Вы находитесь на странице: 1из 4

1.ilmu 2.ilmu 3.ilmu 4.

ilmu

syareat ilmunya jasad thoreqoh ilmunya hati hakikat ilmunya nyawa Makrifat ilmunya roso

PENGERTIAN SYARIAT, THARIQAT, HAKIKAT, DAN MAKRIFAT Pengertian Syariat syariat berasal dari Bahasa Arab, menurut Kamus Al-Munawir ialah jalan yang luru s (at-tariqat al-mustaqimat), yakni jalan yang dengan mudah dapat mengantarkan se seorang ke tempat yang ia tuju.[ Dalam perkembangan selanjutnya, istilah Syariat oleh para ulama dipergunakan untu k pengertian segala aturan yang ditentukan A11ah untuk para hamba-Nya. baik yang be rkenaan dengan soal-soal akidah maupun yang bertalian dengan masalah-masalah huku m. Aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah itu dinamai Syariat, karena pada um umnya bersifat tegas dan jelas sehingga mudah dimengerti dan diikuti bagaikan jal an raya (tol) yang mulus tanpa ada tikungan dan simpangan. Atau, laksana air yan g terns mengalir memberi daya hidup bagi tubuh manusia, aturan-aturan yang diteta pkan Tuhan, menggerakkan suasana kehidupan rohani yang mantap dan mengarahkan akal pikiran ke arah berpikir yang sehat dan dinamis. Al-Quran al-Karim, yang dalamnya juga kita jumpai kata syara`a dan syara`u (sura t asy-Syura: 13 dan 31), mempergunakan kata syir`at dan syariat (masing-maring l ihat surat al-Maidah: 48 dan al-Jasiyah: 18) dalam arti jalan atau aturan-aturan agama yang telah ditetapkan Tuhan untuk kehidupan umat manusia. Istilah syara`i jamak dari kata Syariat pada masa-masa awal Islam digunakan untuk pengertian masalah-masalah pokok ajaran Islam. Orang-orang Arab Badui. konon diri wayatkan pernah meminta Nabi supaya mengutus seseorang guna mengajarkan syara`i allslam kepada mereka. Yang dimaksudkan tentu adalah ajaran-ajaran pokok agama Islam . Dalam pada itu istilah Syariat di masa-masa awal Islam tampaknya mempunyai ruanglingkup yang luas seluas ajaran-ajaran Islam itu sendiri, tidak hanya menyangkut aspek hukum seperti yang umum dikenal di masa-masa kemudian, akan tetapi juga men cakup masalah kalam dan lain-lain. Tapi dalam perkembangan selanjutnya. istilah Sy ariat kelihatannya mengalami penyempitan jangkauan hingga akhirnya terbatas pada m asalah-masalah hukum. Dewasa ini hila disebut kata syariat, hampir dapat dipastikan bahwa yang dimaksud adalah hukum Islam atau fikih. Dan umum memang menganggap Syariat itu identik d engan fikih. Bukan saja karena keduanya mempunyai hubungan erat yang tak dapat di pisahkan, melainkan juga karena satu sama lain dipergunakan dalam pengertian yang persis sama. Namun demikian tidak berarti bahwa antara Syariat dan fikih sama sekali tidak ad a perbedaan di balik hubungan erat dan persamaan antara keduanya. Di antara perb edaan yang menonjol antara syariat dan fikih ialah: Pertama: Syariat merupakan hak prerogative Allah yang kompetensi untuk menetapkan nya paling banter hanya dideligasikan kepada Nabi Muhammad. Sedangkan fikih merup akan ketentuan-ketentuan hukum yang ditetapkan manusia yakni para fukaha (para p akar hukum Islam) sebagai basil ijtihad mereka setelah melakukan pemahaman terhad ap al-Qur`an dan al-Hadis. Penggunaan istilah Syariat Allah dan syariat Nabi Muhammad tidak fikih Allah dan fikih Muhammad. mengisvaratkan tentang perbedaan antara fikih dengan syariat. D emikian pula sebutan fikih Hanafl. fikih Maliki. fikih Fikih Syafi i dan fikih Hamb ali; tidak syariat Hanafi, syariat Maliki dan lain-lain. Al-Quran scndiri secara tidak langsung membedakan antara Syariat dengan fikih. B erbeda dengan kata fikih (dalam alQuran tersebut 2o kali kata fikih) yang semuanya dikaitkan dengan manusia, al-Quran melalu menghubungkan kata Syariat dengan All ah, kecuali pada kata syara`u yang terdapat dalam surat asy-Syura ayat 31 . Dala m ayat ini kata syari`at dipertalikan dengan umat manusia, tetapi itu pun dalam n ada pernyataan ketidak setujuan Allah terhadap mereka yang membuat buat Syariat. Kedua: karena Syariat Islam itu merupakan aturan yang ditetapkan Allah dan atau R asul-Nya (Muhammad), maka Syariat apa pun alasannya tidak dapat dirobah atau digan

