Вы находитесь на странице: 1из 7

MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI PANTOMIM

Makalah ini disusun guna memenuhi mata kuliah : Pengembangan Krativitas Anak Usia Dini Dosen Pengampu : Hermahayu

Disusun oleh : Kumala Izza Nana Endah Mumpuni NIM. 09.0304.0322 NIM. 09.0304. NIM. 09.0304.0001

PRODI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2012

A. Pendahuluan Kehidupan masa kecil anak mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan anak dihari kemudian, demikianlah prinsip yang dipegang oleh tenaga pendidikan di Taman Kanak-kanak sehingga berbagai macam pendidikan dan usaha membantu anak untuk dapat mencapai tujuan hidup atau perkembangan apapun yang dilakukan oleh guru Taman Kanak-kanak. Karena dunia anak adalah dunia bermain, maka dalam lembaga pendidikan dini ( Taman Kanak-kanak ) diberikan pelajaran yang dapat merangsang jiwa anak yaitu dengan bermain. Permainan pada anak Taman Kanak-kanak mempunyai pengaruh pada perkembangan pribadi anak itu sendiri, perkembangan aspek sosial, dan perkembangan ungkapan kreatif. Anak dikatakan kreatif jika anak ini mampu untuk mengekspresikan diri dan menciptakan suatu bentuk dalam bermain. Menurut Barron, kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, intelegensi, gaya kognitif dan kepribadian / motivasi, bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi induvidu yang kreatif. Kreativitas menurut Maslow merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan ( mengaktualisasikan ) dirinya dan perwujudan / aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kreativitas atau berfikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam

kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.

[1]

Untuk menstimulasi kreativitas anak agar berkembang optimal, salah satunya adalah dengan permainan bahasa. Yusuf (2001) menyatakan bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Smilansky dan

Beaty (1994) menemukan 3 fungsi utama bahasa dalam diri anak yaitu : meniru ucapan orang dewasa, membayangkan situasi, dan mengatur permainan. Tiga fungsi kegiatan berbahasa ini dapat dilakukan melalui kegiatan mendongeng, menceritakan kembali kisah yang telah didengarkan berbagi pengalaman, sosiodrama, ataupun mengarang cerita atau puisi. Dengan kegiatan tersebut diharapkan kreativitas dan kemampuan bahasa anak dapat berkembang lebih optimal. Jadi permainan bahasa adalah permainan yang dengan cara

berinteraksi/komunikasi antara guru dan anak didik untuk menstimulasi perkembangan kemampuan dan kreativitas anak dalam berbahasa. Makalah ini akan membahas satu contoh permainan bahasa dalam meningkatkan kreativitas anak.

B. Pembahasan Seperti yang telah disebutkan di atas, untuk menumbuhkan krativitas anak diperlukan andil guru yang sangat besar. Salah satu yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan kreativivitas anak adalah adalah dengan melalui media bermain. Makalah ini ini akan memaparkan satu contoh permainan, yaitu permainan bahasa, untuk mengembangkan kreativitas anak. Kegiatan ini kami beri nama Dairyku. Berikut pemaparan permainan tersebut.

[2]

Nama Kegiatan Tujuan

: Diaryku : Meningkatkan kemampuan berbahasa Mengembangkan kemampuan imajinasi Mengembangkan krativitas anak dalam berbahasa

Alat dan bahan yang digunakan : 1. Guru menyiapkan sejumlah gambar-gambar kegiatan yang dilakukan anak setiap hari, dari bangun tidur, sholat, mandi, gosok gigi, sarapan, sampai berangkat sekolah. 2. Guru menyiapkan sejumlah buku tulis untuk digunakan sebagai diary. 3. Guru menyiapkan lem untuk menempel gambar-gambar tersebut di buku tulis dan menyiapkan pensil warna agar anak dapat menghias diarynya. Kegiatan : 1. Guru mengajak anak untuk mengingat-ingat kembali kegiatan apa saja yang telah dilalui anak dari bangun tidur sampai anak berangkat ke sekolah. Anak-anak, siapa coba yang masih ingat apa saja yang sudah anak-anak lakukan tadi pagi, dari bangun tidur sampai berangkat sekolah ? 2. Guru menjelaskan aturan permainan diaryku kepada anak. Bu guru punya gambar-gambar kegiatan yang biasa dilakukan dari bangun tidur sampai anak-anak berangkat sekolah. Ada gambar bangun tidur, membersihkan tempat tidur, sholat, mandi, sarapan, gosok gigi, berangkat sekolah dengan mobil, berangkat sekolah dengan berjalan kaki, berangkat sekolah dengan motor, dan berangkat sekolah dengan angkutan

