Вы находитесь на странице: 1из 5

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2004

BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah menyatakan keinginannya untuk memenuhi hak warga negara dengan ikut menandatangani Millenum Development Goals (MDG) yang merupakan komitmen 189 negara anggota PBB. Pada tahun 2015 anggota PBB tersebut menetpakan beberapa tujuan, yaitu : akan mengurangi hingga separuh orang miskin, semua anak laki-laki dan perempuan menamatkan sekolah dasar, menghilangkan perbedaan antar gender di SD dan SLTP/SLTA, mengurangi sampai dua pertiga tingkat kematian anak balita, mengurangi sampai tiga perempat rasio kematian ibu melahirkan, menghentikan penyebaran HIV/AIDS, membalikkan proses penghilangan sumbersumber lingkungan hidup dan membangun kemitraan global untuk pembangunan. BPS sebagai Badan yang bertanggungjawab akan tersedianya data, diharapkan menjadi bagian dari solusi bangsa ini dalam mencapai tujuan-tujuannya. Dalam menyediakan data indikator-indikator untuk melihat pencapaian MDG di Indonesia, BPS telah melaksanakan berbagai pengukuran baik di bidang sosial maupun ekonomi. Indonesia sangat luas dan beragam sehingga untuk bangsa seluas ini data rata-rata nasional sulit memberikan gambaran yang sesungguhnya terhadap pencapaian MDG. Untuk itu diperlukan data dengan cakupan lebih kecil seperti propinsi dan kabupaten. Apalagi dalam konteks desentralisasi dimana kabupaten merupakan pusat pemerintahan maka akan lebih baik apabila pemilahan dan analisis data bisa dilakukan di tingkat Kabupaten sehingga angka rata-ratanya lebih mendekati kondisi yang sesungguhnya. Undang-undang no 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah yang menegaskan bahwa otonomi daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya undang-undang ini kemampuan daerah dalam mengelola dirinya bisa lebih diekspresikan melalui perdaperda yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Undang-undang ini merupakan landasan hukum dari berbagai pembangunan sosial ekonomi di Jawa Barat 1

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2004

sebagai manifestasi dari jiwa undang-undang tersebut, Propinsi Jawa Barat menyusun suatu visi & misi yang sinergis dengan tujuan nasional. Jawa Barat sebagai propinsi besar dengan persentase penduduk terbesar di Indonesia diperlukan banyak informasi dalam menata ulang kehidupan sosial maupun ekonomi. Tujuan-tujuan MDG seperti menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu, selain berhubungan erat dengan sosial budaya juga berkaitan dengan pola konsumsi masyarakat. Untuk itu informasi tentang konsumsi rumah tangga sangat penting untuk analisis ekonomi jangka pendek maupun jangka panjang. Komponen ini memberikan kontribusi tertinggi pada penyusunan PDRB dan lebih dari 60% PDRB Jawa Barat diperoleh dari konsumsi. Oleh karena itu komponen ini merupakan komponen utama dari multiplier dan jika konsumsi mengalami Konsumsi dalam komponen PDRB meliputi juga Konsumsi Lembaga Non Profit dan Konsumsi Pemerintah. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah seluruh barang dan jasa yang dibeli oleh pemerintah untuk pelayanan-pelayanan pada masyarakat, pembayaran balas jasa pegawai, penyusutan dan dikurangi penjualan untuk barang dan jasa. Konsumsi pemerintah atau belanja pemerintah tidak temasuk pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Besarnya belanja pemerintah ini termasuk yang harus dipertanggungjawabkan oleh pimpinan daerah kepada masyarakat. Komponen ini mempunyai kontribusi sekitar 6 persen setiap tahunnya. Untuk mencapai target MDG 2015 Indonesia memerlukan kerjasama internasional khususnya keperluan akan modal domestik, serta kemitraan yang terjalin antar bangsa juga merupakan salah satu targetnya. Harus diusahakan agar arus masuk modal asing lebih besar dari pada arus modal yang keluar. Salah satu yang mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan oleh investasi dari negara lain. Oleh karena itu perbaikan iklim investasi menjadi sangat urgen terutama reformasi di bidang hukum dan peraturan yang terkait dengan pelaksanaan di Indonesia. perubahan maka tingkat keseimbangan pendapatan akan berubah pula.

