Вы находитесь на странице: 1из 14

Artikel Islami 26 Maret 2005 - 16:29 Antara Ridha dan Pasrah

Ridha berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Sedangkan menurut istilah, ridha berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridha Allah kepada hamba-Nya dan ridha hamba kepada Allah (Al-Mausu'ah Al-Islamiyyah Al-'Ammah: 698). Ini sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya, ''Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.'' (QS 98: 8). Ridha Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridha seorang hamba kepada Allah mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah. Dari definisi ridha tersebut terkandung isyarat bahwa ridha bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya. Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa, kita dituntut untuk ridha. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.'' (QS 13: 11). Hal ini berarti ridha menuntut adanya usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah yang menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam ridha terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun di sana dituntut adanya usaha untuk mencapai suatu target yang diinginkan atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu perkara yang pahit. Karena ridha terhadap aturan Allah seperti perintah mengeluarkan zakat, misalnya, bukan berarti hanya mengakui itu adalah aturan Allah melainkan disertai dengan usaha untuk menunaikannya. Begitu juga ridha terhadap takdir Allah yang buruk seperti sakit adalah dengan berusaha mencari takdir Allah yang lain, yaitu berobat. Seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin Khathab ketika ia lari mencari tempat berteduh dari hujan deras yang turun ketika itu. Ia ditanya, ''Mengapa engkau lari dari takdir Allah, wahai Umar?'' Umar menjawab, ''Saya lari dari takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain.'' Dengan demikian, tampaklah perbedaan antara makna ridha dan pasrah, yang kebanyakan orang belum mengetahuinya. Dan itu bisa mengakibatkan salah persepsi maupun aplikasi terhadap makna ayat- ayat yang memerintahkan untuk bersikap ridha terhadap segala yang Allah tetapkan. Dengan kata lain pasrah akan melahirkan sikap fatalisme. Sedangkan ridha justru mengajak orang untuk optimistis. Wallahu a'lam. ---------Sumber: Republika - Jumat, 18 Maret 2005 Mungkin ada dari kita yang bertanya-tanya, bagaimana membedakan antara ujian dan azab?

Musibah atau bencana yang menimpa orang yang beriman yang tidak lalai dari keimanannya, sifatnya adalah ujian dan cobaan. Allah ingin melihat bukti keimanan dan kesabaran kita. Jika kita bisa menyikapi dengan benar, dan mengembalikan semuanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan dan rahmat sesudah musibah atau bencana tersebut. Sebaliknya bagi orang-orang yang bergelimang dosa dan kemaksiatan, bencana atau musibah yang menimpa, itu adalah siksa atau azab dari Allah atas dosa-dosa mereka. Apabila ada orang yang hidupnya bergelimang kejahatan dan kemaksiatan, tetapi lolos dari bencana/musibah, maka Allah sedang menyiapkan bencana yang lebih dahsyat untuknya, atau bisa jadi ini merupakan siksa atau azab yang ditangguhkan, yang kelak di akhirat-lah balasan atas segala dosa dan kejahatan serta maksiat yang dilakukannya. Sebenarnya yang terpenting bukan musibahnya, tetapi apa alasan Allah menimpakan musibah itu kepada kita. Untuk di ingat, jika musibah itu terjadi, disebabkan dosa-dosa kita, maka segera-lah bertobat kepada Allah. Kalau musibah yang terjadi karena ujian keimanan kita, maka kuatkan iman dan berpegang teguhlah kepada Allah. Siapa saja berbuat kebaikan, maka manfaatnya akan kembali kepadanya. Sedangkan siapa saja berbuat kejahatan, maka bencananya juga akan kembali kepada dirinya sendiri. Bisa dibalas didunia atau di akhirat. Perhatikan firman allah SWT berikut ini : Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab. (QS. Al Mukmin [40] : 40). Perhatikan juga dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS. An Nissa [4] : 79) Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah adalah dari karunia dan kasih sayang Allah SWT. Sedangkan makna dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Berarti dari dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri. Berikut beberapa contoh : 1. Musibah bisa jadi sebagai peringatan Musibah ini diberikan kepada kaum mukmin yang merosot keimanannya. Peringatan ini karena kasih sayang Allah SWT. Misalnya seseorang yang berada dalam kesempitan rezki. Kemudian ia bermunajat di malam hari agar Allah memberikannya keluasan rezeki. Shalat tahajjud, shalat Dhuha, puasa sunah senin kamis dan perbaikan ibadah lainnya dengan semaksimal mungkin. Hingga Allah SWT memberikan jalan keluar. Bisnisnya berkembang, karyawan bertambah, kesibukan semakin meningkat. Tapi justru dikarenaka sibuknya satu persatu ibadah sunahnya mulai ia tinggalkan. Shalat-shalatnya pun semakin tidak khusyu. Seharusnya bertambahnya nikmat, membuat ia bertambah syukur dan semakin dekat dengan Allah, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, nikmat bertambah malah membuatnya semakin jauh dari Allah.

