Вы находитесь на странице: 1из 8

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.40.

April 2011

SISTEM PERENCANAAN PONDASI UNTUK MESIN GENSET AKIBAT BEBAN STATIS DAN BEBAN DINAMIS
Toni Utina
Jurusan Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia Jl. Urip Sumoharjo KM. 05 Kampus II UMI, Telp. (0411) 443685

Abstrak Perencanaan konstruksi digunakan sebagai acuan dalam perencanaan struktur pondasi seperti pendimensian struktur, balok pendukung, masalah geser dan puntir dalam keadaan batas, masalah keruntuhan dan stabilitas konstruksi dalam keadaan batas, serta syarat-syarat minimum untuk perencanaan. Dimensi Pondasi Genset yang efektif dan proporsional serta aman tehadap semua beban-beban yang bekerja termasuk getaran mesin, peredaman yang bekerja pada pondasi yang berfungsi sebagai peredam terhadap lamanya getaran mesin pada saat bekerja, Baja tulangan yang dipakai untuk pembetonan adalah Baja Deform (ulir) sesuai dengan dimensi pondasi, sedang dudukan mesin yang mempunyai mutu dan tingkat ratio tegangan yang lebih baik dan penyambungan dilakukan baik dengan cara sambungan baut maupun dengan cara pengelasan. Kata Kunci : Pondasi, Beban Statis, Dinamis, Genset Pendahuluan Perencanaan pondasi mesin genset sebagai penunjang kebutuhan listrik telah banyak digunakan dalam bidang perencanaan dan pengembangan industri maupun dalam pelayanan kesehatan. Mekanisme perencanaan bangunan dan struktur pondasi mesin haruslah memenuhi kapasitas dan persyaratan yang diizinkan terhadap sejauh mana bangunan dan struktur tersebut menjalankan fungsinya. Terjadinya penurunan struktur pondasi pada rumah sakit akibat beban statis dan dinamis yang ditimbulkan menjadi pertimbangan utama dibutuhkannya suatu sistem perencanaan struktur pondasi bangunan yang dapat mengurangi efek beban yang terjadi terhadap struktur. Beban dinamis yang bekerja dan ditimbulkan oleh mesin secara aktual mempengaruhi pondasi sehingga terus bergerak (terjadi penurunan) yang bervariasi menurut waktu, karena struktur tersebut dipengaruhi oleh gerakan dan aksi dinamis dari mesin. Kurangnya kapasitas daya dukung pondasi dan tanah dasar dalam menyalurkan dan menahan beban yang terjadi menjadi faktor utama terjadinya penurunan pondasi mesin genset. Sehingga untuk merespon aksi eksentrisitas dari massa yang berotasi diperlukan suatu analisa statis dan dinamis dalam menetapkan dimensi pondasi yang cocok serta proses perbaikan tanah dasar untuk meningkatkan daya dukung struktur pondasi mesin genset tersebut, hal ini sangat tergantung dari kondisi tanah dasar dimana pondasi genset tersebut di letakkan. Metode Perencanaan Untuk menghasilkan perencanaan yang proporsional dan relevan terhadap pembebanan struktur, maka dibutuhkan data-data dalam perencanaan pondasi genset antara lain Data Tanah, Data Struktur dan Kapasitas Mesin Genset.

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.40. April 2011

Standar perencanaan konstruksi digunakan sebagai acuan dalam perencanaan struktur pondasi seperti pendimensian struktur, balok pendukung, masalah geser dan puntir dalam keadaan batas, masalah keruntuhan dan stabilitas konstruksi dalam keadaan batas, serta syarat-syarat minimum untuk perencanaan. Sesuai kenyataanya bahan pondasi beton bersifat tidak serba sama (non homogenneous) dan tidak sepenuhnya elastis, maka cara pendekatan linear dapat digunakan yang disebut dengan metode elastis, cara-n, atau metode tegangan kerja (Work-ing Stress Design method, WSD method). Metode pendekatan lain yang lebih realistik dalam perencanaan konstruksi beton ialah hubungan sebanding antara tegangan dan regangan. Pendekatan ini dinamakan metode perencanaan kekuatan (Ultimate Strength Design method, USD method) atau metode perencanaan kuat ultimeit. Anggapan-anggapan yang dipakai sebagai dasar untuk metode kekuatan (ultimeit) pada dasarnya mirip dengan metode tegangan kerja. Perbedaannya bahwa tegangan beton pondasi tekan kira-kira sebanding dengan regangannya (hanya sampai pada tingkat pembebanan tertentu). Metode pendekatan empiris digunakan untuk merencanakan keserasian regangan-regangan pada beton pondasi dan tulangan baja, yang umumnya dilakukan dengan cara cobacoba berdasarkan asumsi-asumsi tertentu. Perhitungan struktur pondasi tahan terhadap beban dinamis getaran menggunakan analisis ragam power spectral density functions , yaitu suatu cara analisa dinamik struktur yang memberlakukan suatu spektrum respon getar rencana pada suatu model matematik struktur dan berdasarkan hal tersebut ditentukanlah respon struktur terhadap getar rencana melalui

