelindingkan bola, tertarik pada objek kecil

9-12 bulan

Sering merangkak, dari duduk bisa menjadi merangkak sendiri, berkeliling di sekitar perabotan, berdiri tanpa berpegangan, langkah pertama masih kaku, belum tegap Menggenggam erat, menunjuk dan mencongkel dengan jari telunjuk, menumpuk dan menjatuhkan balok-balok, menunjukkan

Bermain dengan wadah-wadahan: mencampur, mengisi, menimbun. Merogoh isi kantong ayah, mengamati diri sendiri di depan cermin, membanting dan mencocokkan tutup dengan wadah, menumpuk dua atau tiga balok

Belum bisa merangkak

Belum bisa tengkurap

Tidak dapat mengambil barang yang berada di depannya

Belum bisa mengucapkan sepatah kata

Belum bisa menirukan gerakan tubuh, tidak bisa melambaikan tangan atau menggelengka n kepala

Belum bisa menunjuk

dominasi tangan Mengatakan mama dan dada, mengerti kata tidak, mengerti sikap tubuh seperti melambaikan tangan Menunjukkan ingatannya akan kejadian yang baru berlalu, ingat letak mainannya ketika tertutupi Berhenti menangis ketika bertemu bunda, menunjukkan kegelisahan akibat perpisahan

barang atau gambar

12-15 bulan

Berjalan Menggunakan peralatan seperti sikat gigi dan sisir, memegang botol, lebih gampang dipakaikan baju

Mendorong dan menarik mainan ketika berjalan, melempar bola, permainan dengan menyentuh, mengosongkan laci dan mengmbil

Mengucapkan 4-6 kata yang dapat dimengerti, mengenali nama dan menunjuk ke orang yang ia kenal, tertawa saat melihat gambar lucu Mulai mempelajari cara mencocokkan sesuatu

isinya, menjelajahi bahu ayah, berbicara pada mainan, meniru suara binatang

15-18 bulan

Mengerti bahasa sederhana, mengendarai mainan beroda empat, mencoba menendang bola walau sering

Mendorong kereta mainan, mengetukkan palu karet mainan, melakukan permainan bagiantubuh mana

Belum bisa berkata setidaknya 15 kata

meleset, membuka Hidung, menari laci, menurut ketika dipakaikan baju, mengonsumsi makanan berkuah Mengatakan 1020 kata yang bisa dimengerti seirama dengan musik, memutar dan menekan kenop, bermain cilukba dan berkejaran

Mengamati bermacam bentuk, mengenali gambar di buku Berlari walau kadang-kadang terjatuh

18-24 bulan

Lancar berjalan dan berlari, bisa memanjat keluar dari ranjangnya, membuka pintu, menaiki tangga tanpa bantuan Mengerti bahasa sehari-hari Membuka bungkusan, mencuci tangan, duduk di kursi tanpa bantuan Mengatakan 2025 kata yang bisa dimengerti Mencari tahu segala sesuatu sebelum melakukannya, menggambar

Menarik kereta mainan, membantu di dalam rumah, berjungkir balik, berdiri di atas pijakan, menggunakan rak, meja, dan kursinya sendiri untuk bermain, membaca buku bergambar sambil membalik-balik halaman

Belum bisa berjalan

Setelah bisa berjalan, berjalannya abnormal

Belum bisa merangkai kalimat dari dua kata

Belum tahu fungsi alat-alat yang sering dipakai di rumah seperti telepon, sendok, gelas.

Belum mampu menirukan gerakan tubuh atau kata

Belum bisa

lingkaran, membuat garis, mengerti dua perintah sekaligus

menggerakkan mainan beroda.

3 tahun

Berdiri dengan satu kaki

Senang bermain air

Masih sering terjatuh saat berjalan

Ucapannya tidak jelas

Belum bisa menyusun balok

Belum bisa berkomunikasi

Belum bisa bermain sebagai ayah/ibu

Belum bisa memahami perintah sederhana

Tidak tertarik pada anak lain

Susah berpisah dengan ibu.

4 tahun

Berlari, melompat, memanjat, naik sepeda roda tiga

Menanyakan sederet pertanyaan setiap hari

Belum bisa melempar bola

Belum bisa melompat

Belum bisa naik sepeda roda tiga

Masih menangis bila ditinggal pergi orang tuanya

Tidak suka permainan interaktif

Tidak acuh pada anak lain

5 tahun

Melompat dengan satu kaki, memanjat, bermain sepatu roda, bermain sepeda

Belajar berbahasa lebih baik, bahkan juga bahasa asing

Sangat penakut

Berprilaku agresif

Sulit berpisah dari orang tuanya

Tidak mampu berkonsentrasi lebih dari 5 menit

Tidak tertarik pada anak lain

Merespon orang di sekitarnya dengan datar.

Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Sebelum mamahami tentang periode dan aspek perkembanganyang berlangsung pada anak balita, maka penting dipahamibeberapa prinsip tentang stimulai tumbuh kembang. Stimulasitumbuh kembang pada anak balita merupakan kegiatanmerangsang kemampuan dasar anak agar anak

tumbuhkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasirutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiapkesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan olehorang tua, yang merupakan orang terdekat dengan anak,pengganti ibu atau pengasuh anak, anggota keluarga lain danorang dewasa lainnya. Kurangnya sti,ulasi dapat menyebabkanpenyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yangmenetap. Kemampuan dasar anak yang dirangsang denganstimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuangerak motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa sertakemampuan sosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, adabeberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yakni 1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasihsayang. 2. Selalu tujukkan sikap dan perilaku yang baik, karenaanak akan meniru tingkah laku orang-orang yang terdekatdengan anak. 3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak. 4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain,bernyanyi, bervariasi menyenangkan, tanpa paksaan dantidak ada hukuman.

