Вы находитесь на странице: 1из 4

Djakarta: Novia

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 4 Mei 2009 pukul 10:13 Ditulis Oleh: Munzir TEBET. Hari itu saya menemui Emha Ainun Nadjib di Tebet. Rumah Tebet adalah semacam rumah singgah bagi Emha. Frekuensi perjalanan Emha tetap saja meningkat, dalam seminggu bisa dua sampai tiga kali pergi pulang Jogja-Jakarta. Rumah kontrakan milik Marlinda Irwanti menjadi tempat persinggahan ini adalah atas prakarsa Uki Bayu Sedjati. Sebuah rumah kuno yang luas dan tidak banyak sekat-sekatnya. Sangat ideal untuk kongkow-kongkow dan istirahat. Lokasinya tidak jauh dari Pasar PSPT Tebet Timur Dalam, 200 meter dari rel KA antara Stasiun Cawang dan Tebet.

Uki Bayu Sedjati Uki Bayu Sedjati, seorang wartawan majalah Amanah, bersama Emha, mendapat proyek pembuatan semacam buku biografi untuk Ketua DPD Golkar DKI, Tadjus Sorbirin, seorang purnawirawan militer mantan bupati Tangerang. Selain menyediakan rumah kontrakan, Uki juga mencarikan orang yang bisa mempati rumah itu dan siap membuatkan kopi untuk tamu-tamu Emha. Seorang siswa SMA bernama Febrianto, sehabis urusan sekolah selesai, standby di rumah Tebet. Anto, panggilan Febrianto, ditemani Agus Sarohman, yang ditugaskan untuk pengetikan ulang hasil wawancara dengan Tadjus Sobirin. Proses wawancara dilakukan bersama-sama oleh Uki, Eko Tunas dan Nadjib Kertapati. Eko Tunas, sahabat lama Emha, seorang penyair dari Tegal bertempat tinggal di Semarang. Sementara Nadjib dikenal sebagai penulis cerpen dan novelis. Ruang keluarga yang dijadikan ruang tamu telah tergelar karpet lebar. Tidak ada meja kursi. Beberapa bantal dan guling masih rapi terbungkus plastik. Berserakan peralatan dapur; wajan, panci, piring, gelas dan sendok; semuanya masih baru. Ada seorang wanita berambut panjang lurus sedang memasang rak untuk tv. Potongan bilah-bilah rak knock down yang terbuat dari alumunium sedang dibentuk menjadi rak yang utuh. Wanita cekatan ini sedang memasang baut, keringatnya bercucuran. Rupanya ia baru saja membelanjakan

kebutuhan rumah Tebet. Saya mengenalnya sebagai seorang artis penyanyi. Wajahnya sangat familiar. Beberapa sinetron TVRI berperan ikut mengangkat kepopulerannya. Ia pernah menjadi tokoh pemeran yang meraih banyak simpati, Siti Nurbaya. Jauh sebelumnya ikut dalam serial drama TVRI yang dibintangi Dede Yusuf; Jendela Rumah Kita, sutradara Dedi Setiadi dan skenario Arswendo Atmowiloto. Kenalkan, ini Via, kata Emha menyambutku. Sudah tahu Cak. Novia Kolopaking yang penyanyi itu kan? saya berkata dalam hati. Siapa yang tidak kenal wajahnya, hampir tiap hari muncul di TV swasta. Lagu Bunga Mawar sangat populer. Dengan Menyebut Nama Allah, sebuah lagu ciptaan Dwiki Darmawan sangat disukai masyarakat. Saya menyapa dan bersalaman.

Novia Kolopaking Novia seorang artis penyanyi yang juga pelakon sinetron. Bahkan pernah sebagai dubber, pengisi suara, sandiwara radio yang sangat fenomenal Saur Sepuh sebagai Dewi Anjani. Ia dikenal sangat mandiri. Sebagai artis lajang, ketika itu, kemana-mana selalu menyetir sendiri mobilnya. Jalan-jalan tikus di Jakarta sangat paham. Juga mengenal betul warungwarung pinggir jalan yang murah meriah. Tidak jarang kami, sahabat-sahabat Emha, diajak berkeliling mencari makanan yang asyik dan murah. Tersebutlah: Saifullah Yusuf, Franki Sahilatua, Jeffri Moeslim, Harre Rumemper, Bambang Isti Nugroho, Eko Tunas, Nadjib Kertapati, Uki Bayu Sedjati dan yang lain. Berita kedekatan Emha dengan Novia Saptarea Sanganingrum masih simpang siur. Masing-masing mereka menolak mengakui ada hubungan spesial. Sampai kemudian masyarakat tersentak dengan berita pernikahan mereka pada tanggal 22 Maret 1997 di rumah Kepala Desa Tampingmojo, Tambelang, Jombang, bertindak sebagai wali hakim Novia sekaligus sebagai penghulu, Kepala KUA Tambelang, Djazuli. Beberapa kerabat dan keluarga Jombang ikut mendampingi, diantaranya Sabrang Mowo Damar Panuluh, anak Emha dari pernikahan terdahulu dengan Neneng Suryaningsih. Benar saja, wartawan heboh mendengar kabar atas pernikahan mereka. Peristiwa itu hampir luput dari perhatian wartawan. Untuk memenuhi permintaan berbagai pihak, seorang wartawan sahabat Emha, Yusuf Susilo Hartawan, menggelar jumpa pers dengan menghadirkan Emha dan Novia. Beberapa bulan kemudian rumah Tebet ditinggalkan. Pindah ke Perumahan Kelapa Gading, tidak jauh dari rumah kontrakan Novia, yang sejak lama sudah tinggal di Kelapa