superposisi dari respon masing-masing ragamnya. Pedoman yang digunakan dalam perencanaan struktur pondasi untuk mengontrol getaran didasarkan pada teori beban permukaan di atas ruang-setengah (half-space) yang elastis. Pada tahun 1960, diperkenalkan pendekatan massamenyeluruh (lumped-mass approach), yaitu menyempurnakan teori ruang-setengah elastis, yang dimaksudkan untuk menentukan syarat-syarat dalam perencanaan struktur yang direncanakan. Perencanaan struktur pondasi menggunakan standar perencanaan berdasarkan rekomendasi-rekomendasi atau rujukan-rujukan mengenai prosedur pemakaiannya. Sehingga menghasilkan suatu jenis pondasi yang diinginkan dalam perencanaan sesuai kebutuhan struktur. Dengan demikian, metode apapun yang digunakan dalam perencanaan, desain struktural harus memberikan keamanan yang cukup baik terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) maupun kekurangan kekuatan (under strength).bervariasi, bisa berupa serat-serat tipis yang memberikan stuktur fibrillar atau honeycomb pada usia muda, namun pada keadaan yang lain bisa berupa stuktur padat yang lebih kompak. Beban-beban yang diperhitungkan adalah - Beban Vertikal, (Beban Mati dan Hidup) sesuai dengan PPIUG tahun 1983 - Beban Horizontal (Beban Gempa dan Getaran mesin). Analisa dan Perencanaan Struktur Perencanaan substruktur pada dasarnya berupa perencanaan jenis pondasi. Suatu perencanaan pondasi dikatakan benar jika beban yang diteruskan oleh pondasi ke tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan.

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.40. April 2011

Pondasi suatu bangunan berfungsi untuk memindahkan bebanbeban pada struktur atas ke tanah, yang dapat terjadi bila kestabilan pondasi terhadap efek guling, geser, penurunan, dan daya dukung tanah terpenuhi. Dengan demikian, pemilihan jenis pondasi harus memperhatikan jenis tanah dan kapasitas struktur agar diperoleh jenis dan dimensi pondasi yang layak, aman dan ekonomis. Secara umum, pondasi terbagi atas dua macam yaitu : (1). Pondasi dangkal Pondasi dangkal adalah suatu pondasi yang diletakkan langsung di atas lapisan tanah pendukungnya. Pondasi ini digunakan apabila keadaaan tanah dasarnya dapat menahan beban-beban yang terjadi pada bangunan atas dan letaknya tidak dalam, yaitu perbandingan antara kedalaman (D) dengan lebar pondasi (B) <= 4. (2). Pondasi dalam. Pondasi dalam digunakan bila keadaaan tanah dasar didekat permukaan tidak memenuhi persyaratan dan tanah dasar dengan kualitas yang baik terletak jauh dari permukaan tanah (perbandingan D dan B > 4). Batasan-batasan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pondasi a.l.; a) Tanah Dasar Pemeriksaan terhadap keadaan tanah dasar dimana contoh tanah yang diambil sesuai dengan sifat-sifat asli tanah. b) Pengaruh beban struktur Pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh struktur seperti kekakuan struktur, fungsi bangunan, besar dan arah penyebaran beban harus diperhatikan sehingga mencegah timbulnya keruntuhan struktur dan penurunan pondasi yang relatif besar. c) Keadaaan lingkungan sekitar Pelaksanaan terhadap suatu pekerjaan konstruksi hendaknya memperhatikan kondisi sekitar sehingga tidak mengganggu ketertiban umum. Sehingga

