Вы находитесь на странице: 1из 11

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM AL-QURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM

I. PENDAHULUAN Al-Quran adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad saw untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Petunjukpetunjuk yang dibawanya pun dapat menyinari seluruh isi alam ini. Sebagai kitab bidayah sepanjang zaman, al-Quran memuat informasi-informasi dasar tentang berbagai masalah, baik informasi tentang hukum, etika, kedokteran dan sebagainya. Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dan keluwesan isi kandungan alQuran tersebut. Informasi yang diberikan itu merupakan dasar-dasarnya saja, dan manusia lah yang akan menganalisis dan merincinya, membuat keautentikan teks al-Quran menjadi lebih tampak bila berhadapan dengan konteks persoalan-persoalan kemanusiaan dan kehidupan modern. II. POKOK PEMBAHASAN 1. Pengertian dan Turunnya Al-Quran 2. Penjelasan Al-Quran Terhadap Hukum dan Al-Quran Sebagai Sumber Hukum 3. Sistematika Hukum Dalam Al-Quran III. PEMBAHASAN 1. Pengertian Dan Turunnya Al-Quran a. Pengertian al-Quran Dalam pengertian mengenai al-Quran dapat ditinjau dari dua aspek, sebagai berikut:

1)Aspek Etimologis Makna kata Quran adalah sinonim dengan qiraah dan keduanya berasal dari kata qaraa. dari segi makna, lafal Quran bermakna bacaan. Kajian yang dilakukan oleh Dr. Subhi Saleh menghasilkan suatu kesimpulan bahwa al-Quran dilihat dari sisi bahasa berarti bacaan, adalah merupakan suatu pendapat yang paling mendekati kebenaran. Arti inilah disebut dalam firman Allah berikut ini: Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan kami lah mengumpulkan nya (al-Quran) di dadamu dan membuatmu pandai membaca. Maka bila kami telah selesai membacakan nya ikutilah bacaan tersebut (al-Qiyamah: 17-18) 2)Aspek Terminologi Ditinjau dari aspek terminologi kata al-Quran sesungguhnya telah banyak dikemukakan oleh para Ulama. Diantaranya mereka ada yang memberikan pengertian sama dengan al-kitab, karena selain nama al-Quran, wahyu tersebut dikenal dengan sebutan al-kitab. Kaitannya dengan hal ini Al-Khudari memberikan definisi bahwa al-kitab adalah al-Quran yaitu lafal bahasa Arab yang diturunkan pada Muhammad untuk dipelajari dan diingat, yang dinukil secara mutawatir, termaktub diantara dua sisi awal dan akhir, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas. Dalam definisi diatas tegas bahwa al-kitab adalah al-Quran itu sendiri. Menurut Al-Amidi penegasan ini dipandang perlu untuk membedakan antara al-Quran dengan kitab-kitab lainnya seperti Taurat, Injil dan Zabur. Sebab ketiga kitab ini juga diturunkan oleh Allah yang wajib di imani oleh setiap muslim. As-Shabuni mengemukakan dalam At-Tibyan Fi Ulum Al-Quran, al-Quran adalah firman Allah yang mengandung mukjizat, diturunkan pada Nabi terakhir ditulis dalam beberapa mushaf, bersifat mutawatir dan bernilai ibadah jika dibaca.

Dr. Subhi Saleh menegaskan bahwa al-Quran dengan sebutan apapun adalah firman Allah yang mengandung mujizat diturunkan pada Muhammad saw ditulis dalam beberapa mushaf serta bersifat mutawatir dan bernilai ibadah jika dibaca. Dari beberapa definisi dan uraian diatas dapat diambil pengertian dan kesimpulan bahwa Al-Quran secara terminologi meliputi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Kalamullah. 2. Dengan perantara malaikat Jibril. 3. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 4. Sebagai mujizat. 5. Ditulis dalam mushaf. 6. Dinukil secara mutawatir. 7. Dianggap ibadah orang yang membacanya. 8. Dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas. 9. Sebagai ilmu laduni global 10. Mencakup segala hakikat kebenaran. b. Turunnya al-Quran Allah menurunkan al-Quran kepada Rasulullah saw untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya al-Quran merupakan peristiwa besar. Turunnya al-Quran yang pertama kali pada malam lailatul qodar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad. Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah baru agar menjadi umat paling baik.

