Вы находитесь на странице: 1из 2

D.

Antara Kurikulum dengan Produk Kepribadian dan mentalitas seseorang, kelompok, dan bangsa merupakan produk dari rangkaian pengalaman social dan budayanya. Para pengamat kebudayaan menilai bangsa Indonesia mengidap penyakit mentalitas tradisional yakni dinilai sebagai perintang maha kokoh untuk dapat mengantarkan bangsa ini menuju masyarakat maju (modern). Banyak program pembangunan yang dirancang dan di introdusir oleh pemerintah nampaknya begitu kuat dihambat dan dirintangi oleh mentalitas dari bangsa ini. Mentalitas bangsa Indonesia berakar pada alam pikiran monoismeyang mendarah daging dan bertengger begitu kuatnya dalam museum batin bangsa ini. Alam pikiran monoisme berintikan faham kemanunggalan; manunggal antara jagad ageng dengan jasad alit; dunia materi dengan dunia batin; dunia nyata dengan gaib; Tuhan dengan makhluk ciptaan Nya. Intinya manusia dan suatu masyarakat atau bangsa, bukanlah diri yang otonom tetapi adalah satu-menyatu-manunggal di dalam totalitas semesta. Dalam totalitas semesta ini, manusia dan masyarakat berkewajiban untuk berbuat yang laras santun, karena keselamatan orang seorang dan masyarakat luas terletak pada perbuatan yang laras santun. Sisa lain dari alam pikiran monoisme ialah memandang totalitas semesta sebagai suatu wadah ber daya dan sacral. Kesakralannya tersebar dan terfresentasi pada bagian tertentu semesta, seperti pohon beringin, kuburan, benda-benda pusaka, wali, dukun, dsb. Bagian-bagian semesta yang dipandang keramat dan sakral itu itulah tempat orang berserah diri dan mengadukan nasibnya, termasuk tempat memintakan keselamatan dan supaya dijauhkan dari aneka macam bencana. Bawaan lain dari sikap hidup yang dituntut oleh monoisme, ialah mengerasnya tuntutan untuk senantiasa memelihara cara-cara hidup yang telah diadatkan secara turun temurun. Dalam hubungan ini, sangat dituntut untuk menoleh kebelakang yaitu berceminpada cara-cara hidup nenek moyang, meladeni para leluhur, senantiasa meminta dan menanti estu dari orang-orang sepuh. Dengan demikian terjadilah apa yang disebut kontinyuitas kebudayaan. Dampak dari alam pikiran monoisme terhadap gerak maju masyarakat Indonesia tentu saja sangat besar. Berat dan sukarnya menembus imbas rintangan mentalitas serupa untuk membangun landasan pacu sebagai tempat lepas landas membangun bangsa menuju masyarakat modern. Hal tersebut terbukti dari gagalnya pembangunan masyarakat Indonesia pada era orde baru untuk lepas landas pada tahap pembangunan pelita ke lima yang mengakibatkan masyarakat Indonesia mengalami krisis berkepanjangan dan mulai membangun bangsa mulai dari titik nol . ini dapat dipahami, sebab setiap upaya modernisasi dan pembangunan selamanya selalu menuntut penyesuaian structural dari tata kehidupan dan penghidupan sesuatu masyarakat. E. Mengubah Kurikulum

Untuk memperlicin gerak maju bangsa ini, perlu untuk mengubah kurikulum kemasyarakatan yang terpakai saat ini. Dalam hubungan ini tentu saja diperlukan pengkajian yang cermat tentang cirri tatanan dan mentalitas maju-modern itu sendiri, penelitian dan analisis yang cermat tentang dosis dari aspek-aspek yang di kurikulum kan selama ini, muatan yang terlalu berlebihanmemadai-kekurangan. Selanjutnya, tinggal menetapkan kurikulum baru dalam rangka pembinaan dan pengembangan bangsa ini. Dalam aspek-aspek mana yang perlu dikurangi muatannyperlu ditambah,dan yang untuk sementara dapat diabaikan.

Вам также может понравиться