Orang ini sebenarnya sedang mengundang datangnya musibah,atau azab Allah. Musibah yang datang kepadanya sebagai peringatan untuk meningkatkan kembali keimanannya yang merosot itu. Bisa saja terjadi tiba-tiba usahanya macet dan banyak mengalami kerugian. Akibatnya ia terlilit hutang. Dalam keadaan bangkrut tadi tidak ada yang mau menolongnya. Ketika itulah ia kembali kepada Allah untuk memohon pertolongan dengan cara memperbaiki ibadah-ibadahnya yang selama ini sudah tidak ia perhatikan lagi. Tercapailah tujuan musibah yaitu pemberi peringatan. Musibah juga bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini: Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya. (HR Bukhari dan Muslim). Perhatikan dengan seksama firman Allah SWT berikut ini : Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. As Sajdah : 21) Jadi sebenarnya, Allah SWT menurunkan musibah atau azab pada kita di dunia ini, sebagai peringatan bagi kita, untuk kembali pada kebenaran. 2 Musibah sebagai ujian keimanan

Musibah ini adalah tanda kecintaan Allah SWT pada seseorang hamba. Semakin tinggi derajat keimanan dan kekuatan agama seseorang justru ujian (musibah) yang menimpanya akan semakin berat. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini : Dari Mushab bin Sad dari ayahnya. Ayahnya berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW," Manusia manakah yang paling berat ujiannya?" Rasulullah SAW menjawab," Para Nabi, kemudian disusul yang derajatnya seperti mereka, lalu yang di bawahnya lagi. Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya itu kokoh maka diperberatlah ujiannya. Jika agamanya itu lemah maka ujiannya pun disesuaikan dengan agamanya. Senantiasa ujian menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun." (HR. al-Ahmad, alTirmidzi dan Ibn Majah,berkata al-Tirmidzi: hadits hasan shahih) Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Quran seperti tertulis dalam firman Allah SWT : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al Anbiya [21] : 35) Cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang dan ini bisa berupa keburukan atau kebaikan, kesenangan atau kesengsaraan, sebagaimana disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain yaitu : Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran) (QS. Al Araf [7] : 168). Sekarang coba tanyakan dengan jujur pada diri sendiri, bagaimana keimanan kita terhadap Allah SWT ? Apabila kita termasuk orang yang lalai, maka jawaban atas

musibah yang menimpa, adalah sebagai azab dan peringatan atas kelalaian kita, agar kita sadar dari kelalain kita selama ini. Dan segeralah bertobat. Dan kalau kita bukan hamba-Nya yang lalai, maka segala ujian yang terjadi menimpa kita, adalah sebagai suatu ujian, dimana dengan ujian itu, Allah telah menyiapkan tingkat keimanan yang lebih tinggi untuk kita. Seperti menjadikan kita hamba pilihan-Nya yang sabar. Dan pahala orang yang sabar sungguh tanpa batas. Seperti tertulis dalam firmanNya : ..Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas (Az Zumar [39] : 10) Dengan kesabaran, akan bisa meraih ridha Allah, dan ridha Allah adalah segalanya. Dewi Yana http://jalandakwahbersama.wordpress.com Asww....pak Ustadz Dalam kehidupan didunia ini dapatkah kita mengetahui perbedaan suatu kejadian yang tidak kita ingini adalah akibat dari perbuatan kita berbuat dosa kepada Allah atau merupakaan cobaan keimanan kita (bukan karena dosa kepada Allah). Apakah ada azab yang ditimpakan seawaktu masih hidup didunia akibat berbuat dosa kepada Allah? ub Jawaban Waalaikumussalam Wr Wb Firman Allah swt :

