Вы находитесь на странице: 1из 3

KEARIFAN MENATA PESISIR

Oleh Ika Sudirahayu, SKM ( Pemerhati lingkungan )

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Quran, S. Ar-Rum (30):41

Pertengahan Maret 2012 Pemerintah Kota telah menyerahkan draf usulan Raperda tentang Penataan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang ada di kota Bandar Lampung, untuk kemudian beberapa bulan kedepan draf tersebut dibahas di tingkatan DPRD. Munculnya raperda ini tentu tidak terlepas dari banyaknya kecurigaan banyak kalangan terkait dengan suburnya penyalahgunaan reklamasi di pesisir pantai Kota Bandarlampung. Secara normatif dalam UU No.27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; disebutkan : "Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat - sifat laut mencakup bagian laut yang dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran". Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya. Namun, karakteristik laut tersebut belum sepenuhnya dipahami dan diintegrasikan secara terpadu. Kebijakan pemerintah yang sektoral dan masih berorientasi daratan, akhirnya menjadikan laut sebagai kolam sampah raksasa. Dari sisi sosial-ekonomi, pemanfaatan kekayaan laut masih terbatas pada kelompok pengusaha besar dan pengusaha asing. Nelayan sebagai jumlah terbesar merupakan kelompok profesi paling miskin di Indonesia. (lampungkota.go.id) Kekayaan sumberdaya laut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya. Selain itu terdapat beberapa peranan dari kawasan pesisir sehingga dianggap penting yaitu bahwa kawasan pesisir merupakan tempat bertemunya pendatang dari berbagai daerah, kawasan pesisir menjadi mozaik sosial dan budaya, ekosistem yang paling beragam, rumit dan produktif sebagian besar terletak di kawasan pesisir. Kawasan pesisir sangat penting peranannya dalam menjamin pengadaan pangan dunia, pulau-pulau yang secara keseluruhan dapat dianggap sebagai kawasan pesisir, menumbuhkan dan menjaga keunikan sosial, budaya dan ekologi serta negara-negara kepulauan kecil yang sedang berkembang memiliki sumberdaya yang sangat terbatas merupakan contoh dari cara hidup dalam lingkungan yang terbatas tetapi terbuka terhadap globalisasi. Pesatnya perkembangan pembangunan di kawasan pesisir secara langsung akan mempengaruhi kondisi dan keadaan kawasan pantai. Apabila perkembangan pembangunan tersebut tidak memperhatikan tata ruang kota serta adanya pengelolaan lingkungan yang

lemah, maka dapat menimbulkan berbagai persoalan sosial seperti munculnya slum areas (daerah kumuh), yang ditunjukkan dengan buruknya keadaan lingkungan, kurangnya fasilitas sosial dan berbagai permasalahan lingkungan lainnya. Data BPS menggambarkan, Kota Bandar Lampung memiliki garis pantai kurang lebih 27 KM yang terbentang di tiga wilayah Kecamatan, yaitu Panjang, Teluk Betung Selatan dan Teluk Betung Barat. Dan ironisnya sampai saat ini, hampir semua wilayah pesisir tersebut dalam kondisi yang memprihatinkan. Kumuh dan kemiskinan menjadi icon yang melekat di benak masyarakat Supaya pembangunan kawasan pesisir bisa langgeng berkelanjutan; maka perlu adanya pembagian zonasi yang tepat dalam mengalokasikan ruang, memilah kegiatan sinergis, dan pengendaliannya. Dengan penerapan zonasi berarti wilayah pesisir menjadi zona sesuai peruntukannya, kegiatan yang saling mendukung serta memisahkannya dari kegiatan yang saling bertentangan. Untuk itu penerapan zonasi harus memperhatikan, kebijakan pemerintah pusat/daerah dan kepentingan masyarakat. Kembali kepada Raperda yang telah dibuat eksekutif. Raperda tentang Penataan Pesisir dan pulau-pulau kecil di kota Bandar Lampung, pada penataan zonasinya kedepan harus mampu menjawab beberapa isu, Pertama, Kemiskinan (kesejahteraan masyarakat), Aktivitas ekonomi masyarakat di wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung cukup tinggi, sehingga akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Kita semua paham bahwa masyarakat nelayan masih banyak yang hidup dengan status miskin. Kemiskinan dan tekanan ekonomi masyarakat pesisir memang tidak bisa dihindari, masyarakat harus berfikir ekstra dan melakukan spekulasi-spekulasi yang terkadang berlebihan untuk melepaskan diri dari serba kekurangan. Penataan pesisir harus mampu menjawab permasalahan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tumbuh kembangnya ekonomi masyarakat di wilayah pesisir haruslah menjadi prioritas pemerintah. Yang menjadi catatan adalah tidak semua masyarakat pesisir berprofesi sebagai nelayan, ada pedagang kecil, buruh, dll. Untuk itu butuh upaya kongkret dan konfrehenship untuk mengatasi masalah tersebut. Kedua, Permukiman warga yang layak, Permukiman warga yang layak, sehat dan tertata juga menjadi permasalahan krusial di wilayah pesisir. Butuh kearifan lokal dalam penataan kawasan pesisir, satu sisi kondisi kumuh harus diatasi, namun hak bermukin harus juga dipenuhi. Jangan sampai nantinya peraturan yang dibuat tidak berpihak kepada mereka, dalam artian adanya penggusuran permukiman warga. Permukiman yang baik harus memperhatikan beberapa aspek, antara lain ketersediaan air bersih, sanitasi, dan infrastruktur pendukung lainnya. Buruknya penataan permukiman akan berdampak juga pada kesehatan masyarakat Ketiga, Lingkungan hidup, tidak dapat dipungkiri buruknya lingkungan pesisir akan berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan dan rusaknya ekosistem pesisir. Dengan memperhatikan permasalahan dan kondisi tersebut, maka kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup ditujukan pada upaya mengelola sumberdaya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui melalui penerapan teknologi ramah lingkungan.

Untuk mensukseskan pengelolaan lingkungan yang baik di wilayah pesisir, harus adanya ketegasan dari pemerintah dalam menegakkan hukum secara adil dan konsisten untuk menghindari perusakan sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan. Dan yang tidak kalah penting ialah pelibatan peran serta masyarakat dan kekuatan ekonomi (pihak ketiga) dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Keempat, Bahaya bencana alam. Bencana yang berpotensi besar terjadi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diantaranya tsunami, banjir, erosi pantai, dan badai. Upaya mengurangi dampak negatif akibat bencana itu perlu dilakukan tindakan penanggalungan, seperti sistem peringatan dini, pemindahan/relokasi, tata ruang/zonasi, pelatihan dan simulasi mitigasi serta penetapan sempadan pantai. Penataan Pesisir kota harus menerapkan azas keadilan serta kearifan lokal. Seperti yang kita ketahui bersama, sampai saat ini polemik penataan pesisir kota masih belum menemui benang merah, ini dikarenakan adanya ketidak singkronan antara keinginan pemerintah kota dengan masyarakat pesisir. Politik kepentingan harus dienyahkan jauh-jauh dalam hal ini, masyarakat menjadi prioritas utama sebagai landasan penerepan sebuah kebijakan. Akhirnya, tulisan ini bermuara pada harapan masyarakat kepada Eksekutif dan Legislatif Kota Bandar Lampung agar lebih arif dan bijak dalam membuat peraturan. Karena masyarakat tentu tidak menginginkan kota Bandar lampung tercinta ini menjadi icon kota kumuh, kota sampah, dan miskin. Semoga ALLAH SWT Memberkahi kota Bandar Lampung yang kita cintai ini.

Вам также может понравиться