Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Teologi sebagaimna diketahi membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu agama. Setiap orang ingin menyelami seluk-beluk agamanya secara mendalam perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang dianutnya. Dalam islam sebenarnya terdapat lebih dari satu aliran teologi, diantaranya yaitu aliran khawarij, murjiah, mutazilah dan lain-lain. Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas aliran-aliran teologi tersebut.

B. Rumusan Masalah Di dalam makalah ini ada bebrapa hal yang menajdi pokok permasalahanya yaitu : 1. Aliran-Aliran apa saja yang timbul dalam persoalan ilmu kalam ? 2. Bagaimana latar belakang timbulnya aliran-aliran dalam ilmu kalam ?

1 http://kangfatih.wordpress.com/

BAB II PEMBAHASAN A. Aliran Aliran Yang Timbul Dalam Persoalan Ilmu Kalam1 1. Aliran Khawarij Aliran khawarij menyatakan bahwa orang berdosa besar adalah kafir, dalam arti keluar dari islam atau tegasnya murtad dan oleh karena itu ia wajib dibunuh. Kaum khawarij terdiri atas pengikut Ali bin Abi tholib yang meninggalkan barisanya, karena tidak setuju dengan sikap Ali bin Abi Thalib dalam menerima arbitrase sebagai jalan untuk menyelesaikan persengletaan tentang khalifah dengan muawiyah ibn Abi Sufyan.

2. Aliran Murjiah Aliran murjiah menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, terserah kepada Allah SWT untuk mengampuni atau tidak mengampuninya. Kaum khawarij pada mulanya adalah penyokong Ali. Tetapi kemudian berbalik kepada musuhnya. Karena adanhya perlawanan ini, penyokong-penyokong yang tetap setia padanya bertambah keras dan kuat membelanya dan akhirnya mereka merupakan satu golongan lain dalam islam yang dikenal dengan nama Syiah.

3. Aliran Mutazilah Aliran mutazilah tidak menerima pendapat-pendapat diatas. Bagi mereka orang yang berdosa besar bukan kafir tetapi bukan pula mukmin, mereka mengambil posisi diantara posisi mukmin dan kafir yang dalam bahasa arabnya dikenal dengan istilah almanzilah bainal manzilatain ( posisi diantara keduanya). Kaum mutazilah adalah golongan-golongan yang membawa persoalanpersoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis daripada persoalan-

Drs. Rosihon 2003), 27

2 http://kangfatih.wordpress.com/

persoalan yang dibawa kaum khawarij dan murjiah. Dalam pembahasan mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama kaum rasionalis islam. Menurut Al-Baqdadi, wasic dan temanya amr ibn ubaid ibn Bab diusir oleh Hasan al Basri dari majlisnya karena adanya pertikaian antar mereka mengenai persoalan Qodar dan orang yang berdosa besar, keduanya menjauhkan diri dari Hasan al Basri dan mereka serta pengikut-[engikutnya disebut kaum mutazilah, karena mereka menjauhkan diri dari paham umat islam tentang soal orang yang berdosa besar. Menurut mereka orang serupa ini tidak mukmin dan tidak pula kafir. Demikian keterangan al-baqdadi tentang pemberian nama mutazilah kepada golongan itu.2 Dalam pada itu timbul pula dalam islam dua aliran dalam teologi yang dikenal dengan nama Al-Qodariyah dan Al-Jabariyah. Menurut Qodariyah manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dari perbuatnnya. Dalam istilah inggrisnya freewill dan free act. Jabariyah sebaliknya berpenmdapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam semua tingkah lakunya menurut paham Jabariyah, bertindak dengan paksaan Tuhan, segala gerak-gerik manudia ditentukan oleh Tuhan. Disamping Aliran Jabariyah dan Qodariyah timbul pula alirran Al-Asyariyah, yang dipimpin oleh Abu Al-Hasan Al-Asyari. Pada mulanya Al-Asyari adalah seorang mutazilah tetapi kemudian menurut riwayatnya setelah melihat dalam mimpi ajaran-ajaran mutazilah di cap Oleh Nabi Muhammad sebagai ajaran-ajaran yang sesat, Al-Asyari meninggalkan ajaran-ajaran itu dan membentuk ajaran baru yang kemudian dikenal dengan nama Al-Asyari Kemudian timbul pula di Samarkana suatu aliran yang bermaksud juga menentang aliran mutazilah yang didirikan oelh Abu Mansur Muhammad AlMaturidi, kemudian aliran ini dikenal dengan nama tologi Al-Maturidi. Dengan demikian aliran-aliran teologi penting yang timbul dalam islam adalah aliran khwarij, murjiah, mutazilah, Asyariah dan Maturidiah. Aliran-aliran
2