5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutansesuai umur anak, terhadap 4 (empat) aspek kemampuandasar anak. 6. Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana,aman dan ada disekitar anak. 7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan. 8. Berikan selalu pujian bila perlu hadiah ataskeberhasilannya.

Periode dan Tahap Perkembangan Anak Menurut Umur dan Aspek Kemampuan Perkembangan kemampuan dasar anak-anak berkorelasi dengan

pertumbuhan. Perkembangan kemampuan dasar mempunyain pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan. Oleh karenanya stimulasi yang diberikan kepada anak balita dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan sesuai denganpembagian kelompok umur anak berikut ini: No 1 2 3 Periode Tumbuh Kembang Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa bayi Masa balita Kelompok Umur Masa prenatal Umur 0-12 bulan Umur 12-60 bulan (25tahun) 4 Masa pra sekolah Umur 60-72 bulan (56tahun)

Agar pertumbuhan dan perkembangan anak optimal, harus diperhatikan: 1. Lingkungan; harus mendukung kesehatan biologis dan psikologis anak 2. Gizi; harus cukup dan seimbang 3. Keteraturan ke pelayanan kesehatan; meliputi pemberian imunisasi 4. Istirahat dan tidur; harus cukup, hindari kelelahan.

2. Pengaturan Makanan pada Anak Karakteristik Anak Balita, Konsumsi dan Status Gizi Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf perkembangan dan kualitas hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama 2008). Umur dan Jenis Kelamin Anak Balita Biasanya anggota keluarga pria yang lebih tua (senior) mendapat jumlah dan kualitas pangan yang lebih baik daripada anak kecil dan wanita-wanita muda. Padahal anak-anak membutuhkan banyak zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Jelaslah keadaan tersebut akan mengakibatkan buruknya keadaan gizi pada anak. Pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini kebanyakan anak hanya mau makan satu jenis pangan selama berminggu-minggu (food jag). Orang tua tidak perlu gusar, asal pangan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Sementara itu, orang tua (atau pengasuh anak) tidak boleh jera menawarkan kembali jenis pangan yang lain setiap kali makan (Arisman 2004). Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Keadaan ini dapat mengakibatkan angka kematian bayi dan kurang gizi masih tinggi pada wanita. Berdasarkan penelitian di Jordan tahun 1964 diperoleh data bahwa kekurangan gizi banyak terdapat pada anak wanita daripada anak laki-laki. Dalam hal ini anak laki-laki mendapat prioritas dalam distribusi pangan lebih tinggi daripada perempuan (Sajogyo 1994). Pola Konsumsi Pangan Anak Balita

Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang hakiki, yaitu setiap saat harus dipenuhi untuk mempertahankan hidup manusia. Kebutuhan pangan tersebut perlu diupayakan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, yang layak, aman dikonsumsi dan mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Widowati & Djoko 2001). Konsumsi pangan adalah informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Batasan ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi yang disebut pola konsumsi pangan. Kebutuhan pangan harus diperoleh dalam jumlah yang cukup karena kekurangan atau kelebihan pangan akan berdampak terhadap kesehatan (Hardinsyah 2000). Konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya (Suhardjo 1989a), selain itu juga akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga kecukupan konsumsi pangan perlu mendapat perhatian. Selanjutnya Khomsan (2003) menambahkan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah sangat rawan terhadap gizi kurang. Mereka mengkonsumsi pangan (energi dan protein) lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga berada. Pada anak balita, perhatian terhadap pangan menurun secara makin nyata dan baru hilang setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun. Kesukaan serta ketidaksukaan terhadap pangan berubah dari hari ke hari dan dari minggu ke minggu. Selera makan biasanya tidak bisa diperkirakan. Anak bisa makan lahap pada waktu makan pertama tetapi menolak pada waktu makan berikutnya. Keluhan sebagian besar orang tua bahwa anak paling sulit makan malam. Ada kemungkinan bahwa seorang anak yang telah makan 2 kali dan mendapat beberapa jenis jajanan atau

kudapan, telah terpenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizinya, sebelum waktu makan malam (Nasoetion & Wirakusumah 1990). Tingkat Konsumsi Pangan Anak Balita Zat gizi adalah zat atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam pangan yang diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh secara normal. Manusia memerlukan zat gizi agar dapat hidup dengan sehat dan mempertahankan kesehatannya. Oleh karena itu, jumlah zat gizi yang diperoleh melalui konsumsi pangan harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan internal dan eksternal, pemeliharaan tubuh dan pertumbuhan, serta untuk aktivitas (Hardinsyah & Martianto 1992). Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya (Supriatin 2004). Tahap awal dari kekurangan zat gizi dapat diidentifikasi dengan penilaian konsumsi pangan. Konsumsi pangan yang kurang akan berdampak terhadap kurangnya zat gizi dalam tubuh. Secara umum terdapat dua kriteria untuk menentukan kecukupan konsumsi pangan, yaitu konsumsi energi dan protein. Kebutuhan energi biasanya dipenuhi dari konsumsi pangan pokok, sedangkan kebutuhan protein dipenuhi dari sejumlah substansi hewan, seperti ikan, daging, telur dan susu (Hardinsyah & Martianto 1992). Angka Kecukupan Gizi (AKG) dapat digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu. Basis dari AKG adalah kebutuhan (Estimated 27 Average Requirement). Untuk mengetahui kecukupan gizi anak balita digunakan AKG tahun 2004, yang disajikan pada Tabel 1. Kecukupan gizi tersebut dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya.

