Вы находитесь на странице: 1из 4

KUTAI

Kerjaan terletak di tepi sungai Mahakam, Kutai, Kalimantan Timur. Sumbersejarah Kutai berasal dari 7 Yupa prasasti Kerajaan Kutai diperintah oleh Sang Mahaaja Kudungga yang mempunyai anak bernama Aswawarman. Nama kerajaan yang berada di Kutai Kalimantan Timur itu adalah Bakulapura (Bakula = tanjung; Pura = kota). Sang Kudungga adalah putra Sang Atwangga, cucu Sang Mitrongga. Imigran dari India. Aswawarman bukan anak Kudungga, tetapi diperanak (diambil manantu) Kudungga. Aswawarman asalnya dari Salakanagara ( Jawa Barat ), putra Raja Darmawirja Dewawarman VIII. Agama yang dianut di Kutai ialah Hindu aliran pemuja Siwa (Siwais) yang diduga berasal dari India Selatan dengan Bukti pendukung: a. Aksara Pallawa berasal dari kerajaan Pallawa di India Selatan. b. Penggunaan nama Warman adalah kebiasaan dari India Selatan. c. Kerajaan Kutai diperkirakan berdiri sekitar abad ke-5 M

TARUMANEGARA
Kerjaan Tarumanegara terletak di Jawa Barat, ditepi sungai Cisadane, sekitar Bogor sekarang. Berdasar Sumbersejarah didugaTarumanegara muncul sesudah Kerajaan Kutai, abad ke 5 atau ke 6. Ada 7 prasasti sebagai sumber sejarah tertulis dalam bahasa Sansekerta dan aksara Pallawa, yaitu prasasti Tugu Jakarta, Lebak, (Banten Selatan), kebon Kopi, Ciaruteun, muara Cienten, Jambu, dan Pasir Awi (semuanya dekat Bogor). Sejarah Kerajaan Tarmanegara sebagai berikut: Tarumanegara dibangun oleh Jayasinggihhawarman alias Rajadirajaguru 358 M, menantu Dawawarman VIII dari Salaknegara, ibu kotanya disebut Jayasinghapura (kota Jayangsingha sekarang tinggal sebagai kota kecamatan Jasinga dekat Bogor). Jayasinghawarman disebut Sang Lumah I Candrabhaga karena dimakamkan ditepi sungai Candrabhaga dan Sang Rejarsi Darmawarman Guru sama dengan Sama Lumah I Gomati, karena dimakamkan di tepi Sungai Gomati. Raja Purnawarman sangat gagah berani dalam perang, Dia memerintahkan menggali saluran Gomati pada sungai Candrabhaga sepanjang 6.112 tombak (sekitar 11 KM). Agama yang dianut di kerajaan Tarumanegara ialah agama Hindu pemuja Wishnu, disamping sebagaian lagi menganut Budha dan penyembah roh nenek moyang.

KALINGGA
Kerajaan Kalingga diduga terletak di Jawa Tengah. Kerajaan Kalingga tampil dalam sejarah sekitar abad ke-7 M. Penguasa Kalingga memeluk agama Hindu pemuja dewa Siwa, walaupun rakyatnya ada yang menganut Budha aliran Hinayana. Sebelum kerajaan dibagi 2, yang memerintahkan di Kalingga yaitu Mertua Ratu Shima (tidak jelas namanya) asal Sumatra (632) 648 M). Suami Ratu Shima: Kartikayashinga (648 674 M). Ratu Shima (674 694 M). Ratu Shima membagi kerajaannya untuk 2 orang anaknya, dengan batas Sungai Progo. Kalingga Utara Barat atau Bhuni Mataram diserahkan kepada Parwati yang menikah dengan Mandiminyak dari kerajaan Galuh di Jawa Barat (695 732 M). Kalingga Timur Selatan atau Bhumi Sambhara diserahkan kepada anaknya yang ke-2 Narayana (695 742 M). Parwati digantikan oleh anaknya Sannaha yang menikah dengan Sang Senna (Bratasena) dari Galuh (anak Mandiminyak dari iparnya Rabubu, jadi masih saudara satu ayah lain ibu dengan Sahana).

SRIWIJAYA
Sriwijaya yang mula-mula merupakan daerah kekuasaan, melayu terletak di tepi Sungai Tembesi jambi, sumber sejarah berupa Prasasti (Kedudukan Bukit 683 M, Talang Tuo 684 M, Telaga Batu dan Kota Kapur 686 M Sriwijaya mengalahkan Melayu, kemudian menakhlukkan Melayu pusat pemerintah Sriwijaya dipindahkan ke tepi Sungai Musi. Sriwijaya berkembang sebagai negara maritim. Sebagai besar penduduk Sriwijaya memeluk agama Budha baik aliran Hinaya maupun aliran Mahayana. Sriwajaya terkenal guru besar Sakyakirti dan Dharmakirti, sepulang dari india ia singgah di Sriwijaya selama 4 Tahun ia menerjemakan kitab suci agama Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa Cina. Dari prasasti Naianda di beritahukan bahwa raja Balaputradewa dengan bantuan raja Dewapaladewa dari Pali telah mendirikan vihara di Nalanda, Sriwijaya menjalin persahabatan baik dengan dinasti Tang maupun dinasti Sung, tahun 992 Dharmawangsa Tguh dari Mataram telah menyerang dan mengalahkan Sriwijaya. Pada tahun 1016 Sriwijaya diserang oleh Chola (di Sri Lanka) dan diduduki. Sampai dengan abad ke -12 M Sriwijaya masih bertahan sebagai kekuatan politik di Indonesia bagian Barat. Sriwijaya memudar cahayanya pada abad ke -13 M sebab : faktor alam (pendangkalan sungai-sungai di pantai timur Sumatera akibat endapan lumpur termasuk Sungai Musi), faktor ekonomi (akibat berkurangnya kunjungan kapal dagang asing, ekonomi Sriwijaya menjadi lemah.

Вам также может понравиться