pemilihan jenis pondasi hendaknya disesuaikan antara keekonomisan dan kepentingan umum. d) Waktu dan biaya pekerjaan Pemilihan terhadap jenis pondasi hendaknya memperhatikan waktu dan biaya pekerjaan agar pekerjaan tersebut dapat sesuai dengan time schedule yang telah ditentukan. Berdasarkan keadaan tanah yang disesuaikan dengan batasan-batasan di atas serta dalam perencanaan ini memerlukan beberapa metode analisis struktur dengan jenis pondasi penahan getaran maka jenis pondasi yang digunakan dalam perencanaan terdiri dari 2 jenis (J.E Bowles, 1984), yaitu : 1. Perencanaan Pondasi Blok Pondasi Blok berupa blok segiempat atau bujur sangkar yang menahan beban dinamis diatasnya. Pondasi direncanakan sebagai satu kesatuan utama struktur, yang berfungsi menahan beban mati penuh dan beban dinamis getaran yang dihantarkan dengan prinsip bahwa beban vertikal dan momen yang bekerja pada pondasi, sebagian besar ditahan oleh daya dukung (bearing capacity) tanah pondasi pada dasar pondasi, dan beban mendatar sebagian besar ditahan oleh hambatan geser (sliding resistance) dari dasar pondasi. Jika pondasi ini tertanam dalam, geseran atau tekanan tanah di muka pondasi juga ikut menahan beban, tetapi bila pondsi ini tertanam dangkal, gaya penahan ini umumnya kecil dan tanah di muka pondasi kadang-kadang akan mengalami pengikisan. Hal-hal yang harus dipenuhi dalam perencanaan pondasi blok, antara lain : 1. Struktur secara keseluruhan stabil dalam arah vertikal, arah mendatar dan terhadap guling. 2. Perubahan bentuk bangunan seperti pergeseran bangunan, penurunan, sudut kemiringan dan pergeseran mendatar harus lebih kecil dari nilai yang

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.40. April 2011

diizinkan bagi bangunan super struktur atau bagunan atas. Pondasi blok bekerja dalam arah X dan arah Y, sehingga perhitungan kuat gesernya harus mempertimbangkan dua jenis yang berbeda yaitu gaya geser pons (geser 2 arah) dan kuat geser balok (geser satu arah). Perencanaan pondasi yang bekerja pada dua arah didasarkan pada nilai kuat geser (Vn) yang ditentukan tidak boleh lebih besar dari Vc kecuali jika dipasang penulangan geser. Langkah-langkah dalam perencanaan pondasi blok adalah sbb; 1. Menghitung koofisien tekanan tanah pada pondasi untuk mendukung beban total struktur masing-masing; - Tekanan Tanah Aktif - Tekanan Tanah Passif 2. Menentukan Uplift ( Gaya Angkat Keatas ) 3. Menghitung Daya Dukung Tanah Dasar 4. Analisa stabilitas pondasi - Eksentrisitas - Stabilitas Guling - Stabilitas Geser

5.

6. 7. 8.

Menentukan dimensi penulangan pondasi, dengan terlebih dahulu menghitung momen terfaktor Menghitung kapasitas tegangan beton pondasi Menghitung besaran koofisien tahanan perlu Menentukan luas tulangan pondasi yang dibutuhkan

Analisa Pembebanan Gaya-gaya yang timbul akibat beban mati, beban hidup dan beban akibat getaran untuk perhitungan desain stabilitas beton pondasi mengacu pada peraturan Indonesia berdasarkan standar SK SNI T-03-2002 (Tata Cara Perhitungan Struktur Beton) yang disesuaikan dengan spesifikasi Load and Resistance Factor Design (LRFD). Spesfikasi LRFD menguraikan tentang faktor-faktor untuk kelebihan beban dimana variabel tersebut tergantung pada tipe beban dan kombinasi-kombinasi pembebanan. LRFD menggunakan enam kombinasi beban terfaktor dan beban terkaitnya pada maksimum 50 tahun sesuai standar ANSI seperti pada tabel dibawah ini ;