Frekuensi Konsumsi Pangan Anak Balita Khomsan (2003) menyatakan bahwa frekuensi konsumsi pangan per hari merupakan salah satu aspek dalam kebiasaan makan. Frekuensi konsumsi pangan pada anak, ada yang terikat pada pola makan 3 kali per hari tetapi banyak pula yang mengkonsumsi pangan antara 5 sampai 7 kali per hari atau lebih. Frekuensi konsumsi pangan bisa menjadi penduga tingkat kecukupan gizi, artinya semakin tinggi frekuensi konsumsi pangan, maka peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. Suatu hasil pengamatan terhadap anak-anak di negara Barat memperlihatkan bahwa pada kelompok anak yang frekuensi konsumsi pangannya kurang dari 4 kali per hari mengkonsumsi energi, protein, vitamin C, dan zat besi (Fe) lebih rendah dari rata-rata konsumsi anak-anak yang seumur. Sedangkan konsumsi pada kelompok anak yang frekuensi konsumsi pangannya lebih dari 6 kali per hari ternyata lebih tinggi dari rata-rata konsumsi anak yang seumur (Nasoetion & Wirakusumah 1990). Praktik Pemberian Makanan Pemberian makanan balita bertujuan untuk mendapat zat gizi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh. Zat gizi berperan memelihara dan memulihkan kesehatan serta untuk

melaksanakan kegiatan sehari-hari, dalam pengaturan makanan yang tepat dan benar merupakan kunci pemecahan masalah (Suharjo, 2003).

Tujuan pemberian makanan pada anak balita adalah : 1. Untuk mendapat zat gizi yang diperlukan tubuh dan digunakan oleh tubuh. 2. Untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh. 3. Zat gizi berperan dalam memelihara dan memulihkan kesehatan serta untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. 4. Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi pada balita diperlukan adanya prilaku penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuhan dalam keluarga. 5. Selalu memberikan makanan bergizi yang seimbang kepada balita (Suharjo, 2003).

Air susu ibu merupakan makanan pokok yang terbaik bagi bayi. Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya cepat diberikan. ASI diproduksi pada 1-5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat diberikan setiap saat. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit dan tim. ASI benar-benar bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan. Komposisinya juga unik bagi bayi serta bervariasi sesuai dengan petumbuhannya. ASI mudah dicerna dan langsung terserap. Kekurangan gizi, alergi, konstipasi (semblit) dan obesitas (kegemukan) tampak lebih kecil kemungkinan terjadi pada bayi yang mengonsumsi ASI (Hayati, 2009). Setelah berumur 6 bulan, bayi memerlukan makanan pendamping karena kebutuhan gizi bayi meningkat dan tidak seluruhnya dapat dipengaruhi oleh ASI. Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk cair ke bentuk bubur kental, sari buah,

buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur untuk mengembangan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa ( Arisman, 2004 ). Pertumbuhan anak usia 1-3 tahun tidak sama dengan masa bayi, tetapi pada masa ini aktifitasnya lebih banyak. Golongan ini sangat rentan terhadap penyakit dan gizi dan infeksi. Syarat makanan yang harus diberikan adalah makanan yang mudah dicerna dan tidak merangsang (tidak pedas) dengan jadwal pemberian makanan sama yaitu 3 kali makanan utama (pagi, siang, malam) dan 2 kali makanan selingan (diantara 2 kali makanan utama). Jenis jumlah dan frekuensi makan pada bayi dan anak balita, hendaknya diatur sesuai dengan perkembangan usia dan kemampuan organ pencernaannya (Depkes RI, 2006). Hasil penelitian Sarasani (2005) menyatakan bahwa anak yang mempunyai praktik pemberian makanan yang baik lebih banyak ditemukan anak dengan status gizi baik. Pada anak usia 1-3 tahun anak bersifat konsumen pasif. Makanannya tergantung pada apa yang disediakan ibu. Gigi susu telah tumbuh, tetapi belum dapat digunakan untuk mengunyah makanan yang terlalu keras. Namun anak hendaknya sudah diarahkan untuk mengikuti pola makan orang dewasa (Asad, 2002).

Tabel. Pengukuran Makanan Balita Umur (bulan) 0- 6 bulan Jenis/bentuk makanan ASI

Porsi Per hari Disesuaikan dengan kebutuhan ASI setiap di berikan anak

Frekuensi Min 6 kali

menangis

siang

atau malam hari makin makin baik 6 9 bulan ASI MP-ASI Makanan Lunak Disesuaikan dengan kebutuhan Usia 6 bulan: 6 sendok (setiap makan kenaikan Min 6 kali 2 kali sering

usia anak 1 bulan porsi di tambah 1 sdm) 9-12 bulan ASI Makanan Lembik Makanan Selingan Disesuaikan dengan kebutuhan Min 6 kali 4-5 kali

1 piring ukuran 1 kali sedang (7 sdm) 1 piring ukuran sedang

1-2 tahun

ASI

Disesuaikan

3 kali 2 kali

Makanan keluarga dengan kebutuhan Makanan selingan porsi orang

dewasa (10 sdm) porsi orang

dewasa > 24 bulan Makanan Keluarga Makanan Selingan Disesuaikan kebutuhan Disesuaikan kebutuhan 3 kali 2 kali