Turunnya al-Quran yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitabkitab yang sebelumnya, al-Quran turun secara berangsur-angsur untuk menguatkan hati Rasul dan menghibur nya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmatnya. Turunnya Al-Quran Sekaligus Allah SWT berfirman: Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al-Baqarah: 185) Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkan nya (Al Quran) pada malam kemuliaan (malam lailatul qodr). (QS. al-Qodr: 1)

Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkan nya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (QS. ad-Dukhan: 3). Ketiga ayat diatas itu tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam lailatul qodr dalam bulan ramadhan. Tetapi lahir (zahir) ayat-ayat itu bertentangan dengan kejadian nyata dalam kehidupan Rasul, dimana turun kepadanya selama kurang lebih 23 tahun . Al-Quran diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk dan rahmat untuk dijadikan sebagai pedoman hidup, petunjuk dan rahmat. 2. PENJELASAN AL-QURAN TERHADAP HUKUM DAN ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM A. Penjelasan al-Quran Terhadap Hukum

Contoh Ayat-ayat yang menjelaskan hukum diantaranya: . Uraian al-Quran tentang puasa ramadhan, ditemukan dalam surat al-Baqarah: 183, 184, 185 dan 187. Ini berarti bahwa puasa ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi saw tiba di Madinah, karena ulama al-Quran sepakat bahwa Surat al-Baqarah turun di Madinah. Para sejarawan menyatakan bahwa kewajiban melaksanakan puasa ramadhan ditetapkan Allah SWT pada 10 syaban tahun kedua hijriyah. Allah swt berfirman: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 183). Ayat ini yang menjadi dasar hukum diwajibkannya berpuasa bagi orang-orang yang beriman. Ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan persoalan shalat: 1. firman Allah SWT Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orangorang yang beriman. (QS. An Nisa:103). Artinya: sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thahaa: 14). Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al-kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Ankabut: 45). B. Al-Quran Sebagai Sumber Hukum Al-quran adalah sumber hukum yang utama dalam Islam, sebagaimana dalam firman Allah:

Artinya: Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. al-Maidah: 44). Dalam ayat lain Allah berfirman:

Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, Akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (al- Ahjab: 36). Kedua ayat ini menegaskan kepada kita untuk selalu berpegang teguh pada alquran dan hadis sebagai dasar dan sumber hukum-hukum islam dan melarang kita untuk menetapkan suatu perkara yang tidak sesuai dengan al-quran dan hadis serta dilarang untuk mendurhakai allah dan rasul-Nya. Dan masih banyak ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang bahwa al-Quran adalah sebagai sumber hukum, seperti surat an-Nahl: 89, Ibrahim:1 dan Shad: 1 Artinya: Dan Kami turunkan kepadamu Al-kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. An-Nahl: 89). Artinya: Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al- Purqan:1). 3. SISTEMATIKA HUKUM DALAM AL-QURAN Sebagai sumber hukum yang utama, maka al-Quran memuat sisi-sisi hukum yang mencakup berbagai bidang. Secara garis besar al-quran memuat tiga sisi pokok hukum yaitu:

Pertama, hukum-hukum Itiqadiyah. Yakni hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban orang mukallaf, meliputi keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitabkitab, Rasul-rasul, hari Qiyamat dan ketetapan Allah (qadha dan qadar). Kedua, hukum-hukum Moral/ akhlaq. Yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan prilaku orang mukallaf guna menghiasi dirinya dengan sifat-sifat keutamaan/ fadail al amal dan menjauhkan diri dari segala sifat tercela yang menyebabkan kehinaan. Ketiga, hukum-hukum Amaliyah, yakni segala aturan hukum yang berkaitan dengan segala perbuatan, perjanjian dan muamalah sesama manusia. Segi hukum inilah yang lazimnya disebut dengan fiqh al-Quran dan itulah yang dicapai dan dikembangkan oleh ilmu ushul al-Fiqh. Hukum-hukum yang dicakup oleh Nash al-Quran, garis besarnya terbagi kepada tiga bagian, yakni: 1. Hukum-hukum Itiqodi, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan akidah dan kepercayaan 2. Hukum-hukum Akhlak, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan tingkah laku, budi pekerti. 3. Hukum-hukum Amaliyah, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan perbuatanperbuatan para mukalaf, baik mengenai ibadat atau adat, muamalah madaniyah dan maliyahnya, ahwalusy syakhshiyah, jinayat dan uqubat, dusturiyah dan dauliyah, jihad dan lain sebagainya. Yang pertama menjadi dasar agama, yang kedua menjadi penyempurna bagian yang pertama, amaliyah yang kadang-kadang disebut juga syariat adalah bagian hukum-hukum yang diperbincangkan dan menjadi objek fiqih. Dan inilah yang kemudian disebut hukum Islam. IV. KESIMPULAN