Ibid, hal 40

3 http://kangfatih.wordpress.com/

khawarij, murjiah dan mutazilah tidak mempunyai wujud lagi kevuali dalam sejarah, yang masih ada sampai sekarang adalah aliran-aliran Asyariah dan maturidiah, dan keduanya disebut Ahl Sunnah wa al-jamaah. Aliran Maturidiah banyak dianut oleh umat islam sunni lainnya. Dengan masuknya kembali paham rasionalisme kedunia islam. Yang kalau dahulu masuknya itu melalui kebudayaan yunani klasik. Akan tetapi sekarang melalui kebudayaan barat modern, maka ajaran-ajaran mutazilah mulai timbul kembali, terutama sekali dikalangan kaum intelegensia islam yang mendapat pendidikan barat.3 B. Latar Belakang Timbulnya Aliran-Aliran Dalam Ilmu Kalam4 Persoalan-persoalan yang pertama timbul dalam islam yaitu dalam bidang politik dan bukan dalam bidang teologi. Tetapi persoalan ini segra meningkat menjadi persoalan teologi. Agar hal ini menjadi jelas perlulah kita kembali dulu sejenak kedalam sejarah islam. Ketika Nabi Muhammad SAW mulai menyiarkan ajarn-ajaran islam yang beliau terima dari Allah SWT di mekkah, kata ini memu\punyai sistem kemasyarakatan yang terletak dibawah pimpinan suku bangsa Quraisy. Dipertengahan kedua dari abad keenam masehi, jalan dagang timur-barat berpindah dari teluk persia euphrat di utara dan laut merah penembahan neil selatan, ke yaman hijaz Syiria. Dengan pindahnya perjalanan dagang timurbarat kesemenanjung arabia. Mekkah yang terletak di tengah-tengah garis

perjalanan dagang itu, menjadi kota dagang. Pedagang-pedagangnya pergi keselatan membeli barang-barang yang datang dari timur, yang kemudian mereka bawa keutara untuk dijual di Syiria, hal inilah yang dimaksud dengan :

Dalam surat Quraisy Dari dagang transit ini, mekkah menjadi kaya. Dagang di kota ini dipegang oleh Quraisy dan sebagai orang-orang yang berada dan berpengaruh seketika
3 4

Ibid,. 9 Harun Nasution (UI-Press),2003), 3

4 http://kangfatih.wordpress.com/

pemuka-pemuka kedua suku bangsa ini pergi naik haji ke mekkah, mereka mendengar dan mengetahui kedudukan Nabi Muhammad dan dalam satu perjumpaan dengan beliau mereka meminta supaya Nabi pindah ke yastrib. Melihat kerasnya tantangan yang beliau hadapi dari pihak pedagang mekkah, beliau akhirnya berhijrah ke yastrib. Di kota ini yang seteklah Nabi pindah kesana diberi nama madinah al-Nabi, beliau bertindak sebagi perantara antara kedua suku bangsa yang bertentangan itu, lambat laun dari pengantara Nabi menjadi kepala masyarakat madinah apalagi setelah masyarakat itu, kecuali penduduk yahudinya, masuk islam. Dari sejarh ringkas ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa selama di Mekkah Nabi Muhammad SAW hanya mempunyai fungsi kepala pemerintahan, karena kekuasaan politik yang ada disana belum dapat dijatuhkan pada waktu itu. Di Madinah sebaliknya, Nabi Muhammad disamping menjadi kepala agama juga menajdi kepala pemerintahan. Beliaulah yang mendirikan kekuasaan politik yang dipatuhi di kota ini.5 Ketika beliau wafat tahun 632 M daerah kekuasaan madinah bukan hanya terbatas kota itu saja, tetapi boleh dikatakan meliputi seluruh semenanjung arabia. Negara islam diwaktu itu, seperti digambarkan oleh W.M Watt, telah merupakan kumpulansuku-suku bangsa arab, yang mengikat tali persekutuan dengan Nabi Muhammad dalam berbagai bentuk, dengan masyarakat madinah dan mungkin juga masyarakat mekkah. Islam sendiri, sebagai kata R. Strotmann, disamping merupakan sistem agama telah pula merupakan sistem politik. Dan Nabi Muhammad disamping rosul telah menjadi seorang ahli negara. Jadi tidak mengherankna kalau masyarakat madinah pada waktu wafatnya Nabi Muhammad sibuk memikirkan pengganti beliau untuk mengepalai negara yang baru lahir itu. Sehingga penguburan Nabi Muhammad merupakan soal yang kedua bagi mereka.

