Вы находитесь на странице: 1из 3

VI.

DATA PENGAMATAN

VII. PEMBAHASAN Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan injeksi kering dan uji sterilitasnya. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir. Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat berbentuk serbuk kering yang baru diubah menjadi suspensi dengan penambahan air sesaat sebelum digunakan. Penggunakan sediaan injeksi kering ini dikhususkan untuk sediaan yang tidak stabil atau mudah terdegradasi dalam larutan. Sediaan injeksi kering tidak perlu isotonis sehingga penggunaannya tidak melalui intravena, tetapi intramuskular. Jaringan otot mentolerasi minyak dan partikel-partikel yang tersuspensi cukup baik di dalam minyak sehingga jaringan tersebut merupakan satu-satunya rute yang biasanya cocok untuk minyak dan suspensi dalam minyak. Perbedaan tekanan osmosis sediaan dengan cairan tubuh akan menyebabkan rasa sakit pada pasien. Pada sediaan injeksi intravena, tekanan osmosis yang besar pada sediaan akan menyebabkan sel darah merah membesar dan lisis. Sedangkan tekanan osmosis yang kecil pada sediaan akan menyebabkan sel darah merah mengerut. Zat aktif yang dibuat dalam sediaan injeksi kering ini adalah streptomisin sulfat. Streptomisin sulfat mudah larut dalam air dan mempunyai titik leleh . Karena titik lelehnya kecil, maka sediaan dibuat dengan cara aseptis. Wadah yang digunakan pada sediaan injeksi adalah ampul. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Prosedur pertama yang harus dilakukan adalah mensterilkan alat-alat yang akan digunakan. Sterilisasi adalah salah satu prosedur yang digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme. Pemiliharaan suci hama dan penyakit

(keaseptikan) atau kondisi steril sangat penting dalam pengerjaan produk-produk

steril. Sterilisasi alat dilakukan dengan menggunakan autoklaf. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai berbagai macam alat dan bahan yang menggunakan tekanan 15 Psi (2atm) dan suhu 121C. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding udara panas. Setelah alat disterilisasi dilakukan pengolahan produk dan uji sterilitas di ruangan Laminar Air Flow (LAF). LAF merupakan kabinet kerja yang steril untuk kerja mikrobiologi LAF memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor (kemungkinan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter. Sebelum masuk ke ruang Laminar Air Flow, tangan dan kaki harus dibersihkan dahulu dengan alkohol 70% agar tidak membawa masuk kontaminan ke dalam ruang LAF. Alkohol 70% digunakan karena dapat mendenaturasi protein bakteri sehingga mengakibatkan bakteri lisis. Tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak dengan bahan uji selama percobaan dilakukan, sehingga sangat berpotensial memindahkan mikroorganisme dan menyebabkan kontaminasi. Setelah memasuki ruangan LAF, lampu neon dinyalakan dan lampu UV di dalam kabinet LAF dimatikan, serta aliran udara dinyalakan. Semua perlakuan dilakukan di dalam kabinet LAF yang tidak terbuka lebar. Pembuatan produk dilakukan dengan menimbang serbuk Streptomisin Sulfat sebanyak 500mg dalam botol vial. Uji sterilitas dilakukan dengan menggunakan media FTM dan TSM. Media FTM (Fluid Thyoglicolat Medium) dibuat dengan melarutkan 29,8g FTM dalam 1 liter aquadest dan dididihkan sampai semuanya larut. Larutan disterilkan dalam autoklaf selama 20 menit. Media TSB (Tryotone Soya Broth) dibuat dengan melarutkan 30 g TSB dalam 1 liter aquadest dan dididihkan sampai semuanya larut. Larutan disterilkan dalam autoklaf selama 20 menit. Larutan FTM masing-masing 10mL dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi dan Larutan TSB masing-masing 10mL dimasukkan ke dalam 3 buah tabung reaksi. Masing- masing tabung dari tiap media diberi label kontrol negatif, aseptis, dan nonaseptis. Tabung reaksi yang berlabel kontrol negatif tidak diberi

perlakukan. Kontrol negatif berperan sebagai validasi perlakuan. Tabung reaksi yang berlabel aseptis digunakan sebagai uji sterilitas dengan pengerjaan aseptis. Tabung reaksi yang berlabel aseptis digunakan sebagai uji sterilitas dengan pengerjaan nonaseptis Kemudian sebanyak 100mg sampel dilarutkan dengan aquadestt steril dan dimasukkan pada tabung media FTM berlabel nonaseptis. Prosedur tersebut juga dilakukan pada tabung media TSB berlabel nonaseptis. Pada tabung berlabel aseptis dimasukkan sampel yang telah dilarutkan dengan aquadest steril secara aseptis (dekat dengan api). Semua tabung kemudian diinkubasi pada suhu 30C dan diamati kekeruhan dari tiap medium selang 24 jam sampai medium dalam tiap tabung keruh. VIII. KESIMPULAN

Вам также может понравиться