Kebutuhan Zat Gizi Anak Usia 0-36 Bulan

Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi dalam satu hari beragam dan mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajat kesehatan dan tumbuh kembang balita yang optimal (Direktorat Gizi Masyarakat, 2000). Zat gizi yang dibutuhkan balita adalah : 1. Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang terdiri dari dua jenis yaitu karbohidrat sederhana (gula pasir dan gula merah) sedangkan karbohidrat kompleks (tepung, beras, jagung, gandum). 2. Protein untuk pertumbuhan, terdapat pada ikan, susu, telur, kacangkacangan, tahu, dan tempe. 3. Lemak terdapat pada margarin, mentega, minyak goreng, lemak hewan atau lemak tumbuhan. 4. Vitamin adalah zat-zat organik yang kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya dapat dibentuk oleh tubuh. a. Vitamin A untuk pertumbuhan tulang, mata, dan kulit juga mencegah kelainan bawaan, vitamin terdapat dalam susu, keju, mentega, kuning telur, minyak ikan, dan sayuran dan buah-buahan segar (wortel, pepaya, mangga, daun singkong, daun ubi jalar). b. Vitamin B untuk menjaga sistem susunan saraf agar berfungsi normal, mencegah penyakit beri-beri dan anemia, vitamin ini terdapat di dalam nasi, roti, susu, daging, dan tempe. c. Vitamin C berguna dalam pembentukan integritas jaringan dan peningkatan penyerapan zat besi, untuk menjaga kesehatan gusi, banyak terdapat mangga, jeruk, pisang, nangka. 5. Mineral berguna untuk menumbuhkan dan memperkuat jaringan serta mengatur keseimbangan cairan tubuh. a. Zat besi, berguna dalam pertumbuhan sel-sel darah merah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, zat ini terdapat dalam daging, ikan, hati ayam.

b. Kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi zat ini terdapat dalam susu sapi. c. Yodium berguna untuk menyokong susunan saraf pusat berkaitan dengan daya pikir dan mencegah kecacatan fisik dan mental. Zat ini terdapat dalam rumput laut, dan sea food (Widjaja, 2007).

Tabel 2.2. Kecukupan Zat Gizi untuk Bayi dan Anak Usia Dibawah 3 Tahun

Umur Berat Badan ( kg ) Tinggi Badan ( cm ) Kebutuhan perhari : Energi (kalori) Protein (gr) Vitamin A (RE) Fe (mg) Kalsium (mg)

0-6 bulan 6 60

7-12 bulan 8,5 71

13-36 bulan 12 90

550 10 375 0,5 200

650 16 400 7 400

1000 25 400 8 500

Persiapan dan Penyimpanan Makanan Pada saat mempersiapkan makanan, kebersihan makanan perlu mendapat perhatian khusus. Makanan yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat menyebabkan diare atau cacingan pada anak. Begitu juga dengan pembuat makanan dan peralatan yang dipakai seperti sendok, mangkok, gelas, piring dan sebagainya sangat menentukan bersih tidaknya makanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. Simpan makanan dalam keadaan bersih, hindari pencemaran dari debu dan binatang. b. Alat makan dan memasak harus bersih. c. Ibu atau anggota keluarga yang memberikan makanan harus mencuci tangan dengan sabun sebelum memberikan makan. d. Makanan selingan sebaiknya dibuat sendiri.

Penilaian Status Gizi Balita 1. Status Gizi a. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan makanan (Suhardjo, 1986). Sedangkan menurut Habicht (1979) status gizi didefinisikan sebagai tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh keadaan

keseimbangan antara pemasukan zat gizi di satu pihak dan pengeluaran di pihak lain yang terlihat melalui variabel tertentu. Variabel tersebut disebut indikator, misalnya tinggi badan dan sebagainya

(Reksodikusumo, dkk 1989). Status gizi balita merupakan indikator kesehatan publik yang secara internasional dikenal untuk memonitor kesehatan dan status gizi penduduk. b. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan perbandingan keadaan gizi menurut hasil pengukuran terhadap standar yang sesuai dari individu atau kelompok masyarakat tertentu. Metode penilaian status gizi ada 2 macam yaitu secara langsung dan tidak langsung. Metode penilaian status gizi secara langsung dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan penilaian laboratoris. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung antara lain dengan studi konsumsi pangan (Suhardjo, 1986).

Pada penilaian status gizi dengan studi konsumsi pangan, metode yang sering digunakan adalah metode recall konsumsi dalam 24 jam yang lalu. Konsumsi pangan merupakan indikator pangan yang baik. Pemeriksaan laboratoris mempunyai kemampuan untuk memberikan cara yang lebih tepat dan obyektif untuk menilai status gizi. Namun pemeriksaan laboratoris kurang praktis dilakukan di lapangan, karena perlu tenaga ahli khusus (Suhardjo, 1986). Penilaian antropometri merupakan teknik yang digunakan

sehubungan dengan pemeriksaan fisik. Pengukuran antropometri lebih dianjurkan karena lebih praktis, cukup teliti, mudah dilakukan oleh siapa saja dengan latihan yang sederhana (Reksodikusumo, dkk 1989). Penilaian hasil pengukuran antropometri dapat melalui hal-hal berikut: Usia Usia dalam bulan ditentukan dari tanggal lahir dan tanggal pengukuran antropometri. Pada pemeriksaan ini dilakukan pembulatan keatas bila lebih dari 15 hari dan sebaliknya. Bila tidak ingat terhadap tanggal lahir, maka tanggal lahir dapat ditentikan sebagai tanggal 15 dan bila tidak ingat bilan lahir maka bulan lahir ditentukan sebagai bulan 6. Terdapat beberapa katergori usia, diantaranya: 0 - <6 bulan 6 - <12 bulan 12 - <24 bulan 24 - <59 bulan

Berat badan Terdapat dua macam timbangan, diantaranya: Tipe Salter spring balance. Merupakan timbangan gantung yang biasa terdapat di Posyandu. Timbangan ini dapat menimbang berat maksimum 25 kg dengan ketelitian 100g.