Artinya : Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. (QS. An Nisaa : 79) Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah adalah dari karunia dan kasih sayang Allah swt. Sedangkan makna dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Berarti dari dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri, sebagaimana firman-Nya :

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy Syura : 30) As Suddiy, Hasan al Bashri, Ibnu Juraih dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna maka dari dirimu sendiri adalah karena dosamu. Qatadah mengatakan bahwa makna Apa saja nikmat

yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Adalah akibat dosamu wahai anak Adam. Didalam sebuah hadits disebutkan,Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah seorang mukmin ditimpa kegalauan, kesedihan, kepayahan bahkan duri yang menancap padanya kecuali dengannya Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya. (Tafsir al Quran al Azhim juz II hal 363) Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Quran diantaranya firman Allah swt :

Artinya : Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al Anbiya : 35) Cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang dan ia ini isa berupa keburukan atau kebaikan, kesenagan atau kesengsaraan, sebagaimana disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain : Artinya : Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang burukburuk. (QS. Al Araf : 168) Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) adalah terkadang Kami menguji dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan agar kami mengetahui orangorang yang bersyukur dari orang-orang yang kafir, orang-orang yang bersabar dari orangorang yang berpuus asa sebagaimana perkataan Ali bin Thalhah dari Ibnu Abbas bahwa makna Dan Kami menguji kalian dia mengatakan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan), dengan kesulitan dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan sedangkan firman-Nya yang berarti dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan adalah Kami akan memberikan ganjaran (balasan) atas amal kamu. (Tafsir al Quran al Azhim juz V hal 342) Cobaan atau ujian ini juga terkadang disesuaikan dengan kadar dan kualitas keimanan seseorang serta sebagai sarana untuk menambahkan pahala orang yang terkena ujian ini, karena itu didalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori disebutkan bahwa orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi. Syeikh Al Mubarokhfuriy mengatakan bahwa mereka (para nabi) yang paling berat ujian dan cobaannya karena mereka adalah orang-orang yang merasakan kelezatan semua cobaan itu sebagaimana kebanyakan orang merasakan lezat semua kenikmatan. Karena apabila para nabi tidak diuji maka keimanan kepada Allah yang ada didalam diri mereka hanya akan menjadi khayalan dan melemahkan umat didalam kesabarannya menghadapi suatu cobaan. Hal itu juga dikarenakan orang yang paling berat cobaan adalah yang paling kuat ketaatannya dan paling kuat didalam mengembalikan segala urusannya kepada Allah swt. (Tuhfatul Ahwadzi juz VI hal 185)

Cobaan atau ujian ini bisa juga disebabkan karena kesalahan atau dosa yang dilakukan seseorang, seperti dosa seseorang yang meninggalkan jihad dikarenakan para wanitawanitanya, sebagaimana firman Allah swt :

Artinya : Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." (QS. At Taubah : 49) Sesungguhnya ujian ataupun cobaan yang ditimpakan kepada orang itu adalah ketika orang itu mengatakan pemohonan izinnya kepada Rasulullah saw disebabkan kelemahan iman mereka untuk ikut berperang di jalan Allah melawan pasukan Romawi dengan mencari-cari alasan kecantikan para wanita Romawi yang bisa membuat mereka tidak tahan dan akan mempengaruhi jihad mereka. Dengan demikian bisa difahami bahwa cobaan atau ujian adalah lebih luas atau lebih umum daripada musibah. Dikarenakan tidaklah disebut musibah kecuali untuk sesuatu yang tidak menyenangkan bagi seorang yang mendapatkannya sementara ujian atau cobaan bisa berupa kesenangan atau kesengsaraan. Dan terkadang efek dari bala ini lebih berat daripada musibah. Orang terkadang sanggup bertahan didalam keimanan saat mendapatkan kesulitan akan tetapi hilang imannya tatkala mendapatkan kesenangan. Dan apapun yang diterima seorang muslim baik ia berupa ujian maupun cobaan baik berupa kesenangan ataupun kesengsaraan, kelapangan atau kesempitan, kekayaan atau kemiskinan maka semuanya adalah baik baginya karena mereka adalah orang-orang yang bersyukur ketika dirimpa kesenangan dan bersabar ketika ditimpa kesengsaraan. Dan tidaklah suatu musibah atau ujian itu ditimpakan kepada seorang mukmin kecuali adalah sebagai pembersih dosa dan kesalahannya di dunia sehingga tidak ada lagi baginya siksa atas dosa itu di akhrat, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda,Tidaklah seorang mukmin atau mukminah yang ditimpa suatu bala (cobaan) sehingga ia berjalan di bumi tanpa membawa kesalahan. Sementara musibah atau ujian yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah bagian dari adzab Allah kepada mereka di dunia sementara adzab yang lebih besar telah menantinya di akherat, sebagaimana firman-Nya :

