Вы находитесь на странице: 1из 7

PERUMAHAN RAKYAT

Pemda Harus Anggarkan Dana Perumahan Rakyat Miskin


M.Latief | Latief | Jumat, 11 Mei 2012 | 14:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) meminta pemerintah daerah (Pemda) untuk mengalokasikan dana bagi program perumahan masyarakat miskin di daerahnya masing-masing.

Pemda harus mengalokasikan dana untuk program perumahan meskipun jumlahnya tidak terlalu besar. -- Jamil Ansari

"Pemerintah mengajak Pemda berkomitmen dalam Program Pembangunan Rumah Swadaya untuk masyarakat miskin. Oleh karena itu, pemda harus mengalokasikan dana untuk program perumahan meskipun jumlahnya tidak terlalu besar," kata Deputi Bidang Perumahan Swadaya Kemenpera, Jamil Ansari, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (11/5/2012). Menurut Jamil, sudah saatnya pemda ikut memperhatikan masalah perumahan bagi masyarakat miskin di daerahnya. Jika hal itu dapat diwujudkan, kata Jamil, masyarakat akan merasakan manfaatnya secara langsung. "Karena pada hakikatnya rumah yang layak huni selain menjadi kebutuhan dasar, juga akan meningkatkan kesejahteraan rakyat," ujarnya. Jamil juga mengatakan, pemerintah pusat siap menyalurkan dana stimulan terhadap bupati yang membantu memberikan ribuan rumah untuk masyarakat miskin. "Dulu paradigma perumahan swadaya menekankan bantuan pada masyarakat berpenghasilan rendah, saat ini targetnya adalah masyarakat miskin," tuturnya. Jamil menambahkan, untuk mendorong program perumahan di Indonesia, diperlukan tiga pilar utama, yakni pemerintah baik pusat maupun daerah, badan usaha, serta masyarakat itu sendiri. Apabila masyarakat dinilai tidak mampu membangun rumah layak huni, tentunya tugas pemerintah bersama badan usaha yang harus menggerakkan program perumahan tersebut. "Para bupati juga harus dapat mengambil peran utama dalam pelaksanaan program perumahan ini. Jika program perumahan swadaya dapat terlaksana tentu dapat mengatasi masalah kemiskinan," ujarnya.
http://properti.kompas.com/read/2012/05/11/14062462/Pemda.Harus.Anggarkan.Dana.Peru mahan.Rakyat.Miskin

PERUMAHAN RAKYAT "Backlog" Perumahan, antara Keprihatinan dan Peluang Natalia Ririh | Latief | Jumat, 11 Mei 2012 | 19:06 WIB

KOMPAS.com - Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 mengenai angka backlog perumahan sebanyak 13,6 juta terus menjadi acuan. Angka ini bertambah 800 ribu unit per tahunnya, dan akan terus bertambah apabila pemerintah terutama Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) tidak segera menemukan solusinya. Kemenpera sendiri menyadari kondisi ini dan merancang beragam program rumah murah untuk masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah. Beberapa program yang menjadi sorotan utama adalah rumah murah bersubsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), rumah murah seharga Rp 25 juta direktif Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, serta program 1.000 tower rumah sejahtera susun atau rusunami. Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz mengatakan, pihaknya menargetkan membangun 600.000 unit rumah dengan komposisi 200.000 untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), 200.000 untuk pekerja, dan 200.000 untuk non PNS bukan pekerja. Target 600.000 unit rumah itu, ia mengatakan, dapat dipenuhi dengan program rumah mana saja, seperti rumah subsidi dengan FLPP Rp 70 juta, rumah murah Rp 25 juta, atau rusun Rp 144 juta. "Semuanya bebas, cuma kalau rumah harganya Rp 25 juta dijual Rp 125 juta, masyarakat jangan mau. Mau pakai program manapun boleh saja, asal plafonnya masuk," ungkapnya ketika ditemui wartawan di kantornya, beberapa waktu lalu. Berdasarkan data Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Perumahan (BLU PPP) per 27 Maret 2012, penyaluran FLPP menurut Peraturan Menteri Perumahan Rakyat (Permenpera) No 14 dan 15 Tahun 2010 sebanyak 4.235 unit rumah tapak dan satu unit rumah susun. Nilai penyaluran ini sebesar Rp 150,51 miliar. Adapun penyaluran FLPP sesuai Permenpera No 04 dan 05 Tahun 2012 sebanyak 660 unit rumah tapak senilai Rp 18,37 miliar. Dengan demikian, total kredit tersalurkan sebanyak 4.896 unit rumah senilai Rp 168,89 miliar. Tentunya, realisasi yang masih jauh dari target itu terkendala oleh sedikitnya pasokan rumah tipe 36 dengan harga Rp 70 juta, seperti yang tertuang dalam aturan FLPP baru. Dalam sebuah kesempatan, Direktur Mortgage and Consumer Banking PT Bank Tabungan Negara Tbk Irman Alvian Zahiruddin mengatakan, hingga triwulan I tahun 2012 BTN baru menyalurkan kredit FLPP sebanyak 2.500. Target BTN sendiri sebanyak 16.000 unit rumah. "Kami kesulitan menyalurkan, karena unit yang ada saat ini tidak sesuai skema FLPP baru, seperti luasnya di bawah tipe 36 atau harga rumahnya di atas Rp 70 juta," katanya. Kekhawatiran akan sedikitnya pasokan rumah KPR FLPP juga sempat dikemukakan oleh Ketua Umum Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda), Eko Budiwiyono. Menurutnya, salah satu kendala yang akan dihadapi Bank Pembangunan Daerah (BPD) karena ikut menyalurkan FLPP adalah kurangnya pasokan rumah di lapangan. Karena itu, ia berharap, pengembang segera membangun rumah tipe 36 seperti aturan dalam FLPP.