Tipe Bathroom scale. Timbangan ini dapat digunakan untuk anak yang sudah dapat berdiri sendiri. Timbangan ini dapat menimbang berat maksimum 100 kg dengan ketelitian 100g.

Panjang badan (usia kurang dari 2 tahun) atau Tinggi badan (usia lebih dari 2 tahun) Terdapat dua macam alat untuk mengukur panjang badan atau tinggi badan, diantaranya: Baby length board. Alat ini digunakan untuk bayi dan anak yang berumur kurang dari 2 tahun. Alat ini memiliki ketelitian 0,1 cm. Vertical measures (microtoise). Alat ini dapat digunakan untuk anak yang sudah bisa berdiri sendiri (lebih dari 2 tahun). Alat ini memiliki ketelitian 0,1 cm.

Lingkar lengan atas (LiLA) Untuk mengukur LiLA dapat menggunakan pita ukur nonelastis. Pengukuran LiLA digunakan sebagai alternatif bila tidak memungkinkan mengukur BB dan TB (bila keadaan darurat atau untuk skrining). Nilai ambang batas LiLA untuk balita 12,5-13 cm dapat menggantikan interpretasi BB-TB rendah atau wasting. Ukuran-ukuran antropometri yang paling banyak digunakan adalah berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB). Kadang-kadang digunakan pula ukuran lingkar lengan atas (LLA) atau lingkar kepala (LK) (Reksodikusumo, 1989). Ada tiga indikator status gizi anak balita: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB dan baku antropometri Badan Kesehatan Dunis (World Health Organization/WHO), 2006, ditetapkan status gizi anak. Analisis hasil pengukuran antropometri dapat menggunakan 3 cara, yaitu:

Nilai Skor-Z atau SD

Nilai ini digunakan untuk pengukuran antropometri (BB/U, TB/U dan BB/TB) disajikan sebagai nilai SD atau skor-Z di bawah atau di atas nilai mean atau median rujukan. Angka ini dianggap normal bila terdapat diantara -2SD sampai +2SD, dianggap kurang bila kurang dari -2SD dan lebih bila lebih dari +2SD. Nilai persentil Nilai ini digunakan untuk ukuran antropometri (BB/U, TB/U dan BB/TB) disajikan sebagai posisi individu dalam sebara populasi rujukan. Nilai ini dianggap normal bila antara persentil 5 sampai 95, dianggap kurang bila kurang dari persentil 5, dan dianggap lebih bila lebih dari persentil 95. Nilai persen terhadap median Nilai ini digunakan untuk ukuran antropometri (BB/U, TB/U, dan BB/TB) disajikan sebagai persen dari nilai median rujukan. Bila 90% median TB/U dilihat mendekati nilai -2SD, 80% median BB/TB dilihat mendekati nilai -2SD, dan 80% median BB/U dilihat mendekati nilai -2SD. Indikator Interpretasi ukur TB/U rendah (<-2SD) Pendek Stunted Stunting = Deskriptif TB Masalah gizi dan kesehatan jangka panjang BB/TB rendah (<-2SD) Kurus Wasted Wasting = Deskriptif BB Kehilangan BB hasil Interpretasi proses Keterangan

tidak sesuai usia

tidak sesuai TB berlebihan jangka atau BB BB/TB lebih Gemuk Overweight Bbberlebih kehilangan pendek berlanjut Deskriptif Kelebihan BB atau

terhadap TB atau berlebihan jangka TB kurang pendek berlanjut Deskriptif atau

terhadap BB BB/U rendah (<-2SD) Kurang berat Underweight -

BB tidak sesuai Stunting dan/atau usia atau wasting

kehilangan BB BB/U lebih Gemuk Overweight Deskriptif BB

BB lebih terhadap Kelebihan umur karena obesitas

Kombinasi dari 3 indikator: BB/U: kurang berat, normal, BB lebih TB/U: pendek, normal, tinggi BB/TB: kurus, normal, gemuk

K a t e g o r i

status gizi: Normal (antara -2SD sampai +2SD) Di atas normal atau lebih (lebih dari 2SD diatas median) Dibawah normal atau kurang (lebih dari 2SD dibawah median)

Gambar Klasifikasi Tingkat Keparahan Masalah Gizi Menurut WHO (1976) indikator status gizi yang dipilih harus peka terhadap perubahan status gizi penduduk pada suatu saat tertentu maupun yang akan datang. Pertumbuhan fisik anak yang dicirikan dengan bertambah besarnya ukuran-ukuran antropometri, dikenal sebagai indeks yang paling peka untuk menilai status gizi dan kesehatan. Indikator berat badan menurut umur (BB/U) merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi balita, karena indeks ini menggambarkan status gizi saat ini dan sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek. Dalam penilaian status gizi harus ada ukuran baku. Baku antropometri yang digunakan antara lain baku rujukan WHO-NCHS yang

dipublikasikan oleh WHO sebagai pembanding dan penilaian status gizi. Untuk klasifikasi status gizi berdasarkan baku antropometri perlu adanya batasan-batasan tertentu. Salah satu cara penyajian indeks antropometri adalah penggunaan Z score, karena dengan Z score hasil status gizi yang diluar batas masih dapat dideteksi, hasil perhitungan telah dibakukan menurut simpangan baku sehingga dapat dibandingkan untuk setiap kelompok umur dan indeks antropometri (WHO-NCHS, 1976).