ti oleh siapa, kapan dan di mana pun. Sedangkan fikih Islam, yang mamerupakan ha sil ijtihad mujtahid, kapan dan di mana perlu pada prinsipnya boleh dirobah. Ketiga: syariat Islam pada umumnya berisi ketentuan-ketentuan hukum dasar yang b ersifat global dan berjumlah relatif sedikit, sedangkan fikih Islam yang merupaka n penjabaran syariat Islam, pada umumnya bersifat terperinci dan berjumlah banyak . Keempat: syariat Islam bersifat kekal dan universal. sementara fikih Islam setida k-tidaknya dalam perkara-perkara tertentu boleh jadi bersifat Iokal dan temporal. Sebutan-sebutan fikih Irak, fikih Hijaz dan lain-lain umpamanya, menunjukkan kee lokan fikih Islamdalam arti bisa berbeda antara fikih negara Islam yang satu den gan fikih negara Islamyang iain. Demikian pula tentang perubahan ketentuan hukum fikih dari waktu ke waktu. Sedangkan syariat tidak pernah terdenaar istilah syaria t Saudi Arabia, syariat Mesir; syariat Pakistan atau syariat Indonesia dan iainlain. Yang ada ialah istilah syariat Allah, syariat Nabi Muhammad dan syariat Is lam. Pengertian Tarekat Tarekat (tariqat) secara harfiah berarti jalan, cara, atau metode. Dalam lapanga ntasawuf, istilah ini sampai abad ke-11 (5 H) dipakai dengan pengertian: jalan y ang harus ditempuh oleh setiap calon sufi untuk mencapai tujuannya, yaitu berada sedekat mungkin dengan Allah, atau dengan kata lain berada di hadirat-Nya tanpa dibatasi oleh hijab (hijab berarti dinding yang membatas,. mata batin seseorang d engan Allah). Pada jalan tersebut terdapat sederetan maqam-maqam (stasion-stasion atau tahap-tahap) yang harus dilalui, seperti maqam tobat, zuhud, sabar, rida, m ahabbah (cinta), dan makrifatullah (mengenal Allah dengan hati-nurani). Bila calon sufi itu telah mencapai maqam makrifatullah, maka ia bukan lagi calon, tapi men ingkat menjadi sufi secara aktual. Sejak berdirinya organisasi-organisasi atau ke satuan-kesatuan jemaah para sufi dengan para murid atau pengikut masing-masing pa da abad ke- 12 (6 H), istilah tarekat tidak lagi hanya mengandung arti jalan, sep erti dijelaskan di atas, tapi juga mengandung arti organisasi atau kesatuan jemaa h sufi dengan murid atau pengikutnya tersebut. Sufi menjadi pemimpin tarekat (dalam arti kedua) ini disebut Syekh. Pada mulanya tempat tinggal Syekh tarekat itu menjadi pusat kegiatan pendidikan dan pembinaa n para anggota tarekat, tetapi kemudian segera bermunculan ribat, sebagai perkamp ungan khusus untuk pembinaan tersebut. Anggota tarekat terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok murid atau pengikut yang tinggal dalam ribat dan memusatkan perh atian pada ibadat, dan kelompok pengikut awam yang tinggal di luar ribat, serta t etap bekerja dengan pekerjaan mereka sehari-hari, tetapi pada waktu-waktu tertent u mereka ikut berhimpun dalam ribat untuk menjalani latihan spiritual. Perluasan tarekat itu biasanya berlangsung sebagai berikut: murid yang telah dipan dang oleh Syekh berhasil mencapai tingkat tertinggi, memperoleh ijazah (suatu pen gakuan boleh menjadi guru tarekat) dari Syekh tersebut. Pemegang ijazah itu kelu ar dari ribat dan selanjutnya mengadakan serta memimpin ribat yang serupa di temp at lain. Semakin banyak murid yang menerima ijazah berarti semakin banyak pula k emungkinan berdirinya ribat-ribat baru. Ribat yang baru ini pada gilirannya tent u menghasilkan pula guru-guru tarekat. Demikianlah sebuah tarekat dengan sebuah r ibat, yang berdiri di sebuah tempat, dapat meluas ke berbagai penjuru dunia Islam, dengan jumlah ribat yang banyak Tidak semua cabang atau ranting suatu tarekat, m enghubungkan tarekatnya kepada nama tokoh pendiri pertama, tapi kepada Syekh pen diri cabang atau ranting itu sendiri. Itulah sebabnya nama-nama tarekat yang berm unculan di dunia Islam berpuluh-puluh atau ratusan banyaknya. Sejarah Islam menunjukkan bahwa tarekat-tarekat, sejak bermunculan pada abad ke-1 2 (6 H), mengalami perkembangan yang pesat. Dapat dikatakan bahwa dunia Islam., sejak abad berikutnya (13/7 H), pada umumnya dipengaruhi oleh tarekat. Tarekat-t arekat tampak memegang peranan yang cukup besar dalam menjaga eksistensi dan ketah anan umat Islam, setelah mereka dilabrak secara mengerikan oleh gelombang-gelomb ang serbuan tentara Tartar (kota Bagdad sendiri dimusnahkan tentara Tartar itu p ada 1258 (656 H). (Sejak penghancuran demi penghancuran yang dilakukan oleh tent ara Tartar itu, Islam yang diperkirakan orang akan lenyap, tetap saja mampu berta han, bahkan dapat merembes memasuki hati turunan para penyerbu itu dan memasuki daerah-daerali baru. Pada umumnya para anggota tarekatlah yang berperan dalam pen