Artinya : Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. As Sajdah : 21) Artinya : Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan. (QS. Huud : 16)

Didalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda,Sesungguhnya Allah tidaklah menzhalimi seorang mukmin, diberikan kepadanya kebaikan di dunia dan disediakan baginya pahala di akherat. Adapun orang yang kafir maka ia memakan dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya di dunia sehingga ketika dia kembali ke akherat maka tidak ada lagi satu kebaikan pun sebagai ganjaran baginya. (HR. Muslim) Wallahu Alam
Lulus dari Ujian atau Azab - Sikap Sabar dan Syukur Marilah kita memanjatkan syukur atas segala nikmat dan rahmat yang diberikan Allah kepada kita dan marilah kita menyadari bahwa Allah SWT yang menciptakan kita , senantiasa memperhatikan kita serta menguji sepanjang hidup kita agar semakin menjadi manusia yang menyadari dirinya sebagai hamba-Nya, bisa mendudukan diri di hadapan majikan Yang Maha Besar, Allah Azza Wajalla. Dengan begitu kita selalu memberikan kepatuhan secara totalitas kepada Allah SWT, selalu menyesuaikan diri dengan semua tuntunan-Nya atau dengan kata lain, senantiasa meningkatkan taqwa kepada-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur'an : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai Cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. (QS. Al-Anbiyaa [21]:35) Ujian yang diberikan Allah kepada kita bukan hanya berupa hal-hal yang menyusahkan, tapi juga berupa hal-hal yang menggembirakan atau membahagiakan. Ujian dari Allah SWT bukan hanya berupa musibah atau Azab (malapetaka) sebagaimana pada umumnya di pahami orang, tetapi juga bisa berupa kesenangan, kesuksesan dalam berbagai hal, seperti perolehan rezeki yang cukup, memiliki kesehatan badan, penguasaan ilmu pengetahuan yang tinggi, memperoleh kekuasaan dan kedudukan duniawi, baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat atau Negara dan bangsa, dan lainlain sebagainya. Memang ada dua macam fenomena dalam kehidupan yang selalu silih berganti menghampiri kita masing-masing : Yang Pertama, persoalan-persoalan: Hutang yang sulit dilunasi, Piutang yang sulit ditagih, Penyakit yang ingin sembuh, Belum memiliki pekerjaan, usaha, anak, atau jodoh, Bermasalah dalam karir, usaha, rumah tangga, kekurangan atau kegagalan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Sedangkan Yang Kedua, kondisi dimana kita merasakan kepuasan, keuntungan, kecukupan atau keberhasilan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup kita. Tidak ada orang yang terus menerus merasakan kebahagian. Sekali waktu pasti ia akan merasakan susah, sekali waktu pasti akan merasakan kebahagiaan. Allahu rabbul alaminmengingatkan bahwa kedua macam kondisi atau dua macam fenomena kehidupan tersebut adalah wujud dari ujian Allah kepada kita semua. Kita harus lulus ketika menghadapi dan menemui kedua macam bentuk ujian tersebut. Apa tanda kelulusan dari kedua macam tersebut? Sabar dan Syukur tanda kelulusan dari ujian Allah SWT.

Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Bijaksana menuntun agar kita bersikap Sabar ketika diuji dengan berbagai musibah serta azab (malapetaka) dan sikap syukur ketika diuji dengan berbagai kenikmatan dan kesenangan, seperti dinyatakan dalam berbagai ayat antara lain surah Al Baqarah : 155.Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156.(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun*Artinya: Sesungguhnya Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil. 157. mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orangorang yang mendapat petunjuk. (QS. Al Baqarah [2]:155-157). Juga surah Al Mulk, ayat 1 dan 2 : Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al Mulk [67]:1-2) Sabar menurut Ulama adalah Atthabata alaa halqi fii ayyi zaman tetap teguh tidak bergeming dan tidak menyimpang dari kebenaran dalam kondisi bagaimanapun. Orang yang sabar, mengatasi problem yang dihadapi , ia tetap menahan diri dari berbuat penyimpangan dari kebenaran yang diajarkan Allah seperti, ia tidak akan menimpakan kesalahan kepada orang lain atas kondisi yang ia hadapi, tidak mencari-cari kesalahan orang lain seperti menipu, mencuri, korupsi, manipulasi, menonjolkan hak dirinya tanpa menghargai dan memahami hak orang lain. Itu semua adalah manifestasi dari sikap tidak sabar dan putus asa. Sementara syukur berarti sadar dan yakin bahwa segala nikmat yang dimiliki bersumber dari kemurahan Allah SWT ia adalah amanat dan titipan Allah, lalu memanfatkannya serta menyalurkannya untuk kemasalahatn dan kemanfaatannya masyarakat, jauh dari sikap egois dan ketergantungan kepada hal-hal duniawi yang ia nikmati itu. Orang yang sabar ketika menghadapi ujian berbagai musibah akan dilimpahi kesejahteraan dan rahmat serta bimbingan dari Allah untuk segera keluar dari kemelut hidup yang dihadapi. Sementara orang yang bersyukur ketika menemui ujian berupa berbagai kesenangan dan nikmat akan ditambahi dan dilipatgandakan kenikmatannya oleh Allah SWT, seperti janji-Nya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim [7]: 14).

Bagi orang mukmin, semua kejadian dan kondisi kehidupan yang dia temui harus dianggap sebagai batu ujian untuk selanjutnya dikelola sebagai pengingat dan motivator agar selalu menempuh jalan hak. Bagi orang yang tidak bisa menjadikan segala kejadian baik atau buruk- sebagai pendorong untuk istiqamah, konsisten dalam kebenaran dan beramal shaleh, berarti ia tidak sabar atau tidak syukur. Ia bisa jadi juga disebut putus asa, suatu sikap yang hanya dimiliki orang kafir dan tidak layak menjadi sifat dan sikap orang mukmin. Seorang mukmin, sikap dan prinship nya adalah seperti dinyatakan oleh Rasulullah SAW bersabda: Alangkah menakjubkan perkara atau urusan orang mukmin, Allah SWT tidak menetapkan untuknya satu ketentuan (apapun) melainkan hal itu baik baginya. Ini tidak terjadi selain pada orang mukmin. Dan bila ia ditimpa kecukupan rezeki ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan bila ia ditimpa kesempitan atau kesusahan ia bersabar dan itu baik baginya. Bersyukur bila mendapat kenikmatan menjadikan orang itu tidak sombong dan lupa daratan. Hal itu akan menguntungkan bagi orang itu sendiri. Sementara sikap tabah dan sabar bila ditimpa musibah menyebabkan tidak memperpanjang penderitaan. Dan bila ia ditimpa kesempitan dan permasalahan ia bersabar dan itu baik baginya. Marilah kita selalu mengembangkan sikap syukur dan sabar menghadapi liku-liku dan pasang surutnya kehidupan ini. Marilah kita gunakan semua peristiwa yang menimpa kita sebagai penguat iman kita. Jangan sampai hal itu justru melemahkan iman kita. Semoga Allah SWT mengabulkan keinginan-keinginan dan harapan serta ikhtiar kita. Amin Wallahu Bis Shawab

Sumber: http://www.wisatahati.com

Siapakah orang yang sombong? Orang yang sombong adalah orang yang di beri penghidupan tapi tidak mau sujud pada yang menjadikan kehidupan itu iaitu Allah Rabbul Alaamin, Tuhan sekelian alam. Maka bertasbihlah segala apa yang ada di bumi dan langit pada TuhanNya kecuali jin dan manusia yang sombong diri. Siapakah orang yang telah mati hatinya? Orang yang telah mati hatinya adalah orang yang diberi petunjuk melalui ayat-ayat Qur'an, Hadits dan cerita2 kebaikan namun merasa tidak ada apa2 kesan di dalam jiwa untuk bertaubat. Siapakah orang dungu kepala otaknya?