1. Prosedur Pemeriksaan a. Prosedur Penentuan Usia Balita Menentukan tanggal, bulan, dan hari penimbangan dikurangi dengan tanggal, bulan, dan waktu lahir. Kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 16 sampai dengan 30 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Kelebihan atau kekurangan hari sebanyak 1 sampai dengan 15 hari dibulatkan menjadi 0 bulan. b. Prosedur Penimbangan Balita Dengan Menggunakan Dacin atau Tipe Salter spring balance Persiapan Penimbangan: Menggantung dacin pada tempat yang kokoh. Mengatur posisi batang dacin sejajar dengan mata penimbang. Memeriksa ketepatan dacin, dengan menggeser bandul geser tepat pada angka nol, jika jarum penunjuk tegak lurus, berarti tidak perlu diseimbangkan lagi. Jika jarum belum tegak lurus, maka dapat diseimbangkan dengan penambahan batu kecil dalam plastik yang digantung di ujung batang dacin. Pelaksanaan Penimbangan: Memastikan bandul geser berada tepat pada angka nol, agar batang dacin tidak mengenai penimbang maupun orang lain. Menanyakan hasil pengukuran BB sebelumnya, sebagai patokan agar penimbangan dapat berlangsung lebih cepat. Memasukkan balita kedalam kantung timbang. Mengatur bandul geser pada angka penimbangan sebelumnya, lalu kemudian disesuaikan sedikit hingga jarum penunjuk saling tegak lurus (telah seimbang). Membaca hasil penimbangan dengan melihat angka yang tertera di ujung bandul geser. Mencatat hasil penimbangan.

Mengembalikan bandul geser pada angka nol. Mengeluarkan balita dari kantung timbang.

c. Pengukuran Panjang atau Tinggi Balita Dengan Papan Pengukur Persiapan Alat: Meletakkan papan pada permukaan yang datar (misalnya meja). Membuka kunci pengait papan pengukur hingga papan terbuka seluruhnya. Memastikan meteran menunjuk angka nol.

Pelaksanaan Pengukuran: Balita yang akan diukur harus terbebas dari topi, atau alas kaki yang dapat berpengaruh dalam pengukuran panjang atau tinggi badan. Meletakkan balita pada papan pengukur, kepala balita menempel rapat pada bagian papan pengukur yang statis (tidak bergerak). Menarik kepala meteran hingga menempel rapat pada telapak kaki balita yang tegak lurus dengan bidang horizontal. Membaca angka yang tertera pada kepala meteran, dan mencatat hasil pengukuran. Mengembalikan kepala meteran ke tempat semula dan

mengeluarkan balita dari papan pengukur. Dengan Microtoise Persiapan Alat: Meletakkan microtoise di lantai dan menempel pada dinding. Menarik pita meteran hingga angka nol. Menempel ujung pita/meteran pada dinding. Menarik kepala microtoise ke atas sampai paku.

Pelaksanaan Pengukuran: Balita tegak lurus membelakangi dinding. Kepala balita dibawah alat geser.

Balita tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat, dan tumit menempel di dinding. Memposisikan kedua lutut dan tumit rapat. Menarik kepala microtoise sampai puncak kepala balita. Membaca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis merah. Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil ke angka besar. Mencatat hasil pengukuran pada kartu status.

d. Prosedur Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) Mempersiapkan alat pengukur, yaitu pita pengukur lingkar lengan atas. Memperkenalkan diri dan menerangkan prosedur pengukuran serta manfaatnya. Memilih lengan yang akan diukur, yaitu yang jarang dipakai bekerja (lengan kiri, jika kidal yang diukur lengan kanan). Membebaskan lengan anak dari pakaian. Mengukur panjang lengan, dengan titik pengukuran dari pangkal (acromion) hinggga siku (olecranon). Lengan anak membentuk sudut 90. Merelaksasikan lengan anak. Mengukur lingkar lengan atas pada titik tengah panjang dengan pita pengukur LILA. Membaca hasil pengukuran LILA.

2. Mengisi dan Membaca KMS Balita Datang Pertama Kali: a. Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran. b. Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman dalam KMS balita: Kolom posyandu diisi nama Posyandu tempat anak didaftar.

Kolom tanggal pendaftaran diisi tanggal anak didaftar pertama kali.

Kolom nama anak diisi nama jelas anak. Kolom jenis kelamin diisi tanda ceklis (V) yang sesuai. Kolom anak yang ke diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga (termasuk anak yang meninggal).

Kolom tanggal lahir diisi bulan dan tahun lahir anak. Kolom berat badan lahir diisi angka penimbangan berat badan anak saat dilahirkan dalam satuan gram berat badan lahir. Kolom nama ayah dan nama ibu beserta pekerjaannya diisi sesuai nama dan pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut. Kolom alamat diisi alamat anak menetap.

c. Mengisi kolom bulan lahir. d. Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS balita. e. Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya. f. Mengisi kolom pemberian imunisasi. g. Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi. h. Mengisi kolom periode pemberian ASI Ekslusif. Balita Datang Kedua Kali dan Seterusnya: Jika ibu tidak membawa KMS, maka harus menanyakan hasil penimbangan 2 bulan sebelumnya agar dapat ditentukan status pertumbuhannya. Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS balita, kemudian menghubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu dalam bentuk garis lurus. Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan lainnya. Mencatat semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan yang bersangkutan. Apabila anak mendapat imunisasi makaa mengisi kolom pemberian imunisasi.

Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) dan diberi kapsul vitamin A, maka mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi.

Apabila umur bayi masih dibawah 6 bulan, maka diisi kolom periode pemberian ASI Ekslusif.

3. Melakukan Tindakan Berdasarkan Catatan dalam KMS Bila garis pertumbuhan naik Diberikan pujian serta nasehat agar ibu meneruskan cara pemberian makanan kepada annakanya, namun dianjurkan agar makan lebih banyak lagi agar anak dapat terus tumbuh dan diupayakan berat badannya naik lagi pada bulan yang berikutnya. Bila garis pertumbuhan tidak naik Timbangan tidak naik 1 kali (1T) ditanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian memberikan nasehat makanannya, dan memotivasi agar BB naik bulan berikutnya. Timbangan tidak naik 2 kali (2T) ditanyakan riwayat makanan dan penyakitnya, kemudian memberikan nasehat makanannya. Bila anak terlihat sakit segera dikirim ke Puskesmas atau fasiliitas kesehatan lainnya. Timbangan tidak naik 3 kali (3T) anak dirujuk ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain. Bila garis pertumbuhan berada dibawah garis merah (BGM), anak harus segera dirujuk ke Puskesmas/fasilitas kesehatan lainnya. Mencari penyebab kejadian tersebut, baik penyebab medis maupun penyebab non medis. Jika tanda klinis (-), memberikan makanan tambahan. Jika tanda klinis (+), melakukan 10 langkah tata laksana gizi buruk dan mengobati jika ada penyakit penyerta. 4. Standar Ukuran Berat Badan dan Tinggi Badan Berikut tabel standar ukuran berat badan dan tinggi badan

Umur (bulan) Standar 90% standar 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 3,4 4,3 5,0 5,7 6,3 6,9 7,4 8,0 8,4 8,9 9,3 9,6 9,9 10,2 10,4 10,6 10,8 11,0 11,3 11,5 11,7 11,9 12,05 12,3 12,4 12,6 12,7 3,0 3,7 4,4 5,1 5,7 6,2 6,7 7,1 7,6 8,0 8,4 8,7 8,9 9,1 9,35 9,5 9,7 9,9 10,1 10,3 10,5 10,7 10,9 11,1 11,2 11,4 11,6

Berat (kg) 80% standar 2,7 3,4 4,0 4,5 5,0 5,5 5,9 6,3 6,7 7,1 7,4 7,7 7,9 8,1 8,3 8,5 8,7 8,9 9,0 9,2 9,4 9,6 9,7 9,8 9,9 10,1 10,3 70% standar 2,4 2,9 3,4 4,0 4,5 4,9 5,2 5,5 5,9 6,2 6,5 6,7 6,9 7,1 7,3 7,4 7,6 7,8 7,9 8,1 8,2 8,3 8,4 8,6 8,7 8,9 9,0 60% standar 2,0 2,5 2,9 3,4 3,8 4,2 4,5 4,9 5,1 5,3 5,5 5,8 6,0 6,2 6,3 6,4 6,6 6,7 6,8 7,0 7,1 7,2 7,3 7,4 7,5 7,6 7,7

27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

12,9 13,1 13,3 13,5 13,7 13,8 14,0 14,2 14,4 14,5 14,7 14,85 15,0 15,2 15,35 15,5 15,7 15,85 16,0 16,2 16,35 16,5 16,65 16,8 16,95 17,1 17,25 17,4 17,6 17,7

11,8 12,0 12,1 12,2 12,4 12,5 12,65 12,8 12,9 13,1 13,2 13,4 13,5 13,6 13,75 13,9 14,0 14,2 14,4 14,6 14,7 14,8 15,0 15,2 15,3 15,45 15,6 15,7 15,85 16,0

10,5 10,6 10,7 10,8 11,0 11,1 11,2 11,3 11,3 11,6 11,8 11,9 12,05 12,2 12,3 12,4 12,6 12,7 12,9 12,95 13,1 13,2 13,35 13,5 13,65 13,8 13,9 14,0 14,2 14,3

9,2 9,3 9,4 9,5 9,7 9,8 9,9 10,0 10,0 10,2 10,3 10,4 10,5 10,6 10,7 10,8 10,9 11,05 11,2 11,3 11,4 11,5 11,6 11,75 11,9 12,0 12,1 12,1 12,3 12,4

7,8 7,9 8,0 8,1 8,2 8,3 8,4 8,5 8,6 8,7 8,8 8,9 9,0 9,1 9,2 9,3 9,4 9,5 9,6 9,7 9,8 9,9 10,0 10,1 10,2 10,3 10,4 10,5 10,6 10,7

