Вы находитесь на странице: 1из 8

Latar Belakang Masalah

Irak merupakan salah satu negara yang menjadi musuh bebuyutan AS, terutama sejak pemerintahan George Bush hingga George W. Bush, yaitu sejak pecahnya perang teluk II hingga peristiwa terorisme yang mengguncang dunia pada 11 September 2001. Sikap Irak yang terkesan selalu menentang AS dan berupaya menggagalkan kepentingan AS, menjadikan Saddam Hussein sebagai target penggulingan yang merupakan salah satu tujuan kebijakan luar negeri AS. Hal ini dilakukan guna mempermudah AS dalam rangka menjalankan berbagai misi kepentingan di Irak. Sejak mengambil alih kekuasaan, Saddam Hussein menjadi pusat penentu kebijakan luar negeri Irak, dengan sifanya yang agresif dan penuh ambisi terutama untuk mengasai Kawasan Teluk, hal inilah yang memicu amarah AS, dan Negara-negara Barat, yang memiliki kepentingan besar di kawasan ini. Sebelum terjadi permusuhan antara AS dan Irak, sebelumnya mereka pernah melakukan kerjasama yang terbilang sangat erat. Terbukti ketika AS membantu Irak menyerang Iran yang saat itu di pimpin oleh Ayatullah Rohulullah Khomeini, yang menyebut AS sebagai the big satan (setan besar) yang harus diperangi dimanapun keberadaannya. Salah satu motif penyerangan Irak ke Iran adalah keinginan Saddam untuk menjadi penguasa di Kawasan Teluk, menggantikan kedudukan Shah Iran. Selain itu, Saddam ingin menduduki kursi kepemimpinan Arab, karena pada saat itu Presiden Anwar Sadat memiliki pengaruh yang sangat besar di kawasan ini meninggla dunia, sehingga kesempatan ini digunakan sebaik-baiknya oleh Sadaam guna meraih ambisi besarnya. Hubungan harmonis antara AS dan Irak tidak berlangsung lama, ketika Saddam melebarkan kekuasaanya dan mengambil sebagain wilayah Kuwait dan mengklaim sebagai bagian dari wilayah Irak. Di samping itu, Irak juga bermusuhan dengan Istrael dan berusaha menggulingkan hegemoninya di kawasan Teluk. Di samping ingin melindungi sekutu utamanya Istrael, AS juga meilii kepentingan besar di kawasan ini, terutama mengenai suplay minyak yang merupkan sumber daya terbesar negara ini. Kemarahan AS semakin terpancing karena semenjak akhir perang Teluk, Irak berpeling kepada Rusia, Cina, dan Perancis. Irak mengharapkan bantuan dari Negara-negara tersebut,