Gading. Emha Ainun Nadjib, yang telah lama hidup sendiri, kini telah berkeluarga. Memulai kehidupan baru. Sejak saat itu pindah ke Jakarta. Kesibukannya tetap saja tinggi. Memenuhi undangan dari berbagai kalangan. Undangan-undangan mulai di alamatkan ke Jakarta, ditangani oleh Yusron Aminullah, Hilman Farikhi dan Muhammad Hadiwiyono. Novia Kolopaking, wanita kelahiran Bandung, 9 November 1972, masih tetap sibuk mengisi berbagai event acara. Emha bukan tipe orang yang suka melarang-larang. Sebagai penyanyi papan atas, pemain sinetron dan model iklan, profesi itu tetap dijalaninya. Sebelum menikah dengan Emha, Novia sudah menjadi artis populer. Sebagai artis sinetron, bersama sutradara Dedi Setiadi, ia berperan sebagai Emak berpasangan dengan Adi Kurdi (Abah) dalam serial yang sangat dinantikan pemirsa televisi, Keluarga Cemara, karya Arswendo Atmowiloto. Juga ada sinetron-sinetron lain, misalnya Satu Kakak Tujuh Ponakan, dengan pasangan mainnya Sandy Nayoan dan Derry Drajat. Sebagai artis penyanyi, lagu-lagunya menjadi hits. Dengan besutan Chossy Pratama, lagu Untukmu Segalanya, Cinta, Asmara dan Zikir; menjadi lagu populer dan sering diputar atau diperdengarkan di radio dan televisi.

Emha Ainun Nadjib dan Novia Kolopaking Sampai sekarang, Emha amat cinta dan setia dengan Novia. Novia-pun sangat mencintai suaminya dan anak-anaknya. Dikarunia 4 (empat) orang anak.; Ainayya Alfatiha, meninggal dalam kandungan. Aqiela Fadia Haya, Jembar Tahta Aunillah, dan Anayallah Rampak Maiyesha. Bahkan Sabrang Mowo Danar Panuluh, anak Emha dari perkawinan terdahulu, sangat dekat dengan Novia. Sabrang bisa mengungkapkan masalah pribadi secara bebas dan terbuka dengan ibu tirinya itu. Ia kini tinggal dan menetap di Jogja. Menjadi ibu rumah tangga bagi suami dan anakanaknya. Namun ia sangat cekatan dan tak kenal lelah membantu aktivitas Emha dan Kiai Kanjeng. Ia mengurusi berbagai macam kebutuhan, sampai hal-hal yang kecil, tatkala Emha dan Kiai Kanjeng tour ke luar negeri. Ia paham betul apa-apa yang harus dikerjakan. Karena sesungguhnya ia sangat fasih berbahasa Inggris. Dalam perjalanan ke Inggris, Skotlandia, Jerman dan Italia. Ia memimpin tak hanya dalam pengertian perjalanan ke luar negeri. Novia juga memimpin dalam arti ia tampil sebagai ujung tombak artistik musik Kiai Kanjeng. Beberapa tour sebelumnya; ke Melbourne, Canberra, Sydney dan Adelaide; beberapa kali ke Malaysia; dan ke 6 (enam) propinsi Mesir.

Meski Novia jarang diliput telivisi, sehingga kesannya tidak ada aktivitas sebagai artis, sesungguhnya aktivitasnya sampai hari ini tetap tinggi. Mengikuti Kiai Kanjeng di berbagai wilayah Indonesia dan malang melintang keliling dunia untuk tampil sebagi vokalis. Tatkala hamil tua, ia tampil memukau bersama Kiai Kanjeng di hadapan masyarakat Eropa, beberapa tahun lalu. Di hadapan masyarakat dunia, seolah berkampanye tentang aktivitas wanita muslim, dari warga Indonesia, yang kala itu dikenal sebagai negara teroris. Tidak heran, wanita-wanita muslim dari Eropa, Arab, Afrika berdecak kagum terhadap Novia Kolopaking. []

Вам также может понравиться