yebaran Islam, sejak kehancuran kota Bagdad itu. Tarekat-tarekatlah yang menguasa i kehidupan umat Islam selama zaman pertengahan sejarah Islam (abad ke-13-18/ 7-1 2 H). Pengaruh tarekat mulai mundur sejak awal abad yang lalu. Serangan-serangan terhadap tarekat, yang dulunya dipelopori oleh Ibnu Taimiyah (w. 1327/ 728 H) ter dengar semakin gencar dan kuat di masa modern. Tokoh-tokoh pembaharu dalam dua a bad terakhir ini pada umumnya memandang bahwa salah satu di antara sebab-sebab mun dur dan lemahnya umat Islam adalah pengaruh tarekat yang buruk (antara lain: men umbuhkan sikap taklid, sikap fatalistic, orientasi yang berlebihan kepada ibadat dan akhirat, dan tidak mementingkan ilmu pengetahuan). Dari sekian banyak tarekat yang pernah muncul sejak abad-abad ke-12 (6 H) itu, d apat dicatatkan antara lain: Tarekat Qadiriyah (dihubungkan kepada Syekh Abdul-Qad ir al-Jailani, yang wafat di Irak pada 1161 (561 H), yang mempunyai penganut di Ir ak, Turki, Turkestan, Sudan, Cina. India, dan Indonesia; Tarekat Rifa ivah (dihubung kan kepada Syekh Ahmad ar-Rifa i, yang juga wafat di Irak pada 1182 (578 H), yang mempunyai pengikut di Irak dan Mesir; Tarekat Syaziliyah (dihubungkan kepada Syek h Ahmad asy-Syazili, yang wafat di Mesir pada (1258/658 H), yang mempunyai pengik ut di Mesir, Afrika Utara, Siria, dan negeri Arab lainnya: Tarekat Maulawiyah (di hubungkan kepada Syekh Maulana Jalaluddin Rumi, yang wafat di Konya/Turki pada 1 273/ 672 H), yang berpengaruh pada masyarakat Turki: Tarekat Naqsyabandiyah (dihub ungkan kepada Syekh Bahauddin Naqsyabandi yang wafat di Bukhara pada 1389 (791 H) , yang mempunyai pengikut di Asia Tengah, Turki, India, Cina, dan Indonesia; dan Tarekat Syattariyah (dihubungkan kepada Syekh Abdullah asySyattari yang wafat di India pada 1236 (633 H), yang mempunyai pengikut di India dan Indonesia. Pengertian Hakikat Hakikat (Haqiqat) adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar-benar ada. Kata ini berasal dari kata pokok hak (al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan) atau benar (kebenaran). kata Haq, secara khusus oleh orang-orang sufi sering di gunakan sebagai istilah untuk Allah, sebagai pokok (sumber) dari segala kebenara n, sedangkan yang berlawanan dengan itu semuanya disebut batil (yang tidak benar ). Dalam ilmu tasawuf, hakikat merupakan salah satu bagian (tingkat) dari empat ting katan ilmu: syariat, tarekat, makrifat dan bakikat. Syariat, sebagai ilmu yang p aling awal, mempelajari tentang amal ibadat dan muamalat secara lahir. Tarekat, sebagai ilmu kedua, mempelajari tentang latihan-latihan rohani dan jasmani yang dilakukan sekelompok umat Islam (para sufi) menurut ajaran-ajaran tertentu, yang tujuan pokoknya adalah untuk mempertebal iman dalam hati para pengikutnya, sehingg a tidak ada lagi yang lebih indah dan dicintai selain daripada Allah. Makrifat, sebagai tingkat ketiga, mempelajari tentang bagaimana mengetahui sesuatu dengan se yakin-yakinnya. Makrifat yang dimaksud di sini, adalah ma`rifatullah (mengenal All ah) baik zat-Nya, sifat-Nya maupun asma-Nya. Hakikat, sebagai tingkat terakhir da n lanjutan dari makrifat, berusaha menunjukkan basil dari makrifat itu ke dalam wujud yang sebenar-benarnya, atau pada tingkat kebenaran yang paling tinggi. Hakikat itu baru akan dicapai sesudah seseorang memperoleh makrifat yang sebenarb enarnya. Dan hakikat ini, hanya dapat dicapai dalam keadaan fana (hilangnya kesa daran diri dan alam sekelilingnya), karena hanya dalam keadaan yang demikianlah t erbuka dan tersingkapnya tirai penutup yang merintangi seorang hamba dengan Tuha nnya (kasyf al-mahjub). Dengan demikian, hakikat merupakan puncak dari basil yang dicapai kaum sufi dalam usaha pendakian spiritual melalui tarekatnya. Dan biasan ya, seorang sufi yang telah mencapai ma`rifatullah yang hakiki disebut ahli haki kat(ahlu al-Haqiqah) Menurut Ibnu Arabi, hakikat wujud ini adalah satu dalam jauhar dan zatnya, tetapi berbilang dalam sifat dan asmanya. Selanjutnya ia mengatakan: Manakala engkau men injau dari sudut zat-Nya, engkau akan berkata, itulah Haq. Dan apabila engkau men injau dari sudut sifat dan asma-Nya, dari sudut terjadinya segala sesuatu yang mu mkinat, niscaya engkau berkata, itulah makhluk atau alam Hakikat juga dapat berarti ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan maknanya yan g pertama (makna yang sebenarnya), kebalikan dari ungkapan majas (metafor). Akan tetapi ada beberapa ungkapan majaz yang sudah sering digunakan, sehingga menjadi semacam konvensi, majaz seperti ini dapat disebut sebagai hakikat secara adat kebi asaan (haqiqat al-`urfiyat).