guna mendukung diakhirinya sanksi PBB dan isolasi diplomatik atas Irak pada bulan November 1997. Di dalam percaturan Internasional, posisi Irak (sebelum dikenakan sanksi ekonomi) juga membuat khawatir AS. Sebagai negara produsen terbesar minyak kedua di dunia, Irak memiliki peran besar dalam menentukan produksi, distribusi serta harga minyak dunia. Hal inilah yang membuat AS tertarik bekerjasama dengan Irak, namun Saddam Hussein menolak ajakan tersebut, untuk itu AS terus berupaya mengeliminir pengaruh dan kekuatan Saddam. Melalui PBB, AS yang memiliki akses dan pengaruh besar di dalam organisasi internasional tersebut terus menekan Irak. Sejak terjadinya perang teluk pada 2 Agustus 1990, Dewan Keamanan PBB, telah mengeluarkan beberpa resolusi mulai dari kecaman, blockade ekonomi, penggerakan pasukan multinasional hingga persetujuan penggunaan militer untuk menekan Irak. Sebagai upaya lebih lanjut, AS terus menekan upaya perkembangan kekuatan Irak, dengan mengawasi program-program persenjataanya. Hal ini berhasil dilakukan setelah PBB megirimkan pasukan inspeksi persenjataan UNSCOM ke Irak. Melalui UNSCOM ini, AS mendapatkan informasi-informasi mengenai kekuatan militer Irak. Kemuadian, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan embargo ekonomi terhadap Irak, yang mengakibatkan perekonomian Irak kacau balau. Kemiskinan dan kesengsaraan rakyat yang mendalam trjadi di Irak, sebagai dampak dari embargo tersebut. Dari segi militer, dengan menurunnya perekonomian di Irak, maka pembelanjaan militer pun menurun, sehingga memperlemah kekuatan militer yang di miliki Irak. Berbagai cara yang di lakukan AS untuk mengeliminir kekuatan Irak tidak membuat Saddam menyerah dan tunduk kepada AS. Akhirnya, AS menemukan cara dan alsan yang ampuh ketika negara adi kuasa ini mengalami peristiwa aksi terorisme pada 11 September 2001. Dengan mengaitkan Irak dengan Al-Qaida sebagai pelaku terorisme, AS memiliki alas an kuat untuk menekan Irak. Tidak hanya itu, AS menuduh Irak memiliki senjata pemusnah masal yang berada di tangan Saddam. Bush lebih menegaskan bahwa ancaman Irak dengan senjata pemusnah masalnya mampu mencapai wilayah territorial AS, dengan alasan ini Bush akhirnya memperoleh persetujuan untuk menyerang Irak. AS terus mengkampanyekan upaya pemberantasan upaya terorisme internasional dan berusaha merangkul Negara-negara lain untuk ikut bergabung dalam misinya tersebut.

Atas keinginannya untuk menggulingkan kekuatan saddam, berbagai dukungan dan penolakan di terima oleh AS. Banyak yang menentang dilakukannya tindakan militer untuk melucuti persenjataan Irak. Hingga perang dimulai, badan yang diberi tugas oleh Dewan Keamanan PBB untuk menyelidiki keberadaan senjata pemusnah masal, UNSCOM dan IAEA, tidak menemukan bukti nyata kepemilikan senjata mematikan tersebut. Sejumlah pasukan bahkan telah dipersiapkan untuk menggempur Irak. Strategi perang telah direncanakan sedemikian rupa hingga pembentukan pemerintahan baru pasca kekuasaan Saddam telah dibicarakan jauh hari sebelum dilakukannya penyerangan. Hal ini mengindikasi bahwa begitu besarnya keinginan AS untuk menjatuhkan kekuasaan Saddam Hussein, karena dengan begitu akan mempermudah AS untuk menguasai Irak dan melancarkan kegiatannya, terkait berbagai kepentingan AS di Irak. Berdasarkan pemaparan singkat di atas maka penulis tertarik untuk menganalisisnya dalam proposal penelitian yang berjudul Dampak Penggulingan Kekuasaan Saddam Huseein Dalam Rangka Pencapaian Kepentingan Amerika Serikat di Irak

Rumusan Masalah Permasalahan merupakan pernyataan yang muncul dan mendasari dilakukannya penelitian untuk mencari jawaban atas permasalah tersebut. Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambigu), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan maupun antar fenomena, baik yang telah ada maupun yang akan ada. Dari latar belakang diatas, adapula rumusan masalah yang muncul sebagai berikut Apakah dampak dari Penggulingan Kekuasaan Saddam Hussein Dalam Rangka

Pencapaian Kepentingan Amerika Serikat di Irak?