57 58 59 60

17,9 18,05 19,25 18,4

16,15 16,3 16,4 16,5

14,4 14,5 14,6 14,7

12,6 12,7 12,8 12,9

10,75 10,8 10,9 11,0

5. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi a. Pengetahuan Gizi Untuk meningkatkan gizi keluarga, perlu dukungan seluruh anggota keluarga. Namun demikian, di dalam masyarakat penanganan makanan masih didominasi oleh ibu. Oleh karena itu ibu dituntut untuk memahami seluk beluk makanan yang berkaitan dengan gizi (Lisdiana, 1998). Praktek ibu dalam menyediakan makanan sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi, pengetahuan gizi ibu yang cukup diharapkan dapat memilih dan menyediakan makanan yang bergizi, serta menyusun menu seimbang dengan baik yang secara tidak langsung akan meningkatkan status gizi balita (Ngadiati, 1990). Suatu hal yang menyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada 3 kenyataan: Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan (Suhardjo, 1986). Pemilihan pengolahan dan penyajian makanan dipengaruhi oleh pengetahuan gizi. Semakin tinggi pengetahuan gizi semakin

diperhitungkan jumlah dan jenis makanan yang dipilih untuk

dikonsumsinya. Ibu yang tidak cukup pengetahuan gizi akan memilih makanan yang paling menarik panca indra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan penilaian gizi makanan. Sebaliknya ibu yang memiliki pengetahuan gizi lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan gizinya tentang nilai gizi makanan tersebut (Sediaoetama, 1991). Setiap orang akan melakukan pemilihan makanan yang berbeda-beda. Dalam pemilihan makanan perlu dipertimbangkan nilai gizi makanan tersebut, tetapi umumnya orang melakukan pemilihan makanan atas dasar faktor rupa, bau dan tekstur saja tanpa mempertimbangkan nilai gizinya (Khumaidi, 1994). Pengetahuan gizi ibu yang kurang mengenai pemilihan makanan, cara menyusun menu yang seimbang dengan baik akan berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak sehingga kecenderungan anak kurang gizi sangat besar (Anonim, 1990). Sebelum makanan dikonsumsi, sebagian besar bahan makanan diolah dulu sehingga menjadi hidangan yang bercita rasa. Dalam proses pengolahan dan pemasakan bahan makanan dapat menyebabkan kehilangan sebagian dari zat gizi terutama vitamin (Sediaoetama, 1991). Untuk mengurangi kehilangan zat-zat gizi tersebut dilakukan pemasakan yang tidak terlalu lama, tetapi ibu yang kurang pengetahuan gizinya lebih suka memasak sayuran sampai lunak atau matang sekali. Selain itu keahlian seorang ibu dalam memasak beragam makanan juga diperlukan untuk mengatasi penolakan makanan misalnya karena anak bosan pada makanan tersebut (Lisdiana, 1998). Dalam hal penyajian untuk meningkatkan selera dan gairah makan hidangan harus disajikan secara menarik (Sediaoetama, 1991). b. Pendapatan Keluarga

Pendapatan keluarga merupakan faktor yang mempegaruhi dan menentukan kebutuhan akan kualitas dan kuantitas makanan dengan jumlah dan mutu yang memadai. Keluarga dengan pendapatan kurang akan membelanjakan sebagian pendapatanya untuk makanan (Berg, 1986). Tingkat pendapatan keluarga dapat dilihat dari besar pendapatan yang berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pangan termasuk zat gizi. (Berg, 1986). Pendapatan keluarga akan menentukan daya beli makanan, tersedia atau tidaknya makanan dalam keluarga akan mempengaruhi asupan zat gizi (Prawirohartono, 1996). c. Distribusi Makanan Disitribusi makanan di antara para anggota keluarga harus diatur menurut kebutuhan fisik akan zat gizi masing-masing anggota. Kebiasaan yang mementingkan dan mendahulukan kepala keluarga dalam distribusi makanan dan membelakangkan anak-anak terutama balita adalah tindakan yang salah (Sediaoetama, 1991). Apabila keadaan tersebut berlangsung terus menerus maka dapat menimbulkan gizi kurang (Suhardjo, 1986). d. Besar Keluarga Pembatasan jumlah keluarga bisa membantu memperbaiki gizi. Jika besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak akan berkurang dan banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak yang kecil memerlukan makanan relatif lebih banyak dari anak yang lebih besar (Suhardjo, 1986). e. Kepercayaan Masih ada kepercayaan untuk memantang makanan tertentu yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung zat gizi yang baik. Di masyarakat, praktek semacam ini biasanya justru ditujukan kepada golongan rawan gizi seperti balita, wanita hamil, dan menyusui (Prawirohartono, 1996).

f. Infeksi Ada hubungan timbal balik yang sangat erat antara keadaan gizi anak dengan kejadian penyakit infeksi. Penyelidikan menunjukkan bahwa berbagai jenis infeksi sangat mudah diderita oleh anak-anak yang gizinya tidak baik dan angka kematian akibat penyakit infeksi ini sangat tinggi pada golongan anak yang keadaan gizinya buruk (Moehji, 1982). Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanisme. Infeksi yang akut mengakibatkan kurangnya nafsu makan dan toleransi terhadap penyakit menjadi menurun, sehingga mudah terkena infeksi (Suhardjo, 1986). A. Kerangka Teori

B. Kerangka Konsep

SUMBER : 1. Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2. Engle PL. 1995. Child Caregiving and Infant and Preschool Nutrition. In Child Growth and Nutrition in Developing Countries, Priorities for Action. Edited by Andersen, P Pinstrup, Pelletier D, and Alderman H. Ithaca and London : Cornell University Press. 3. Nurmiati. 2006. Pertumbuhan dan perkembangan anak balita dengan status gizi stunting dan normal [Skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Daftar Pustaka Fakultas Ekonomi UI. 2010. Indonesia Economic Outlook 2010. Jakarta: Grasindo. Suhardjo. 2005. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: KANISIUS Alimul Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik untuk Kebidanan, E/2. Jakarta: Salemba Medika

Вам также может понравиться