Вы находитесь на странице: 1из 3

Dengan basmallah kita simpan Khusnudzon (prasangka baik) kepada Allah.

Jangan jadikan hati kita seperti gelas tapi jadikanlah ia seperti telaga. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.(QS.ath-Thalaq ayat 3). Acap kali dikepala kita(dialam pikiran kita) seperti terasa ada perang dunia,padahal keadaannya tampak duduk tenang,atau santai ditempat tidur.Jika perang dikepala kita sudah berkurang,kita terasa seperti terserang tekanan darah tinggi hingga kita mudah marah dan sters karena mendengar berita bahwa harga bahan pokok terus meroket,dan kbijaksanaan pemerintah amburadul. Mengapa kita acap melakukan tindakan bodoh.Kepala kita seukuran itu dimasuki berbagai berbagai masalah yang sebenarnya tidak berarti. Akhirnya terbiasa menjadi orang yang merasa bahwa dunia meneriakinya.Sebagaimana yang difirmankan Allah: Mereka mengira bahwa setiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka.(QS.al Munafiqun ayat 4) Cobalah untuk sejenak merenung, belajar untuk berbaiksangka dan janganlah kita masukan Bola Dunia dikepala kita. Jangan kita bawa Bola Dunia diatas kepala kita. .Sekarang mulailah untuk mengesampingkan peristiwa-peristiwa di muka bumi dan jangan diletakkan dirongga dada kita. Janganlah menjadikan hati kita sebagai bunga karang didasar lautan.Ia menyerap setiap isu dan kotoran,sehingga diri kita gelisah disebabkan sesuatu yang tak berarti.Jiwa kita tergoncang hanya karena soal remeh,dan cemas terhadap sesuatu.Kenyataan-kenyataan hidup seperti seperti ini telah cukup buat merusak jiwa dan kesehatan kita. Lihatlah mereka yang marifat, mereka mampu mengesampingkan masalah duniawi. Mereka memandang permasalahan dengan santai dan tenang.Memecahkannya dengan cara yang bijak dan tepat.Tak ada lagi beban dikepalanya.Tak ada pula beban didalam hatinya. Mengapa kita tak mampu melakukan hal yg sama, jika saja diri kita mau mendengar nasihat kebenaran dan mempertebal keimanan kita. Jika saja diri kita mampu merawat iman,yakin terhadap takdir dan tahu permainan hidup di dunia ini dengan sebenar-benarnya,maka tiada lagi rasa takut dan cemas. Namun naifnya kita acap ragu dan tidak memiliki keyakinan kepada Takdir Tuhan, sudah pasti jiwa kita menjadi rapuh.kita mudah takut,cemas dan khawatir terhadap sesuatu yang akan terjadi. Padahal sesuatu yang akan terjadi adalah hal yang belum tentu datang menghampiri kita Suatu saat hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang gelisah. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya.., ujar Pak tua itu. Pahit. asin sekali sampai mulut terasa pahit, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan

sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, Bagaimana rasanya?. Segar., sahut tamunya. Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?, tanya Pak Tua lagi.Tidak, jawab si anak muda. Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan. *** Bukankah kehidupan dunia tidak selamanya bertabur senang, juga selalu ditemui kerikil-kerikil ujian dan duri-duri cobaan yang menghadang jalan kita, mau tidak maui suka atau tidak suka memang harus kita lalui. Namun bukan berarti dunia ini tempat penderitaan, tapi itu tanda agar kita senantiasa terjaga untuk selalu mengingatnya karena itu semua diberikan-Nya sebagai tanda kasih sayang Allah dan sesekali iman kita akan diuji olehNya. "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun".Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.QS Al Baqarah 155-157 Perhatikanlah mereka yang tidak beriman dan tidak memiliki keteguhan hidup.Jiwa mereka mudah sekali terguncang.Semangat mereka menjadi lemah.Hatinya semakin takut oleh guncangan-guncangan hidup.Pikiranya semakin strees jika menghadapi kenyataan. Akhirnya,mereka berusaha menghindar dari kenyataan tetapi tidak mampu. Ketahuilah sudah banyak orang yang kemudian gila atau akalnya buntu lalu membakar diri bersama anaknya,hal itu disebabkan ketakutan yang diciptakannya sendiri dikepalanya. Orang yang berani dan memiliki akal luas,kuat nadinya,teguh keyakinannya terhadap takdir,dingin syarafnya,lapang dadanya,tentu tak akan sampai berputus asa.apalagi bunuh diri. Orang yang risau terhadap kenyataan hidup, secara tidak langsung telah menyembelih dirinya sendiri dengan kecemasan,dengan berita sensasi yang dilihat atau didengar,dan dengan prasangka atau mimpi buruknya sendiri. Hiduplah dengan teguh dan stabil. Karenanya kita harus berani menghadapi setiap permasalahan dengan tegar.Jangan sampai orang-orang yang lemah semangatnya mempengaruhi kita sehingga dir kita menjadi penakut pula.

Jangan bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.Jadilah orang yang lebih kuat terhadap semua peristiwa,lebih tangguh terhadap badai permasalahan dan lebih kuat terhadap setiap bencana.Betapa kasihan orang yang berjiwa lemah.Ia sering mengalami guncangan-guncangan akibat mendengar atau menyaksikan peristiwa hidup. Allah berfirman:Dan sesungguhnya kamu akan mendapati mereka,manusia yang paling rakus terhadap kehidupan (dunia).(QS.al Baqarah 96). Apabila air keluar dari bejana,maka bejana itu terisi udara.Karena itu, pikirkanlah urusan apa yang menjadi perhatian kita, apakah masalah ini layak mendapatkan perhatian? Manfaatkanlah akal pikiran kita dan tenaga kita untuk sesuatu yang berguna.Seorang ulama mengatakan,Buatlah garis (batas) rasional yang tegas untuk setiap hal.maha benar allah yang berfirman: Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.(QS.ath-Thalaq ayat 3). Jadi Allah pasti akan memberikan cobaan kepada kita, baik ketakutan,kelaparan,kekurangan harta,jiwa & buah-buahan itu tak lepas dari kita.ketika kita mendapat cobaan dariNya,senantiasa kita ucapkan "Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un "(Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadanyalah kami akan kembali). Disisa umur yg dianugerahkan-Nya jangan kita lelah belajar mengambil hikmah dari setiap cobaan yg menghampiri kita. Tanamkan dalam jiwa kita yg lapang bahwa cobaan adalah bagian dari hidup kita. hidup adalah perjuangan. Langkahkan hidup kita dengan Nama-Nya, terus berjuang menghadapi cobaan itu dengan lapang dada dan ikhlas menerimanya. Dengan basmallah kita simpan Khusnudzon (prasangka baik) kepada Allah. Bisa jadi Allah sembunyikan matahari dan berikan kita petir dan kilat, acap kita menggeluh duh mengapa hari gelap dan berpetir. ternyata Dia hendak memberikan hujan untuk memberikan kehidupan makhluk dibumi-Nya, dan disebalik hujan Allah hadiakan kita pelangi yang indah. Bukankah habis gelap terbitlah terang, dan setiap kepahitan pasti ada kenikmatan.Begitu nikmat Allah...... InsyaAllah kita bisa. Keep spirit!!!!Barakallah Fikum. Mohon maaf atas kekurangan, setitik hikmah itu dari-Nya. Wallahu muwafiq illa aqwmith thariq.

Вам также может понравиться