Tabel. Kombinasi Pembebanan Persamaan Beban Pada Maksimum Umur Kombinasi Beban LRFD Manfaat (50 Tahun) (A4-1) 1,4 D Beban mati (D) selama konstruksi, beban-beban lain tidak ada (A4-2) 1,2D + 1,6L + 0,5S Beban hidup (L) (A4-3) 1,2D+1,6S+(0,8W atau 0,5L) Beban atap, yakni beban salju (S) atau beban hujan (R) selain yang memberikan efek genangan. (A4-4) 1,2D + 1,3W + 0,5L + 0,5S Beban angin (W) yang menambah beban mati (D). (A4-5) 1,2D + 1,5E + (0,5L atau 0,2S) Beban gempa (E) yang menambah beban mati (D). (A4-6) 0,9D (1,3 W atau 1,5E) Beban angin (W) atau beban gempa (E) yang melawan beban mati (D) Beban Gempa Analisa Beban gempa dilakukan berdasarkan data gempa dan zona seismik pada lokasi studi. Dimana perhitungan koefisien gempa dilakukan dengan mengacu pada formula yang

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.40. April 2011

diberikan oleh Najoam, TH. F (Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Thn. 2004), Gambar Terlampir. Peta Zona Seismik. Beban Mesin Genset Banyaknya variasi pembebanan yang timbul baik akibat aktifitas manusia, beban statis dari peralatan/material, beban dinamis getaran akibat rotasi mesin menyebabkan sukarnya penafsiran pembebanan secara tepat dan teliti. Hasil desain harus mampu menahan beban vertikal maupun horizontal yang terjadi, dimana elemen-elemen struktur harus mampu menahan dan memberikan respons terhadap pembebanan yang timbul sebagai satu kesatuan dengan bagian lainnya agar dapat menerima dan menahan beban-beban di atas dan meneruskannya dengan aman ke permukaan tanah. Mesin genset berupa konstruksi yang bertumpu pada pondasi. Gaya-gaya yang timbul akibat beban statis berupa beban mati dan beban hidup serta beban dinamis getaran, pada analisis beban statis perencanaan pondasi didasarkan pada anggapan bahwa terjadi interaksi saat menahan momen lentur positif yang bekerja pada blok pondasi. Perencanaan pondasi meliputi perencanaan blok pondasi, balok pendukung (baja dudukan). Secara umum perencanaan pondasi direncanakan atas 3 tahap dasar, yaitu : 1) Analisis pendahuluan atau penetapan ukuran (pendimensian) 2) Analisis dan perencanaan detail tulangan 3) Perhitungan kemampulayanan. Beban Akibat Getaran Mesin Pondasi yang menopang mesin, kompresor, menara radar, alat pres pelubang (punch press), turbin, motor listrik besar dan genset, dan sebagai-nya, dapat dipengaruhi oleh getaran yang

disebabkan gaya-gaya mesin yang tak seimbang dan juga oleh berat statis dari mesin tersebut. Jika getaran-getaran ini berlebihan, maka getaran tersebut dapat merusak mesin dan menyebabkan mesin tersebut tidak dapat berfungsi (bekerja) dengan baik. Selanjutnya getaran-getaran tersebut dapat memberi pengaruh yang merugikan pada bangunan atau orang-orang yang bekerja di dekat mesin tersebut, kecuali jika frekuensi dan amplitudo getaran dikontrol. Desain pondasi untuk mengontrol getaran seringkali didasarkan pada penambahan massa (atau berat) pondasi dan/atau penguatan tanah di bawah dasar pondasi dengan meng-gunakan tiangpancang. Prosedur ini umumnya bekerja dengan baik; tapi para perencana mengetahui bahwa seringkali prosedur ini mengakibatkan perencanaan yang sangat berlebihan. Sistem Redaman Getaran Suatu struktur dengan kondisi ideal yang tak teredam, akan tetap bergetar dengan amplitudo konstan pada frekuensi naturalnya. Pengalaman menyatakan bahwa bagaimana pun, tidak akan ditemukan suatu alat yang bergetar dengan kondisi ideal ini. Gaya-gaya yang dinyatakan sebagai gesekan (friction) atau gaya redam (damping force) selalu ada pada tiap sistem yang bergerak. Gaya-gaya ini melepaskan (dissipate) enersi; lebih tepat lagi, adanya gaya-gaya geser yang tak dapat diabaikan, membentuk suatu mekanisme enersi mekanis, enersi kinetis ataupun enersi potensial yang ditransformasikan ke bentuk enersi lain misalnya, panas. Mekanisme transformasi atau pelepasan (dissipation) enersi ini sangat rumit dan belum tuntas dimengerti saat ini. Dengan memperhitungkan adanya gaya-gaya yang melepaskan enersi dalam menganalisa sistem dinamis, diperlukan juga untuk membuat beberapa asumsi tentang gaya-gaya ini. Sistem redaman yang dikenal dalam sistem perencanaan pondasi a.l;