Di sisi lain, pengembang, sebagai pembangun rumah subsidi, menyatakan saat ini tidak akan membangun rumah subsidi dengan FLPP selama aturan dalam Pasal 22 ayat 3 UU Nomor 1 tahun 2011 tentang pembatasan pembangunan rumah tipe 36 belum dicabut. Apa lacur? Ketua DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi), Eddy Ganefo, sempat mengutarakan, akibat peraturan baru tersebut sebanyak 35.000 rumah di bawah tipe 36 yang terlanjur dibangun tidak terjual. Saat ini, Apersi tengah menanti putusan judicial review yang menggugat pasal 22 ayat 3 di Mahkamah Konstitusi (MK). Peluang Di tengah hiruk pikuk upaya pemerintah membangun rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah, di sisi lain angka backlog perumahan menjadi peluang bagi para pebisnis properti untuk menggiatkan usahanya. Alvin kurniawan, Business Development PT Bangun Properti Indonesia mengatakan, salah satu peluang pasar properti Indonesia adalah sektor perumahan. Selain berdasarkan data BPS yang memaparkan 13,6 juta masyarakat Indonesia tidak memiliki rumah, ternyata masih banyak masyarakat yang hanya menyewa atau tinggal dalam permukiman tidak layak huni. "Kebutuhan akan rumah sangat tinggi, dari angka backlog ditambah kebutuhan rumah bertambah 800.000 unit per tahun tidak akan dipenuhi oleh pasokan yang hanya 200.000 300.000 unit per tahun," ujarnya. Ia menambahkan, meski belakangan ini banyak sekali laporan pembangunan perumahan oleh para pengembang, namun rupanya masih belum memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan. "Ke depan, peluang penjualan rumah akan terus meningkat seiring permintaan bertambah setiap tahunnya," katanya.
http://properti.kompas.com/read/2012/05/11/19065945/.Backlog.Perumahan.antara.Keprihati nan.dan.Peluang.

Kemenpera Studi Banding TNDE Ke BPKP


Tribunnews.com - Jumat, 11 Mei 2012 17:34 WIB TRIBUNNEWWS.COM, JAKARTA - Bagian Administrasi Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) melakukan studi banding pelaksanaan aplikasi Tata Naskah Dinas Elektronik (TNDE), ke Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jakarta, Jumat (11/5/2012). Studi banding ini diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan TNDE, di setiap unit kerja Kemenpera. Kepala Bagian Administrasi Biro Umum Sekretariat Kemenpera Wara Novela menyatakan, studi banding merupakan tindak lanjut dari pelatihan TNDE yang dilaksanakan di Kemenpera sebelumnya. "Kami melakukan studi banding TNDE ke BPKP, untuk meningkatkan pemahaman para peserta pelatihan, terkait aplikasi program tersebut," ujarnya. Pelaksanaan aplikasi TNDE, lanjutnya, merupakan instruksi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, yang harus dilaksanakan oleh setiap kementerian dan lembaga. Tujuannya, mempermudah tertib administrasi persuratan di lingkungan kerja kementerian/lembaga terkait. Menurut Wara, alasan dipilihnya BPKP sebagai lokasi studi banding, karena instansi tersebut telah melaksanakan TNDE dengan baik, dan menjadi acuan bagi lembaga lain dalam mengaplikasikan program tersebut. "Kemenpera sebenarnya telah melaksanakan TNDE sejak lama. Studi banding ke BPKP kami laksanakan karena masih banyak yang belum mendapat pelatihan, dan untuk mengetahui TNDE yang lebih efektif dan efisien," jelasnya. Sementara, Kabid Pengembangan Informasi Pusat Informasi dan Pengawasan (Pusinfowas) BPKP Rudy M Hararap menerangkan, pihaknya sangat mengapresiasi kunjungan studi banding TNDE dari Kemenpera. Apalagi, beberapa instansi juga telah melakukan hal serupa ke BPKP. "Kami berharap studi banding ini dapat membawa manfaat, dan mempermudah pelaksanaan TNDE di Kemenpera," tuturnya. (*)
http://www.tribunnews.com/2012/05/11/kemenpera-studi-banding-tnde-ke-bpkp