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2004

Investasi merupakan komponen PDRB yang mudah sekali mengalami perubahan. Jika permintaan akan barang dan jasa pada suatu wilayah menurun, yang paling utama mengalami penurunan adalah investasi. Dampak yang paling besar pada saat krisis melanda Indonesia juga dialami oleh Investasi. Begitu pula dengan Investasi Jawa Barat walaupun selama ini masih menjadi tujuan utama para investor dan kontribusi investasinya terhadap PDRB saat sebelum krisis melebihi 20%, hingga saat ini angka tersebut belum bisa terlampaui dimana untuk beberapa tahun terakhir ini hanya berperan sekitar 15%. Diyakini pula bahwa yang pertama bergerak setelah masa krisis juga investasi, diharapkan investasi ini akan menggerakan perekonomian secara keseluruhan. Dalam era globalisasi Indonesia tidak bisa lepas dari negara-negara lainnya. Sebagai suatu negara yang menganut ekonomi terbuka, ekspor impor barang dan jasa merupakan kegiatan yang tidak terelakkan dan sangat penting. Informasi ini berguna untuk melihat efisiensi dalam menjalankan aktivitas ekonomi. Indonesia dan negaranegara lain terkait erat dengan komitmen-komitmen global dalam bidang ekonomi, perdagangan, transaksi keuangan dll. Untuk itu Indonesia juga menandatangani perjanjian dagang internasional antara lain WTO, APEC, OPEC, dan AFTA. Banyak faktor yang menentukan besarnya ekspor impor antar negara, setiap waktu besarannya bisa berubah-ubah. Adakalanya ekspor berkembang tidak sejalan dengan perkembangan impor yang menyebabkan surplus atau minusnya neraca pembayaran. Mekanisme pasar bebas yang sekarang sedang bergulir ini bisa menghasilkan ketidakseimbangan perolehan devisa pada dua negara yang berhubungan. Impor yang terus menerus lebih besar dari ekspor atau net ekspor negatif dalam jangka panjang akan mengganggu kestabilan ekonomi. Oleh karena itu pemerintah harus berupaya untuk mengatasi keseimbangan neraca pembayaran. Makin besar ekspor akan membuat meningkatnya pendapatan secara agregat, tetapi tidak berlaku sebaliknya, jadi sifat ekspor impor pun mempunyai sifat seperti konsumsi investasi. Tahun Dasar dalam penghitungan PDRB merupakan tahun yang ditetapkan sebagai referensi harga dari barang atau jasa produk dari suatu wilayah. Setiap dekade tertentu diperlukan perubahan tahun dasar untuk lebih mengakomodir semua perubahan perekonomian yang terjadi. Tahun dasar tersebut digunakan sebagai pijakan 3 untuk

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2004

menghitung perubahan-perubahan agregat ekonomi seperti: nilai riil, struktur ekonomi, laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat perkembangan harga. Mulai tahun 2005 ada perubahan tahun dasar dari 1993 menjadi tahun 2000. Proses penetapan kembali tahun dasar karena ada beberapa alasan antara lain: direkomendasikan PBB tentang perubahan tahun dasar dan tahun dasar 1993 sudah dianggap tidak representatif lagi menggambarkan struktur ekonomi saat ini; tahun 2000 dianggap sebagai tahun yang perekonomiannya relatif stabil setelah krisis yang mulai terjadi pada pertengahan tahun1997; Pada tahun 2000 juga tersedia data-data penunjang seperti IO dan Sensus Penduduk, dan sebagainya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perubahan tahun dasar terutama mengenai penggolongan kembali transaksi dan pelaku ekonomi sesuai dengan pedoman System National Account (SNA) 93. Selain itu juga diperlukan perbaikan cakupan dari seluruh aktivitas ekonomi, terutama yang aktivitasnya belum ada pada tahun 1993.

1.2.

Maksud dan Tujuan Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat, pemerataan pendapatan dan memperluas kesempatan kerja dan juga diharapkan dapat mencapai targettarget seperti yang telah ditetapkan baik untuk regional atau nasional. Untuk mengukur kinerja perkembangan ekonomi disuatu wilayah dapat diamati melalui pertumbuhan ekonomi makro, struktur perekonomian, pendapatan perkapita dan indikator ekonomi lainnya. Di samping itu, data statistik dan indikator ekonomi dapat digunakan untuk menganalisis dan menentukan arah kebijaksanaan serta mengevaluasi hasil pembangunan. Salah satu indikator ekonomi yang diperlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai perekonomian regional secara makro adalah data PDRB menurut penggunaan. Propinsi Jawa Barat mempunyai potensi yang besar serta cita-cita yang tinggi seperti tertuang dalam visi dan misinya. Untuk itu diperlukan suatu pengukuran atas kinerja dari strategi-strategi yang dilakukan sesuai dengan garis-garis haluan yang telah ditetapkan. Publikasi PDRB Penggunaan Jawa Barat merupakan potret dari kinerja pembangunan ekonomi makro Jawa Barat dilihat dari sisi besaran Konsumsi, Investasi 4

PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan 2004

dan

Ekspor-Impor,

kontribusinya

terhadap

perekonomian

regional

dan

laju

pertumbuhannya yang dilakukan. Diharapkan informasi ini bisa menjadi bahan evaluasi dan menjadi pijakan kuat untuk alat perencanaan bagi Pemerintah Daerah, selebihnya diharapkan bisa menjadi bahan kajian yang manfaat bagi masyarakat pengguna data lainnya.

Вам также может понравиться