Orang yang dunggu kepala otaknya adalah orang yang tidak mau lakukan ibadat tapi menyangka bahwa Tuhan tidak akan menyiksanya dengan kelalaiannya itu dan sering merasa tenang dengan kemaksiatannya. Siapakah orang yang kuat? Orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan kemarahannya ketika ia di dalam kemarahan. Siapakah orang yang lemah? Orang yang lemah adalah orang yang melihat akan kemaksiatan di depan matanya tidak sedikit pun ada kebencian di dalam hatinya akan kemungkaran itu. Siapakah orang yang bakhil? Orang yang bakhil lagi kedekut adalah orang yang berat lidahnya untuk membaca shalawat keatas junjungan Rasulullah s.a.w. Siapakah orang yang buta? Orang yang buta adalah orang yang tidak mau membaca dan meneliti akan kebesaran Al Qur'an dan tidak mau mengambil pelajaran daripadanya. Siapakah orang yang tuli? Orang yang tuli adalah orang yang di beri nasihat dan pengajaran yang baik namun tidak diindahkannya. Siapakah orang yang sibuk? Orang yang sibuk adalah orang yang tidak mengambil berat akan waktu sholatnya seolaholah ia mempunyai kerajaan seperti kerajaan Nabi Sulaiman a.s. Siapakah orang yang manis senyumanya? Orang yang mempunyai senyuman yang manis adalah orang yang di timpa musibah lalu dia kata "Inna lillahi wainna illaihi rajiuun." Lalu sambil berkata,"Ya Rabbi Aku ridho dengan ketentuanMu ini", sambil mengukir senyuman. Siapakah orang yang menangis airmata mutiara? Orang yang menangis airmata mutiara adalah orang-orang yang sedang bersendiri lalu mengingat akan kebesaran Tuhan dan menyesal akan dosa-dosanya lalu mengalir airmatanya. Siapakah orang yang kaya? Orang yang kaya adalah orang yang bersyukur dengan apa yang ada dan tidak loba akan kenikmatan dunia yang sementara ini.

Siapakah orang yang miskin? Orang yang miskin adalah orang tidak puas dengan nikmat yang ada sentiasa menumpuknumpukkan harta. Siapakah orang yang pandai? Orang yang pandai adalah orang yang bersiap siap untuk hari kematiannya karena dunia ini berusia pendek sedang akhirat kekal abadi Siapakah orang yang bodoh? Orang yang bodoh adalah orang yang beriya-iya berusaha sekuat tenaga untuk dunianya sedangkan akhiratnya diabaikan. Siapakah orang yang maju dalam hidupnya? Orang yang maju dalam hidupnya adalah orang-orang yang senantiasa mempertingkat ilmu agamanya. Siapakah orang-orang yang mundur hidupnya? Orang yang mundur dalam hidupnya adalah orang yang tidak memperdulikan akan halal dan haramnya akan sesuatu perkara itu. Siapakah orang yang gila itu? Orang yang gila itu adalah orang yang tidak sembahyang karena hanya dua syarat saja yang memperbolehkan akan seorang itu meninggalkan sembahyang, pertama sekiranya ia haid dan kedua ketika ia tidak siuman akalnya. Siapakah orang yang rugi? Orang yang rugi adalah orang yang sudah sampai usia pertengahan namun masih berat untuk melakukan ibadat dan amal-amal kebaikkan. Siapakah orang yang selalu ditipu? Orang yang selalu di tipu adalah orang muda yang menyangka bahwa kematian itu berlaku hanya pada orang tua. Siapakah orang yang paling cantik? Orang yang paling cantik adalah orang yang mempunyai akhlak yang baik. Siapakah orang yang mempunyai rumah yang paling luas? Orang yang mempunyai rumah yang paling luas adalah orang yang mati membawa amal amal kebaikan di mana kuburnya akan di perluaskan saujana mata memandang.