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.40. April 2011

Redaman Liat (Viscous Damping), Sistem Redaman Kritis (Critically Damped System), Sistem Redaman Superkritis (Overdamped System) dan Sistem Redaman Subkritis (Underdamped System) Perencanaan Tulangan Kekuatan suatu pondasi blok lebih banyak dipengaruhi oleh tinggi dari pada lebarnya. Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 tebal selimut beton untuk blok adalah 40 mm. Perencanaan dimensi didasarkan pada hubungan empiris rasio lebar / tinggi blok beton persegi sesuai dengan pengalaman dan cukup ekonomis berkisar antara 1 s/d 3. Perencanaan komponen struktur yang mengalami lentur harus direncanakan agar mempunyai kekakuan yang cukup dalam mengurangi deformasi atau lendutan apapun yang memperlemah kekuatan atau kemampu layanan struktur pada beban kerja. Bila lendutan harus dihitung, maka lendutan yang terjadi sesaat sesudah bekerjanya beban harus dihitung metode atau formula standar untuk lendutan elastis, dengan memperhitungkan pengaruh retak dan tulangan terhadap kekakuan komponen struktur. Desain pondasi dianalisa terhadap pengaruh momen lentur, gaya geser dan puntir yang terjadi. Bentuk blok pondasi yang direncanakan adalah balok persegi. a). Perencanaan terhadap Lentur Analisis dan perencanaan balok pendukung dan pondasi, didasarkan pada anggapan bahwa antara balok dan pondasi terjadi interaksi saat menahan momen lentur positif yang bekerja pada balok. Perencanaan tulangan tarik untuk mencapai keseimbangan regangan pada penampang pondasi, sehingga akan memberikan jaminan bahwa kehancuran daktail dapat berlangsung dengan diawali meluluhnya tulangan baja tarik

dan tidak akan terjadi kehancuran getas yang bersifat mendadak Langkah-langkah perencanaan lentur; a. Menentukan nilai rasio penulangan () pada lampiran sesuai mutu beton (fc), mutu baja (fy) dan nilai kperlu yang diperoleh. b. Menghitung luas penampang perlu c. Memilih dimensi tulangan dan memeriksa tinggi struktur, yaitu bila daktual melebih dmin berarti rancangan agak konservatif (aman) dan jika daktual kurang dmin maka diadakan perencanaan ulang. d. Memeriksa min, dimana aktual harus lebih besar dari min dan lebih kecil dari max. Jika tidak dirancang ulang. e. Memeriksa persyaratan daktilitas, yaitu As(maks) harus lebih besar dari As(aktual). f. Membuat sketsa rancangan. b). Perencanaan terhadap Geser Perencanaan penulangan geser dimaksudkan agar menyediakan sejumlah tulangan baja dalam menahan gaya tarik arah tegak lurus terhadap retak tarik diagonal sehingga mampu mencegah bukaan retak lebih lanjut. Kekuatan geser beton dengan atau tanpa tulangan adalah sama, yaitu merupakan nilai gaya geser yang menyebabkan keretakan miring. Langkah-langkah perencanaan penampang terhadap gaya geser adalah : a. Menghitung gaya geser terfaktor (Vu) pada penampang penampang kritis di sepanjang batang / elemen. b. Menghitung kekuatan geser beton (Vc) c. Menghitung gaya geser nominal (Vn), yaitu : d. Menentukan dimensi tulangan geser, baik untuk tulangan minimum maupun tulangan geser badan. c). Perencanaan terhadap Puntir Ketentuan perencanaan tulangan torsi diberikan dalam SK SNI T-15-