1. Pengertian dan Turunnya Al-Quran 1. Pengertian al-quran Dalam pengertian mengenai al-Quran dapat ditinjau dari dua aspek, sebagai berikut: 1) Aspek Etimologis, pengertian al-quran ditinjau dari aspek etimologis (bahasa) adalah bacaan. 2) Aspek Terminologi, pengertian al-Quran secara terminologi meliputi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Kalamullah. 2. Dengan perantara malaikat Jibril. 3. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 4. Sebagai mujizat. 5. Ditulis dalam mushaf. 6. Dinukil secara mutawatir. 7. Dianggap ibadah orang yang membacanya. 8. Dimulai dengan surah Al-Fatihah dan ditutup dengan surah An-Nas 9. Sebagai ilmu laduni global 10. Mencakup segala hakikat kebenaran. 2. Turunnya Al-Quran

Turunnya al-Quran yang pertama kali pada malam lailatul qodar merupakan pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat akan kemuliaan umat Muhammad. Turunnya al-Quran yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan kitabkitab yang sebelumnya, al-Quran turun secara berangsur-angsur untuk menguatkan hati Rasul dan menghibur nya serta mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmatnya. 2. Penjelasan Al-Quran Terhadap Hukum dan Al-Quran Sebagai Sumber Hukum. A. Penjelasan al-quran terhadap hukum, contoh ayat yang menjelaskan tentang wajibnya berpuasa di bulan ramadhan bagi orang-orang yang beriman (dalam surat al-baqarah: 183) dan diwajibkannya shalat bagi orang-orang mukalaf (dalam surat an-nisa: 103). B. Al-quran sebagai sumber hukum, dijelaskan dalam surat al-maidah:44 dan al-Ahjab: 36. 3. Sistematika Hukum Dalam Al-Quran Hukum-hukum yang dicakup oleh Nash al-Quran, garis besarnya terbagi kepada tiga bagian, yakni: 1) Hukum-hukum Itiqodi, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan akidah dan kepercayaan 2) Hukum-hukum Akhlak, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan tingkah laku, budi pekerti. 3) Hukum-hukum Amaliyah

PENUTUP Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin. DAFTAR PUSTAKA Al-Amidi, Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam, Muassasah Al-Halaby, Kairo, hal. 147-148

As-Shabuni, M. Ali, Al- Tibyan Fi Ulum Al-Quran, Dar Al-Arshad, Beirut, hal. 10 Efendi, Nur Mamun, Konsep Fiqh Dalam Al-Quran Dan Al-Hadits, Semarang: Bima Sejati. 2006, hlm. 15. Hamzah, Muchotob, Studi Al-Quran Komprehensif, Gama Media 2003. hlm 1-2.

Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad, Pengantar Ilmu Fiqih, Pustaka Rizki Putra, 1999, hlm. 36-37. Khaliil Al-Qattaan, Manna, Studi Ilmu-Ilmu Quran, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2007, hlm 144-145.

Mustofa, Misbah, Shalat dan Tatakrama, al-Misbah, 2006, hlm. 65-67.

Saleh, Subhi, Mabahis Fi Ulum Al-Quran. Muassasah Ar-Risalah, Mesir, 1404H. hlm. 19.

Shihab, M. Qurais, Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, 2007

Вам также может понравиться