Timbullah soal khalifah, soal pengganti Nabi Muhammad sebagai kepala negara, sebagai Nabi atau Rosul, Nabi tentu tidak dapat digantikan.
5

Ali Hendra. Pemikiran Kalamy, 2000), 10

5 http://kangfatih.wordpress.com/

Sejarah meriwayatkan bahwa abu bakar lah yang disetujui oleh masyarakat, islam waktu itu mencari pengganti atau khalifah, Nabi dalam mengepalai negara mereka. Kemudia Abu Bakar digantikan oleh Umar Ibn al-Khattab dan Umar oleh Utsman Ibn Affan. Usman termasuk dalam golongan pedagang Quraisy yang kaya. Kaum keluarganya terdiri dari orang yang aristokrat mekkah yang karena pengalaman dagang mereka, mempunyai pengetahuan tentang administrasi. Pengetahuan mereka ini bermanfaat dalam memimpin administrasi daerah-daerah diluar semenanjung arabia yang bertambah banyak masuk kebawah kekuasaan islam. Ahli sejarah menggambarkan Usman sebagi orang yang lemah dan tak sanggup menentang ambisi kaum keluarganya yang kaya dan berpengaruh itu, ia mengangkat mereka menjadi gubernur, di daerah yang tunduk pada kekuasaan islam. Gubernur-gubernur yang diangkat oleh Umar Ibn Al-Khattab. Khalifah yang terkenal sebagai orang yang kuat dan tak memikirkan kepentingan keluarganya, dijatuhkan oleh Usman. Tindakan-tindakan politik yang dijalankan Usman ini menimbulkan rekasi yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Sahabatsahabat Nabi yang pada mulanya menyokong Usman, ketika melihat tindakan yang kurang tepat itu, mulai meninggalkan khalifah yang ketiga ini. Perasaan tidak senang muncul didaerah-daerah dari Mesir. Sebagai reaksi terhadp dijatuhkanya Umab Ibn Al-As yang digantikan oleh Abdullah Ibnu Saad Ibn Abi Sarh, salah satu amggota kaum keluarga Usman, sebagai gubernur mesir. Lima ratus pemberontak kumpul dan kemudian bergerak ke madinah. Perkembangan di madinah selanjtnya membawa pada pembunuhan usman oleh pemuka-pemuka pemberontakan dari Mesir ini. Setelah Usman wafat, Ali sebagai calon terkuat menjadi khalifah yang keempat, tetapi segera ia mendapatkan tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pula menjadi khalifah terutama Thalhah dan Zubaer dari mekkah yang mendapat sokongan dari Aisyah. Tantangan dari Aisyah, Thalhah, Zubaer ini dipatahkan Ali dalam pertempuran yang terjadi di Irak tahun 656 M. Thalhah dan Zubaer terbunuh dan Aisyah dikirim kembali ke Mekkah.

6 http://kangfatih.wordpress.com/

Tantangan kedua datang dari muawiyah, gubernur Damaskus dan keluarga yang dekat dengan Ustman. Sebagaimana halnya Talhah dan Zubaer, ia tidak mau mengakui Ali sebagai khalifah. Ia menuntut kepada Ali supaya menghukum pembunuh usman bahkan ia menuduh Ali turut campur dalam soal pembunuhan itu. Ketegangan antara muawiyah dan Ali Ibn Ai Thalib mengkristal menjadi perang siffin yang berakhir dengan keputusan tahkim. Sikap Ali yang menerima tipu Amr Ibn Al-As untuk mengadakan arbitrase, sungguhpun dalam keadaan terpaksa, tidak disetujui oleh sebagian tentaranya. Mereka berpendaat bahwa persolan yang terjadi saat itu tidak diputuskan melalui tahkim. Putusan hanya datang dari Allah dengan kembali dengan hukum-hukum yang ada dalam AlQuran. la hukma illa lillah ( tidak ada hukum selain dari hukum Allah ) / la hakama illa Allah ( tidak ada pengantara selain dari Allah), menjadi semboyan mereka. Akan tetapi meskipun Ali dan para pengikutnya tidak mau menerima putusan perdamaian, namun akibat dari perdamaian ini telah menimbulkan perpecahan dikalangan mereka. Dari perpecahan inilah kemudian melahirkan aliran-aliran politik. Selanjutanya karena aliran-aliran ini saling kafirmengkafirkan, maka berarti mereka telah memasuki bidang ilmu ketuhanan / ilmu kalam.6 Sebagai rekasi terhadap pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh aliran politik tersebut, terutama yang menyangkut masalah ilmu ketuhanan, maka timbullah aliran-aliran ilmu kalam yang baru sebagai reaksi terhadap aliran-aliran ilmu kalam sebelumnya. Baru setelah akhir abad IV Hijriyah tidak ada lagi aliran yang timbul. Adapun masing-masing aliran, faham dan ajaranya akan dijelaskan satu persatu dalam bab Aliran-Aliran.

Drs. H.M Muhaimin. Ilmu -Aliran. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar.1999), 12

7 http://kangfatih.wordpress.com/

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aliran-aliran teologi penting yang timbul dalam islam ialah Aliran Khawarij, Murjiah, Mutazilah tidak mempunyai wujud lagi kecuali dalam sejarah, yang masih ada sampai sekarang adalah Aliran Asyariah dan Maturidiah dan keduanya disebut Ahl Sunnah wa al Jamaah. Yang melatar belakangi timbulnya aliran-aliran ilmu kalam yaitu dalam bidang politik, bukan dalam bidang teologi tetapi persoalan ini segera meningkat menjadi persoalan teologi.

8 http://kangfatih.wordpress.com/

Вам также может понравиться