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.40. April 2011

1991-03 pasal 3.4.6. Dengan demikian perencanaan untuk tulangan torsi dapat dilakukan dengan urutan sbb; a. Menentukan apakah momen torsi berupa torsi keseimbangan atau keserasian. b. Menghitung momen torsi rencanan (Tu) c. Menghitung kuat torsi minimal (Tc) d. Memeriksa apakah Tu > Tc, jika tidak, efek torsi dapat diabaikan dan bila sebaliknya maka momen torsi yang ditahan oleh tulangan (Ts) harus dihitung untuk torsi keseimbangan dan untuk torsi keserasian e. Nilai Tn tidak kurang dari Tu/, dan jika Ts > 4 Tc penampang harus diperbesar f. Memilih tulangan geser dan menghitung luas tulangan untuk setiap satuan jarak lengan g. Menghitung luas tulangan memanjang Al yang diperlukan untuk torsi, diman h. Memilih dimensi tulangan torsi yang digunakan sesuai hasil perhitungan. 2. Perencanaan Baja dudukan Mesin Baja Dudukan Mesin berupa konstruksi baja bertumpu pada pondasi. Gaya-gaya batang yang timbul akibat beban statis dan dinamis selanjutnya dianalisis sedangkan untuk perhitungan desain stabilitas batang mengacu pada peraturan American Institute of Steel Construction (AISC) yang disesuaikan dengan spesifikasi Load and Resistance Factor Design (LRFD). Faktor keamanan yang juga perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah faktor resistensi ( Faktor resistensi ). bervariasi menurut tipe batang dan keadaan batas yang sedang diperhitungkan. Kekuatan aktual suatu batang tarik kenyal dapat melampaui kekuatan tarik nominalnya bila kenaikan resistensi pada saat regangan tarik menjadi besar,

yang dikenal sebagai pengerasan regangan (strain bardening). Hal ini akan dapat menimbulkan kesulitan terhadap struktur yang bersangkutan sehingga batang tidak lagi berfungsi seperti yang diinginkan. Baik pelelehan tak terkekang atau pun retakan melalui penampang yang tereduksi di daerah lubang-lubangnya dapat membatasi kegunaan batang. Perencanaan baja dudukan untuk profil tertentu, biasanya berupa profil kanal atau profil wide flange (WF). Penentuan dimensi profil gording dilakukan dengan cara coba-coba yang disesuaikan dengan kapasitas tegangan leleh baja yang digunakan dan lendutan maksimum yang diizinkan. Suatu sambungan dikatakan dibebani secara konsentris bila resultan gaya (aksial) melalui sentroid kelompok alat sambung atau susunan las. Disamping sambungan baut, maka cara pengelasan merupakan proses penggabungan material-material dengan pemanasan sampai ke temperatur yang sesuai sedemikian rupa sehingga bahanbahan tersebut melebur menjadi satu rangkaian. Secara umum, sambungan las terdiri dari lima jenis dasar las dengan berbagai macam variasi dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar sambungan las ini adalah sambungan sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut maupun sisi. Dalam perencanaan ini digunakan sambungan baut berkekuatan tinggi dan sambungan las. Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu ; 1. Diperolehnya dimensi Pondasi Genset yang efektif dan proporsional dan aman tehadap semua beban-beban yang bekerja termasuk getaran mesin. 2. Adanya tingkat sistem peredaman yang bekerja pada pondasi yang berfungsi sebagai peredam terhadap

Majalah Ilmiah Al-Jibra, ISSN 1411-7797, Vol. 12, No.40. April 2011

lamanya getaran mesin pada saat bekerja. 3. Baja tulangan yang dipakai untuk pembetonan adalah Baja Deform (ulir) sesuai dengan dimensi pondasi. 4. Diperolehnya desain dudukan mesin yang mempunyai mutu dan tingkat ratio tegangan yang lebih baik. 5. Penyambungan dilakukan baik dengan cara sambungan baut maupun dengan cara pengelasan. Daftar Pustaka 1. Bowles, E Joseph. 1993. Analisis dan Desain Pondasi, Jilid 2, Erlangga, Jakarta. 2. Bowles, E Joseph. 1984. Desain Baja Konstruksi (Struktural Steel Design), Erlangga, Jakarta.

3. Das, Braja M. 1995, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis), Erlangga, Jakarta. 4. Dipohusodo, Istimawan. 1996, Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-15-1991-02. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 5. Mosley, W. H., & Bungey J. H. 1989, Perencanaan Beton Bertulang. Erlangga, Jakarta. 6. Sunggono Kh. 1995, Buku Teknik Sipil. Nova, Bandung 7. Paz, Mario. 1993, Dinamika Struktur (Teori dan Perhitungan), Erlangga, Jakarta. 8. Salmon, Charles G. & Johnson, John E. 1992, Struktur Baja (Desain dan Perilaku), Jilid 1, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Вам также может понравиться