Hubungan Antara Syari`at, Tarekat, dan Hakikat Syariat adalah didisplin keIslaman yang menggarap aspek lahiriyah. Seiring klasi fikasi zaman, syariat mengalami penyempitan arti dan garapan secara normatif yai tu fiqih.sedangkan asal mulanya syari`at merupakan pokok-pokok ajaran Islam yang masih utuh meliputi Tauhid, Hukum Islam, dan Akhlak. Menurut Fajrurrahman, Tauh id adalah bangunan pondasi yang menjadi pijakan utama dalam beragama dan syariat aturan formal yang membingkai aspek kehidupan secara legal. Adapun akhlak bidan g garapan yang lahannya tingkah laku manusia dengan pendekatan sentuhan hati nur ani untuk di aplikasikan dalam praktik kehidupan sehari-hari berdasarkan Al-Qur` an As-Sunnah. Dari ketiga bidang di atas bila didalami, dihayati dan diamalakn oleh setiap kau m muslimin secara kontinyu (istiqomah) berdampak positif pada kehidupan sehari-h ari. Para sufi dalam menterjemahkan ketiga aspek ini secara konstektual menjadi sebuah disiplin keilmuan dalam Islam yaitu Ilmu Tasawuf. Imam Al-Gazali dan Ihya Ulumuddin mengkombinasikan tauhid, fiqih, dan akhlak menjadi satu kesatuan yang utuh (saling terkait). Kolerasi antara syariat dan hakikat bagaikan anak tangga yang satu sama lain sal ing berhubungan, tidak akan pernah ada hakikat tanpa jalan makrifat, makrifat ti dak pernah ada tanpa melalui latihan (thariqat), Thariqat tidak pernah jalan tan pa adanya syari`at dan syari`at sendiri muncul karena adanya tauhid. Untuk mempermudah pamahaman, penulis sekemakan sebagai berikut: 1. Tauhid sebagai landasan utama dalam bertasawuf 2. Syari`at sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan pandual Al-qu`an dan Al-Hadits. 3. Thariqat sebagai wahan latihan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan denganMuja hadah dan Muraqabah akhirnya tibul istiqamah 4. Ma`rifah adalah buah dari tariqat di atas yang berinflikasi kasyaf, mengetahu i hakikat Tuhan.

Вам также может понравиться