Kerangka Pemikiran

Kerangka teori merupakan sebuah alat untuk menganalisa sebuah permasalahan. Sehingga dapat dilakukan pembahasan yang mendalam dan sesuai dengan tema yang disampaikan. Untuk menganalisa permasalah diatas, maka penulis menggunakan konsep national interest . dimana national interest disni adalah kepentingan national yang di perjuangka oleh setiap negara. Ada beberapa katagori yang terdiri dari berbagai tujuan dan kepentingan AS di Irak. Jika dilihat berdasarkan konsep national interest,adalah AS yang memiliki hasrat yang sangat besar untuk menguasai lahan minyak di kawasan Timur tengah terutama Irak, sebagai negara yang memiliki sumber daya minyak terbesar ke-2 di dunia, karena sebagai negara industri tentunya minyak adalah sumber energi yang sangat penting bagi AS. Kemudian yang kedua adalah mencegah didominasinya wilayah Timur Tengah oleh kekuatan-kekuatan yang mengancam AS, karena jika sampai kawasan ini dikontrol oleh rezim-rezim yang menentang/anti barat, tentunya akan menggangu perekonomian AS, karena tidak dapat di pungkir selama ini,AS sangat bergantung pada wilayah Timur tengah dalam hal sumberdaya minyak. Terkait konsep national interest, maka penulis menggunakan teori realisme untuk nmenganalisis permasalahan diatas, Substansi pokok realisme memandang bahwa adanya muatan struggle for power (Morgentaou) yang identik dengan memperjuangakan kekuasaan, dan realis memandang, perang adalah jalan utama untuk mencapai kepentingan suatu negara. Terkait dengan teori realis, Amerika Serikat secara umum berhubungan dengan kasus ini sebagai berikut: Melalui PBB AS memberi pengaruh untuk melakukan berbagai resolusi-resolusi untuk menekan Irak, di bawah pimpinan Saddam Hussein,mulai dari resolusi militer, mengembargo perekonomian Irak, dan di turunkannya UNSCOM sebagai badan yang mengirim informasi kepada AS terkait isu-isu senjata pemusnah masal yang berada di tangan Saddam Hussein. Terkait tuduhan AS terhadap jaringan Al-Qaida di Irak, sebagai otak pelaku

terrorisme, yang terjadi pada 11 September 2001. hal inilah yang menjadi salah satu alasan angresi militer AS di Irak, tanpa melalui proses perundingan untuk mencapai suatu perdamain, seperti yang diusulkan oleh PBB.

Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas suatu permasalahan, yang dapat dirumuskan dalam suatu pernyataan. kebenarannya harus diuji secara empiris. Sehingga secara implisit, hipotesis juga menyatakan prediks. Dalam hal ini, maka penulis dapat membuat hipotesis sebagai berikut: Penggulingan kekuasaan Saddam Huseein dalam rangka pencapain kepentingan AS, berdampak secara politik dan ekonomi di Irak Secara politik yang kooperatif. Secara ekonomi Irak. : As dapat menguasai akses terbesar atas suplay minyak di : AS dapat menciptakan landasan pemerintahan yang Irak

Metode penelitian Metode pengumpulan data Dalam suatu penelitian ilmiah terdapat dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung terhadap objek,misalnya dengan cara wawancara langsung dengan nerasumber tertentu. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Disini, penulis menggunakan data yang sifatnya sekunder antar lain melalui: Buku-buku literatur Data dari situs internet Data dari koran

Data sekunder yang penulis gunakan berasal dari: Perpustakaan FISIP Universitas Jember Perpustakaan pusat Universitas Jember Internet

Metode Analisa Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca. Analisis data juga merupakan suatu langkah akhir dalam penelitian yang berfungsi menguji hipotesis yang disajikan. Sesungguhnya analisis data dapat dibedakan menjadi dua yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini penulis menggunakan analisa data kualitatif. Dalam rangka menganalisis data juga diperlukan piranti lain yaitu alur berfikir. Alur berfikir dapat membantu seorang penulis mengarahkan tujuan penulisan. Disini penulis menggunakan alur berfikir deduktif, yaitu suatu cara berfikir berangkat dari hal yang bersifat umum akan suatu fenomena dan menggeneralisasi kebenaran tersebut pada data atau peristiwa tertentu yang memiliki ciri yang sama dengan fenomena yang bersangkutan atau yang diprediksi.

Dampak Penggulingan Kekuasaan Sadaam Hussein Dalam Rangka Pencapain Kepentingan Amerika Serikat di Irak

KERANGKA PROPOSAL PENELITIAN

oleh Putu Ayu Wulandari DP NIM 100910101010

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER 2012

Вам также может понравиться