Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Berikut identitas saya : Nama Pekerjaan Mobil Phone Email Website No Rek : Sabar Nurohman, M.Pd : Dosen Jurusan Pendidikan Fisika, FMIPA UNY : 081328599185 : sabarnurohman@yahoo.com : SabarNurohman.Com : Bank BPD DIY Syariah No 500-262-000004490-1 a.n Sabar Nurohman
Sebagai dosen di UNY, saya punya minat melakukan kajian-kajian di seputar persoalan pendidikan. Minggu-minggu ini dan beberapa bulan ke depan, masyarakat akan dihadapkan pada agenda rutin tahunan di bidang pendidikan, yaitu UN. Oleh karena itu saya buat kajian tentang UN, semoga dapat diterbitkan. Terimakasih.
kreativitas ? Atau justru kebijakan UN membawa dampak yang negatif dan cenderung bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional? Alih-alih menghasilkan peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, UN telah membawa guru dan peserta didik pada situasi belajar yang tidak menyenangkan, situasi belajar yang membodohkan, diwarnai dengan drill and practice soal-soal ujian, terjebak pada tryout, tanpa harus memaknai suatu bangunan ilmu secara mendalam, bahkan tidak jarang justru memunculkan ragam kreasi kecurangan. Jika kita melihat situasi belajar para peserta didik, terutama di kelas IX dan XII, sungguh sangat menyedihkan. Para guru dipaksa (oleh sistem) untuk tidak lagi mengajarkan ilmu pengetahuan kepada para peserta didik. Ketika di dalam kelas, guru lebih banyak menyampaiakan tentang bagaimana cara mengerjakan sebuah soal agar para peserta didik dapat lulus UN. Pada titik ini terlihat dengan jelas bahwa UN justru merupakan variabel penghambat kemajuan kualitas peserta didik. Guru pada akhirnya tidak lagi memperhatikan proses pembelajaran, karena orientasinya pada hasil UN. Akibatnya pembelajaran berlangsung secara tidak bermakna, hanya diisi drill soal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan penguasaan ilmu pengetahuan. Peserta didik pada akhirnya tidak peduli apakah dia telah mengilmui suatu pemahaman konsep atau belum, yang penting bagi mereka adalah mampu mengerjakan soal dengan benar, tanpa mempedulikan makna sebuah konsep. Jika itu yang terjadi, maka lupakan saja tentang iman, takwa, akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sebagai hasil yang ingin disasar oleh pendidikan nasional. Hal ini karena secara praksis pendidikan nasional telah memposisikan diri sebagai pabrik pencetak robot yang siap dioperasikan untuk melaksanakan program-program tertentu, namun otaknya tidak lagi berfungsi untuk mencerna setiap realitas kekinian apalagi kemasadepanan. Otak para peserta didik telah dipasung oleh sebuah hantu bernama Ujian Nasional. Pada situasai sepeti ini, apakah dunia pendidikan kita dapat menghantarkan anakanak muda bangsa menuju masa depannya, sebuah era yang jauh lebih kompleks daripada yang kita alami sekarang. Ketimbang mengeluarkan banyak biaya untuk pelaksanaan ujian nasional, lebih baik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan fokus pada usaha untuk memastikan bahwa Standar Proses Pembelajaran telah berlangsung dengan baik. Sebagaimana kita ketahui, pemerintah telah mengeluarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses pembelajaran. Permendiknas tersebut telah mengatur dengan sangat baik, bagaimana seharusnya guru mengajar, mulai dari aspek persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Saya yakin, jika standar proses ini dilaksanakan dengan baik oleh para guru, maka dengan sendirinya kita akan mendapati hasil proses pembelajaran yang baik pula. Bukan hanya siswa yang pandai mengerjakan soal, namun mereka yang memiliki kesiapan menghadapi tantangan global.