Siapakah orang yang mempunyai rumah yang sempit lagi dihimpit? Orang yang mempunyai rumah yang sempit adalah orang yang mati tidak membawa amalamal kebaikkan lalu kuburnya menghimpitnya. Siapakah orang yang mempunyai akal? Orang yang mempunyai akal adalah orang-orang yang menghuni syurga kelak karena telah mengunakan akal sewaktu di dunia untuk menghindari siksa neraka. Ya Allah, terima kasih telah menggratiskan semua karunia ini: kehidupan, kesehatan, keamanan, kecukupan, ketenangan, kemerdekaan, kebaikan. Terima kasih telah memberi jatah matahari setiap pagi yang menghangatkan dan guyuran air hujan sebagai pendinginan. Terima kasih Engkau masih sudi menyambung nafas kami, memberi kesempatan kami untuk belajar menjadi khalifah bumi yang baik, menaubati kesalahan yang kami lakukan. Ya Allah, jadikanlah diri ini, keluarga, anak keturunan, kerabat dekat, masyarakat, bangsa dan pemimpin kami semua, pribadi-pribadi ahli memuji, ahli dzikir, ahli bertaubat, serta ahli syukur yang cerdas mengetahui dan bergegas membalas segala nikmat rejekiMU, sesamar apapun rejeki itu. Janganlah Engkau jadikan kami semua, hamba yang kemaruk dunia sehingga dikuasai nafsu dan lupa mengingatMU, lupa akhiratMU, dan saling bertengkar karena jauh dari rahmat kasihMU. Cerdaskan nalar iman kami dengan sifat pandai menangisi dosa sendiri, dan timbul kasih berdoa manakala melihat saudara sesama manusia terkena cobaan dosa. Ya Allah, arahkanlah pandangan hidup kami, yang tepat dan serba guna di sisiMU utamanya dan di tengah masyarakat pada umumnya, di dunia sampai akhirat. Fokuskanlah target dan resolusi hari-hari baru kami untuk semata mengharap ridho ampunanMU. Tanamkan di kesadaran hati kami, bahwa rejeki yang kami nikmati dari pemberian baikMU itu, haruslah ada yang dikirim ke akhirat dengan cara dibagi kepada mereka kaum miskin papa. Sadarkan kami, bahwa ridho ampunanMU adalah hadiah terbaik yang mesti kami cari diantara segala rejeki dan segala materi di dunia ini. Ya Allah, kami percaya Indonesia adalah sepotong surga dari serpihan 1 % nikmatMU di dunia. Maka jadikanlah kami sebagai penghuninya, masyarakat yang bebas dari sifat maksiat, keluarga yang sadar akhirat, pribadi yang bersih dari benci, dan pemimpin yang seideal Rasul/Nabi. Ya Allah, dengan kuasaMU, hidupkanlah kebaikan Rasulullah sebagai figur teladan pengendali hidup kami, Iqra'kan Al Quran dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan kami seharihari. Persatukan dan rukunkan kami dalam meraih janji 99 % derajat di akhirat, bersama hamba-hamba terbaikMU. Ya Allah, Engkau dzat yang berkuasa membolak-balik hati manusia, ubahlah haluan hidup dan glesik hati kami, selalu berkeinginan taat dan mendekat kepadaMU. Tumbuhkan rasa cinta kami kepadaMU, kepada orang yang mencintaiMU, dan tunjukkanlah amalan yang bisa