[3]

umum. Sekarang anak-anak boleh ambil gambar-gambar kegiatan ini seperti apa yang telah anak-anak lakukan tadi pagi. Tapi ingat harus jujur. Anak-anak boleh tidak ambil satu gambar jika memang anak-anak tidak melakukan hal tersebut. Misalnya : anak-anak kok tadi tidak mandi, anak-anak boleh tidak ambil gambar orang mandi. Misalnya lagi ada anak yang tidak gosok gigi, boleh tidak ambil gambar anak yang sedang gosok gigi. Bu guru tidak akan marah. Malah bu guru akan kasih jempol jika ada anak yang jujur. Setelah itu anak-anak boleh tempelkan dengan urut gambar-gambar tersebut ke dalam buku diary ini. Anak-anak boleh menambah gambar jika kegiatan anak-anak tidak ada di gambar-gambar yang bu guru bawa. Misalnya, tadi pagi anak-anak menonton televisi, eh, dalam gambar yang bu guru bawa tidak ada gambar menonton televisi, anak-anak boleh menggambar sendiri kegiatan menonton televisi di buku diary. Setelah itu anak-anak boleh hias dengan pensil warna buku diarynya. 3. Setelah semua anak selesai menempel gambar, guru mereview dengan cara anak diajak untuk menceritakan kembali urutan-urutan gambar kegiatan yang telah dilakukan anak tersebut dari bangun tidur sampai berangkat sekolah, sambil diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan gambar-gambar tersebut dan perasaan anak pada saat kegiatan tersebut berlangsung.

[4]

Evaluasi : Setelah kegiatan tersebut, guru melakukan evaluasi terhadap masingmasing anak. Guru dapat melihat anak yang mampu mengembangkan krativitas imajinasinya melalui mengingat kembali kegiatan yang dilakukan anak pada pagi hari dan mampu mengembangkan kreativitas berbahasanya melalui kegiatan menceritakan kembali kegiatan anak berdasarkan gambar diary yang telah anak buat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakn anak tersebut. Berdasarkan evaluasi tersebut guru memberikan penilaian menjadi 3 kategori, yaitu : Kategori pertama, anak yang mampu membuat diary kegiatan-kegiatannya dan menceritakan kembali dengan runtut dan terperinci dan mampu menjawab dengan jelas pertanyaan-pertanyaan yang guru ajukan seputar kegiatan yang dilakukan anak, akan mendapatkan tiga bintang. Kategori kedua, anak yang mampu membuat diary kegiatan tetapi belum lancar menceritakan kembali diary kegiatannya, atau belum runtut dalam bercerita akan mendapatkan dua bintang. Kategori ketiga, anak yang mampu mebuat diary kegiatannya tetapi tidak mau bercerita, atau belum bisa menceritakan kembali kegiatannya maka akan mendapatkan satu bintang.

C. Kesimpulan Seorang guru bertugas untuk mengoptimalkan perkembangan anak didik, salah satunya adalah kreativitas. Salah satu yang dapat dilakukan seorang guru

[5]

dalam mengembangkan kreativitas adalah dengan bermain mengingat dunia anak adalah dunia bermain. Permainan yang dikembangkan pun harus sederhana tetapi dapat menstimulasi anak secara optimal. Seperti permainan bahasa yang dapat mengembangkan kemampuan berbahasa dan berimajinasi. Permainan bahasa dapat berupa menceritakan kembali, bercerita pengalaman, membuat buku diary, dan sebagainya.

DAFTAR RUJUKAN Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniawati. 2005. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas

Asri, Yasnur. Penerapan High-Tech dalam Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Indonesia Anak Usia Dini. www.yusyikimoet.blogspot.com akses tanggal 24 Maret 2012

[6]

Вам также может понравиться