Sabtu, 12 Mei 2012 12:07 WIB

Kemenpera Pelajari Tata Naskah Elektronik BPKP


Achmad Adhito Hatanto Hal itu untuk mengetahui tata naskah elektronik yang lebih efektif. JAKARTA, Jaringnews.com - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) melakukan studi banding pelaksanaan aplikasi tata naskah dinas elektronik (TNDE) ke Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jakarta, Jumat (11/5). Hal itu diharapkan dapat memermudah pelaksanaan TNDE di setiap unit kerja Kemenpera. Keterangan resmi dari Kemenpera. Kepala Bagian Administrasi Biro Umum Sekretariat Kemenpera, Wara Novela, menyatakan, pelaksanaan aplikasi TNDE merupakan instruksi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang harus dilaksanakan oleh setiap kementerian dan lembaga. Tujuannya untuk memermudah tertib administrasi persuratan di lingkungan kerja kementerian/ lembaga terkait, kata dia. Wara Novela menjelaskan, BPKP dipilih sebagai tempat studi banding dengan satu pertimbangan. Yakni, BPKP telah melaksanakan TNDE dengan baik dan menjadi acuan bagi lembaga lain dalam pengaplikasian program tersebut. "Kemenpera sebenarnya telah melaksanakan TNDE sejak lama. Studi banding ke BPKP kami laksanakan karena masih banyak yang belum mendapat pelatihan dan untuk mengetahui TNDE yang lebih efektif dan efisien," kata Wara. (Dhi / Dhi)
http://jaringnews.com/ekonomi/property/15096/kemenpera-pelajari-tata-naskah-elektronikbpkp

Studi Banding Aplikasi Tata Naskah Dinas Elektronik

Kemenpera Harapkan Semua Instansi Pahami Aplikasi TNDE


Jumat, 11 Mei 2012 22:15 WIB

Menteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz.

LENSAINDONESIA.COM: Bagian Administrasi Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) melakukan studi banding pelaksanaan aplikasi Tata Naskah Dinas Elektronik (TNDE) ke Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Jakarta, Jumat (11/5). Adanya studi banding ini diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan TNDE di setiap unit kerja Kemenpera. Kepala Bagian Administrasi Biro Umum Sekretariat Kemenpera, Wara Novela menyatakan, kegiatan studi banding ini merupakan tindak lanjut dari pelatihan TNDE yang dilaksanakan di Kemenpera sebelumnya. Kami melakukan studi banding TNDE ke BPKP untuk meningkatkan pemahaman para peserta pelatihan terkait aplikasi program tersebut, ujarnya. Wara Novela menuturkan, pelaksanaan aplikasi TNDE merupakan instruksi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang harus dilaksanakan oleh setiap kementerian dan lembaga. Tujuannya untuk mempermudah tertib administrasi persuratan di lingkungan kerja kementerian/lembaga terkait. Lebih lanjut, Wara Novela menjelaskan, alasan dipilihnya BPKP dijadikan lokasi studi banding adalah instansi tersebut telah melaksanakan TNDE dengan baik dan menjadi acuan bagi lembaga lain dalam pengaplikasian program tersebut. Kemenpera sebenarnya telah melaksanakan TNDE sejak lama. Studi banding ke BPKP kami laksanakan karena masih banyak yang belum mendapat pelatihan dan untuk mengetahui TNDE yang lebih efektif dan efisien, tambahnya.

Sementara itu, Kabid Pengembangan Informasi Pusat Informasi dan Pengawasan (Pusinfowas) BPKP, Rudy M Hararap menerangkan, pihaknya sangat mengapresiasi kunjungan studi banding TNDE dari Kemenpera. Apalagi beberapa instansi juga telah melakukan hal serupa ke BPKP. Kami berharap studi banding ini dapat membawa manfaat dan mempermudah pelaksanaan TNDE di Kemenpera, harapnya. Dalam studi banding ini, setiap peserta juga mengikuti workshop teknologi informasi dan komunikasi di Ruang IT Workshop BPKP.@Ari

Editor: Achmad Ali

http://www.lensaindonesia.com/2012/05/11/kemenpera-harapkan-semua-instansi-pahamiaplikasi-tnde.html

Вам также может понравиться