mengantarkan cinta kami kepadaMU. Jadikanlah cinta kami kepadaMU melebihi cinta kami kepada diri sendiri, kepada keluarga, dan kepada air yang menyegarkan. Ya Allah, lindungilah kami manusia Indonesia dari segala tipuan kejahatan musuh ghaib setan. Jauhkanlah kuasa gelapnya dari pribadi dan keluarga kami, sebagaimana Engkau menjauhkan jarak Timur dan Barat. Ya Allah, dengan kalam kasihMU, hilangkanlah segala ramalan keburukan, prediksi kekacauan, analisa kejahatan, dan terawangan kutukan dari negeri ini. Gantilah semua praduga gelap itu menjadi terang harapan yang mengilhami kerukunan, merekatkan kekuatan, dan mempersatukan syukur potensi diantara kami semua, keluarga dan pemimpin Indonesia. Ya Allah, turunkanlah kepada kami rahmat taubat dan semangat perubahan menuju kebaikan sebilangan air hujan, sebanyak pasir lautan, sebanyak jenis hijau dedaunan. Melalui sabdaMU kun fayakun, kembalikan jati diri kami kepada fitrah manusia asli sebagaimana maksud pertama Engkau lahirkan kami ke dunia. Ubahlah DNA kami yang lama teraliri virus jahat ini, menjadi kode-kode kemuliaan peradaban insan sebagaimana tujuan penciptaan yang Engkau maksudkan. Ya Allah, pilihkanlah jalan perubahan yang kami ikhtiarkan, sebagai kehendak langit menuju Indonesia lebih bertauhid. Jika perubahan itu sulit dilalui, maka kuatkan kaki kami, sabarkan tekad ini, ikatkan potensi kami, tolonglah kami dengan malaikatMU beserta tentara-tentara langitMU, agar terwujud kerukunan bangsa kami ini, dan keselamatan bisa kami temui sampai di akhirat nanti. Dalam upaya perubahan baik itu, Ya Allah, jembarkanlah hati dan pikiran kami, suburkan semangat berkorban, budayakan kami dengan kesukarelawanan, panjangkan angan-angan masa depan keakhiratan, semaikan ketulusan mendahulukan kepentingan agama, bangsa, dan negara di hati kami, setiap pribadi-pribadi pertiwi. Hapuslah sifat sombong dari hati kami, hilangkanlah keinginan berebutan kepemimpinan, jauhkan kami dari sifat tamak menikmati duniawi, dan bersihkanlah kami dari kebiasaan mendahulukan kepentingan pribadi dan atau golongan. Ya Allah, jadikan otot kesehatan badan dan syaraf kesadaran iman kami ini bergerak selentur Myelin, menyiasati kesulitan menjadi mungkin. Karena kami percaya, di balik kesukaran pasti ada kemudahan. Inna ma'al usri yusro. Pecahkanlah katup zona kenyamanan yang menjebak kami dalam ruang jumud akut ini. Keluarkan kami dari tempurung tradisi yang selama ini membuat kami merasa selalu beramal baik-baik saja, tanpa pernah menginsafi dosa. Ya Allah, bebaskan kami dari belenggu nafsu yang membuat hati kami beku dan jiwajiwa kami serobot kaku. Ya Allah Yang Maha Pengampun, maafkan jika kami semua berlebihan dalam kata, tertawa, terlalu bergairah menyambut nikmat IndonesiaMU, sehingga lupa menyadari kehadiranMU menggenangi jagad ini. Robbanaghfirlanaa dzunuubanaa wa isroofanaa fii amrinaa. Kami mohon, niat perubahan dan resolusi kebaikan yang kami mulai sejak detik ini, iringilah dengan bimbinganMU. Semangati kami dengan geliat masa depan akhirat sepanjang hayat dikandung jasad. Ya Allah, Yang Maha Pengasih, tuangilah jiwa-jiwa pribadi dan pemimpin kami dengan curahan air kasihMU, sehingga kami semua senantiasa berbahagia atas segala karunia,

sehingga kami gemar berbagi dan ikhlas peduli, tanpa dikotori pamrih publikasi duniawi. Dinginkan panas hati kami dengan air sungai rahmanMU. Tenggelamkan ambisi duniawi kami dengan luas lautan nikmat akhiratMU. Segarkan hari-hari kami dengan bibit kasih sayang, angin kabar kebaikan, tanaman kesabaran, pohon kebersyukuran, udara kerukunan, dan tunas perubahan menuju kudus ridho ampunanMU. Ya Allah, dengan bersujud sambil menundukkan kerendahan hati, kami mohon catatlah, terimalah dan perkenankan doa ini. Agar kami bangsa Indonesia bisa rukun mengelola negeri penuh potensi ini, bersama bimbinganMU, di bawah pimpinan pilihanMU, sepanjang waktu, hingga kami semua selamat dunia sampai akhirat. Subhaana robbika robbil 'izzati 'amma yashifuun wa salaamun 'alal mursaliin wal hamdu lilaahi robbil 'aalaamin. Aamiin.

Вам также может понравиться